Jejak Langkah Quotes

Rate this book
Clear rating
Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3) Jejak Langkah by Pramoedya Ananta Toer
6,407 ratings, 4.40 average rating, 491 reviews
Jejak Langkah Quotes Showing 1-17 of 17
“Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya. Kan begitu Tuan Jenderal?”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Tanpa wanita takkan ada bangsa manusia. Tanpa bangsa manusia takkan ada yang memuji kebesaranMu. Semua puji-pujian untukMu dimungkinkan hanya oleh titik darah, keringat dan erang kesakitan wanita yang sobek bagian badannya karena melahirkan kehidupan.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Apakah sebangsamu akan kau biarkan terbungkuk-bungkuk dalam ketidaktahuannya? Siapa bakal memulai kalau bukan kau?”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Di balik setiap kehormatan mengintip kebinasaan. Di balik hidup adalah maut. Di balik persatuan adalah perpecahan. Di balik sembah adalah umpat. Maka jalan keselamatan adalah jalan tengah. Jangan terima kehormatan atau kebinasaan sepenuhnya. Jalan tengah—jalan ke arah kelestarian.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Dan doa-doa itu, apa artinya dia kalau bukan gerakan dari minus ke plus? Tahu kau apa artinya doa? Permohonan pada Tuhan, gerakan dari yang paling minus pada yang paling plus.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
tags: doa, iman
“..dan modern adalah juga kesunyian manusia yatim-piatu dikutuk untuk membebaskan diri dari segala ikatan yang tidak diperlukan: adat, darah, bahkan juga bumi, kalau perlu juga sesamanya.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Semua yang baik datang berduyun-duyun. Hanya karena aku sudah memulai. Yang lain-lain akan datang dengan sendirinya. Semua membutuhkan permulaan. Permulaan sudah ditempuh.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Perdagangan membikin orang terbebas dari pangkat-pangkat, tak membeda-bedakan sesama manusia, apakah dia pembesar atau bawahan, bahkan budak pun. Pedagang berpikiran cepat. Mereka menghidupkan yang beku dan menggiatkan yang lumpuh”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Berbahagialah dia yang tak tahu sesuatu. Pengetahuan, perbandingan, membuat orang tahu tempatnya sendiri, dan tempat orang lain,gelisah dalam alam perbandingan.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Berbahagialah mereka yang bodoh, karena mereka kurang menderita. Berbahagialah juga kanak-kanak yang belum membutuhkan pengetahuan untuk dapat mengerti.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Siapa yang dapat ramalkan bagaimana jadinya bayi?
Jadi nabi atau bajingan,
atau jadi sekedar tambahan isi dunia.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Mereka bertengkar ramai dalam bahasa yang bagiku sama asingnya dengan bahasa nasib manusia.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Tugas dokter Pribumi bukan saja menyembuhkan tubuh terluka dan menanggung sakit, juga jiwanya, juga hari depannya. Siapa akan melakukannya kalau bukan para terpelajar? Dan bukankah satu ciri manusia modern adalah juga kemenangan individu atas lingkungannya dengan prestasi individual? Individu-individu kuat sepatutnya bergabung, mengangkat sebangsanya yang lemah, memberinya lampu pada kegelapan dan memberi mata yang buta.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Menyedihkan sekiranya di antara parasiswa sebagai terpelajar puncak Pribumi, merasa tak ada sesuatu yang patut dibela pada Pribumi sebangsa sendiri.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang cukup banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspadalah.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya, justru yang dicari para bandit. Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya belum mencukupi, Nyo, Nak. Belum, masih jauh. Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang cukup banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspadalah.”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah
“Bagiku sama saja di mana saja. Di mana ada sahabat, di situlah negeriku. Tanpa sahabat, semua ini takkan tertanggungkan. Di negeri sendiri pun bila tanpa sahabat...”
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah