Eko Nurhuda's Blog, page 52

December 25, 2011

Wisata Pantai ke Gunungkidul, Yuk!

GUNUNGKIDUL lebih dikenal sebagai kabupaten paling terbelakang di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain letaknya paling jauh dari pusat kota pemerintahan, Gunungkidul juga tandus. Maklum, kabupaten ini mayoritas terdiri dari daerah pegunungan. Namanya saja Gunungkidul, gunung di selatan. Meski begitu jangan sepelekan kabupaten yang satu ini. Di balik ketandusan tanahnya, Gunungkidul menyimpan banyak potensi wisata pantai. Sewaktu masih di Yogya, saya dan teman-teman kos sempat beberapa kali melakukan tur ke pantai-pantai yang ada di Gunungkidul. Seru!

Tur yang saya sebut Tour de Gunungkidul ini dilaksanakan dua kali. Tur pertama dan kedua jaraknya sepekan, dua-duanya di hari Minggu. Pekan pertama kami hanya mengunjungi Pantai Ngerenehan, sebuah pantai kecil di mulut teluk yang menghadap ke Laut Selatan. Pantainya lumayan pendek, tak sampai sekilometer. Di kiri-kanan pantai berdiri bukit karang terjal yang menjorok hingga ke tengah laut. Di mulut teluk terdapat batu-batu karang yang meredam ombak deras Laut Selatan. Dengan demikian ombak di Pantai Ngerenehan tidak tinggi sehingga aman untuk mandi.









Di Ngerenehan kita tak cuma bisa mandi, tapi juga makan ikan. Setiap hari para nelayan hilir-mudik ke laut melalui pantai ini, jadi ikannya sangat berlimpah. Tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa makan ikan laut di Ngerenehan. Harganya cukup bersahabat kok. Sebagai gambaran, waktu teman saya membeli seekor ikan hiu kecil plus 4-5 ekor ikan pari dengan harga Rp15.000. Tidak ditimbang? Hehehe, nelayan di sana main kira-kira saja. Asal harga sudah deal ya sudah, ikan dilepas. Asyik, bukan?



Pantai Sepanjang nan Panjang
Sepekan setelah mengunjungi Ngerenehan, kami berangkat lagi ke selatan Yogyakarta. Kali ini tujuannya Pantai Sepanjang. Di mana itu? Tidak jauh dari Ngerenehan. Jaraknya sekitar 5 kilometer ke arah timur, tepatnya sebelum Pantai Baron. Di sini pemandangannya sangat indah. Sesuai namanya, Pantai Sepanjang benar-benar sebuah pantai yang panjang. Melihat ke kanan-kiri hanya hamparan pasir putih yang memanjang. Di kejauhan tampak bukit karang nan tinggi membatasi area pantai.



Lain dengan Ngerenehan, di Sepanjang kita tidak boleh mandi. Masuk ke laut saja kalau bisa jangan. Kenapa? Pertama, arus lautnya deras. Selain itu kontur pantainya juga sangat curam. Berbeda dengan kebanyakan pantai yang landai hingga ke tengah laut, kontur Pantai Sepanjang layaknya jurang. Sekali kita masuk ke laut dan terseret arus, bakalan repot deh yang menolong. So, kalau di sini enaknya cuma jalan-jalan menyusuri pantai, terus naik ke bukit untuk melihat hamparan Laut Selatan, dan kalau sudah capek istirahat di gubuk-gubuk yang banyak tersebar di sepanjang pinggiran pantai.



Bagaimana? Asyik, bukan? Selama ini nama Ngerenehan dan Sepanjang kalah tenar dibanding Pantai Baron, Trisik, Kukup, dan pantai-pantai Gunungkidul lain yang ada di brosur-brosur keluaran Dinas Pariwisata DI Yogyakarta. Padahal pesona kedua pantai ini tidak kalah dibanding pantai-pantai lain. Dan satu kelebihan utama keduanya, masih sepi pengunjung! Sepinya pengunjung membuat pantai ini tenang, dan juga bersih dari sampah.

Setelah puas mengagumi pemandangan alam di Sepanjang, perjalanan kami lanjutkan ke timur. Ya, kami meneruskan perjalanan ke timur Yogyakarta. Semua pantai kami masuki meski hanya melihat secara sekilas-sekilas saja sambil lewat. Sampai di suatu desa, entah namanya apa, ban belakang motor saya bocor. Bukan bocor sih, orang tempat pentilnya secara ajaib bisa lepas dari ban. Jadilah kami berhenti dulu karena saya harus mengganti ban. Untung saja ada bengkel tak jauh dari TKB alias tempat kempisnya ban. Hehehe...



Akhirnya, sekitar jam 7 malam sampailah kami di pantai paling timur Jogja, Pantai Sadeng. Pantai ini merupakan sebuah pelabuhan tempat para nelayan berlabuh setelah mencari ikan di laut. Ikan-ikan di sini juga murah-murah. Jadi kami pun sepakat patungan membeli ikan dan ujung-ujungnya tentu saja makan-makan. Karena teman-teman banyak yang memesan ikan bakar, acara makan-makan sampai memakan waktu sejam lebih. Sekitar jam 20.00 lebih sedikit kami beranjak pulang ke kota. Eh, begitu mau pulang ko baru ingat kalau waktu itu malam Jum'at. Walah...

Meski capeknya bukan main--sampai di kos sudah lewat tengah malam, perjalanan tersebut benar-benar menyenangkan. Suatu saat ingin saya mengulangi perjalanan itu lagi. Karena sekarang sudah berkeluarga, mungkin kelak saya akan mengulanginya bersama anak dan istri. Amin.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 25, 2011 09:10

December 23, 2011

Dicium Rapat-rapat, di Paha Direnggangkan

EIT, jangan berpikir "17+" dulu membaca judul posting ini. Sekilas memang kesannya seperti mengarah-arah ke "suasana ranjang", tapi yakinlah bahwa isi posting ini sangat jauh sekali dengan "bayangan-bayangan menggairahkan" itu. So, dibaca sampai habis ya...

Judul di atas adalah sebuah rumus rahasia yang diberikan guru Bahasa Indonesia saya sewaktu SMP dulu. Rumus apa? Rumus tentang pemakaian kata "di" yang baik dan benar sesuai aturan EYD. Kesannya kok nyeleneh, tapi justru ke-nyeleneh-annya itulah yang membuat saya tetap mengingat lekat rumus sederhana tapi penting ini.

Ya, rumus tersebut sudah lebih dari 15 tahun lamanya tetap lengket dalam kepala saya. Rumus inilah yang menjadi rambu-rambu saat saya kebingungan menggunakan kata "di". Kenapa bisa selengket itu? Pertama, jujur saja, kalimatnya asyik karena nyerempet-nyerempet ke arah "ehem-ehem". Kedua, rumus tersebut simpel tapi jelas sekali membedakan kerancuan pemakaian kata "di" yang biasa kita jumpai.

Saat blogwalking, saya kerap menjumpai posting yang ditulis secara serampangan dari kaidah tata bahasa. Belepotan. Salah satu kesalahan umum yang biasa dijumpai adalah pemakaian kata "di" yang masih salah kaprah. Nah, dengan rumus sederhana yang diberikan guru SMP saya ini, saya yakin Bung sekalian bakal dengan mudah mengingat bagaimana sih si "di" ini seharusnya digunakan.

Dua Jenis Penggunaan "Di"
Ilustrasi: casavina.comSecara simpel dapat diterangkan bahwa kata "di" mempunyai dua fungsi, yakni sebagai kata depan dan awalan. "Di" sebagai kata depan menunjukkan (atau digunakan bersama dengan penunjuk) waktu dan atau tempat. Kalau "di" sebagai awalan menunjukkan (atau digunakan sebelum) kata kerja, biasanya untuk membentuk bentuk pasif. Contoh "di" sebagai kata depan adalah "di makam", sedangkan contoh "di" sebagai awalan adalah "dimakan".

Nah, perbedaan fungsi ini membedakan cara penulisan kata "di" menjadi dua pula. Kata "di" sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya, "di makam" dan bukannya "dimakam". Atau "di sana", bukannya "disana". Sebaliknya, kata "di" sebagai awalan ditulis menyatu dengan kata yang mengikutinya. Contohnya "ditulis", dan bukannya "di tulis". Atau "dijual", bukannya "di jual".

Masih bingung? Kalau begitu ingat-ingat saja rumus ini: "Dicium rapat-rapat, di paha direnggangkan". "Cium" adalah kata kerja. Kata "di" di depannya berfungsi sebagai awalan sehingga penulisannya disambung jadi satu. Sementara itu "paha" adalah kata benda yang menunjukkan tempat sehingga kata "di" di sana berfungsi sebagai kata depan dan penulisannya dipisah.

Bagaimana, masih berpikiran "17+" setelah membaca habis posting ini?

Catatan: Posting ini merupakan repost dengan perubahan seperlunya dari artikel saya di situs jurnalis warga Wikimu.com. Artikel aslinya bisa dibaca di sini.


Dipublikasikan dari pelosok daerah transmigrasi di Desa Talang Datar, Kec. Bahar Utara, Kab. Muaro Jambi, Jambi, dengan layanan internet XL Axiata.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 23, 2011 09:10

December 21, 2011

Lisa Kuntjoro, Ratu Broker Properti Indonesia

TAK lengkap rasanya membicarakan profesi broker properti tanpa menyebut nama Lisa Kuntjoro. Sosok satu ini boleh dibilang ratunya broker properti Indonesia. Ada juga yang menyebutnya Ratu Pondok Indah, mengingat wilayah operasionalnya di kawasan perumahan elite Pondok Indah, Jakarta.

[image error] Sebutan ratu broker properti Indonesia rasanya memang pantas disandang Lisa. Wanita kelahiran Solo, 26 September 1956, ini berulangkali meraih penghargaan atas prestasinya yang sangat menakjubkan. Bayangkan saja, mulai terjun di dunia broker properti pada Juli 1993, ia dapat langsung melejit sebagai Top Sales Associate (Top Producer) tahun itu juga. Sepanjang Juli-Desember 1993 Lisa berhasil menjual 9 unit rumah mewah dengan nilai transaksi rata-rata antara Rp1,5-3 milyar. Ia pun kemudian mendapat kehormatan diundang menghadiri konferensi ERA Internasional di San Antonio, Amerika Serikat, sebagai satu-satunya perwakilan dari Indonesia.

Tahun 1994 ia gagal mempertahankan posisinya di puncak. Tapi kegagalan tersebut ditebusnya dengan prestasi yang lebih fenomenal. Sepanjang 1995-1998 ia terus-menerus membukukan penjualan terbaik dan meraih gelar Top Producer Sales Associate sebanyak 4 kali berturut-turut. Di Indonesia, prestasi 4 kali berturut-turut ini terbilang langka dan belum ada yang bisa menyamainya sampai sekarang, setidaknya sampai posting ini ditulis.

Foto: rumahku.com
Lisa Kuntjoro, awalnya hanya ibu rumah tangga biasa.Lisa kembali gagal meraih posisi puncak di tahun 1999. Saat itu ia sedang memusatkan pikiran dan waktunya untuk membantu sang suami mendirikan kantor member broker sendiri. Jadi, boleh dibilang ia tidak gagal karena tahun itu ERA Home Pondok Indah milik suaminya resmi berdiri. Setelah itu konsentrasinya kembali pada penjualan dan ia pun langsung melesat ke posisi teratas. Tahun 2000, 2001, dan 2003 gelar Top Producer direngkuhnya lagi.

Selain penghargaan Top Producer yang terus diraihnya hampir setiap tahun, Lisa juga memperoleh award sebagai ERA Winner's Circle yang juga terus diterimanya secara berturut-turut sejak 1993. Berkat prestasinya tersebut, ia berulangkali diundang ke kantor pusat ERA Internasional dan mendapat piagam Lifetime Achievement plus sebuah patung garuda keemasan dari ERA Indonesia. Penghargaan yang, sampai saat posting ini ditulis, baru Lisa seorang yang memperolehnya.

Tak Sengaja Jadi Broker Properti
Bicara masalah penghasilan, komisi Lisa telah mencapai ratusan juta rupiah tiap tahun. Mantan anggota Dharma Wanita yang dikenal sebagai jagoan di pasar sekunder (rumah tangan kedua) ini mengaku mampu menjual rata-rata 2-3 unit rumah per bulan. Karena daerah operasinya adalah kawasan perumahan elite di Jakarta, maka nilai transaksi yang dibukukannnya mencapai angka milyaran rupiah. Asal tahu saja, harga sebuah rumah di Pondok Indah berkisar antara Rp 1,5-3 milyar. Dengan komisi penjualan sebesar 1% saja, Lisa dapat mengantongi antara Rp 15-30 juta hanya dari satu transaksi penjualan.

Menurut pengakuannya, dari penjualan 2-3 unit rumah setiap bulan paling tidak Lisa memperoleh komisi sebesar Rp 45-90 juta. Lihat, bukankah ini penghasilan yang lumayan besar? Padahal sebelumnya lulusan akademi ISWI ini tidak memiliki pengalaman menjual sama sekali. Ia murni seorang ibu rumah tangga yang menghabiskan waktu luangnya dengan berbagai kegiatan sosial bersama para istri pegawai di lingkungan Departemen Perindustrian. Terjun sebagai broker properti juga dilakukannya secara tidak sengaja. Ketika itu, dalam sebuah perjalanan Lisa duduk bersebelahan dengan seorang istri pejabat. Mengetahui Lisa tinggal di kawasan Pondok Indah, istri pejabat tadi bertanya bagaimana caranya bisa mencari rumah di sana. Sang istri pejabat mengatakan kalau dirinya sebenarnya telah lama ingin mempunyai rumah dan tinggal di perumahan elite tersebut.

Ilustrasi: Google Maps
Peta kawasan Pondok Indah.Lisa yang telah lama tinggal di Pondok Indah hapal betul kawasan tersebut. Berbekal hal itulah ia lantas mengutarakan keinginannya untuk membantu istri pejabat tersebut. Tapi selanjutnya Lisa berubah pikiran. Ia malah menceritakan pengalamannya kepada seorang temannya yang kebetulan berprofesi sebagai broker di ERA Home. Siapa sangka, sang teman kemudian menyarankan Lisa untuk terjun menjadi broker properti saja.

Merasa tak punya pengalaman menjual, Lisa tak langsung menerima saran tersebut. Ia berkonsultasi dulu dengan suaminya. Ternyata sang suami mendukung saran teman Lisa tadi. Jadilah Lisa berketetapan hati untuk menjadi broker properti. Ia pun dapat mengabulkan janjinya pada istri pejabat yang pernah ditemuinya dulu dengan mencarikan sebuah rumah mewah.

Bukan Ibu Rumah Tangga Biasa
Sejak itu kehidupan Lisa berubah. Ia bukan lagi penggerak Dharma Wanita, tapi telah menjadi seorang pemasar properti handal. Kemauan belajar yang kuat membuatnya selalu memperbaiki diri dari waktu ke waktu sehingga terus-menerus menerima penghargaan sekaligus komisi besar. Dengan jenjang karir yang ditempatinya sekarang, Associate Director, komisi ratusan juta rupiah per tahun diperolehnya. Belum lagi capaian peringkat Emerald Producer yang memberinya komisi kumulatif antara Rp 2,25-2,75 milyar per tahun. Jumlah yang mungkin tidak pernah didapatkannya sebagai istri seorang pegawai negeri.

Kini Lisa tinggal menikmati hasil kerja kerasnya. Ia tidak perlu lagi bersusah-payah mengelilingi kawasan Pondok Indah untuk mencari rumah yang akan dijual pemiliknya. Koneksi dan jaringannya yang luas membuatnya dapat dengan mudah memperoleh rumah untuk di-listing, masuk daftar jual. Ia juga tidak terlalu ngoyo dan cenderung menikmati profesinya. Yang paling penting baginya saat ini bukan lagi komisi, melainkan kepuasan klien yang ia bantu. Hal tersebut baginya jauh lebih berharga daripada uang, berapa pun nilainya.

Nah, Lisa Kuntjoro telah membuktikan bahwa menjadi broker properti adalah salah satu pilihan tepat untuk meraih karir sekaligus penghasilan berlimpah. Mau mengikuti jejaknya?


Dipublikasikan dari pelosok daerah transmigrasi di Desa Talang Datar, Kec. Bahar Utara, Kab. Muaro Jambi, Jambi. Orang trans juga bisa berprestasi!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 21, 2011 09:10

December 19, 2011

7 Cara Membuat Konten yang Search Engine Friendly

Catatan: Tulisan ini merupakan saduran dari tulisan Daniel Scocco, pemilik DailyBlogTips.com yang juga pakar di bidang search engine optimization (SEO) dan promosi blog. Artikel yang saya sadur berjudul "7 Ways to Make your Content Search Engine Friendly" dan terdapat di eBook "Chitika Blog Bash" halaman 47. Untuk memperoleh eBooknya, silakan klik di sini.


KONTEN memang raja, namun sebagus apapun konten blog kita jika orang tidak dapat menemukannya di search engine sama saja bohong. Disukai atau tidak, mayoritas pengguna internet memulai petualangan di internet melalui Google sebagai search engine terkemuka, di mana mereka menemukan sebagian besar informasi yang dicari.

Jangan salah sangka dulu. Kita tentu saja harus menulis untuk pembaca yang tak lain adalah manusia, karena menulis semata-mata untuk search engine hanya akan menghasilkan artikel yang membosankan. Bung boleh saja menulis dengan menerapkan prinsip-prinsip SEO dasar, namun jangan korbankan kualitas tulisan. Berikut ini 7 cara untuk membuat konten yang search engine friendly:

1. Gunakan keyword terpilih: misalkan Anda menulis posting tentang gambar-gambar lucu yang Anda temui di internet, akan diberi judul apa posting tersebut? "What a funny image" atau "What a funny picture"? Dari sudut pandang pembaca mungkin tidak ada bedanya. Namun jika menggunakan judul yang kedua, peluang untuk memperoleh trafik dari search engine jadi lebih besar karena "funny picture" 39 kali lebih banyak dicari ketimbang "funny image". Bung dapat menggunakan layanan Overture milik Yahoo! untuk melakukan riset keyword.

2. Fokus pada keyword tertentu: tentunya bagus sekali jika Anda dapat menulis sejumlah topik dalam satu posting dan menempatkan semua topik tersebut dengan baik di search engine. Tapi realitanya tidak bisa seperti itu. Bung harus fokus pada satu topik di setiap posting untuk menjaga konsistensi keyword.

3. Gunakan keyword di judul posting: judul posting merupakan faktor terpenting dalam sistem algoritma search engine. Idealnya judul posting mengandung keyword utama dari keseluruhan posting, dan tentu saja pastikan judulnya pendek namun deskriptif.

4. Gunakan keyword di tempat yang tepat: selain menempatkan keyword di judul posting, Bung juga dapat meletakkannya di beberapa tempat strategis lain di isi posting. Tempat strategis yang dimaksud adalah di awal dan akhir posting. Bisa merupakan kata pembuka atau penutup, bisa juga bagian dari kalimat awal atau kalimat terakhir. Biasanya search engine memberikan poin lebih pada keyword yang diletakkan pada tempat-tempat tersebut.

5. Gunakan 'alt tag' dan 'title tag': saat menambahkan gambar, selalu gunakan 'alt tag' dan 'title tag'. Kedua tag ini digunakan oleh search engine untuk mengenali gambar tertentu dan tentunya akan menambah nilai bagi keyword yang digunakan.

6. Tebalkan keyword dan jadikan italic: jika digunakan dengan benar, penebalan dan peng-italic-an keyword tidak hanya akan membuat konten lebih terstruktur, tapi juga akan memberikan nilai tambah bagi keyword tersebut.

7. Gunakan h2 dan h3 header: seperti halnya poin sebelumnya, penggunaan h2 dan h3 header akan membuat konten lebih mudah diindeks oleh search engine. Selain itu search engine juga melihat judul, header dan subheader untuk menentukan topik apa yang dikandung sebuah halaman.

Itulah 7 cara yang disarankan Daniel Scocco. Kalau ingin melihat versi aslinya, silakan download eBook "Chitika Blog Bash" di sini, atau kunjungi DailyBlogTips.com untuk memperoleh tips-tips segar seputar SEO dan blogging. Semoga bermanfaat.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 19, 2011 09:10

December 17, 2011

True Story: Kencing di Alfamart

KEJADIAN ini belum lama. Tepatnya di hari kedua bulan Ramadhan yang baru lalu, berarti tanggal 2 Agustus 2011. Ceritanya saya bersama istri dan Damar, anak pertama kami yang saat itu baru berusia 14 bulan, ngabuburit ke lapangan Desa Banjardawa, Kec. Taman, Pemalang.

Namanya juga desa, tempat rekreasi keluarga yang paling banyak dikunjungi adalah pasar dan lapangan desa. Kebetulan sekali jalan menuju lapangan melewati pasar, yakni Pasar Banjardawa. Seperti halnya di tempat-tempat lain, selama Ramadhan di sepanjang jalan tampak orang-orang berjualan aneka hidangan untuk berbuka puasa. Terutama sekali di dekat pasar.

Menjelang berbuka, kami beranjak pulang. Di jalan arah pulang berjejer warung-warung dan toko, termasuk Alfamart. Tepat di depan Alfamart saya melihat promo sirup, harganya murah. Kebetulan sekali saya memang sedang mencari sirup. Tak membuang waktu segera saya belokkan sepeda motor ke halaman Alfamart.

Tempat Kejadian Pipis (TKP)
[image error]Foto: koleksi pribadi
Damar, kecil-kecil "berani" mengencingi Alfamart. ^_^Awalnya saya cuma mau mencari sirup dan beberapa minuman ringan untuk berbuka. Namun rupanya anak saya betah. Saat saya dan istri sibuk memilih-milih, Damar yang baru sekitar sebulan bisa berjalan malah berkeliling sendiri. Sambil tertawa-tawa sendiri dia mengelilingi rak demi rak. Untungnya sifat usilnya tidak muncul. Kalau tidak, bisa-bisa berantakan semua isi rak Alfamart.

Sekitar 10 menit kemudian saya dan istri sudah siap dengan belanjaan kami. Tapi Damar di mana? Oh, rupanya dia sedang asyik bermain-main di depan tumpukan krat aneka minuman ringan. Sambil mengeluarkan suara seperti orang meracau dipukul-pukulnya tepi krat berisi minuman ringan berbotol-botol.

Saya hampiri dia sambil mengajaknya pulang. Damar menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak mau keasyikannya diganggu. Saya bujuk dia untuk pulang. Akhirnya dia mau, dan segera menghampiri pelukan saya. Tapi, aduh, kok basah? Apa ini? Kata saya begitu Damar berada di pelukan.

Wah, pasti ngompol ini anak, saya membatin. Benar saja. Di lantai tempat di mana Damar berdiri tadi tampak genangan air. Tak mungkin itu tetesan air hujan dari atap, juga bukan rembesan air AC. Bisa saya pastikan itu air kencing Damar karena celananya juga basah.

Kucing-kucingan
Ow ow, saya jadi salah tingkah. Kalau ketahuan karyawan Alfamart bisa repot nih. Mau saya bersihkan sendiri tak ada kain atau pel yang bisa digunakan. Padahal posisi ngompolnya sangat 'strategis', dari kasir nampak jelas, dan tak jauh dari pintu belakang khusus karyawan. Tepat di persimpangan antar rak pula. Kalau dibiarkan begitu saja, bisa-bisa orang terpeleset dibuatnya. Apa akal? Ya sudahlah, cuek saja. Anggap saja tidak terjadi apa-apa.

Agar tak ketahuan siapa-siapa—terutama staf Alfamart, saya gendong Damar sedemikian rupa sehingga celananya yang basah tak terlihat. Istri saya yang sedang melihat-lihat bedak bayi saya panggil. Saya serahkan seluruh belanjaan dan dompet pada istri, biar dia saja yang bayar ke kasir sekaligus sebagai alibi saya. Hehehe…

Magrib sebentar lagi. Dua wanita berseragam di kasir sudah kasak-kusuk menanyakan waktu berbuka. Istri saya membayar belanjaan, sengaja memakai uang pas biar bisa cepat pulang. Ya, juga supaya kami bisa cepat-cepat keluar dari Alfamart dan terbebas dari 'tuduhan' yang tentu bakal sangat memalukan bagi saya.

Giliran istri saya membayar. Yang kami beli cuma 2 botol sirup, beberapa bungkus mi instan, beberapa buah pampers, dan makanan ringan untuk camilan Damar. Proses pembayarannya cepat, terlebih karena istri membayar dengan uang kecil. Begitu istri menerima plastik belanjaan dan struk, saya tersenyum. Aman, bisik saya dalam hati.

Kami pun berjalan ke pintu keluar. Saya membukakan pintu untuk istri, dan bergegas menyusul melangkah keluar begitu istri sudah melewati lubang pintu. Belum jauh dari pintu segera saya berikan Damar ke istri, saya sendiri cepat-cepat ke motor dan menghidupkannya. Adzan magrib terdengar, langit Pemalang sudah berubah kelabu. Saya memacu motor lebih kencang dari biasanya agar cepat-cepat sampai ke rumah.

Sampai sekarang saya dan istri masih sering tertawa sendiri bila mengingat kejadian tersebut. Berkat kejadian itu saya seolah memiliki 'kedekatan emosional' dengan Alfamart. Bukan berarti saya mau anak saya mengencingi Alfamart lagi lho. Hehehe...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 17, 2011 09:10

December 15, 2011

Membasmi Bau Ketek dengan Tawas

"Burket? Gak banget deh!"

PERNAH dengar kan kalimat itu? Dulu kalimat tersebut sangat populer seiring dengan gencarnya iklan sebuah produk deodoran yang dibintangi artis belia Shandy Aulia. Kalimatnya mengena sekali karena "burket" alias "bubur ketek" adalah keluhan umum. Setiap orang pasti pernah mengalaminya. Begitu juga dengan "basket" alias "basah ketek", atau minimal "bauket" alias "bau ketek". Dan saya yakin setiap orang pasti jengkel dengan hal yang sangat tidak diinginkan ini. So, bagaimanapun dan apapun caranya akan mereka lakukan agar terbebas dari "burket", "basket", ataupun "bauket".

Nah, iklannya Shandy Aulia tadi mempromosikan produk penghilang "burket", "basket", dan "bauket". Harganya sih relatif bagi masing-masing orang, jadi saya tidak akan bilang ini murah atau mahal. Yang mau saya bahas di sini adalah efeknya yang agak mengkhawatirkan itu lho.

Saya pernah memakai produk yang diiklankan Shandy Aulia itu, dan juga produk sejenis, untuk beberapa waktu. Maklum, sebagai pria dengan "tingkat curah keringat tinggi", saya butuh sesuatu agar ketiak saya tidak berbau menyengat. Hasilnya ketiak saya memang tidak berbau lagi. Tapi efeknya ketiak jadi panas dan lama-kelamaan warnanya menjadi lebih gelap. Apakah Anda juga mengalami hal serupa? Saya tentu tidak tahu. Yang jelas semenjak itu saya menyetop pemakaian produk seperti itu meski "basket" plus "bauket" kerap menghantui.

Ketiak kering dan bebas bau pangkal percaya diri. Percaya deh.Ternyata, eh, ternyata, ada satu solusi jitu untuk mengatasi persoalan ini. Konsepnya back to nature karena sama sekali tidak memakai bahan kimia. Asli murni alami. Hasilnya? Tidak berbeda dengan yang pabrikan dengan merek terkenal dan iklan jor-joran kok. Kalau Anda ingin bebas dari masalah "burket", "basket", atau "bauket" tapi tidak mau memakai produk pabrikan yang diiklankan di tivi dan koran, saya punya solusinya. Apa itu? Pakailah tawas!

Tawas? Apa itu? Mungkin ada diantara Bung yang bertanya-tanya demikian.

Tawas adalah semacam batu yang dulu dipakai oleh nenek moyang kita untuk menghilangkan bau ketek secara tradisional. Fungsinya seperti deodoran yang beredar di pasaran itu. Asal tahu saja, bahan dasar deodoran itu tawas lho. Berhubung ini bahan alami, selain bau ketek yang menyengat hilang tanpa bekas, ketiak kita juga tidak akan terasa panas pada saat memakainya. Permukaan ketiak pun dijamin tidak akan bertambah gelap.

Ada garansi? Tidak ada. Tapi saya sudah membuktikannya sendiri. Sudah sejak pertengahan 2006 saya memakai tawas untuk menghilangkan "burket", "basket", juga "bauket". Waktu itu istri--dulu masih tunangan--yang mengenalkan deodoran alami ini pada saya. Tanpa ragu, sayapun membuang deodorannya Shandy Aulia dan beralih ke tawas. Alhamdulillah, manjur.

Tapi kok kesannya kuno banget ya pakai tawas?

Siapa bilang kuno? Kita saja yang suka sok modern dan menganggap budaya sendiri warisan leluhur sebagai hal yang ketinggalan jaman. Sebagai info, di Amerika Serikat sana malah ada satu perusahaan yang khusus memproduksi tawas sebagai deodoran. Hebatnya lagi perusahaan ini tidak hanya melayani pembeli dari AS, tapi juga seluruh dunia. Coba saja lihat situsnya di www.tawascrystal.com. Untuk melihat koleksi produk mereka bisa dilihat di www.tawascrystal.com/products/tawas.htm. Menariknya lagi, situs ini juga menerangkan apa itu tawas, dan mengapa kita sebaiknya memakai tawas dan bukannya deodoran sebagai penghilang bau ketiak.

Tertarik menggunakan tawas sebagai deodoran pembasmi bau ketiak? Tak usah repot-repot pesan ke Amerika segala, di pasar-pasar tradisional ada banyak kok. Harganya? Dijamin sangat bersahabat. Saya biasa membeli sebungkus tawas dengan harga Rp1.000 yang bisa dipakai hingga berbulan-bulan. Irit, bukan?

Penasaran? Makanya cobalah pakai tawas untuk membasmi bauket!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 15, 2011 09:10

December 13, 2011

Siapa Penggemar The Beatles?

MUNGKIN karena lagi suntuk dan gairah sedang menurun, beberapa hari belakangan saya jadi sering mengunjungi YouTube. Biasa, cari-cari video menarik. Eits, jangan berpikiran macam-macam dulu ya. Yang saya cari video The Beatles kok. Itu lho, band legendaris yang sampai sekarang masih memiliki banyak penggemar setia di seluruh dunia. Band yang disebut-sebut sebagai revolusioner musik dan bahkan sempat pula menginspirasi grup kondang Indonesia, Koes Bersaudara aka Koes Plus.

Saya sudah dengar nama The Beatles sejak dahulu kala. Yah, sekitar umur-umuran SMP atau SMA. Tapi hanya sebatas tahu nama saja. Suatu waktu pas saya beli CD lagu-lagu kenangan untuk Ibu tercinta ternyata ada dua lagu The Beatles di CD tersebut, yakni Hey Jude dan And I Love Her. Itulah pertama kali saya dengar lagu The Beatles. Ternyata kok lagunya enak juga ya? Beberapa tahun kemudian adik saya beli kaset "The Beatles 1" yang berisi lagu-lagu hits grup asal Liverpool itu. Sejak saat itulah saya jadi kesengsem sama The Beatles.

Sebagaimana penggemar lainnya, selanjutnya saya rajin menghapal lagu-lagu The Beatles. Yang pertama kali saya hapal adalah She Loves You. Lagu ini paling saya senangi karena dulu jadi penyemangat waktu lagi pedekate sama cewek yang sekarang sudah memberi saya dua anak. Tiap kali merasa down dengan sikap si dia, langsung deh saya nyanyi She Loves You biar semangatnya naik lagi. Hehehe... Tapi dari album The Beatles 1 lagu yang paling saya sukai adalah Penny Lane dan All You Need Is Love.

Nah, sewaktu membuka YouTube langsung saja saya cari video-video The Beatles. Busyet, ternyata buanyaaaaak banget! Sejak masih online di warnet sampai kemudian punya modem sendiri, rutinitas mencari video-video The Beatles tak pernah saya lupakan. Tidak terasa, sampai sekarang sudah terkumpul lebih dari 50-an video. Mulai dari rekaman live show dan video klip hitam-putih ala film Charlie Chaplin, sampai video konser terakhir mereka yang menghebohkan di atas atap Apple Building di 3 Savile Row, London, pada 30 January 1969. Wah, ternyata masih banyak yang belum saya ketahui tentang The Beatles untuk dapat disebut sebagai Beatlemania.

Sebagai band legendaris dunia, saya yakin ada banyak komunitas penggemar The Beatles. Cuma saya ragu apakah di Pemalang juga ada komunitas Beatlemania. Kalau di Jogja ada banyak. Saya sempat beberapa kali ikut acara yang digelar komunitas penggemar The Beatles. Kalau ternyata di Pemalang belum ada komunitasnya, tidak tertutup kemungkinan saya bakal mencari teman untuk membentuknya. Hehehe...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 13, 2011 09:10

December 11, 2011

Lucu, Ada 'Suster Ngesot' Ditendang Satpam di Bandung

APA? Ada suster ngesot ditendang satpam? Ini berita lucu of the day yang langsung menarik minat saya begitu membuka situs berita favorit, detik.com. Lucu, konyol. Jadi lebih lucu dan konyol ketika keluarga si 'suster ngesot' melaporkan satpam tersebut ke polisi dengan tuduhan penganiayaan. Konon, beberapa gigi 'suster ngesot' itu tanggal dan pelipisnya lebam.

Cerita menggelikan ini terjadi di Apartemen Galeri Ciumbuleuit, Sunarya, Bandung, pada Sabtu (10/11/2011) lalu sekitar pukul 02.30 WIB. Adalah Mega Tri Pratiwi, seorang mahasiswi Raffles Design Institute Jakarta berusia 20 tahun yang berdandan ala suster ngesot. Aksi ini dilakukan dengan tujuan membuat kejutan ulang tahun pada seorang temannya, Fitra Mahaly.

Mega Tri PratiwiMega Tri PratiwiMega, Fitra, bersama tujuh teman mereka yang lain menginap di apartemen tersebut selama liburan di Bandung. Kebetulan Fitra berulang tahun, dan Mega berinisiatif membuat kejutan dengan berdandan ala suster ngesot untuk menakut-takuti Fitra. Persis seperti suster ngesot di film-film horor kacangan Indonesia, Mega mengenakan pakaian putih-putih, lalu rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai menutupi seluruh wajah.

Mengetahui Fitra dan sejumlah temannya turun ke bawah untuk makan, Mega bersiap-siap. Kemudian ketika Fitra hendak balik lagi ke kamar di lantai 17, teman Mega yang bersama si target mengontak Mega. Gadis berambut panjang inipun menunggu di depan lift lantai 17, duduk membatu sendirian dalam keheningan malam menghadap ke lift seperti suster ngesot di film.

Apes, rupanya dalam lift itu juga ada seorang satpam dan petugas housekeeping apartemen yang hendak melakukan pengecekan rutin ke lantai 17. Ting! Begitu pintu lift terbuka, tentu saja seisi lift kaget bukan main melihat sosok putih di depan mereka. Satpam yang memang tugasnya menjaga keamanan dan ketertiban apartemen secara refleks menerobos maju dan menghajar si suster ngesot.

Bruk! Mega pun ambruk. Ia sampai setengah tak sadar karena sang satpam menendangnya keras sekali. Sejumlah giginya dikabarkan tanggal, dan mukanya lebam membiru. Aksinya terpaksa harus berakhir di RS RS Santosa Hospital, Kota Bandung. Niatnya menakut-nakuti teman, eh, kok malah ditendang satpam sampai ke rumah sakit. Satpam sendiri tidak mau disalahkan karena selain refleks, memang sudah tugasnya menghajar semua yang bisa mengganggu kenyamanan penghuni apartemen.

Ah, aneh-aneh saja mahasiswa jaman sekarang. Setelah pada 7 Desember lalu ada yang bakar diri di depan istana, kini ada yang ditendang satpam karena hendak menakut-takuti teman.
Catatan: Diolah dari detikBandung.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 11, 2011 18:59

December 10, 2011

Tragedi Sondang Hutagalung, Contoh Keberanian Tanpa Kematangan

NAMANYA mendadak populer, meski sedikit 'terganggu' dengan kepulangan Nunun Nurbaeti yang menderita lupa ingatan. Ya, kita hendak membicarakan Sondang Hutagalung, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno yang memilih cara nekat membakar diri sendiri dalam memperjuangkan misinya. Setelah sempat dirawat di RSCM karena menderita luka bakar lebih dari 90%, Sondang pun mati, Sabtu (10/12) kemarin.

Ada banyak pendapat terkait aksi Sondang. Yang menarik bagi saya, ayahnya sendiri menyayangkan tindakan putranya yang baru berusia 22 tahun itu. Ini artinya, sebelum bertindak Sondang tidak memberitahu siapa-siapa, mulai dari pacar, teman seorganisasi, termasuk juga orang tuanya. Atau mungkin ia tidak mau niatnya kendor karena orang yang ia beri tahu jelas bakal melarang atau setidaknya menentang? Hanya Sondang dan Tuhan yang tahu.

Terinspirasi Mohammed Bouazizi?
Setahun lalu, tepatnya pada 17 Desember 2010, seorang penjual sayur Tunisia berusia 27 tahun melakukan aksi bunuh diri. Mohammed Bouazizi, nama si penjual sayur tersebut, merasa frustasi dengan kondisi yang terjadi di negerinya. Sebelum menjadi penjual sayur, ia dipecat dari sebuah perusahaan. Ia menjadi penjual sayur karena kesulitan mencari kerja. Apes, suatu ketika dagangannya dirampas aparat karena tidak memiliki ijin. Ketika ia hendak membayar denda, polisi menampar dan meludahi wajahnya. Tidak terima dengan penghinaan itu, Bouazizi menuntut si polisi. Sayang, tuntutannya diabaikan begitu saja.

Bouazizi pun marah. Bukan saja pada penghinaan yang ia terima, tapi lebih kepada kondisi negerinya yang dicengkeram kekuasan tiran Ben Ali sehingga menyusahkan rakyat kecil sepertinya. Ia pun berbuat nekat dan membakar dirinya sendiri di depan kantor gubernur sebagai bentuk protes. Kejadian ini lantas menjadi gong pembuka bagi aksi demonstrasi besar-besaran yang kemudian menggulingkan penguasa Tunisia. Revolusi di negeri sebelah utara Afrika ini kemudian merembet ke negara-negara Arab lainnya. Mulai dari Libya hingga ke Syria di Asia. Alan W. Dowd dalam artikelnya di TheMarkNews.com bahkan mengusulkan agar Mohammed Bouazizi dipilih sebagai Time's Person of The Year.

Apakah Sondang terinspirasi aksi Bouazizi? Bisa jadi. Sulit mengorek keterangan tersebut karena orangnya sudah mati. Apakah Sondang sadar aksinya itu bisa merenggut nyawanya sendiri seperti yang terjadi pada Bouazizi? Bisa jadi. Kalaupun tidak sampai mati, jelas membakar diri adalah tindakan mencelakai diri sendiri. Minimal ia bakal cacat permanen di sejumlah bagian vital tubuhnya seandainya selamat kala itu.

Cari Sensasi atau Frustasi?
Bouazizi, aksi bakar dirinya menjadi pemicu revolusi di Tunisia dan negara-negara Arab lainnya.Rasanya bakal sangat menarik untuk mengetahui sejauh mana rencana bakar diri yang direncanakan Sondang. Apakah sekedar menimbulkan buzz dan menjadi pusat pemberitaan, atau sengaja memartirkan diri? Kalau menilik isi pesan singkat yang ia kirim kepada temannya sebelum melakukan aksi tersebut, Sondang sadar risiko yang bakal ia hadapi adalah kematian.

Kalau niat awalnya hanya menarik perhatian, matinya Sondang jelas sebuah tragedi. Sudah banyak aktivis yang mati dalam menjalankan aksinya, tapi mati karena aksi membakar diri sendiri jelas tidak bisa dimengerti. Apalagi kondisi di Indonesia, rasa-rasanya, tak separah di Tunisia. Pun Sondang tak pernah terdengar punya masalah pahit seperti yang dialami Mohammed Bouazizi dengan aparat kepolisian di Tunisia.

Nah, kalau Sondang memang sengaja membakar dirinya sendiri dan pasrah dengan risiko kematian, ini juga mengundang pertanyaan besar. Sudah sedemikian putus asanyakah mahasiswa cerdas dengan IPK 3,7 ini dengan kiprah para penegak hukum dalam memberantas korupsi? Tidakkah ia menonton program Tokoh di tvOne yang menghadirkan penasihat KPK Abdullah Hehamahua beberapa waktu lalu? Menurut Abdullah, jika KPK tegas dan powerful, Indonesia baru bisa bebas dari korupsi antara 15-20 tahun lagi. Itupun hanya dengan IPK (Indeks Persepsi Korupsi) 9, alias satu angka dari tingkat sempurna.

Banyak orang di luar sana yang mengelu-elukan Sondang Hutagalung dengan aksi bakar dirinya di depan istana pada 7 Desember lalu. Namun, maaf, bagi saya aksi ini sama sekali tidak cerdas. Apalagi bagi seorang mahasiswa ber-IPK 3,7 dengan kehidupan yang jauh dari penderitaan, kecuali--mungkin--penderitaan batin. Saya rasa masih banyak cara lain yang lebih kongkrit untuk turut aktif memberantas korupsi, bukannya bakar diri dan mati konyol.

Jadi, menyamakan aksi Sondang dengan aksi Bouazizi sama sekali tidak fair. Jangan pula menuntut ketika pengorbanan Bouazizi melahirkan revolusi yang menggulingkan kekuasaan Presiden Ben Ali dan merambat ke negara-negara Arab lainnya, sedangkan di Indonesia aksi Sondang justru menjadi kontroversi. "In the end we will remember not the word of our enemies but the silent of our friends," begitu kata Martin Luther King. Teman-teman seperjuangannya diam bukan karena takut, tapi karena merasa masih ada banyak cara lain yang bisa ditempuh untuk memberantas korupsi. Pada akhirnya Sondang Hutagalung hanya akan dikenang sebagai aktivis-mahasiswa yang nekat membakar dirinya sendiri demi apa yang ia sebut 'perjuangan'.

Anyway, rest in peace, Sondang! May God bless you!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 10, 2011 23:28

December 9, 2011

10 Facts About Bung Eko

Hari ini adalah hari ulang tahun saya. Genap sudah usia saya di angka 29 tahun. Tidak terasa, setahun lagi saya akan menjadi sosok berkepala 3. Dan, posting ini merupakan cara saya menyambung ultah. Oya, posting ini amat sangat panjang sekali. Saya sarankan untuk menyimpan halaman ini dan membacanya secara offline.

Oleh: Eko Nurhuda - Bung Eko dotcom
HANYA berinteraksi di dunia maya, dan paling jauh kontak via telepon dan SMS, tentu banyak hal yang tidak kita ketahui tentang blogger tetangga. Seperti apa sih sosok blogger anu, apa kebiasaan dia, warna kesukaannya apa, pekerjaannya selain ngeblog, makanan favoritnya, anaknya berapa, istrinya, dll.

Nah, saya yakin Bung sekalian juga pernah menanyakan salah satu dari pertanyaan-pertanyaan di atas saat pertama kali berkunjung kemari, atau malah lebih banyak. So, dengan semangat keterbukaan, inilah 10 fakta tentang saya dan bungeko.com. Enjoy it, Pals…

1. Nama resmi saya yang tercatat di beberapa dokumen adalah Eko Nurhuda. Namun dulu saya sempat memakai nama Herlambang Eko Nurhuda (istri saya malah belum tahu ini). Entah kenapa kok kemudian di rapor dan ijasah hanya tertulis seperti yang sekarang. Padahal jujur saja saya suka sekali dengan nama Herlambang itu. Sempat berpikiran untuk memberikan nama tersebut ke anak saya, tapi akhirnya tidak jadi. Hehehe…

2. Saya lahir Jum'at Kliwon. Serem yah? Kata orang pintar yang pernah saya temui, aliran rejeki saya sebenarnya bagus. Cuma karena Jum'at Kliwon itu auranya panas, saya mesti sering-sering tirakat dan melakukan 'ritual-ritual' tertentu agar auranya jadi lebih sejuk sehingga rejekinya lancar. Tidak aneh-aneh kok. Salah satunya saya harus salat Jum'at di masjid-masjid tua. Makanya dulu sewaktu masih di Jogja saya sering jumatan ke Masjid Kauman, Masjid Kotagede, atau Masjid Pathok Negoro. Ketiga masjid ini rata-rata berusia lebih dari 300 tahun. Di Pemalang, saya kesulitan mencari masjid tua. Ada yang tahu?

3. Kata orang tua saya, dulu ketika kecil saya selalu bilang "mau jadi dokter" kalau ditanya cita-cita. Waktu ditanya "kenapa kok pengen jadi dokter?", saya jawaba "biar bisa nyuntik Ibu." Hehehe… Nyatanya, SD sampai SMA saya sempat berhasrat ingin jadi penulis terkenal. Seingat saya kelas 4 SD saya sudah mulai mengarang. Lulus dari pendidikan pariwisata yang pernah saya tempuh sepanjang 2000-2002, saya ingin sekali sekolah ke luar negeri. Tapi ternyata malah terdampar di sebuah kampus me(pet sa)wah bernama Akademi Komunikasi Yogyakarta (AKY), mencicipi dunia jurnalistik sekejap mata (kurang-lebih 6 bulan), lalu akhirnya menulis buku.

Sekarang apa cita-cita saya? Tidak muluk-muluk, saya hanya ingin memperoleh passive income dari 2 dunia yang paling saya cintai: menulis dan internet. Dari menulis, saya berharap bisa menembus penerbit skala nasional dan memperoleh bayaran berdasarkan perhitungan persentase (royalti). Puncaknya, saya ingin memiliki penerbit buku. Sementara dari internet, saya ingin kembali ngeblog secara serius, mencobai program-program periklanan online, dan mengantongi setidaknya $250/bulan. Bukan impian yang berlebihan, bukan?

4. Kebiasaan jelek yang sampai saat ini masih susah saya kendalikan adalah suka menunda-nunda pekerjaan. Pernah saya merendam cucian sampai 5 hari gara-gara kebiasaan ini. Coba bayangkan seperti apa baunya. Diberi pewangi berbungkus-bungkus juga masih tetap bau tidak enak. Hmmpfff… Sekarang ceritanya sudah lain. Berkat istri tercinta, pakaian saya tidak perlu lama-lama terendam di air sabun. Hehehe…

5. Saya penggemar berat Wiro Sableng. Sejak SD saya mengoleksi buku-buku cerita Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 ini. Saya bahkan pernah membeli nama domain Pendekar212.com, tapi setahun kemudian saya lepas karena bingung mau dibuat apa. Sampai saat ini saya masih terus mencari buku-buku cerita petualangan Pendekar 212. Ada yang bisa membantu?

6. Saya pertama kali mengenal blog tahun 2005 sewaktu membaca majalah Berita Indonesia. Dari sana saya langsung berburu referensi lain tentang blog. Ketemulah buku karya Teguh Wahyono, dosen teknik informatika UKSW Salatiga, yang membahas langkah-langkah membuat blog di Blogger. Judulnya Serba-serbi Blogger. Berkat buku itu lahirlah blog pertama saya: ekonurhuda.blogspot.com. Tapi setelah jadi blog itu malah tidak pernah saya urus lagi.

7. Saya pernah membuat satu situs jualan ebook berisi cara-cara memperoleh uang di internet lho. Padahal waktu itu saya sama sekali belum pernah menghasilkan uang dari internet. Hihihi… Situsnya saya buat di Blogger, lalu supaya keren saya buatkan URL redirection dari .tk. Jadilah www.swausaha.tk. Setelah itu saya promosikan dengan brosur amatir berupa fotokopian dan disebarkan di ATM-ATM dekat kos saya di sepanjang Jl. Kusumanegara, Jogja.

Eh, ternyata ada yang berminat. Bukannya senang, saya malah bingung. Soalnya ebook itu malah belum saya buat! Lebih parah lagi, waktu itu saya belum punya komputer sendiri. Waktu si pembeli bilang mau datang malam, siangnya saya berusaha keras menyelesaikan ebook-nya. Hehehe… Geli rasanya kalau mengingat-ingat kejadian itu.

8. Akhir 2006, tepatnya setelah gempa 27 Mei, hingga pertengahan 2007 saya sempat hidup sangat sengsara karena ada satu perselisihan dengan orang tua. Ceritanya saya 'diboikot'. Jadilah saya hanya makan mi instan selama beberapa bulan. Bahkan akhirnya saya hanya bertahan hidup dengan satu-dua gelas teh saja. Tak heran kalau bobot saya merosot tajam jadi sekitar 40 kg dari sebelumnya 75 kg.

Situasi berubah ketika saya memutuskan untuk berjualan kacang garing dengan modal awal Rp 11.000. Yang 10 ribu untuk beli kacang, yang seribu lagi untuk beli plastik dan lilin. Alhamdulillah, uang itu terus berputar sampai kemudian saya bisa menghabiskan rata-rata 5 kg kacang garing dalam seminggu. Sayangnya, saat saya hendak melebarkan pasar dengan menitipkan daganga ke warung-warung dan angkringan, orang tua malah menyuruh saya pulang. Kebetulan waktu itu Pakdhe saya datang ke Jogja untuk mendaftarkan anaknya (alias sepupu saya) kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta. Mumpung ada tumpangan gratis gitu loh

9. Saya masuk AKY tahun 2003. Namanya akademi kan seharusnya hanya 3 tahun ya? Tapi nyatanya sampai sekarang (ini 2011, berarti sudah 8 tahun!) saya masih belum lulus juga. Saya masih sangat ingin lulus dari AKY dan menggeluti dunia jurnalistik. Apa daya, sampai sekarang tidak menemui kata sepakat dengan pihak kampus mengenai 'cara saya lulus'. Saya kemudian berpikir realistis, impian menjadi seorang jurnalis saya buang jauh-jauh. Saya malah sudah menyatakan diri sebagai mahasiswa drop out AKY di biodata penulis saat mengirim naskah ke penerbit.

10. Saya baru menikahi istri saya 3 tahun setelah lamaran. Ini kejadian lucu, sekaligus memalukan bagi pihak saya. Orang tua saya dari Jambi dan rombongan keluarga dari Batumarta (OKU Timur, Sumsel) serta Yogyakarta datang ke Pemalang pada 15 Juni 2006. Seharusnya prosesi lamaran itu disusul dengan pernikahan selambat-lambatnya pertengahan 2007. Apa lacur, perekonomian keluarga saya ambruk sejak akhir 2006, saya sendiri malah 'diboikot' sehingga harus mulai mencari makan sendiri sepenuhnya (lihat poin 8). Setelah tarik-ulur, kompromi, dan sikap saling pengertian dari kedua belah keluarga, akhirnya saya dan istri menikah 4 Agustus 2009.

Kini, kami sudah dikaruniai seorang putra yang tampan dan pintar, kami beri nama Fadhiil Akbar Damar Panuluh (lihat foto-fotonya di akun Facebook saya, atau tonton video-videonya di YouTube). Sekitar 3 bulan lagi, anak kedua kami insya Allah segera lahir. Ya, Anda benar, kata orang Jawa ceritanya kami sundulan. 2 tahun menikah dan punya anak 2, saya rasa ini tidak memalukan. Jelas ini lebih baik daripada 2 bulan menikah tapi sudah punya bayi. Hehehe…

Well, itulah 10 fakta tentang saya. Bukan bermaksud membanggakan diri, karena memang tak ada yang saya bangga-banggakan di sini. Juga bukan bermaksud membuka aib diri sendiri, walaupun kebanyakan yang saya buka adalah fakta-fakta jelek tentang saya. Tujuan saya cuma satu: agar kita saling mengenal lebih dekat. Itu saja. ^_^
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 09, 2011 14:30