Eko Nurhuda's Blog, page 50

August 7, 2012

Amazon.com, Pelopor Toko Online

JIKA di awal penemuannya orang hanya bisa berkirim data dan pesan lewat internet, maka kini kita bahkan bisa membeli sebuah mobil maupun rumah hanya dengan berselancar di dunia maya.

Ya, perkembangan internet yang sedemikian pesat telah membuat sesuatu yang awalnya tidak terbayangkan menjadi nyata. Bahkan mungkin malah menjadi gaya hidup. Salah satu contohnya adalah online shopping atau berbelanja di internet. Cukup hidupkan komputer dan sambungkan ke jaringan internet, selanjutnya kita dapat berbelanja sepuasnya di banyak toko online yang menawarkan beragam produk dan jasa.

Dengan toko online, kita tidak perlu keluar rumah. Semua kegiatan yang biasa kita lakukan saat berbelanja di mal bisa dilakukan dari depan komputer. Mulai dari mengunjungi toko demi toko, memilih-milih barang yang hendak dibeli, melakukan pemesanan, sampai membayar daftar belanja, semuanya dapat dilakukan semudah mengeklik mouse komputer dari dalam rumah kita sendiri.

Ilustrasi: sleetherz.comTak perlu berpanas-panasan atau kehujanan di jalan, tak perlu repot mencari ruang untuk memarkir kendaaraan, tak perlu berdesak-desakan dengan pengunjung lain, dan tak perlu antri di depan kasir. Tinggal klik sana-sini, belanja pun beres. Selanjutnya barang akan dikirim langsung ke alamat oleh kurir yang ditunjuk pengelola toko online. Lihat, kita sama sekali tidak perlu keluar rumah. Betapa mudah dan nyamannya berbelanja di toko online.

Kemudahan dan kenyamanan berbelanja inilah yang kemudian membuat banyak toko online bermunculan di internet. Mulai dari toko online serba ada yang menawarkan segala macam barang dagangan, sampai toko online yang secara spesifik hanya menjual satu jenis barang.

Ambil contoh toko buku online. Seingat saya, toko buku online pertama di Indonesia adalah BearBookStore.com yang mulai beroperasi sejak pertengahan tahun 2002. Mengusung konsep pemasaran viral (viral marketing), toko buku online ini sempat bertahan sebagai satu-satunya toko buku online di Indonesia sampai sekitar tahun 2006. Namun, kini pecinta buku dalam negeri memiliki banyak pilihan untuk berbelanja buku melalui internet. Sebab, selain BearBookStore.com ada pula KutuKutuBuku.com, BukuKita.com, IniBuku.com, PecintaBuku.com, BukaBuku.com, dan lainnya.

Ini tentu fenomena menarik. Dulu, saat internet pertama kali ditemukan, toko online adalah sesuatu yang dianggap tidak mungkin. Orang yang berpikiran bahwa suatu saat internet dapat menjadi sebuah dunia sendiri seperti halnya dunia kehidupan sehari-hari—sehingga kita juga bisa berbelanja di internet, dianggap mengigau. Sama halnya seperti saat Wright Bersaudara mengimpikan sebuah kendaraan yang dapat membawa mereka terbang ketika teknologi mobil bahkan belum sempurna.

Ternyata, semua itu mungkin terjadi. Kini dunia internet dipenuhi entah berapa ratus ribu, bahkan mungkin juta, toko online di seluruh dunia. Dan, Amazon.com rasanya pantas disebut sebagai pelopor toko online. Karena toko buku yang didirikan oleh Jeff Bezos ini telah berhasil mengubah persepsi orang mengenai perdagangan di internet.

Atas perannya sebagai pelopor toko online itulah saya lantas menempatkan Amazon.com pada urutan kedua dalam daftar 7 Wonders of Internet versi saya. Seperti yang saya janjikan pada posting tersebut, bertepatan dengan bulan lahirnya Amazon.com ini saya hendak membagikan sebuah ebook gratis berjudul Amazon.com, Pelopor Toko Online. Inilah ebook kedua dari Seri 7 Keajaiban Dunia Maya.

Untuk mengunduh ebook-nya, silakan klik di sini (ukuran file 3.640 KB). Selamat membaca!


Dipublikasikan dari pelosok daerah transmigrasi di Desa Talang Datar, Kec. Bahar Utara, Kab. Muaro Jambi, Jambi, dengan layanan internet XL Axiata.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on August 07, 2012 10:10

April 22, 2012

YouTube, Layanan Video Sharing No. 1

RASANYA tak ada situs yang namanya begitu cepat mendunia seperti YouTube. Hanya dalam waktu 5 tahun saja situs ini menjadi pemimpin dalam layanan video sharing di internet. YouTube, sebagaimana disebut oleh David Lidsky dalam situs FastCompany.com, bahkan telah mengubah cara pandang orang terhadap internet dan media pada umumnya.

Nama domain youtube.com didaftarkan pertama kali pada tanggal 15 Februari 2005, kemudian tanggal 23 April di tahun yang sama video pertama di-upload sekaligus menandai beroperasinya YouTube versi beta (percobaan). Video berdurasi 19 detik itu berjudul “Me at the Zoo”, sebuah video yang menunjukkan Jawed Karim—salah satu pendiri YouTube—sedang berdiri di depan sekumpulan gajah di dalam kebun binatang San Diego, California.

November 2005, perusahaan investasi top di AS Sequoia Capital menanamkan modal awal sebesar 3,5 juta dolar ke YouTube. Sequoia Capital memang terkenal berani memodali perusahaan-perusahaan teknologi berbasis internet. Sebelum YouTube, perusahaan ini sempat ikut memodali Google bersama-sama dengan Kleiner Perkins Caufield & Byers, perusahaan permodalaan yang cukup terpandang di AS.

Keberanian Sequoia Capital mengucurkan dana awal sebesar 3,5 juta dolar—dan 8 juta dolar lagi di bulan April 2006—ke YouTube seolah menjadi pertanda kalau situs ini bakal menjadi besar, sama besarnya dengan situs-situs lain yang pernah dimodali perusahaan yang digawangi investor kakap Michael Moritz itu. Dan, kelak terbukti YouTube menjadi situs pilihan nomor satu untuk urusan berbagi video di internet.

Sebelum YouTube, sebenarnya sudah ada sejumlah situs yang melayani kebutuhan pengguna internet untuk berbagi video. Beberapa diantaranya adalah Metacafe dan MySpace. Metacafe mulai beroperasi sejak Juli 2002, sedangkan MySpace sejak tahun 2003. Dari luar AS ada DailyMotion yang berbasis di Paris, dan mulai beroperasi Maret 2005 atau 9 bulan sebelum YouTube diluncurkan secara resmi ke publik.

Hebatnya, YouTube secara brilian mampu melewati semua pendahulunya dan menduduki posisi pertama sendirian. MySpace lebih fokus pada aktivitas jejaring sosial dan menjadikan layanan video sharing hanya sekedar pelengkap saja. Metacafe kini berada di peringkat ketiga diantara situs-situs video sharing menurut comScore, sebuah perusahaan riset yang mencatat semua kegiatan di internet untuk kepentingan pengumpulan data seputar pemasaran online. Sedangkan DailyMotion malah hanya berada di peringkat 42 dalam daftar yang sama.

Ketika Google membeli YouTube dengan harga 1,65 milyar dolar dalam bentuk kepemilikan saham pada tanggal 9 Oktober 2006—harga yang dianggap tidak masuk akal oleh sebagian pengamat di AS, semakin jelaslah bukti yang menunjukkan betapa YouTube merupakan situs video sharing masa depan yang patut diperhitungkan.

Mengacu pada pertumbuhannya yang sangat luar biasa serta posisinya sebagai situs layanan video sharing terpopuler saat ini, saya menempatkan YouTube pada urutan kelima dalam daftar 7 Wonders of Internet versi saya. Seperti yang saya janjikan pada posting tersebut, bertepatan dengan tanggal lahirnya YouTube ini saya hendak membagikan sebuah ebook gratis berjudul YouTube, Layanan Video Sharing No. 1. Inilah ebook kelima dari Seri 7 Keajaiban Dunia Maya.

Untuk mengunduh ebook tersebut, silakan klik di sini (ukuran file 10.493 KB). Selamat membaca!


Dipublikasikan dari pelosok daerah transmigrasi di Desa Talang Datar, Kec. Bahar Utara, Kab. Muaro Jambi, Jambi, dengan layanan internet XL Axiata.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 22, 2012 10:10

April 21, 2012

6 Profesi Para Jutawan

SEPERTI yang saya ungkapkan di buku Jangan Ngaku Blogger Kalau Nggak Bisa Nulis Buku! (DP Press, 2012), naskah buku yang diterima penerbit tidak selalu langsung diterbitkan. Memang ada yang diterbitkan tak lama setelah naskah dinyatakan diterima, tapi banyak juga yang harus mengendap hingga 1-2 tahun bahkan lebih sebelum akhirnya diterbitkan.

Nah, posting kali ini menceritakan salah satu naskah buku saya yang diterima sebuah penerbit di Jogja pertengahan 2010. Uangnya sudah lama habis buat biaya aqiqah anak sulung saya. Eh, ternyata bukunya baru terbit bulan kemarin. Itupun kalau tak ada seorang aktivis MLM asal Jakarta yang memberi kabar lewat email--setelah ia membaca buku tersebut, saya tak akan tahu buku tersebut akhirnya terbit.

6 Profesi yang Bisa Buatmu Jadi Jutawan
Tanpa bermaksud narsis apalagi pamer, di posting ini saya bermaksud memperkenalkan buku terbaru saya yang berjudul 6 Profesi yang Bisa Buatmu Jadi Jutawan. Buku setebal 278 halaman, dengan dimensi buku 14 x 20 cm, ini terbit Maret 2012 alias bulan lalu. Nama penerbitnya Laksana, yang merupakan salah satu lini dari penerbit DIVA Press Group. Harganya? DIVA Press membanderolnya Rp30.000/eksemplar, namun kalau Bung mau membelinya melalui saya, saya bisa memberi diskon 25%.

Seperti saya ungkapkan di atas, saya baru tahu buku tersebut terbit dari seorang pegiat MLM di Jakarta. Rupanya rekan kita distributor Amway ini membaca buku saya yang memang pada salah satu bab membahas kiprah distributor MLM. Ia lantas mengirim email dan mengabari jika buku tersebut telah membuatnya terkesan. Lucunya, saya malah heran. "Buku yang mana ya?" tanya saya dalam hati. Hari ini, setelah melakukan penelusuran di Google dan situs DIVA Press, akhirnya pertanyaan tersebut terjawab sudah.

Penulis: Eko Nurhuda
Isi: 278 hal.
Ukuran: 14x20 cm
Penerbit: Laksana, Yogya
Terbit: Maret 2012Kalau Bung membaca buku Jangan Ngaku Blogger Kalau Nggak Bisa Nulis Buku! , cerita mengenai naskah buku ini ada di Bab 19, halaman 131. Persis seperti cerita di bab yang saya beri judul "Kalau Naskah Ditolak" tersebut, naskah 6 Profesi yang Bisa Buatmu Jadi Jutawan pertama kali saya tulis pertengahan 2005. Waktu itu judulnya Profesi Para Jutawan, dan hanya berisi kisah-kisah sukses pelaku 5 profesi: Pengusaha, Distributor MLM & direct selling, broker properti, agen asuransi, dan penulis/pengarang.

Begitu rampung langsung saya kirim ke sebuah penerbit ternama di Jakarta. Sebulan kemudian naskah itu kembali, dengan catatan redaksi menolaknya. Sempat mengendap selama hampir 5 tahun, akhir 2009 saya otak-atik lagi untuk rencananya dikirimkan ke DIVA Press. Namun karena awalnya tidak mantap, baru pada pertengahan 2010 saya kirim. Saya tambahkan profesi blogger profesional sehingga jumlah profesinya jadi 6, dan judulnya saya ganti jadi Road to be A Millionaire dengan subjudul 6 Profesi yang Bisa Membuatmu Jadi Jutawan. Alhamdulillah, langsung diterima.

Yang lucu bagi saya, buku ini diterbitkan ketika hubungan saya dengan editor kepala DIVA Press sedang rusak. Karena miskomunikasi, akhir 2010 saya sempat beradu argumen dalam nada tinggi via telepon dengan sang editor. Setelah itu kami putus kontak sama sekali. Jadi, rasanya tak heran jika DIVA Press tak memberi kabar saat buku ini diterbitkan. Padahal, sesuai kontrak penerbitan naskah, saya berhak mendapatkan 5 eksemplar sampel buku cetakan pertama, dan 2 eksemplar untuk cetakan-cetakan berikutnya.

Lebih lucunya lagi, buku ini awalnya saya beri judul Profesi Para Jutawan. Lalu setelah direvisi saya ubah judulnya jadi Road to be A Millionaire dengan subjudul 6 Profesi yang Bisa Membuatmu Jadi Jutawan. Eh, ketika diterbitkan kok penerbit malah memakai subjudul sebagai judul. Yah, begitulah dunia penerbitan buku.

Oya, berminat membeli buku 6 Profesi yang Bisa Buatmu Jadi Jutawan? DIVA Press membanderol buku ini seharga Rp30.000/eksemplar, namun kalau Bung mau membelinya melalui saya, saya bisa memberi diskon 25%. Plus, bonus tanda tangan wis. Hehehe.
 •  1 comment  •  flag
Share on Twitter
Published on April 21, 2012 22:14

April 11, 2012

Matinya Surat Kabar

PERTAMA kali ke Pemalang, pertengahan 2006, saya ingat ada dua koran daerah yang secara khusus mengambil segmen pembaca di wilayah eks Karesidenan Pekalongan. Yang pertama Radar Tegal milik Jawa Pos Group, dan koran kedua Nirmala Post milik seorang pengusaha ternama di Tegal. Eh, waktu saya menikah Agustus 2009, Nirmala Post sudah lenyap dari peredaran. Tinggallah Radar Tegal sendirian sebagai koran lokal di wilayah eks Karesidenan Pekalongan.

'Mati'-nya Nirmala Post kala itu jadi kabar buruk bagi saya. Pasalnya saya sempat berencana magang di koran tersebut selepas dari Akademi Komunikasi Yogyakarta (AKY), dan syukur-syukur bisa kecantol jadi wartawan tetap. Tapi apa daya, koran yang dimaksudkan untuk menyaingi Radar Tegal itu harus mundur dari persaingan di tahun ketiganya.

Setelah menikah dan berbulan madu (*halah*), saya kembali mendapati berita tentang menghilangnya satu koran di Jogja. Ya, Koran Merapi, koran kuning alias koran yang banyak memuat berita kriminal dan mistis itu diberhentikan peredarannya oleh Kedaulatan Rakyat Group per 1 September 2009. Sebagai gantinya, PT BP Kedaulatan Rakyat menerbitkan koran baru; KR Bisnis. Lucunya, umur KR Bisnis juga tak panjang. Manajemen KR Group memilih mengakhiri koran tersebut dan kembali menerbitkan Koran Merapi.

Jauh sebelumnya, mingguan Malioboro Ekspres tempat saya pertama kali mengawali jalan sebagai jurnalis sudah lebih dulu gulung tikar. Tidak berlanjutnya Malioboro Ekspres jadi semakin tragis karena koran ini terbit mingguan dan baru berusia kurang dari 6 bulan. Saya di sana sekitar 3 bulan, lalu pindah untuk magang di Harian Jogja selama dua bulan satu minggu. Sekeluarnya saya dari Harian Jogja, Pemred Malioboro Ekspres memberi kabar kalau koran itu tidak lagi terbit.

Kembali ke Pemalang, beberapa bulan belakangan terbit koran-koran baru. Saya tak ingin menyebut namanya karena bermaksud memberi kritik di sini. Beberapa eks kru Nirmala Post terlibat di dalamnya. Sayang, dari segi tampilan (layout halamannya) saja koran-koran tersebut tak menarik. Membaca beritanya jauh tidak menarik lagi. Kalau isi berita Radar Tegal yang merupakan anggota jaringan Jawa Pos Grup saja tidak membuat saya tertarik, apalagi koran-koran baru tersebut. Formatnya yang terbit dwimingguan membuat saya menebak koran ini bermodal cekak, dan tak akan berumur panjang. Eh, dugaan saya tak salah.

Sudah Diprediksi
Berjatuhannya media cetak sebenarnya sudah diprediksi banyak pengamat. Kian mahalnya harga kertas serta semakin majunya dunia Teknologi Informasi membuat media cetak susah bersaing dengan media elektronik, dan belakangan dengan media internet. Dengan segala keterbatasannya, media cetak tidak bisa mengejar kecepatan gerak media internet dan juga media elektronik.

Bagaimana bisa bersaing? Media cetak menyajikan berita kemarin, sedangkan media elektronik menyajikan berita-berita yang terjadi saat itu juga. Media internet bahkan selalu di-update setiap saat dengan berita-berita terbaru. Alhasil, hanya media cetak yang didukung modal besar serta benar-benar memiliki konsumen loyal dalam jumlah besar saja yang mampu bertahan hidup.

Fenomena ini juga pernah disampaikan seorang rekan yang jurnalis senior dalam beberapa kesempatan berbincang dengan saya. Waktu itu saya masih getol-getolnya ingin jadi jurnalis media cetak dan mengabaikan ajakannya untuk mengembangkan sebuah situs berita lokal. Tapi setelah melihat dengan mata kepala sendiri keambrukan Nirmala Post, Malioboro Ekspres, dan sejumlah koran-koran lokal lain, saya jadi berubah pikiran.

Dulu saya sempat berangan-angan punya situs berita lokal. Saya pun membeli nama domain PemalangPost.com, sebagai awalan saya isi dengan berita-berita seputar Pemalang dari sejumlah koran lokal. Tapi saya kurang serius mengurus situs ini, jadi umurnya tak panjang. Entah, mungkin suatu saat saya akan memulainya lagi. Mungkin lho ya...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 11, 2012 15:30

April 10, 2012

Mau Melempari Muka Bos eBay?

SEBAGAI salah satu member eBay yang terbilang rajin jualan--meski tak selalu laku, saya tahu persis seberapa besar fee yang dikenakan eBay. Ya, untuk para penjual ada banyak fee yang ditetapkan eBay. Fee bahkan sudah dikenakan saat kita baru mau memajang barang dagangan! Maka, saya pun jadi lebih suka belanja ketimbang berjualan di eBay.

Seberapa besar dan seberapa banyak sih biaya-biaya yang dibebankan eBay pada membernya yang berjualan? Sebenarnya tak bisa dibilang besar juga. Kalau dirupiahkan nilainya hanya beberapa ribu saja. Namun kalau dalam sebulan berjualan setidaknya 50 item, tentu nilai beberapa ribu itu membengkak jadi lumayan besar.

Sebagai gam- baran, untuk mema- jang sebuah barang dengan harga di $0.99 ke bawah member dikenai listing fee $0.10. Biaya ini bakal meningkat seiring besar starting bid (harga awal untuk sistem lelang) barang yang dijual. Biaya listing degan format fixed price lebih mahal lagi, yakni $0.50/item. Nanti ketika barang laku, eBay mengenakan fee lagi. Kali ini namanya Final Value Fee yang besarnya rata-rata 10% dari harga penutupan barang (untuk sistem lelang) atau harga jual (untuk sistem fixed price). Ini masih belum cukup. Kalau penjual mengenakan biaya pengiriman, eBay juga menarik biaya sebesar 10% dari tarif ongkos kirim yang kita kenakan ke pembeli.

Masih kurang? Karena satu-satunya cara menerima uang di eBay adalah melalui PayPal, maka penjual bakal kena fee lagi. Kali ini fee-nya dikenakan oleh PayPal selaku pengelola dana. Dengan demikian, seorang penjual di eBay dikenai setidaknya 3 biaya di eBay (listing fee, Final Value Fee, dan Final Value Fee on Shipping Fee) dan 1 biaya di PayPal. Total 4 biaya. Keren!

Mungkin karena jengkel dengan berbagai fee ini, sejumlah eks member eBay yang tidak puas lantas keluar membuat situs tandingan. Namanya iOffer.com. Tak cukup membuat situs tandingan, penggagas iOffer juga menyerang eBay dan para pejabatnya. Awak iOffer membuat sebuah game dengan program flash yang disebar-luaskan melalui situs iOffer. Dalam game itu, kita bisa melempari muka Pierre Omidyar si pemilik eBay. Sadis? Namanya saja game, tentu saja menyenangkan.

Mau ikut melempari muka Pierre Omidyar? Ini dia game-nya! Tapi sebelumnya ikuti dulu sejarah eBay dalam versi iOffer.


#feepay_swf { padding: 15px; background: #000; text-align: center; }#feepay_swf h3, #feepay_swf h3 a, #feepay_swf span { font-family: verdana,tahoma,helvetica,sans-serif; }#feepay_swf h3 { color: #ccc; font-size: 12px; margin: .5em 0; padding: .25em 0; }#feepay_swf h3 a { color: #ffc; font-size: 12px; font-style: italic; }#feepay_swf h3 a:hover { color: #009; background: #ffc; }#feepay_swf span { color: #999; font-size: 11px; padding: .5em 0; }

Jangan lupa hidupkan dulu speakermu, Bung. Enjoy!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 10, 2012 11:00

April 7, 2012

Mengapa Saya Tidak Membeli SMUO?

KALAU Bung sudah akrab dengan internet awal tahun 2000-an, bisa dipastikan Bung kenal nama Joko Susilo (JS). Atau setidak-tidaknya pernah mendengar meski hanya satu kali. Ya, nama tersebut adalah pemilik sekaligus pengelola situs FormulaBisnis.com yang terkenal dengan produk Sistem Mesin Uang Otomatis (SMUO).

Saya jadi tertarik mengangkat sebuah kenangan lama. Tentu saja tidak jauh-jauh dari JS dan Formula Bisnis, karena saya hendak membeberkan pengalaman saya ketika pertama kali melihat situs penjual SMUO tersebut sampai kemudian berkeputusan untuk tidak membelinya. Ya, saya ingin membeberkan alasan mengapa saya tidak membeli SMUO.

Saya pertama kali mengenal JS dan Formula Bisnis melalui email sampah (spam) sekitar pertengahan 2001. Saya tidak ingat bulan berapa pastinya, tapi yang jelas harga SMUO masih Rp90.000-an. Membaca sales page Formula Bisnis, siapa sih yang tidak terkesima? Bayangkan, Anda dapat menghasilkan uang puluhan juta rupiah hanya dengan menerapkan 3 langkah sederhana yang diajarkan dalam SMUO! Fantastis, bukan? Tidak heran jika saya jadi bersemangat sekali membaca habis seluruh isi sales page Formula Bisnis.

SMUODari sales page tersebut saya jadi tahu apa saja tiga langkah sederhana untuk memulai bisnis internet yang dimaksud JS dalam SMUO yang ditawarkannya. Tiga pilar utama yang diajarkan ebook tersebut adalah; (1) ciptakan produk, (2) buat website untuk menjual produk tersebut, dan (3) datangkan trafik. Benar-benar mudah! Demikian kata saya dalam hati waktu itu. Kebetulan pula waktu itu saya sedang butuh sumber pemasukan setelah tak lagi menjadi guide dan gagal melanjutkan kuliah ke jenjang S1.

Hampir saja saya tertarik membeli SMUO. Namun setelah melihat screenshot yang dipamerkan, saya justru jadi pikir-pikir lagi. Saya perhatikan baik-baik deretan angka yang ada di tampilan buku rekening itu, jumlahnya selalu Rp45.000 dengan 3 digit akhir yang berlainan satu sama lain. Logika saya langsung bermain. Sejumlah pertanyaan kritis bermunculan di kepala saya. Bukankah harga SMUO Rp90.000? Dari harga tersebut, JS selaku admin memperoleh Rp45.000 dan separuhnya untuk reseller. Dan ingat, calon pembeli juga diingatkan untuk memberikan angka unik di 3 digit terakhir uang yang disetorkan. Jadi, dari seharusnya hanya Rp45.000 masing-masing untuk admin (JS) dan reseller, pembeli harus mentransfer, misalnya, sejumlah Rp45.212, Rp45.234, Rp45.007, dsb.



Pertanyaan penting dalam benak saya yang kemudian membuat saya batal membeli SMUO adalah, bisnis apa yang sebenarnya dijalankan JS? Apa yang hendak ia ajarkan pada saya dalam ebook SMUO itu? Kalau melihat dari angka-angka dalam screenshot yang ditunjukkan, bukankah sebenarnya ia sedang menunjukkan transferan dana dari para pembeli SMUO sebelumnya? Artinya, dari berjualan ebook itulah JS memperoleh uang. Dan itulah yang hendak diajarkannya pada saya (dan seluruh pengunjung FormulaBisnis.com) lewat ebook SMUO seharga Rp90.000 tersebut. Bukankah itu yang ia katakan di kalimat awal sales page-nya?




Dari sana saya menyadari kalau apa yang akan diajarkan oleh ebook tersebut (bila saya jadi membelinya) tak lain tak bukan adalah apa yang sedang dijalankan JS dengan berjualan SMUO itu. Artinya, apa yang dibeberkan JS dalam ebook-nya justru sedang dijalankan olehnya bersama FormulaBisnis.com. Maka sayapun urung membeli SMUO. Untuk apa? Toh, saya sudah tahu apa yang akan diajarkan, yakni ciptakan sebuah produk informasi seperti SMUO, buat sebuah situs penjual seperti FormulaBisnis.com, dan kemudian alirkan trafik ke situs tersebut. Itu saja kan rahasianya?

Itu pengalaman saya dengan Formula Bisnis, dan itulah mengapa saya tidak membeli SMUO walaupun sebenarnya saya sempat sangat ingin memilikinya. Ini pengalaman nyata. Saya menyampaikannya hanya untuk sharing saja. Anda sendiri, bagaimana pengalaman Anda dengan Formula Bisnis?


Catatan: Gambar-gambar diperoleh dari Web Archive, tepatnya di sini dan di sini.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 07, 2012 11:03

April 2, 2012

Rekonsiliasi Setengah Hati

MENJELANG dan setelah Kongres Tahunan PSSI di Palangkaraya, 18 Maret 2012 lalu, Ketua Umum PSSI Djohar Arifin terus menyatakan niatnya untuk melakukan rekonsiliasi dengan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Demi terwujudnya rekonsiliasi, PSSI berencana mengakui Liga Super Indonesia.

Pertanyaan yang timbul kemudian, seriuskah niat PSSI ini?

"Dalamnya samudra dapat diselami, dalamnya hati siapa yang tahu," begitu kata pepatah. Serius-tidaknya ucapan Djohar hanya dirinya dan segenap pengurus PSSI saja yang tahu. Namun demi kemajuan sepak bola nasional, ucapan tersebut sudah semestinya bersifat serius dan diseriusi.

Ingin Menang Sendiri
Masalahnya, dalam kongres yang baru lalu PSSI tak banyak membahas soal dualisme kompetisi dan upaya rekonsiliasi. Dari 9 poin hasil kongres yang dirilis PSSI, hanya 2 poin yang membahas tentang dualisme kompetisi. Itupun isinya mengesankan PSSI hanya 'mau menang sendiri' serta 'merasa benar sendiri'.

Coba baca poin keempat.
"Kongres menyetujui penguatan skorsing kepada 32 klub yang telah diputuskan Komite Eksekutif karena mengikuti breakaway league. Namun, kepada seluruh klub tersebut, terbuka kesempatan untuk kembali dengan syarat menyampaikan pernyataan kembali bergabung secara tertulis dan terpublikasikan, juga berjanji untuk memenuhi statuta dan ketentuan yang berlaku."

Menurut poin tersebut, Kongres menyetujui penguatan skorsing pada klub-klub LSI. Pertanyaannya, kalau ingin rekonsiliasi kenapa justru menguatkan skorsing? Apa tidak sebaiknya poin tersebut berisi persetujuan terhadap penguatan upaya menuju tercapainya rekonsiliasi dengan klub-klub LSI dalam tempo sesingkat-singkatnya?

PSSI juga hanya mau menerima klub-klub LSI jika menyampaikan surat pernyataan tertulis. Tak cukup sampai di situ, pernyataan tersebut juga harus dipublikasikan! Syarat adanya pernyataan tertulis masih bisa dimaklumi, tapi syarat publikasi? Syarat ini jelas sekali mengisyaratkan bahwa PSSI memosisikan dirinya di pihak yang benar, dan klub-klub LSI di pihak yang salah.

Baca juga poin keenam.
"PSSI diberikan kewenangan oleh Kongres untuk menyelesaikan dualisme kompetisi dengan berlandaskan 5 skema penawaran yang telah diajukan kepada KONI pada tanggal 12 dan 14 Maret 2012."

Poin ini juga menyiratkan sikap ingin menang sendiri. Ingat saat KONI mempertemukan PSSI dengan perwakilan KPSI beberapa hari menjelang Kongres Tahunan PSSI? Belum setengah jalan pertemuan berlangsung, utusan PSSI sudah meninggalkan ruangan karena merasa keinginannya tak dipenuhi KONI.

Belajar Mendengar
Apa mungkin tercapai rekonsiliasi jika keinginan PSSI saja yang harus terpenuhi? Bagaimana dengan keinginan klub-klub LSI, akankah PSSI mau mendengarkan dan mengakomodir? Jika benar-benar ingin mewujudkan rekonsiliasi, sudah seharusnya PSSI mau mendengar suara klub-klub LSI. PSSI juga harus bersedia mengalah jika memang ada kebijakan yang ternyata menyimpang.

Djohar selaku ketua umum semestinya memahami alasan klub-klub LSI menolak LPI yang digagas PSSI. Ini bukan soal dendam, tapi soal kepantasan. Benar selama ini LSI masih banyak kekurangan. Buruknya kepemimpinan wasit, pemakaian dana APBD, kasus pengaturan skor, atau maraknya perkelahian antarpemain serta antarsuporter adalah problem utama LSI. Tapi apakah menghentikan LSI dan membuat kompetisi baru adalah solusinya? Bukan.

Lalu bagaimana dengan 6 klub divisi bawah yang diberi tiket gratis ke kasta tertinggi? PSMS, Persebaya dan Bontang FC seharusnya berlaga di Divisi Utama musim ini. PSM Makassar, Persema dan Persibo bahkan sempat diskorsing oleh PSSI era Nurdin. Maukah PSSI mengabulkan tuntutan kubu LSI yang ingin keenam klub tersebut dikeluarkan dari kompetisi level teratas?

Belum lagi soal dualisme klub. Arema, Persija, Persebaya, Gresik Uited adalah contoh klub yang terbelah dua akibat konflik PSSI-KPSI. Dapatkah PSSI bersikap netral dan mengambil keputusan yang adil dan jujur mengenai hal ini?
Deadline yang diberikan FIFA pada PSSI untuk menyelesaikan masalah dualisme kompetisi sudah lewat. Hingga batas waktu yang ditentukan FIFA kompetisi di Indonesia tetap ada dua, LPI dan LSI.

Indonesia terancam sanksi. Namun apapun keputusan FIFA upaya rekonsiliasi tetap harus dijalankan. PSSI harus membuktikan niat tersebut serius dan murni demi kepentingan sepak bola nasional. Bukan karena ancaman sanksi FIFA, bukan karena segan pada Presiden, bukan pula karena motif lain. Buktikan bahwa niat mewujudkan rekonsiliasi tidak setengah hati!

Baca edisi cetaknya di tabloid BOLA edisi Senin-Rabu, 2-4 April 2012, rubrik Oposan.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 02, 2012 17:30

March 25, 2012

Kolektor Apa Kolekdol?

BUNG mungkin sudah tahu kalau saya berjualan uang lama. Usaha jual-beli uang jaman dulu ini sudah saya lakoni sejak pertengahan 2009. Tepatnya setelah saya melakukan liputan soal hobi koleksi uang lama alias numismatik ke sejumlah kolektor top Jogja. Dari liputan, lha kok saya ikut-ikutan kecemplung menjadi kolektor kecil-kecilan, sekaligus juga pedagang kecil-kecilan.

Waktu itu saya buta sama sekali soal uang lama. Tapi saya langsung menemukan chemistry saat mendengarkan cerita Mas Panji Kumala, Pak Sugiarto, serta Pak Whisnu Murti. Ketertarikan pada uang lama semakin bertambah setelah saya menemukan forum numismatis di Kaskus serta membaca-baca sejumlah referensi online. Satu hal yang membuat saya tertarik, mengoleksi uang lama adalah investasi. Tak ubahnya menyimpan emas.

Sarana Investasi Menarik
Begini penjelasan Mas Panji saat saya wawancarai untuk keperluan liputan di Harian Jogja. Kalau kita menabung uang, katakanlah, Rp100.000 di bank, maka 1-2 tahun kemudian nilai uang tersebut justru berkurang. Coba baca ulasan saya berjudul Rajin Menabung Pangkal Kaya? yang membahas soal kerugian menabung di bank. Ringkasnya, uang Rp100.000 tersebut bakal terus tergerus inflasi dan nilainya semakin turun dari waktu ke waktu.

Sekarang coba gunakan uang Rp100.000 itu untuk membeli uang lama pecahan, sebagai contoh saja, Rp10.000 tahun 1985. Waktu saya kecil, ini uang pecahan tertinggi. Cuma orang berduit yang di kantongnya ada lembaran uang Kartini ini. Saat ini harga selembar uang Rp10.000 tahun 1985 berkisar antara Rp25.000-Rp35.000 tergantung kondisinya. Katakanlah kita beli yang kondisi biasa-biasa saja seharga Rp25.000/lembar, maka dengan uang Rp100.000 kita bisa memiliki 4 lembar.

Simpan keempat uang lama tersebut barang 1-2 tahun, maka nilainya bisa dipastikan bertambah. Seberapa banyak? Dalam tempo setahun, bolehlah kita berharap harganya bakal naik Rp5.000/lembar. Memang tak banyak sih, tapi setidaknya kita tak rugi seperti halnya menabung di bank.

Kalau ingin yang return of investment-nya cepat, belikan uang mahar alias uang-uang lama yang biasa digunakan sebagai mas kawin. Asal dapat menemukan pedagang yang pas, kita bisa mendapatkan harga eceran sekitar Rp5.000 hingga Rp12.000/lembar untuk uang lama pecahan Rp1, Rp5, atau Rp10. Di pasaran, selembar Rp1 tahun 1961 paling tidak laku dijual seharga Rp10.000.

Modal Minimal Hasil Maksimal
Saat kembali serius berjualan uang lama awal Januari lalu, modal saya tak sampai Rp150.000. Uang sebesar itu saya belikan uang lama pecahan Rp1 tahun 1961 dan Rp10 tahun 1959 masing-masing 20 lembar. Boleh percaya boleh tidak, akhir bulan itu juga saya bisa mengantongi keuntungan bersih Rp500.000 lebih sedikit. Padahal tak semua barang terjual. Padahal juga saya tak menjual mahal-mahal.

Akhir 2009, saya membeli 3 lembar uang lama pecahan Rp1000 tahun 1952 seharga Rp 1 juta termasuk ongkos kirim. Ketiga lembar uang itu dalam kondisi baik. Pakai hitung-hitungan kasar saja, Rp 1 juta bagi 3 berarti harga per lembar uang itu sekitar Rp340.000. Mahal? Tunggu dulu. Selembar dari ketiga uang itu dibeli seseorang di Surabaya seharga Rp550.000, lalu selembar lagi laku seharga $49.00 di eBay. Waktu itu kurs rupiah masih di angka Rp9.500/dolar. Sisa selembar lagi masih saya simpan, dan konon kini harganya paling tidak Rp600.000.

Saya juga sempat membeli 2 lembar uang Soeharto polymer dengan nomor seri urut seharga hampir Rp200.000. Saya pikir itu terlalu mahal. Nyatanya hanya sekitar 2 pekan kemudian saya bisa menjual kedua lembar uang itu seharga Rp250.000. Keren! Sejak itulah saya semakin meminati sekaligus menikmati berjualan uang lama. Pasalnya, usaha ini sangat pas bagi orang bermodal cekak seperti saya.

Meski bermodal tipis, tapi saya beruntung bisa memiliki nama domain TOP BGT. Nama domain yang sangat membantu saya mengembangkan usaha jual-beli uang lama ini secara online. Yap, saya sangat bersyukur sekali mempunyai uanglama.com. Dengan sewa tak sampai Rp100.000/tahun, saya serasa punya ruko yang sewanya jutaan setahun. Ahamdulillah...

Beberapa pembeli sering menganggap saya kolektor uang lama . Hmmm, padahal sebenarnya saya hanyalah seorang kolekdol. Maksudnya, saya memang mengoleksi uang lama. Tapi kalau ada yang mau membeli ya saya dol (=jual, Jawa) saja. Hahaha...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 25, 2012 10:20

March 20, 2012

Twitter, Mengawali Era Microblogging

JANIS Krums mungkin tidak menyangka jika perjalanannya ke kota New York di awal tahun 2009 bakal membuatnya terkenal di seluruh Amerika Serikat, bahkan dunia. Hari itu, 15 Januari 2009, Janis yang berasal dari Sarasota, Florida, tengah berada di dalam sebuah kapal ferry wisata menyusuri Sungai Hudson yang memisahkan kota New York dengan Weehawken, New Jersey. Tiba-tiba, dari angkasa jatuh benda besar panjang berwarna putih ke tengah sungai, tak jauh dari ferry yang ditumpangi Janis.

Benda besar panjang itu ternyata sebuah pesawat! Begitu pesawat tercebur dan mengapung-apung di permukaan sungai, 155 orang penumpangnya langsung berebut keluar dan berdiri di sayap pesawat. Sebagian lagi duduk kedinginan di atas tangga darurat pesawat yang terbuat dari bahan semacam plastik berisi angin. 5 awak pesawat berusaha keras membantu para penumpang keluar dari badan pesawat.

Seluruh penumpang ferry di mana Janis Krums berada sama berteriak kaget melihat insiden tersebut. Awak ferry dan seluruh penumpang sepakat berbalik haluan untuk menolong para penumpang kapal nahas itu. Ketika ferry sedang mendekati badan pesawat, Janis memotret pesawat jatuh itu dengan kamera iPhone-nya. Ia lalu login ke akun Twitpic untuk meng-upload foto hasil jepretannya ke internet, dan kemudian menulis status di Twitter: "http://twitpic.com/135xa - There's a plane in the Hudson. I'm on the ferry going to pick up the people. Crazy."

Siapa sangka, inilah foto dan informasi pertama tentang insiden jatuhnya pesawat di Sungai Hudson itu yang diketahui publik. Dengan cepat berita tersebut menyebar di internet, khususnya para pengguna Twitter. Foto yang di-upload Janis juga segera menjadi konsumsi umum, dan akhirnya sampai ke tangan para jurnalis media-media besar. Para editor berita segera melihat jadwal penerbangan dari bandara LaGuardia, New York City, untuk mencari tahu pesawat apa yang jatuh. Kemudian ditemukan informasi bahwa pesawat US Airways jurusan Charlotte, North Carolina, dengan nomor penerbangan 1549 melakukan pendaratan darurat di Sungai Hudson setelah menabrak sekawanan burung hanya 6 menit setelah lepas landas.

34 menit setelah Janis meng-upload foto ke Twitpic dan menulis status di Twitter, stasiun televisi MSNBC datang ke lokasi kecelakaan dan mewawancarainya sebagai saksi pertama dalam liputan langsung (live) mereka. Beberapa saat setelahnya giliran stasiun televisi Fox News yang mewawancarainya—juga dalam liputan langsung, disusul dengan sejumlah pemberitaan di situs-situs berita dan portal Google News.

Semenjak itu nama Janis Krums terkenal di seantero Amerika Serikat, bahkan juga dunia. Program-program dokumenter yang mengangkat jatuhnya pesawat US Airways itu selalu mewawancarai Janis sebagai saksi pertama. Beberapa di antaranya program yang dibuat oleh Channel 4—stasiun televisi Inggris, dan Discovery Channel. Jika para kru pesawat memperoleh penghargaan Master of the Guild Medal dari The Guild of Air Pilots and Air Navigators, ditambah status warga kehormatan dari Walikota New York dan standing ovation sebelum pertandingan Super Bowl XLIII dimulai, maka Janis Krums memperoleh penghargaan Shorty Awards yang disponsori oleh The John S. and James L. Knight Foundation untuk tweet (status) yang ia tulis di Twitter. Tidak hanya itu, foto yang ia upload ke TwitPic juga memenangkan penghargaan sebagai Real-Time Photo of the Year.

Sejumlah pengamat di Amerika menyebut kejadian ini sebagai the power of citizen journalism, kekuatan jurnalisme warga. Namun, bagi para pengguna jejaring sosial—khususnya Twitter, apa yang telah dilakukan Janis Krums merupakan bukti dari semakin menguatnya pengaruh jejaring sosial dalam kehidupan masyarakat modern dewasa ini. Tidak hanya sebagai sarana bersosialisasi di internet, jejaring sosial juga menjadi cara baru untuk mengirim sekaligus mendapatkan berita yang terkadang luput dari pantauan media mainstream seperti koran dan televisi. Atau, dalam kasus Janis Krums, berita yang terlebih dulu diketahui publik sebelum media tahu dan mengangkatnya.

Mengingat pengaruhnya dalam kehidupan sosial dewasa ini, saya menempatkan Twitter pada urutan ketujuh dalam daftar 7 Wonders of Internet versi saya. Seperti yang saya janjikan pada posting tersebut, bertepatan dengan tanggal lahirnya Twitter ini saya hendak membagikan sebuah ebook gratis berjudul Twitter, Mengawali Era Microblogging. Inilah ebook ketujuh atau terakhir dari Seri 7 Keajaiban Dunia Maya.

Untuk mengunduh ebook tersebut, silakan klik di sini (ukuran file 1.640 KB). Selamat membaca!


Dipublikasikan dari pelosok daerah transmigrasi di Desa Talang Datar, Kec. Bahar Utara, Kab. Muaro Jambi, Jambi, dengan layanan internet XL Axiata.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 20, 2012 10:10

February 26, 2012

Roma Tidak Dibangun dalam Semalam!

UJAR-UJAR tersebut sudah sangat sering kita dengar, untuk menggambarkan bahwa kota Roma yang indah nan rapi tidak dibuat secara instan dalam semalam. Ujar-ujar bijak ini mengandung makna bahwa kesuksesan tidak bisa dicapai secara singkat. Tidak ada jalan pintas menuju sukses, karena setiap kesuksesan memerlukan proses berliku dan terjal mendaki.

Menurut sejarah yang berbalut mitos, kota Roma dibangun oleh dua saudara kembar Romus (circa 771-753 SM) dan Romulus (circa 771-717 SM) pada tahun 753 SM. Dalam mitologi Romawi, keduanya adalah anak petapa Rhea Silvia dan Mars, Dewa Perang. Kelahiran si kembar menuai masalah sehingga keduanya harus dibunuh. Alih-alih membunuh, pelayan yang diperintah untuk mengeksekusi bayi kembar tersebut malah membuang keduanya ke hutan. Seekor serigala betina menemukan kedua bayi itu dan memeliharanya. Kisah ini digambarkan dalam logo klub sepakbola AS Roma, juga dibuat dalam bentuk patung serigala sedang menyusui Romus dan Romulus.

Colloseum, salah satu bangunan megah di Roma.Seseorang bernama Faustulus kemudian datang dan mengambil Romus dan Romulus. Bersama istrinya, Acca Larentia, ia membesarkan kedua bayi malang tersebut. Saat keduanya dewasa, mereka memutuskan untuk membangun sebuah kota. Namun mereka tidak dapat bersepakat siapa yang akan memerintah kota itu. Maka mereka me-ngadakan semacam taruhan dengan melihat burung di langit. Romus menjadi yang per-tama melihat 6 ekor burung terbang di langit. Tak lama kemudian Romulus melihat 12 ekor burung. Romus melihat pertama kali, namun Romulus melihat lebih banyak. Kesepakatan tidak dapat dicapai, merekapun menempuh jalan kekerasan. Setelah bertarung sekian lama, Romulus membunuh Romus dan memimpin Roma sendirian.

Jatuh-Bangun Roma
Sejak didirikan pada tahun 753 SM, pembangunan Roma terus berjalan seiring dengan laju pergantian kepemimpinan yang menguasai kota tersebut. Tahun 616 SM, raja Tarquinius Priscus mendirikan dua bangunan megah yang dikenal sebagai Forum dan Circus Maximum. Lalu pada 600 SM, sebuah bangunan megah lain bernama Cloaca Maxima mulai dibangun. Diikuti dengan pembangunan Tembok Servian (Servian Wall) oleh raja Servius Tullius pada 565 SM, dan Kuil Jupiter pada 510 SM.

Di masa pemerintahan Republik (508-27 SM), pembangunan dilanjutkan, terutama sekali kelengkapan infrastruktur kota seperti jalan raya. Pada 312 SM, dua jalan utama yang dinamai Via Appia dan Aqua Appia dibangun. Disusul dengan Via Flamina di tahun 220 SM. Pembangunan kemudian terhenti oleh meletusnya Perang Punic yang pecah sampai 3 kali; 264-241 SM, 218-202 SM, dan 149-146 SM. Ketika Julius Caesar membangun imperium Romawi dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Roma, praktis pembangunan Roma terhenti karena perang dan invasi yang tak henti-hentinya.

Pembangunan Roma kembali berjalan di tahun 72, ketika Flavian Amphitheatre atau yang lebih dikenal sebagai Colosseum mulai dibangun. Tahun 125, Kaisar Hadrian merekonstruksi Pantheon menjadi kurang-lebih seperti yang kita lihat sekarang. Tahun 216, Baths of Caracalla selesai dibangun. Disusul dengan dimulainya pembangunan Tembok Aurelian (Aurelian Wall) pada 270.

Pada tahun 395 (versi lain menyebut pada 284), Imperium Romawi pecah menjadi dua. Perpecahan diawali dengan pembangunan Byzantium sebagai ibukota Romawi yang baru oleh Kaisar Constantine I pada 11 Mei 330. Nama tersebut kemudian diganti menjadi Constantinople, dan menjadi pusat kekuasaan Romawi Timur. Sedangkan Romawi Barat membangun ibukota baru bernama Ravenna menggantikan Roma.

Meski tidak lagi menjadi pusat kekuasaan Romawi, namun kota Roma terus di-kembangkan. Sekitar tahun 320, St. Peter's Basilica mulai dibangun. Seratus tahun kemudian, Gereja Santa Sabina didirikan. Lalu pada tahun 630, Gereja Santa Agnes di-dirikan. Bangunan ini menjadi gereja Romawi pertama yang dibangun dengan gaya Byzantine. Tahun 1108, Gereja San Clemente dibangun ulang, disusul dengan restorasi Gereja Santa Maria di Trasevere pada tahun 1140. Tahun 1232, Basilica of St. John Lateran selesai dibangun. Pembangunan dan perbaikan gereja-gereja megah ini merupa-kan lanjutan dari dijadikannya Kristen sebagai agama resmi imperium Romawi oleh Kaisar Theodosius di tahun 380.

Tahun 1452, St. Peter's Basilica yang dibangun sekitar tahun 320 diruntuhkan untuk kemudian dibangun kembali. Proses pembangunan basilika ini menjadi lebih serius lagi pada masa Paus Julius II, dimulai pada tahun 1506. Dua tahun kemudian, pelukis terkenal Michelangelo dipercaya untuk melukis Sistine Chapel yang juga ter-kenal itu. Lalu di tahun 1547, Paus Paulus III menunjuk sang pelukis sebagai arsitek utama pembangunan St. Peter's Basilica.

Selain gereja dan basilika, sejumlah bangunan lain juga didirikan. Seperti Palazzo della Cancelleria yang dibangun pada tahun 1486, dan Villa Farnesina yang selesai di-bangun pada tahun 1519. Sayang, tahun 1527 pasukan Raja Charles V dari Prancis menyerbu Roma dan meruntuhkan kota, sejumlah bangunan megah diratakan dengan tanah.

Roma cepat bangkit kembali, dan pembangunan bangunan-bangunan megah dilan-jutkan lagi. Diantaranya adalah Gereja Gesu (1568), Palazzo Farnese (1595), patung Apollo dan Daphne (1624), St. Peter's Basilica (1626), Piazza Navona (1651), Palazzo di Montecitorio (1694), Trevi Fountain (1732), Piazza del Popolo (1816), dan di masa Italia modern ada Monumen Vittorio Emanuele (1911). Bangunan-bangunan ini masih dapat dilihat sampai sekarang, meski sebagian sudah berupa puing-puing. Dan, adanya bangunan-bangunan inilah yang menjadi daya tarik wisata Roma.

Bangkit, dan Terus Bangkit
Nah, itulah Roma. Kota yang keindahannya kondang sampai ke seluruh dunia, menjadikannya salah satu tujuan wisata pilihan di Eropa, ternyata dibangun dalam masa yang begitu panjang. Jika dihitung dari saat Romus dan Romulus membangun kota ter-sebut pertama kali pada tahun 753 SM, Roma seperti yang kita lihat saat ini dibangun dalam waktu 2763 tahun. Luar biasa!

Sejarah pembangunan kota Roma ini layak selalu diingat. Pesannya adalah tidak ada hasil instan, apalagi tanpa kerja keras. Anda mustahil mendapatkan penghasilan berlimpah dan hidup kaya raya hanya dengan ongkang-ongkang kaki. Maaf, Anda salah kalau percaya dengan iklan-iklan di berbagai situs yang menyebut Anda hanya perlu punya keahlian mengetik untuk bisa menghasilkan pendapatan puluhan juta rupiah sebulan dari internet. Sekalipun Anda jago mengetik satu jari, mencari uang di internet butuh keterampilan lebih dari itu.

Jer besuki mawa bea, demikian kata orang Jawa Timur. Ujar-ujar ini kurang-lebih bermakna bahwa segala sesuatu membutuhkan pengorbanan. Bentuk pengorbanan ini banyak ragamnya, mulai dari pengorbanan uang, waktu maupun tenaga. Banyak orang tidak keberatan mengorbankan uang dan tenaganya untuk sesuatu yang ia inginkan. Namun, sebagian besar orang selalu tidak sabar mengorbankan waktunya. Kebanyakan orang tidak sabar melalui proses menuju puncak suksesnya, sehingga akhirnya terjebak pada pilihan-pilihan instan yang semu.

Demikian juga dengan blogger pencari uang. Banyak sekali diantara mereka yang tidak sabar ingin segera menghasilkan puluhan ribu dolar sebulan. Alih-alih menebalkan kesabaran serta memusatkan fokus pada target, mereka malah mencari jalan pintas untuk segera mengantarkan mereka pada tujuan. Memang, ada juga yang berhasil dengan cara pintas begini. Namun keberhasilan tersebut bersifat semu dan tidak bertahan lama. Jalan pintas adalah fatamorgana di gurun pasir, nampak indah di mata tapi tidak nyata.

Belajar pada sejarah Roma yang mulai dibangun sejak 2763 tahun lalu, kesuksesan sejati membutuhkan waktu. Dan, kita dituntut untuk sabar serta tetap fokus dalam menjalani proses menuju sukses tersebut. Ingatlah baik-baik dalam memori bahwa Roma tidak dibangun dalam semalam. Demikian juga dengan apapun yang kita impikan dan ingin peroleh, kita membutuhkan waktu dan kerja keras sebelum mencapainya.

Epilog: Sejak pertengahan 2009 saya berjualan di eBay. Sempat mandeg setahun lebih, lalu saya mulai lagi pertengahan 2011. Alhamdulillah, barang-barang yang saya pajang laku meski hitungannya rugi. Nah, sejak Januari 2012 lalu saya bertekad untuk serius menekuni jual-beli uang lama di eBay. Saya telah menyusun sebuah target bersama eBay. Saya optimis target itu bisa saya capai, dan saya juga sadar untuk mencapai itu butuh waktu. Cerita pembangunan Roma ini adalah penyemangat saya.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 26, 2012 15:13