Pernahkah kau berpikir tentang pecinta hujan?
Yang katanya begitu bahagia melihat hujan turun, namun tetap saja memakai payung.
Pernahkah kau bertanya-tanya, tentang cinta?
Yang pujangga bilang seharusnya selalu mampu menguatkan kita,
namun tetap saja ada yang melemah saat sedang terluka karenanya.
Aku begitu mencintaimu.
Cinta yang kurasa tidak pernah sama, dengan yang sudah-sudah.
Cinta yang begitu besar, sampai aku khawatir aku lebih mencintaimu daripada diriku sendiri.
Seharusnya, tak boleh begitu kan?
Lalu hatiku mulai kehilangan logikanya.
Merasa tak perlu mengikursertakan pola pikir.
Karena ia hanya tentang rasa saja.
Dan karena ia takut akan mengalami dilema.
Separuh aku ingin kau tetap ada.
Walau aku sudah sekarat,
dan hampir merasa tak akan lagi kuat.
Separuh yang lain ingin kau pergi saja.
Menghilang entah ke mana.
Dan tak perlu berkirim kabar berita.
Mungkin dengan begitu, aku mampu terbebas dari belenggu rasa cinta.
Cinta yang buta.
Ah ya, memangnya sejak kapan, hati bersahabat dengan logika?
Kurasa aku pun tak pernah mendengarnya.
Bintaro, 12 Februari 2013
- Tia Setiawati Priatna
Published on February 12, 2013 04:39