Tia Setiawati's Blog, page 770
February 13, 2013
Kau, Ke Mana Saja?
Tidak semua yang mencari akan menemukan.Pun...
Kau, Ke Mana Saja?
Tidak semua yang mencari akan menemukan.
Pun tidak semua yang berdiam diri akan terabaikan.
Selalu ada Tuhan, yang telah menakdirkan pertemuan.
Telah kucari kau, dalam hiruk pikuk hidupku.
Telah kucari kau, dalam gemerlap kesiapan masa depanku.
Kau ke mana saja, Tuan?
Mengapa begitu susahnya untukku menemukanmu?
Aku mencari, terus mencari.
Mereka mengatakan, aku tak boleh berhenti.
Namun harus kuakui, aku lelah.
Cukup lama aku mengembara.
Kurasa sudah cukup waktuku,
untuk kemudian berlabuh.
Kau, ke mana saja, Tuan?
Apakah mungkin kau masih tersesat di hidup yang lain?
Atau kau masih sibuk, mempersiapkan dirimu untukku?
: wanita yang akan menjadi jodohmu.
Semoga apapun yang sedang kau lakukan sekarang,
kau tak pernah lupa untuk pulang.
: pulang ke rumah yang sedari awal telah disiapkan Tuhan.
Aku yakin, kita akan dipertemukan.
Dan mungkin sekarang waktuku, untuk berdiam diri.
Dan menunggu sampai kau juga mencari.
Aku ada di sini, Tuan.
Tak akan ke mana-mana sampai kau temukan.
Jakarta, 6 Februari 2013
- Tia Setiawati Priatna
February 12, 2013
"Karena uang mampu merusak pribadi seseorang, ingatkan diri sendiri bahwa uang tidak pernah dibawa..."
- Tia Setiawati Priatna
"Some questions are better left unanswered."
-
Because at one time, you have to choose between your heart and your curiosity.
- Tia Setiawati Priatna
"Kamu, jangan terlalu sering bersedih. Ingatlah bahwa senyumanmu adalah salah satu alasanku, untuk..."
- Tia Setiawati Priatna
Dilema
Pernahkah kau berpikir tentang pecinta hujan?
Yang katanya begitu bahagia melihat hujan turun, namun tetap saja memakai payung.
Pernahkah kau bertanya-tanya, tentang cinta?
Yang pujangga bilang seharusnya selalu mampu menguatkan kita,
namun tetap saja ada yang melemah saat sedang terluka karenanya.
Aku begitu mencintaimu.
Cinta yang kurasa tidak pernah sama, dengan yang sudah-sudah.
Cinta yang begitu besar, sampai aku khawatir aku lebih mencintaimu daripada diriku sendiri.
Seharusnya, tak boleh begitu kan?
Lalu hatiku mulai kehilangan logikanya.
Merasa tak perlu mengikursertakan pola pikir.
Karena ia hanya tentang rasa saja.
Dan karena ia takut akan mengalami dilema.
Separuh aku ingin kau tetap ada.
Walau aku sudah sekarat,
dan hampir merasa tak akan lagi kuat.
Separuh yang lain ingin kau pergi saja.
Menghilang entah ke mana.
Dan tak perlu berkirim kabar berita.
Mungkin dengan begitu, aku mampu terbebas dari belenggu rasa cinta.
Cinta yang buta.
Ah ya, memangnya sejak kapan, hati bersahabat dengan logika?
Kurasa aku pun tak pernah mendengarnya.
Bintaro, 12 Februari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Senyum penuh luka ini tidak kutujukan untukmu. Ini untukku, agar hatiku mampu menguat seiring..."
- Tia Setiawati Priatna
#30HariMenulisSuratCinta Hari Ke-29 : Make A Wish
Terima kasih banyak, Ismarlina Mokodompit :*
Demi masa. Tak terasa suratku telah mencapai angka sedemikian banyaknya. Diantara rutinitas yang melelahkan raga. Inilah untuk pertama kalinya aku mampu begitu berirama untuk mengartikulasikan apa saja. Keseluruhan tulisan dalam surat ini lahir dari ribuan rasa yang terbuncah dari bahagia pun luka.
Tak bisa ku pungkiri juga. Bahwa setiap atmosfer yang tercipta di setiap surat yang ku kirimkan, terinspirasi dari satu dua atau lebih penulis kesayangan. Mulai dari gaya bahasa hingga diksi yang selalu membuatku berdecak kagum akan sebuah pemikiran. Satu demi satu kata pun terkadang ku tulis dalam sebuah buku catatan.
Lagi lagi, dengan menuliskannya semua terasa begitu abadi.
Satu dari kesekian ribu penulis, untuk #Gathering30HariMenulisSuratCinta aku ingin sekali bertemu dengan Tia Setiawati Priatna. Mungkin belum banyak orang yang mengetahuinya atau bahkan sebaliknya. Tapi yang pasti perempuan cantik ini telah mengajarkan pemaknaan dari apapun rasa yang sedang dia rasakan. Tentunya melalui tulisan atau puisi-puisi yang selalu ia rangkai dalam pagi, kerinduan, ataupun kesakitan.
Jadi, untukmu @TiaSetiawati. Terima kasih telah menginspirasi diri ini. Besar harapanku, untuk dapat bertemu denganmu. Dalam waktu yang mungkin Tuhan izinkan, lewat pertemuan yang membahagiakan.
Yogyakarta,
Februari yang masih saja dipeluk rintikan.
Kepadamu hujan ku kirimkan surat harapan.
Untuk sebuah pertemuan.
![]()
Dan, inilah saya. Akan terus menulis hingga nyawa ini telah tiada. Karena aku merasa menulis serupa kebutuhan dari setiap fragmen kehidupan di dunia. Dan dengan menulis, aku ada, aku bernyawa. Semoga dengan bertemu aku mampu belajar lebih tentang menghidupkan nyawa dari setiap tulisan, rasa.
Doa Para Perindu
Ada yang saya rindukan, ketika saya mereblog postingan lama ini.
:)
Mungkin saja,
malam mampu begitu syahdu,
karena banyak doa yang diucapkan oleh para perindu.
Mereka bilang, ‘Semoga dia selamat dan bahagia’.
Dan tentu,
akan ada namamu juga disebutkan,
oleh dia yang merindumu dengan keterlaluan.
Bukankah terkadang, jarak (memang) mampu begitu kejam, Tuan?
@ Twitter, 18 november 2012
- Tia Setiawati Priatna
Tak Ada Alasan, Untuk Mencurigai Tuhan
![]()
Mendung tak berarti akan turun hujan.
Dan jikapun sudah hujan, itu tidak akan terjadi selamanya akan hujan.
Coba kau pikir lagi, adakah alasan untuk mencurigai Tuhan?
Mereka yang optimis selalu menemukan alasan untuk bertahan lalu maju.
Yang pesimis, selalu menemukan alasan untuk menyerah lalu mundur.
Dan sungguh, Tuhan ada, bagaimanapun keadaan kita.
Tangerang, 23 Desember 2012
- Tia Setiawati Priatna
Suatu Hari di Kotaku
Suatu hari di kotaku,
aku dikejutkan oleh suara petir yang angkuh.
Kau tahu,
kaulah yang pertama kali kuingat saat itu.
Suatu hari di kotaku,
aku diberikan mimpi yang tidak indah untuk kuceritakan kembali padamu.
Namun aku tetap ingin kau tahu,
aku bermimpi kau pergi,
dan tak pernah kembali padaku.
![]()
Suatu hari di kotaku,
aku begitu ingin ada pelukmu.
Menenangkanku seperti biasanya,
tidak perlu banyak kata-kata.
Suatu hari di kotaku,
aku mendengar kau sudah sempat mencintai dia yang baru.
Aku merasa ingin tidur saja, selamanya.
Atau amnesia tiba-tiba.
Terlalu cinta, ternyata tidak baik, ya?
Seperti kataku dulu padamu.
: Saat kau berkata, kau akan seumur usia setia.
Tangerang, 9 Desember 2012
- Tia Setiawati Priatna


