Benny Rhamdani's Blog, page 35

February 5, 2015

TIps Jadi Penulis Cerita Anak untuk Pemula





Beda antara ‘kata yang hampir tepat’ dengan ‘kata yang tepat’, seperti perbedaan ‘kunang-kunang’ dan ‘halilintar’.
- Mark Twain

Agar tulisan cerita anak kita senantiasa membaik, mari kita lakukan hal-hal berikut:
1. Membaca sebanyak mungkin buku cerita anak-anak. Kita bisa belajar dari karya penulis lainnya.

2. Lebih memerhatikan sekeliling kita. Bukankah ide dapat kita temukan di mana saja?

3. Segera catat ide yang ditemukan. Jangan terlalu mengandalkan memori otak kita.

4. Disiplin dengan jadwal menulis.

5. Jadilah pengamat, bukan sebatas melihat. Ide bisa muncul dengan mengamati.

6. Dekat dengan dunia anak. Perhatikan cara mereka bicara, bereaksi pada sesuatu, dan banyak hal lainnya yang tentunya akan berbeda satu sama lainnya. Jangan jadikan dunia anak-anak kita sendiri sebagai referensi (terutama bagi penulis warga senior). Anakmu bukan anakmu - Khalil Gibran.

7. Pengalaman oke-oke saja untuk ditulis menjadi cerita anak, tapi memberi bumbu imjinasi itu juga penting.

8. Selalu merencanakan cerita yang akan ditulis. Pahami strukturnya.

9. Jangan lekas puas. Kembangkan ide dan senang-senanglah dengan bereksplorasi.

10. Draft awal adalah penyemangat kita berkarya.

11. Mengerti tentang alur, penceritaan, tokoh, dan elemen cerita yang kita buat adalah penting.

12. Cobalah berdiskusi dengan teman-teman penulis, editor jika ada sesuatu yang meragukan atau mengganjal.

13. Jangan takut dengan revisi.

14. Menulis cerita anak adalah tentang proses, bukan semata produk.

15. Berbagi akan membuat kita semakin bahagia. Bagikan cerita kita. Terbitkan. JIka tidak berhasil tembus, pasang di blog.

‪#‎BeraniNulisBuku‬
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 05, 2015 19:58

January 19, 2015

Tips Berlanja Murah Kain Tradisional Bali di Pasar Klungkung



Harga kain tradisional asli Bali di pasar ini terbilang murah. Tapi kalau mau dapat yang lebih murah, ada tipsnya lho.

Bagi pecinta kain tradisional, belum lengkap rasanya bila datang ke Bali tapi tak bertandang ke Pasar Klungkung. Sebab di sinilah pusat penjualan paling terkenal kain tenun Bali yang menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Tidak terlalu sulit untuk mencapai Pasar Klungkung. Letaknya di Jalan Diponegoro, kota Semarapura, sehingga tak jarang masyarakat setempat  menyebutnya Pasar Semarapura. Tepatnya, di seberang Taman Kerta Gosa yang sohor itu.

Setelah melewati gerbang yang relatif kecil, saya menemukan lahan luas terbuka yang dipenuhi kios-kios alat upacara adat di sisi kiri. Terlihat ramai, lantaran saya datang menjelang Hari Raya Galungan. Beberapa dagangan berupa pernak-pernik dekorasi dari daun lontar meluber hingga ke badan jalan.
Sementara di sisi kanan, terdapat area khusus untuk lapak-lapak yang menjual perhiasan, terutama perak. Namun terlihat sepi dan beberapa kios tutup.


Saya kemudian masuk ke bangunan utama Pasar Klungkung, dan saya segera sadar akan memasuki kawasan yang dipenuhi kios-kios kain. Jangan mencari baju barong atau kain pantai seperti di Pasar Sukowati. Di sini bukan tempatnya. Hanya beberapa kios yang menjual dalam jumlah sedikit.
Di Pasar Klungkung, menu utama dagangannya adalah kain-kain tradisional. Mata saya pun terbelalak melihat keindahan corak kain yang dipajang di setiap toko.  Sehelai corak rarang yang sedang ngetrend, bisa dijual dari harga Rp.500.000 hingga Rp2.000.000. Tapi jangan khawatir, semua harga di sini bisa ditawar. Bukankah tawar menawar adalah seni menarik belanja di pasar tradisional.
Lantaran saya tidak pandai menawar, saya urung membeli sehelai kain sutera bermotif rarang. Target saya kemudian beralih mencari kain endek ukuran selendang untuk isteri di rumah. Akhirnya saya memilih endek berwarna putih. Ketika saya tanyakan harganya, kok murah sekali. Menurut pedagangnya, karena bahannya dari katun biasa. Akhirnya, pedagang itu memilihkan endek putih lainnya dari bahan sutera.
Setelah tawar menawar, akhirnya saya bisa mendapatkan harga di bawah Rp.100.000. Yes! Rasanya senang sekali jika berhasil menawar barang yang kita inginkan.
Target berikutnya, saya mencari kemeja putih model safari yang sering dipakai warga Bali untuk upacara keagamaan. Setelah menyusuri beberapa kios, saya gagal menemukan ukuran yang cocok dengan tubuh saya (melirik perut). Ada beberapa kemeja putih yang ukurannya cocok, tapi modelnya seperti baju muslim yang mudah ditemukan di kota tempat tinggal saya, Bandung.
Semula saya juga ingin membeli udeng, ikat kepala khas Bali. Tapi setelah ingat di rumah sudah punya hasil membeli di Ubud beberapa tahun silan dan belum pernah dipakai, saya membatalkannya.
Terakhir, saya membeli beberapa kain ikat dan pakaian untuk oleh-oleh keluarga. Wuah, tidak sadar menghasilkan dua kantung kresek besar ketika berjalan meninggalkan Pasar Klungkung.
Oh iya, saya sempat juga melihat bagian belakang pasar yang ternyata dipadati los-los penjual kebutuhan sehari-hari masyarakat Klungkung. Ternyata pasar ini tak hanya menjual kain.

Tips Belanja



Nah ini, ada saran bagi  yang ingin belanja di Pasar Klungkung. Semoga berguna.
1. Kain di Pasar Klungkung bukan jenis kain untuk sehari-hari, tapi untuk upacara ataupun perayaan tertentu. Secara kualitas pun jauh di atas jenis kain untuk pakaian sehari-hari. Apalagi ditenun dengan ATBM dan menggunakan sutera alam. Jadi sangat wajar bila harga kain di atas rata-rata untuk keperluan sehari-hari.
2. Pelajari lebih dulu jenis-jenis kain Bali sebelumnya akan lebih baik. Begitu pula motif yang sedang trend. Biasanya, semakin trend motifnya, makin mahal.
3. Jangan ragu untuk bertanya soal kualitas kain. Misalnya, gampang luntur atau tidak, cara merawatnya dan lain sebagainya. Pedagang dengan senang hati akan menjelaskannya.
4. Jika datang dari luar Bali, cobalah datang bersama teman yang orang Bali agar lebih mudah bertransaksi. Tapi jangan lantas berharap mendapat harga murah, karena tidak semua orang Bali juga pandai menawar.
5. Coba browsing kisaran harga kain tenun Bali dengan cara apapun. Salah satunya berkunjung ke toko-toko kain di Bali ataupun online. Harga di Pasar Klungkung bisa dipastikan di bawah harga tersebut. Apalagi jika membeli dalam jumlah banyak karena sebenarnya beberapa kios merupakan pedagang grosiran.
6. Sedikit bersabar sebelum memutuskan membeli. Menawar dan membandingkan harga dengan gerai lainnya wajib dilakukan. Karenanya, jangan berharap harga murah jika waktu yang dipunya sangat sempit.
7. Harga di pagi hari ketika kios baru dibuka biasabya lebih murah.
Selamat berburu dan berbelanja kain tradisional Bali di Pasar Klungkung.
^_^

foto-foto: Benny Rhamdani
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 19, 2015 00:31

January 18, 2015

Pasar Tradisional Ramah dan Segar di Sanur Bali



Orang-orang menyebutnya Pasar Sindu, tapi di papan nama tertera Pasar Ramah dan Segar. Menarik juga ternyata isi pasar tradisional satu ini.
Pagi telah menunjukkan waktu pukul enam saat kaki melewati gerbang Pasar Sindu Sanur, Bali. Keramaian terlihat dari lalu lalang motor dan pejalan kaki di pelataran pasar. Beberapa pembeli tampak ke luar dari dalam pasar dengan belanjaannya.

Ini adalah pengalaman pertama saya memasuki pasar tradisional di Bali, selain Pasar Sukowati yang terkenal dengan aneka oleh-olehnya itu. Rasa takjub langsung terasa ketika melihat suasana pasar di dalam yang begitu tertata rapi, meskipun ramai. Aroma dupa pun menyeruak dari sesajen di tiang-tiang tinggi yang berdiri di setiap kios. Benar-benar pemandangan yang unik lantaran saya belum pernah melihat hal seperti ini.


Saya termasuk senang masuk ke pasar tradisional. Karena suasananya sangat humanis jika direkam oleh kamera foto. Belum lagi suara tawar menawar antara pedagang dan pembeli. Benar-benar hidup. Tentunya, pasar tradisional sekarang berbeda sekali dengan pasar ketika saya masih kecil.

Pasar tradisional sekarang jauh lebih bersih. Meskipun kita berada di dekat los daging yang biasanya becek disertai bau anyir, namun  tetap nyaman, seperti  di Pasar Sindu ini.
Tidak heran jika pasar ini terlihat lebih nyaman dibandingkan sebelumnya, biaya untuk merevitalisasinya saja mencapai Rp3,4 milyar. Dana tersebut murni bersumber dari swadaya masyarakat dan Yayasan Pembangunan Sanur. Pasar ini kemudian diresmikan kembali pada tanggal 4 Agustus 2010 oleh Marie Elka Pangestu saat menjadi Menteri Perdagangan RI.
Saat itu Marie Elka Pangestu  menginginkan pasar tradisional seperti Pasar Sindu lebih dikenal dengan nama pasar ramah dan segar. Ramah berarti masyarakat dapat berinteraksi saling tawar menawar secara ramah, dan segar masyarakat yang berjualan menyediakan bahan pokok yang segar.


Tentang Ramah, menurut saya memang terasa sekali ketika berjalan-jalan dan membeli barang di Pasar Sindu. Setidaknya setiap saya minta izin memotret, mereka mempersilakan dengan ramah. Mereka juga mau meladeni saya bercakap-cakap walau tak membeli.
Bu Pasti, salah satu penjual bunga-bunga sesaji malah langsung bercerita ketika saya bertanya tentang dagangannya. “Saya jualan bunga di sini sudah 12 tahun. Waktu itu pasarnya belum seperti ini. Sekarang sudah lebih bagus,” jelasnya dengan logat Bali

Lalu, seorang ibu setengah baya memintanya membungkuskan bunga campur seharga limabelasribu rupiah. Ada lagi seorang ibu yang menawar hiasan untuk penjor. Dia pun langsung sibuk meladeni pembeli.
“Mau hari raya Galungan, jadi banyak yang beli untuk perlengkapan upacara,” kata Bu Pasti.


Saya pun berterima kasih lalu melangkah ke tempat lainnya.
Pasar Sindu berdiri di atas lahan seluas 51 are untuk menampung 361 pedagang yang sebagian besar merupakan masyarakat lokal. Dari jumlah tersebut 150 ditampung los dan 78 menempati toko, sisanya pedagang musiman. Pedagang los ditata sesuai dengan jenis dagangan yang dijual sehingga masyarakat lebih mudah untuk berbelanja. Penataan los  sesuai dengan jenis dagangan juga  dapat mempermudah menjaga kebersihan pasar.

Di pasar ini ditata menjadi tiga  los utama.  Ada Los A untuk para pedagang yang menjual alat upacara dan buah-buahan. Los B untuk pedagang sembako dan jajanan Bali. Sedangkan los C untuk pedagang yang menjual daging dan ikan.
Seperti umumnya pasar tradisional, barang yang dijual memang terlihat masih segar, baik bunga, buah, sayur maupun daging. Cocok jika Pasar Sindu ini menyandang gelar pasar ramah dan segar. Tak heran pula jika Pasar Sindu ini sering dijadikan rujukan untuk revitalisasi pasar-pasar lain di wilayah Bali.
Setengah Hari

Mengamati kesibukan para pedagang Pasar Sindu ini memang mengasyikan. Ada pedagang yang sibuk meladeni pembeli, pedagang yang sembahyang di sudut pasar, bule-bule berbelanja buah, bahkan ada juga pedagang yang menjahit.

Bu Agung pemilik toko alat sembahyang tampak tekun membuat saku untuk menyimpan perak dari kain bercorak hitam putih kotak. Dia memiliki dua toko di Pasar Sindu, satu toko lagi di pasar lainnya. Menurut Bu Agung, tokonya sedang sepi dari pembeli sehingga dia memilih mengisi waktu dengan menjahit. “Agak siang sedikit biasanya ramai,” ucapnya.
Pasar Sindu bukan jenis pasar tradional yang buka sepanjang hari.  Sekitar pukul duabelas sampai satu siang, pasar sudah ditutup. Sayangnya Pak Nyoman, petugas Satpam yang saya tanyakan tidak bisa menjelaskan alasannya. Namun, menurut saya cukup efektif juga untuk menjaga Pasar Sindu tetap bersih, karena jumlah sampahnya tidak menggunung jika dibuka terus menerus.

Uniknya, kawasan sekitar Pasar Sindu ini menjelang pukul enam sore akan kembali ramai. Kali ini berbeda dengan suasana di pagi hari. Pasar Sindu berubah menjadi pusat jajanan malam hari. Banyak tersedia aneka jajanan, termasuk makanan halal untuk wisatawan muslim. Pasar  jajanan ini buka hanya sampai pukul sepuluh malam.
Saya juga melihat turis-turis asing ikut menyantap makanan kaki lima yang ada di Pasar Sindu.

Potensi Wisata


Dengan kekhasan yang ada pada masyarakat Bali, Pasar Sindu sangat potensial menjaring wisatawan yang sedang berkunjung ke Sanur. Terutama untuk wisatawan yang ingin membeli jajanan kaki lima khas setempat.
Selain itu, los buah-buahan juga menjadi favorit wistawan asing yang ingin tahu lebih banyak tentang buah-buahan lokal, seperti salak, manggis, dan lainnya.
Selama saya berada di Sanur, informasi tentang Pasar Sindu sebagai pasar tradisional kurang diinformasikan. Saya baru mendapatkannya ketika browsing di Internet. Seandainya informasi melalui brosur di hotel-hotel tersedia, kemungkinan besar turis asing yang singgah akan lebih banyak lagi. Apalagi jika disediakan bus pulang pergi ke lokasi pasar.
Jadi, sebelum beraktivitas liburan di Pantai Sanur, tidak ada salahnya berwisata ke Pasar Sindu yang unik ini.


^_^
Foto-foto: Benny Rhamdani
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 18, 2015 17:29

December 22, 2014

Pengalaman Menginap di Mercure Resort Sanur

Mercure Resort Hotel

Begitu membaca undangan workshop empat hari, saya akan diinapkan di Mercure Resort Sanur (MRS), buru-buru saya browsing. Di website resminya sih keren banget foto-fotonya. Tapi biasanya memang begitu, kan? Jadi saya cari review blogger ihwal resort tersebut. Ternyata mayoritas positif.
Setidaknya saya mendapat tiga kata kunci untuk MRS, yakni menyatu dengan pantai, hijau, dan senyap. Itu sudah cukup bagi saya sebagai blogger yang gemar mereview hotel.

Saya check in pada tanggal 11 Desember 2012 sore. Karena sudah direservasi oleh panitia, saya tinggal menyebutkan nama penyelenggara dan nama saya.  Saya  langsung diberikan kunci karena roommate saya sudah check in lebih dulu.
Jalan dari Lobi ke kamarPenampilan depan hotel sih kurang begitu meyakinkan resortnya. Apalagi jika dibandingkan beberapa hotel di Sanur, seperti Hyat Park. Namun begitu memasuki lobi hotel, saya mulai menyukai MRS. Interiornya benar-benar suasana Bali banget. Belum lagi crew MRS yang ramah dan siap membantu.
Dari lobi menuju ke kamar, saya harus melewati jalan terbuka dan melewati pepohonan hijau nan rindang. Papan-papan penunjuk sangat unik, dan cukup membantu saya mencari kamar.
Begitu masuk kamar hotel, tada! Seperti saya bayangkan! kamar tanpa karpet. Ya iyalah, di daerah pantai kalau kamarnya berkarpet pasti bakal penuh pasir. Dan yang pertama saya periksa adalah jumlah colokan. Ternyata hanya tiga yang bisa dipakai. Tentu saja ini kurang karena harus sharing bersama teman sekamar. Saya saja butuh untuk mencharge satu smartphone, satu tab, satu kamera DSLR, satu kamera Gopro, satu remote Gopro, dan satulaptop yang kadang habisnya bersamaan. Maka yang terpikir pertama kali adalah membeli sambungan stop kontak.
Interior kamar sederahana
Lalu, sedikit hal yang mengganjal adalah kami mendapat kamar single bed (king). Setelah menghubungi panitia, kami dibolehkan pindah ke kamar dengan twins bed. Hal mengganjal lainnya  dinding kamar mandi yang dari kaca. Ini seperti kamar hotel lainnya di Novotel Gajah Mada Jakarta. Bedanya, di Novotel dilengkapi penutup otomatis yang tinggal tekan. Sementara di kamar saya adanya krey manual. Dan bagian bawahnya sudah susah ditutup.
Buat saya, semua kegiatan di kamar mandi adalah privacy. Jadi ya sudah, paling saya akan mengatur jadwal mandi dan lainnya ketika teman sekamar  keluar saja.
Salah satu yang membuat kami akhirnya memutuskan tidak pindah kamar adalah kamar kami paling dekat dengan ruang workshop. Jadi nggak perlu buru-buru ke workshop, atau kalau ada yang tertinggal tidak perlu kepayahan. Lagipun, saya dan teman sekamar sudah kenal baik. Cukuplah dibatasi dengan tumpukan guling dan bantal kursi.


Kamar saya menginap

Pantai, Hijau dan Senyap

Pantainya keren Sebagai penyuka destinasi wisata alam, saya pun menuju Pantai Sanur. Benar-benar menyatu dengan MRS. Meskipun Pantai Sanur bukan jenis pantai denganombak tinggi, tapi saya malah menyukainya. Tenang dan tampak luas.


Di pantai saya masih bisa melihat nelayan dengan jukungnya pulang dan pergi melaut. Bisa melihat juga penduduk setempat liburan di pantai membawa anak-anaknya, karena sangat  aman. Yang paling menyenangkan adalah bisa memotret sunrise dengan indah. Yup, Sanur memang terkenal dengan sunrise-nya, sementara Kuta dengan sunset-nya.
Jika sudah puas dimanjakan lautan, saya menghabiskan waktu bejalan-jalan lingkungan MRS yang hijau. Pohon-pohon kelapa, mangga, jambu air, kamboja dan pohon rindang lainnya membuat saya betah berada di luar kamar hotel. Bahkan pihak MRS juga membuat sawah kecil berisi padi lho.
Saya juga suka susana MRS yang senyap, jauh dari hiruk pikuk. Seperti diketahui banyak orang, Sanur memang lebih disukai turis senior karena keheningannya. Bahkan selepas magrib saya keluar hotel tidak menemukan kegiatan apapun.
Tersedia pendopo dielilingi pepohonanTapi tenang saja, fasilitas di MRS ini terbilang lengkap jika ingin beraktivitas. Kolam renang ada dua, jogging track tersedia dekat pantai, tempat spa ada, mau apa lagi?
Wifi gratis? Ya ada sih. Yang berbayar juga ada. Cuman tahu sendiri deh kalau yang gratisan seperti apa. Itu sebabnya saya tetap mengandalkan modem sendiri ataupu tethering. Daripada garuk-garuk pasir di pantai karena kesal nggak bisa ngeblog.



Pandawa Resto
Inilah salah satu tempat yang paling sering dikunjungi di MRS, Pandawa. Setelah di lihat karena nama-nama meja hidangannya diberi nama tokoh-tokoh pandawa. Coba sebutkan apa saja.
Makan sambil lihat view yang asyik

Saat sarapan, menu yang saya inginkan tersaji. Misalnya, salad, buah-buahan, roti dan omelet. Kadang ada pula nasi goreng. Tapi untuk orang Indonesia yang suka sarapan sampai kenyang mungkin kurang variatif. Saya punya teman yang kalau sarapan di hotel seperti makan siang, semua makanan berat dilahap. Kalau saya sih pengennya sih sesekali ada bubur ayam. Hahaha, tapi karena ini di Bali, jadi mungkin bukan ciri khas sarapan di sana. lagipun, saya tahu sekali MRS dominan dikunjungi turis asing.
Sarapan saya

Makan siang sedikit lebih variatif hidangannya. Tapi selama empat kali makan siang di sini, saya menemukan pengulangan beberapa menu. Oh iya, harus hati-hati bagi tamu muslim, karena di sini disediakan juga menu berbahan daging babi.
Makan malam, terkadang hidangannya tak jauh dari makan malam. saya sendiri kerap melewatkan makan malam karena merasa lelah. Sebab, letak kamar ke tempat makan ini lumayanlah jaraknya. Kadang habis makan, begitu kembali ke kamar, lapar lagi.
Hal yang menarik dari tempat makan ini adalah view-nya. Kita bisa makan sambil melihat orang-orang berenang di kolam atau mengarahkan pandangan ke pantai. Sehingga kita benar-benar teralihkan dari jenis makanannya.
Biar tidak bosan, cobalah mencari jajanan kaki lima di Pasar Sindu sanur di malam hari. Komplet pilihannya. Termasuk untuk turis muslim.
Rekomendasi
Pilihan kamar lainnyaMenurut saya, Mercure Resort Sanur sangat direkomendasikan untuk liburan keluarga karena suasananya yang tidak terlalu ramai, tapi juga dekat dengan fasilitas hiburan untuk anak-anak di pantai. Untuk anak-anak muda yang biasanya lebih mencari penginapan yang lebih murah dan minimalis, tentu tidak cocok.
MRS juga sangat cocok untuk tempat pelatihan/seminar/workshop karena memiliki aula yang relatif luas. Apalagi jika materinya berhubungan dengan kreativitas. Dengan suasana yang natural, sangat memancing semangat proses kreatif.
Cocok juga untuk pasangan yang tengah dimabuk cinta dan ingin berfoto, karena nyaris semua sudut di MRS bisa dijadikan untuk pemotretan prewedding, termasuk di pantainya.
Selamat menginap.
^_^

Foto-foto: Benny Rhamdani
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 22, 2014 20:23

December 21, 2014

Inilah Taman Anggrek di Bali







Bali memang identik dengan wisata pantai. Tapi apa salahnya kalau kita mengunjungi tempat tanpa pantai. Misalnya saja ke  Bali Orchid Garden (BOG) di Denpasar. Tapi apa menariknya? 
BOG  berlokasi di Jalan Bypass Ngurah Rai, Denpasar. Tepatnya dari arah Sanur ke utara  menuju Ubud.  Objek ini tergolong masih sangat muda dilihat dari waktu kelahirannya pada tahun 1998. Namun  BOG pernah  menduduki peringkat  ke-10  objek wisata terbaik di Indonesia versi Internet pada tahun 2007.

Saat saya masuk ke halaman parkir BOG sempat ragu karena bagian gerbang yang berhias patung Dewa Wisnu dan Brahma tidak sebesar yang saya bayangkan. Setelah membeli tiket, pengunjung diberi minuman herbal dingin menyegarkan.sebelum memasuki taman yang dibangun seorang warga New Zealand ini.
Pengunjung kemudian akan ditanya apakah ingin ditemani pemandu  selama di dalam taman atau tidak. Jika wisatawan ingin ditemani, maka pemandu  akan menjelaskan nama jenis dan tanaman yang  dilalui serta asal-usul tanaman tersebut secara umum. Jika tidak, ya tidak masalah. Apalagi yang ingin bebas foto-foto lebih lama seperti saya. Toh saya bisa menemukan papan nama di dekat tanaman.
Saat masuk  wisatawan akan disambut dengan aneka pakis yang klasik disertai semburat bunga dendrobiums. Kemudian kita akan berjalan jalan setapak yang pinggirannya dipenuhi kagawara 'Christie Low'. Lantas, kita akan masuk terowongan yang dipenuhi pisang hias.
Selanjutnya wisatawan dapat menemukan phalaenopsis putih tergantung di pohon mangga. Ada pula  lotus, cordylines, costa, heliconia rostrata, vandas, mokaras, epidendrum, arachnis maggie oui, aranthera ‘ann black dan masih banyak lagi jenis tanaman.

Mau foto narsis? Tenang, pemandu juga akan membantu mengambilkan foto jika ingin berfoto dengan latar belakang bunga- bunga yang indah. Bahkan pemandu akan memilihkan sudut  yang baik untuk difoto.
Bagian dari taman yang menarik adalah memasuki area shade house, sebuah kubah khusus untuk tanaman yang tidak terlalu memerlukan sinar matahari langsung. Seperti sebelumnya  wisatawan akan diberikan informasi tanaman di dalam shade house. Fitur lainnya di BOG adalah balai bengong, pendopo, café, dan kios cendera mata.


Koleksi 500 Jenis Anggrek
Berdasarkan informasi dari pemandu, BOG memiliki 820 jenis tanaman. Jenis anggrek dalam dan luar negeri tercatat 500 jenis anggrek, 120 jenis bromeliad, dan 200 jenis tanaman hias lainnya seperti heliconia dan ginger.
Seorang rekan saya pecinta anggrek mengatakan, menurut pengamatannya koleksi anggreak BOG tak sebanyak itu. “Sangat sedikit jika dibandingkan koleksi petani anggrek di Cihideung,” ungkap Eva Nukman warga Cimahi yang bertandang ke BOG.
Kendati terbatas koleksinya, beberapa wisatawan mancanegara yang saya di dalam BOG tampak menikmati koleksinya. Berulang kali mereka berfoto dengan aneka tanaman di BOG. Bahkan ketika pemandu menjelaskan tentang tanaman puteri malu, mereka tampak antusias.
Dari sana saya berpikir, BOG memang bukan tempat yang cocok bagi pecinta anggrek sejati mengingat lahan yang tak seberapa luas dan minimnya jumlah koleksi. Jangan dibandingkan Taman Bunga Nusantara di Cianjur.
Salah satu penyebab BOG kemudian namanya terdengar hingga ke mancanegara dikarenakan posisinya di Bali. Sebagai salah satu tujuan wisata yang sudah mendunia, apapun obyek wisata baru akan mampu menyedot perhatian.
Faktor yang menjadi keunggulan taman ini adalah juga kebersihannya yang sangat dijaga. Tidak ada sampah plastik ataupun kertas di BOG. Sehingga mata pun dibuat terlena melihat hamparan bunga-bunga yang ada.
 BOG juga menjadi alternatif bagi wisatawan yang tidak memiliki banyak waktu tapi ingin mendapat banyak titik wisata di Bali. Sebab kurang dari satu jam, pengunjung sudah bisa melewati seluruh area BOG. Termasuk mencari cendera mata yang indah, seperti bros dari kelopak anggrek yang diawetkan atau minyak wangi hasil penyulingan bunga.
Satu hal lagi yang membuat saya yakin BOG ini lebih ditujukan untuk turis asing adalah harga tiket yang relatif mahal, yakni Rp.100.000. Wisatawan lokal, apalagi remaja, tentunya akan memilih membeli tiket bioskop untuk berdua dengan uang itu.

Iya atau nggak, sih?
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 21, 2014 19:04

December 18, 2014

Ke Bali dengan Air Asia


Akhirnya terbang lagi, yup kali ini dengan Air Asia Bandung-Denpasar.
Keberangkatan saya kali ini untuk memenuhi undangan Provisi Edukasi mengikuti workshop dari Room to Read bertema penulisan cerita anak untuk pembaca pemula di Sanur, Bali. Dari 11-16 Desember 2014.
Saya memesan tiket Air Asia ke Bali karena inilah jadwal keberangkatan terpagi ke Bali yakni 05.45 WIB.
Pikir saya, walalupun check in mulai pukul 14.00 WITA tidak ada salahnya tiba di sana sekitar pukul 09.00 WITA, Biar bisa langasung jalan-jalan dulu di Bali. Sebab kalau sudah masuk jadwal workshop yang fullday, akan sulit yang namanya jalan-jalan. 
Saya pun memesan tiket sekitar 20 November 2014 melalui travel biro. Tapi seminggu sebelum keberangkatan jadwal keberangkatan berubah, yakni menjadi 06.30 WIB. Informasi disampaikan melalui SMS blast. Mau apalagi?
Tanggal 11 Desember pukul 04.15 saya sudah berangkat dari rumah lantaran tempat tinggal saya dan airport Husein Sastranegara itu letaknya ujung timur dan ujung barat Bandung. Hari masih gelap.
Pukul lima kurang sudah sampai Airport dan langsung check in. Masih ada waktu sekitar satu jam lebih. Dan itu cukup menyiksa jika harus menunggu di airport Husein Sastranegara yang kecil ini. Kebayang, kita bisa melihat landasan pesawat dari mulai gelap sampai terang benderang kena matahari.


Yang saya lakukan adalah ... keluarkan tongsis dan gopro, lalu mulailah berselfie ria!
Pukul 06.10 kami sudah diminta naik ke pesawat, tapi keberangkatan baru sekitar 06.30. Karena mengantuk, saya langsung tertidur begitu pesawat meninggalkan airport. Entah karena pesawatnya nyaman atau karena saya memang ngantuk banget.
Mau tahu cerita saya di Bali? Ikuti saja terus blog ini ya ...

^_^

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 18, 2014 17:38

December 9, 2014

Ikutan Workshop #BeraniNulisBuku di Yogyakarta yuk!

Untuk yang
masih galau jadi penulis
masih nggak tahu tulisan apa yang menarik hati editor penerbitan
masih nggak tahu cara ngirim ke penerbit
dan ... nggak tahu lainnya


Ikuatan ini saja ya. Info lengkap silakan hubungi Tria Ayu -081578900003



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 09, 2014 20:49

December 7, 2014

Pengalaman Servis Laptop di Acer Service Center






Cukup lama saya tak ngetik dengan laptop lantaran rusak. Untuk nyervis ada dua alasan yang bikin menundanya, Pertama, soal waktu. Kedua, budget yang pasti tidak sedikit.
Sabtu, 29 November 2014 saya putuskan ke Acer Service Center (ASC) di Jalan Gatot Subroto, Bandung. Ini kunjungan kedua. Yang pertama dulu, saya pernah membeli kabel charger karena hilang. Pas mau masuk ke halaman parkirnya sudah penuh. Begitu juga halaman parkir di sebelahnya. Tepaksalah saya parkir agak jauh di depan mini market.
Masuk ke dalam ASC, saya disambut satpam yang membantu saya mengambil nomor antrean, sekalian formulir keluhan. Hari sudah siang, jadi lumayan banyak yang antre. Petugasnya juga hanya dua. Saya agak galau kalau harus menunggu lama, lantaran harus menjemput anak saya pulang sekolah.
Untunglah setelah sejam menunggu dipanggil juga. Lalu saya sampaikan keluhan saya. Laptop saya sering hang nggak jelas dan bunyi nggak mau meledak. Setelah dicek memang ada HD yang rusak. HDnya harus diganti. Selain itu speknya yang 16 harus diganti dengan yang 32. Ya sudah. Intinya saya pengen bisa menulis lagi dengan laptop saya itu.
Saya kemudian diminta untuk menandatangani formulir lalu membayar deposit dibawah RP.100.000 
Hari Senin saya ditelepon. Intinya mereka konfirmasi apakah saya bersedia jika HD diganti baru dan membayar Rp800.000 sekian. Saya iyakan saja. Masa nggak percaya.
Hari Jumat saya ditelepon kembali. Diberi kabar laptop saya sudah beres dan bisa diambil di ASC.Ada juga SMS masuk mengabari hal serupa. Wow, infonya mantap banget.
Hari Sabtu saya kembali ke ASC. Agak pagi karena enggan antre. Ternyata sampai ASC saya hanya menunggu satu orang. Saya kemudian diminta mengecek hasil servis. Sambil ngecek saya tanya cara membersihkan tuts yang kecokelatan. Saya pun dikasih contoh pembesih. Petugas ASC membantu saya membersihkan laptop saya agar kinclong.



Saat dicek saya bingung kok nggak ada windowsnya. Ternyata ASC nggak berani ngisi dengan software bajakan. Oke. Saya nulis di note aja dulu ya.
Begitu sampai rumah saya langsung coba mengetik. Dan ... ada anomali yang sama dengan saat membeli laptop itu pertama kali. Kursor sering loncat sendiri saat diajak ngetik ngebut. Huh! Ada-ada aja. Masa saya harus bawa ke ASC lagi?

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 07, 2014 06:03

December 5, 2014

Inilah Benda Paling Berbakteri di Kamar Hotel






Dulu saya mengira paling banyak bakteri atau kuman-kuman di kamar hotel adalah tempat tidur atau benda-benda sekitar  toilet. Ternyata  bukan. Hasil penelitian menyebutkan remote TV. Bakteri yang ada di remote TV biasanya menyebabkan infeksi pada tenggorokan dan infeksi Staph yang disebabkan bakteri staphylococus.
BBC Travel menyebutkan hasil sebuah survei bahwa remote adalah benda yang paling banyak bertahtakan bakteri. Bahkan sebuah survei pada tahun 2012 menyebutkan, kamar hotel menciptakan 67,6 unit pembentuk koloni bakteri per sentimeter. Sedangkan standar rumah sakit adalah 5 unit. Lantas bagaimana kita bisa terhindari penyakit yang bisa disebabkan makluk menyebalkan itu?
Gunakan kantong plastik, dan bungkuslah remote TV jika ingin menyalakan dan memindah-mindahkan saluran menggunakan remote TV.Cari hotel yang memungkinkan kita menggunakan smartphone sebagai pengganti remote TV. Banyak aplikasi smartphone yang bisa dijadikan remote TV.Bersihkan remote dengan tissue antibakteri jika tidak mau repot menggunakan plastik ataupun smartphone.Lebih baik lagi, cobalah pemutih atau alkohol. Ini mungkin terdengar ekstrim, tapi spesialis pengendalian infeksi mengatakan yang terbaik untuk membersihkan remote dengan sesuatu selain tisu antibakteri.Tentu saja yang terbaik adalah tidak menonton TV. Apalagi jika ke hotel untuk liburan. Untuk apa nonton TV. Bersenang-senanglah di luar sana.
Terlepas dari cara yang kita lakukan, maka mencuci tangan setelah memainkan remote TV hotel hingga bersih adalah yang terbaik. 
Oh iya, selain remote TV, ada juga sarang bakteri yang kerap luput dibersihkan pihak hotel, yakni remote AC dan tombol lampu. Eh, tapi jangan karena tulisan ini, kita jadi membatalkan bookingan hotel. Yang penting kita berjaga-jaga saja.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 05, 2014 00:33

December 3, 2014

Tulisan Teranyar Saya di HU Pikiran Rakyat


Mencoba tetap aktif sebagai penulis traveling di media cetak. Pada hari Sabtu 29 November 2014 lalu tulisan saya tentang Suaka Elang Bogor mejeng di Harian Umum Pikiran Rakyat, lembar Pariwisata.

Bagaimana naskahnya? Nanti saya posting ya. Eh tapi kalau ada orang yang komentar mau.

Tulisan ini terbilang cepat pemuatannya. Dikirim hari Kamis, 27 November 2014, dalam waktu dua hari sudah nongol.

Saya suka editing yang dilakkan pihak redaksi. Rapi. Hal inilah salah satu yang membuat saya senang. Saat membaca tulisan saya diedit dengan baik oleh redaksi.


^_^


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 03, 2014 20:37

Benny Rhamdani's Blog

Benny Rhamdani
Benny Rhamdani isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Benny Rhamdani's blog with rss.