Perempuan Dalam Hujan Quotes

Rate this book
Clear rating
Perempuan Dalam Hujan Perempuan Dalam Hujan by Lenang Manggala
20 ratings, 3.90 average rating, 1 review
Perempuan Dalam Hujan Quotes Showing 1-20 of 20
“Demi matahari senja yang menggantung manis manja di cakrawala, demi kebaikan dan ketulusan yang telaten diberikan semestas, dan demi ragam nama-nama Tuhan baik yang akrab maupun asing di telinga kita. Berkatilah kami semua, sebagaimana Kau memberkati Musa dengan tongkat kayu yang mampu membelah samudra. Kuatkanlah kami semua, sebagaimana Kau menguatkan Ayyub dengan kekudis yang bertahun dideritanya. Dan selamatkanlah kami semua, sebagaimana Kau menyelamatkan Nuh dengan bahtera yang dibangunnya.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Masih teralu banyak mahasiswa yang sibuk berbicara soal kesuksesan dan tercapainya pekerjaan yang diharapkan. Pengabdian, seolah hanya tugas bagi para veteran.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Aku menulis bukan semata-mata karena aku ingin menjadi penulis. Aku menulis, karena aku ingin menulis. Seperti halnya aku mencintaimu. Memang benar, cita-citaku adalah menjadi suamimu (yang mengecup keningmu, ketika kebetulan aku terbangun lebih dulu). Tapi tidak semata karena itu. Aku mencintimu, karena aku ingin mencintaimu. Seperti itu.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Kau ialah betina, kalau kau cuma tahu soal makan, tidur, bersolek dan kawin. Banyaklah belajar, berpikirlah besar, rancanglah masa depan dan pandai-pandailah menempatkan diri, maka kau boleh disebut wanita. Tapi, untuk menjadi perempuan, kau juga harus memiliki kesadaran, ketulusan dan bisa menjadi tempat untuk berpulang, serta kuat tuk dijadikan pijakan.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Surga, adalah masa kanak-kanak. Sisanya, adalah janji Tuhan yang bebas untuk kau percayai ataupun tidak.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Seharusnya, pendidikan bukan semata upaya menransfer materi pelajaran. Lebih dari itu, pendidikan adalah sebuah proses menyalakan pikiran, mematangkan kepribadian.
Kalau pendidikan justru memampatkan kreativitas, mengerdilkan keberanian berekspresi, memustahilkan impian, serta membuat anak-anak menjadi asing pada dirinya sendiri dan lingkungannya, maka, sebaiknya, pendidikan tidak perlu ada.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Barangkali, memang tidak mudah. Namun bukan berarti, tidak usah.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Sesuatu yang telah terjadi, hanya akan tetap menjadi "sesuatu yang telah terjadi". Tetapi, tentang bagaimana caramu menyikapi, adalah sesuatu yang menentukan perihal siapa dan bagaimana kualiatas dirimu sebagai seorang pribadi.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Tragedi terbesar yang terjadi pada seorang anak manusia, bukanlah saat ia kehilangan harta, tahta, keluarga ataupun bagian dari tubuhnya. Akan tetapi, adalah saat ia kehilangan kepercayaan akan mimpi-mimpinya.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Kehidupan bukan seperti segelas bir, yang setiap saat terasa getir. Bukan juga seperti segelas sirup pandan, yang selalu manis di setiap tegukkan. Tapi hidup ini, seperti secangkir kopi. Pahit dan manis, hadir saling mengimbangi.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Apalah artinya kesedihan, bila tak mampu merubah keadaan? Apalah artinya kehilangan, jika tak mampu menggugah kesadaran?”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Pelukan ialah jembatan. Yang merentangi nasib, jalan dan ucapan; juga kesedihan.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“With writing, i can do everything. Make nothing to be something, and then make something to big thing. So, i know, that nothing and big thing is so true as same thing”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Kita hanyalah remah-remah roti yang dikerbuti sesemut dalam stoples semesta (yang hanya bisa berpasrah pada bagaimana takdir bekerja sesuai tugasnya.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Demi matahari senja yang menggantung manis manja di cakrawala, demi kebaikan dan ketulusan yang telaten diberikan semestas, dan demi ragam nama-nama Tuhan baik yang akrab maupun asing di telinga kita, sesungguhnya, manusia, adalah mahkluk yang merugi. Kecuali, ia yang mau belajar pada masa silam, berbuat yang terbaik di masa sekarang, dan menyiapkan segala sesuatu di masa depan, dengan keyakinan paling yakin pada terwujudnya sebuah impian.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Percayalah, bahwa aku adalah nadi. Bahwa kau adalah jantung. Yang meski beda tempat berdiri, namun tak lepas hilang sambung.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Aku tidak ingin memayungimu dari hujan. Aku ingin memayungimu dengan hujan.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
tags: cinta, love
“Tidak seperti menengok ke kiri dan ke kanan, aku bisa membenci dan mencintaimu dalam waktu bersamaan.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Aku mencintaimu dengan segala keperempuannanmu. Aku mencintaimu, dari kilat tatapmu, deru nafasmu, sampai mambu silitmu.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan
“Seperti halnya rezeki, kesedihan seyogyanya juga patut untuk kita syukuri. Toh keduanya, sejujurnya, hanyalah kebaikan yang tampil dengan masing-masing gincunya.”
Lenang Manggala, Perempuan Dalam Hujan