Benny Rhamdani's Blog, page 32
May 24, 2015
Misteri Arca Bule di Museum Semarajaya Klungkung

Pagi itu saya diantar sahabat saya Made Parwita Yasa, warga Klungkung, Bali, menyambangi Taman Gili Kerta Gosa dan Museum Semarajaya yang merupakan obyek wisata andalan kabupaten Klungkung. Selain terpana melihat lukisan tradisional Bali bergaya Kamasan di langit-langit, saya juga kaget melihat arca bule di dalam museum.
Saya masuk ke Taman Gili Kerta Gosa atau yang lebih terkenal dengan nama Kerta Gosa saja melalui gerbang kecil di seberang Pasar Klungkung. Taman yang dibangun pada tahun 1686 oleh raja pertama Kerajaan Klungkung yaitu Ida I Dewa Agung Jambe ini langsung terlihat begitu saya masuk. Tampak anggun dan asri.

Malam sebelumnya saya pernah masuk ke Kompleks Keraton Semarapura. Rupanya Kerta Gosa adalah bagian dari keraton. Namun lepas Puputan Klungkung pada tanggal 28 April 1908 di mana raja terakhir Kerajaan Klungkung Raja Ida I Dewa Agung Putra Jambe dan pengikutnya gugur, bangunan inti Keraton Semarapura dihancurkan dan dijadikan pemukiman penduduk, menyisakan Kerta Gosa, Bale Kambang dengan Taman Gili, dan Gapura Keraton.
Kejadian puputan sendiri diabadikan dalam Monumen Puputan Klungkung yang terletak di seberang Kerta Gosa.
Terdapat dua bangunan di Kerta Gosa , yaitu Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang. Keduanya punya ciri arsitektur tradisional Bali yang sangat kental. Keunikan dari kedua bangunan ini adalah di langit-langitnya yang dihiasi lukisan tradisional Bali gaya Kamasan. Semula lukisan ini terbuat dari kain dan parba.

Dapat dikatakan bahwa lukisan di langit-langit bangunan Kerta Gosa memuat nilai-nilai pendidikan kerohanian berupa hukum sebab-akibat dari perbuatan manusia. Ketika kerajaan Klungkung ditaklukan oleh Belanda, Kerta Gosa masih digunakan sebagai balai sidang pengadilan.
Saya masih bisa melihat kursi dan meja dari kayu berukir yang digunakan untuk pengadilan adat tradisional di masa lalu.
Setelah puas melihat Bale Kerta Gosa, saya berjalan menuju Bale Kambang yang terletak di tengah-tengah kolam teratai yang disebut Taman Gili. Secara sekilas saya lihat Bale Kambang seperti mengambang di atas permukaan air.
Fungsi bale ini adalah sebagai tempat ritual keagamaan Manusa Yadnya (upacara kehidupan) bagi putra-putri raja, misalnya upacara mepandes (upacara potong gigi) bagi putra-putri raja yang memasuki usia akil balik.
Lukisan-lukisan yang terdapat di langit-langit Bale Kambang mengambil tema dari kisah Ramayana dan Sutasoma. Di sepanjang dinding jembatan menuju Bale Kambang terdapat patung-patung yang menggambarkan tokoh-tokoh dari kisah pada lukisan di langit-langit.
Arca Bule

Dari berbagai ulasan tentang Taman Gili Kerta Gosa, jarang sekali bahwa di lokasi yang sama juga terdapat sebuah museum daerah. Namanya Museum Semarajaya.
Bli Made mengatakan, Museum Semarajaya dibangun pada Gedung Bekas Sekolah MULO (Sekolah Menengah Jaman Belanda) dan bekas SMPN I Klungkung yang terletak dalam komplek Kertha Gosa dan Pemedal Agung (pintu bekas kerajaan Klungkung), tepatnya di Jalan Untung Surapati, Klungkung. Nah, Bli Made yang mengatar saya ini adalah lulusan sekolah tersebut.
Di dalam museum yang diresmikan pada 28 April 1992 ini dipamerkan barang-barang dari jaman prasejarah sampai benda-benda yang dipergunakan selama perang puputan Klungkung. Dalam Museum ini dapat dilihat barang-barang yang dipergunakan sebagai perlengkapan upacara adat oleh raja-raja Klungkung serta foto-foto dokumentasi keturunan raja-raja di Klungkung.

Satu yang membuat saya merasa takjub adalah terdapat koleksi arca yang tidak lazim, yakni menyerupai orang eropa. Patungnya berhidung mancung dan memakai topi tinggi. Sayangnya saya tidak mendapatkan informasi yang lengkap dari sahabat saya ihwal keberadaan arca tersebut. Namun kemungkinan besar arca tersebut dibuat ketika masa terjadinya puputan.
Sesampainya di rumah dan mencoba browsing untuk mencari tahu ihwal arca bule itu, saya tidak berhasil mendapatkan info apapun. Jadi buat saya, arca itu masih misterius.
Foto-foto: Benny Rhamdani
Published on May 24, 2015 20:51
Berdesakan di Tune Hotel Solo

Memesan hotel dengan tergesa-gesa kadang membuat hasilnya di luar dugaan. Itu yang saya rasakan ketika akhirnya sebuah biro perjalanan menawari saya menginap di Tune Hotel saat hendak liburan ke Solo. Namany seperti tak asing di telinga, karena memang merupakan nama hotel yang ada di banyak kota, termasuk di luar negeri.
Setelah memesan barulah saya sempat browsing hotel ini. Hasilnya macam-macam. Ada yang memberi review bagus. Tapi tak sedikit yang kecewa. Bagaimana saya ya?

Akhirnya, saya tiba di staisiun Solo menumpang kereta Pramex dari Jogja. Ini memang tujuan tambahan yang saya susun setelah piknik di Jogja. Biar ada perbandingan liburan di Joga dan Solo, untuk anak dan isteri.
Dari stasiun Solo Balapan kami naik taxi, dan sampai Tune Hotel hanya dengan waktu tempuh kurang dari limabelas menit. Rupanya jaraknya memang dekat dengan stasiun. Soalnya saya paling malas menginap di hotel dengan keluarga jauh dari stasiun.
Kaget juga melihat sebuah hotel yang menjulang dan tampak baru, di lingkungan yang tak terlalu ramai. Setelah bertemu front officer yang ramah, kami menuju kamar hotel. Dan ... voila! Putra saya kaget, karena kamar hotelnya kevil. Mungkin paling kecil dari kamar-kamar hotel yang pernah kami tiduri.
Saya jelaskan tentang konsep hotel minimalis yang sedang trend, juga harganya yang memang hampir sepertiga dari hotel yang kami inapi di Jogja. Mungkin juga seharusnya kami memesan kamar jenis kamar yang lebih luas. Tapi waktu itu memang hanya jenis kamar ini yang masih kosong.
Kami tidak hanya berdesakan karena kamar ini terlalu sesak untuk bertiga, tapi juga harus berbagi dengan koper-koper kami di lantai. Sebab tak ada lemari di kamar.

Karena niat kami memang tidak untuk berleha-leha di hotel, kami segera menghabiskan waktu untuk jalna-jalan di Solo. Dan kami sudah tdiak begitu peduli juga tidur berdesakan karena lumayan letih setelah jalan-jalan di Jogja sebelumnya, Jadi, kami tetap bisa tidur nyenyak.

Keesokan harinya saya mendapat info hotel ini juga dekat dengan kantor penerbit teman saya bekerja. Jadi mampirlah saya ke sana sebentar sebelum akhirnya Jalan-jalan di kota Solo.
Enaknya di hotel ini, saya bisa menitipkan koper setelah waktu cek out. Soalnya kan saya pesan tiket Kereta malam hari yang ke Bandung. Sambil nunggu malam tiba ... kami bisa jalan-jalan lagi di Solo. Servis yang mantap. Jadi kami nggak perlu memperpanjang waktu booking hotel.
Laipula kayaknya agak susah kalau check in mendadak, soalnya tamunya banyak banget saat itu. Sampai-sampai halaman parkirnya penuh. Tadinya saya pikir hotel ini lebih cocok untuk backpacker ketimbang untuk hotel keluarga. Ternyata tamunya malah rombongan keluarga.
Mungkin hotel ini bisa jadil pilihan kalau kepepet atau budget perjalanan terbatas. Tapi kalau leluasa saya mungkin akan pilih hotel lainnya. Oh iya, yang asik, hotel ini terletak tak jauh dari Paragon Mall. Jadi kalo yang suka nge-mall pasti suka nginap di sini.
Published on May 24, 2015 03:47
May 23, 2015
Traveler Jangan Abaikan Sunglasses

Sebenarnya tulisan ini terinspirasi saat teman-teman hendak berfoto bersama. Semua mendadak mengeluarkan sunglasses. Lalu seseorang berteriak,” Kok jadi kayak rombongan ibu-ibu umroh ya.”
Ya, begitulah di Indonesia. Sunglasses dikira buat gaya-gayaan saja.
Oh iya, saya sempat bingung mencari padanan yang pas untuk terjemahan sunglasses. Karena tidak menemukan, saya tetap tulis sunglasses. Karena kalau saya tulis kacamata hitam, tidak semua sunglasses berwarna hitam. Kalau saya tulis kacamata cengdem juga nggak begitu cocok.
Sunglasses selalu identik dengan orang-orang keren seperti Tom Cruise atau Bono. Nyatanya, sunglasses memiliki fungsi yang lebih jauh dari sekadar aksesori fashion. Sunglasses merupakan alat penting dalam menjaga kesehatan mata.
Sinar ultraviolet (UV) matahari tak hanya dapat merusak kulit, namun juga membahayakan lensa dan kornea mata kita. Radiasi UV meningkatkan kemungkinan kita terkena katarak, menyebabkan berkurangnya penglihatan. Hal ini juga dikaitkan dengan degenerasi makula, bagian dari retina yang sangat penting untuk penglihatan.
Sinar matahari yang memantul dari permukaan seperti salju, air, pasir, atau trotoar bisa sangat berbahaya karena pantulannya sangat kuat.

Photokeratitis adalah sengatan matahari yang juga dikenal sebagai kebutaan salju. Seperti namanya, pemain ski dan snowboarders sangat rentan terkena.
Sunglasses memainkan peran penting dalam melindungi jaringan rapuh di sekitar mata, Oleh karenanya penting sekali seorang traveler membawa sunglasses. Pasalnya, traveler kerap berada di luar ruangan, menjelajah daerah yang kekuatan mataharinya kadang belum pernah dirasakan, bahkan cuacanya kadang berbeda jauh.
Sebenarnya sunglasses harus dipakai setiap kali kita berada di luar ruangan, sepanjang tahun. Mungkin di Indonesia masih belum terbiasa. Malah seringnya, diolok-olok sebagai tukang pijat atau sok gaya. Tapi kalau traveler sih, sunglasses merupakan benda wajib di dalam list.
Mungkin ada yang belum tahu cara memilih sunglasses yang tepat untuk dipakai sehari-hari atau traveling, berikut hal yang biasanya saya lakukan berdasarkan beberapa referemsi.
Berlabel UVA/UVB
Pilih kacamata yang memberikan perlindungan penuh terhadap sinar ultraviolet. Carilah label atau stiker lensa memblokir 99% atau 100% dari UVB dan UVA
Pilih Rona yang Tepat
Saat ini, pilihan lensa sunglasses makin variatif. Tidak melulu hitam pekat. Namun demikian tetap hati-hati saat memilih. Lensa berwarna kuning dapat membuat sulit untuk membedakan perubahan lampu lalu lintas. Abu-abu, hijau, dan lensa coklat meminimalkan distorsi warna, dan merupakan pilihan yang lebih baik ketika berada di belakang kemudi.
Pilihlah lensa polarized jika kita akan banyak bermain di air. Lensa polarisasi mengurangi silau dengan menyaring sinar matahari yang dipantulkan yang memantul dari permukaan seperti air atau trotoar. Lensa ini pilihan yang baik untuk pelaut atau pemain ski air. Saya menemukan kacamata jenis ini ketika saya melihat koleksi Oakley di ZALORA.

(foto Zalora)
Tapi bukan tanpa kelemahan, karena bisa mempersulit membaca telepon seluler, perangkat GPS, atau layar kristal cair pada dashboard atau mesin ATM dengan lensa terpolarisasi.
Sadarilah bahwa polarisasi tidak ada hubungannya dengan perlindungan UV. Jadi tetap periksa label untuk memastikan kacamata memberikan perlindungan penuh dari UV.
Kualitas Lensa
Semakin mahal sunglasses, maka akan melindungi mata kita dengan sangat baik, itu hanya mitos. Harga tidak mengukur tingkat perlindungan UV. Namun demikian kacamata hitam yang sangat murah mungkin ditemukan lensa yang diwarnai keluar dari cetakan dan dapat mempengaruhi kualitas optik.
Untuk menguji kualitas optik, berfokus pada tepi vertikal atau garis. Gerakkan kepala kita bolak-balik, yang memungkinkan mata kita melihat keseluruhan lensa. Jika ada gerak apapun dalam garis maka lensa kemungkinan besar cacat optik dan harus memilih pasangan yang lain.
Lebih besar lebih baik
Ukuran sunglasses yang besar dapat memberikan perlindungan lebih baik terhadap kerusakan mata karena UV. Semakain besar, semakin memblokir lebih banyak celah cahaya yang masuk mata dari sisi.
Begitupula dengan ukuran lensa sunglasses yang lebar. Sunglasses yang lebarnya sampai ke tulang pipi adalah pilihan yang baik. Hindari model kacamata John Lenon.
Frame Harus Pas
Frame sunglasses harus pas di hidung dan telinga. Jangan pilih yang terlalu menjepit kepala atau membuat lecet. Untuk mencegah cahaya masuk dari atas mata, pilih yang cocok dekat dengan wajah, yakni jatuh di sekitar area alis. Jangan cari frame yang membuat lensa begitu dekat bulu mata,
Jadi, jangan beli sunglasses semata untuk gaya. Cari yang bermanfaat untuk melindungi mata. Toh sekarang banyak kacamaya yang berkualitas baik, tapi tetap trendi. Harga pun bervariasi. Tinggal kitanya saja yang mau memperhatikan mata kita atau tidak.
^_^
Published on May 23, 2015 00:15
May 21, 2015
Lima Souvenir Favorit Traveler
Belum lengkap jika bepergian, apalagi ke luar negeri, tanpa membeli cendera mata. Masalahnya, uang di dompet kadang kurang cukup, ditambah waktu untuk membeli cendera mata terkadang tak ada. Selain barang khas setempat, ada juga cendera mata yang mainstream yang ada di semua tempat, dan biasanya murah meriah.
Saya sendiri sebenarnya bukan tipe yang suka beli oleh-oleh. Malah kadang lupa. Alhasil, harus membeli dengan harga mahal di airport. Apa boleh buat.
Gantungan Kunci

Gantungan kunci souvenir dari luar negeri beraneka ragam bentuknya. Ada yang berbahan metal, ada pula yang campuran dengan kulit, plastik, dan kaca. Gantungan kunci juga ada yang berbentuk seperti landmark negara tersebut, lambing negara, foto bendera, atau sekadar tulisan. Ada juga gantungan kunci yang berbentuk gunting kuku. Hati-hati jangan dibawa ke pesawat karena akan disita. Apalagi yang ada pisau lipatnya, meskipun kecil.
Sekarang kebanyakan gantungan kunci dari berbagai negara bentuknya mirip. Bisa dipastikan gantungan kunci itu berasa dari Tiongkok, waluapun nantinya dijual di Eropa. Jika tak sempat membeli di dalam kota kita berjalan-jalan, kita biasanya bisa juga membelinya di airport.
Snow Globe
Snow globe belakangan mulai jadi incaran para traveler untuk dileksi. Bentunya cantik, belum lagi ‘salju’ yang turun ketika bola Kristal di balik. Biasanya di toko souvenir tersedia berbagai macam ukuran. Dari yang paling kecil hingga besar.

Sebiknya snow globe diklokesi saat pergi ke negara-negara bersalju saja. Sebab saya lihat ada beberapa snow globe dijual dari negara-negara topis. Dibandingkan gantungan kunci, harganya juga lebih mahal. Jadi biasanya hanya orang-orang terdekat saja yang mendapatkannya.
Biar tidak menyesal, sebaiknya perhatikan juga materi alasnya. Juga lebih jeli memilih diorama di dalam bola kacanya.
Piring Hias
Piring hias untuk souvenir juga bermacam-macam ukurannya. Biasanya disertai tripod penyangga agar bisa berdiri tegak saat dipajang di lemari atau di meja. Bahannya juga bermacam-macam, dari perak hingga keramik.
Harga piring hias ini tergantung ukuran dan bahannya. Makin ebsar tentunya makin mahal. Makin bagus materialnya juga makin malah.
Piring hias biasanya ada yang hanya bergambar saja, ada pula yang bertekstur. Kadang ada yang tidak disertai warna. Belum tentu yang berwarna lebih menarik. Pertimbangan unsure seni ketika membelinya. Bayangkan pula ketika dipajang di rumah saat membelinya.

Stiker magnet atau ada juga yang menyebutnya magnet kulkas sedang menjadi trend di kalangan traveling. Biasanya mereka akan menempelkan pintu kulkas mereka dengan magnet ini. Jenis magnet kulkas ini beraneka rupa. Yang murah biasanya hanya tempelan kertas dengan foto. Ada pula yang terbuat dari logam. Yang unik tentu saja jika membentuk kekhasan tertentu dari negara yang kita kunjungi. Misalnya tuk tuk kalau di Thailand.
Magnet kulkas kadang juga memiliki fungsi lain. Salah satunya adalah pembuka botol. Cuman, hati-hati dengan kebiasaan mencabut dan menempel di lemari kulkas karena bisa saja membuat pintu kulkas jadi lecet.
Magnet kulkas ini banyak peminatnya dan sangat sering dijadikan souvenir traveler karena mudah membawanya dan tidak makan tempat di bagasi.
Patung Kecil

Patung kecil untuk hiasan ataupun boneka sering pula diburu traveler saat mencari souvenir. Intinya sih cari yang bisa buat pajangan tapi bentuknya imut sehingga tidak menghabsikan tempat. Apalagi kalau harganya murah.

Bagaimana kalau sudah membeli souvenir dari luar negeri tapi jumlahnya kurang. Karena, ternyata ada saudara yang diperkirakan tidak minta malah nagih. Tenang saja. Kalo warga Bandung cukup pergi ke BTC di jalan Pasteur. Di sana dijual beraneka souvenir dari mancanegara, termasuk benda-benda di atas. Gampang, kan?
Foto-foto: Benny Rhamdani
Published on May 21, 2015 03:31
May 20, 2015
Lima Jenis Kuliner yang Harus Dicicipi Saat di India
Saat lima hari di New Delhi beberapa waktu lalu, saya mencoba beberapa jenis kuliner India. Ada yang cocok dengan lidah, tapi ada juga yang kurang asik. Buat yang akan bepergian ke India, terutama di Delhi, saya rekomendasikan lima jenis kuliner yang harus dicicipi.
Falooda Kulfi

Falooda Kulfi adalah makanan pencuci mulut yang khas dan unik. Kulfi adalah sebutan untuk es krim India yang beraneka rasa. Tidak hanya buah-buahan, tapi juga bunga-bungaan. Kabarnya, kulfi sebenarnya adalah minuman dari Persia yang masuk ke India di era Mughal.
Bagian terunik lainnya adalah Falooda yang mirip bihun dari tepung beras. Tapi sebenarnya mi putih ini terbuat dari tepung jagung. Saya sendiri sempat kebingungan ketika mencoba menebak dengan merasakannya.
Buat penggemar es krim, jelas Falooda Kulfi tidak boleh dilewatkan. Sensasi rasa bunga mawar membuat perasaan kita langsung segar. Dan mulut yang sedikit terkontaminasi makanan berat kari bercampur bawang bisa jadi lebih harum,
Percayalah, kita bisa ketagihan setelah mencicipinya. Walaupun pada suapan pertama agak mengejutkan.
Nasi Briyani

Nah, kalau yang ini di Indonesia sudah banyak ditemukan. Tapi saya menemukan sebuah tempat yang menjajakan Briyani sangat sedap di Delhi. Kuliner nasi rempah ini biasanya dicampur pula dengan daging kambing, daging ayam atau sayuran. Saya lebih cocok dengan daging ayam karena rasanya super mantap. Beberapa menyebutkan nasi briyani kambing lebih lezat.
Tempat saya makan nasi briyani di kedai Alkauser terletak dekat Assam Bhawa, Chanakya Puri. Kedainya kecil, tapi yang memesan makanan harus antre. Beberapa makan di pinggir jalan sambil berdiri, sesuai kebiasaan mereka.
Banyak jenis masakan India yang bisa kita santap. Tapi saya tetap tertuju kepada nasi Briyani. Bukan apa-apa, mereka menjual langsung dengan kendinya. Sedangkan saya biasanya makan sudah disiapkan di piring.
Yang bikin saya suka senang, saya juga bisa mengintp koki mereka mengolah masakan di tempat yang ekcil itu. Di bagian depan kedainya kita bisa membaca penghargaan dari berbagai media untuk beraneka jenis makanan di kedai ini.
Buat yang kangen nasi kalau jalan-jalan di India, mendingan pilih menu satu ini.
Choley Bathura

Bathura adalah salah satu dari sekian banyak jenis roti di India. Yang membedakan adalah betuknya yang menggelembung, tidak pipih seperti lainnya. Roti yang banyak ditemui di India utara ini biasanya dijadikan menu sarapan berat dan dimakan bersama Choley.
Choley adalah menu masakan perpaduang antara kacang Arab dan kentang yang rasanya gurih. Biasanya, choley bathura disajikan di nampan dengan potongan bawang yang segar dan acar mentimun.
Cara makannya dengan menyobek bathura lalu mencocolnya ke choley. Bisa juga disisipin bawang dan acar. Umumnya untuk sarapan orang India makan dua potong bathura. Tapi bagi yang diet, cukuplah satu lembar.
Saya menikmati choley bathura di ahendra Sweet House di pojokan babu Market, kawasan Sarojini, New Delhi.
Ladoo

Ladoo adalah manisan India yang sangat terkenal. Bentuknya seperti bola dengan berbagai ukuran. Bahan dasarnya adalah tepung chickpea (kacang arab), gandum rava, dan kelapa. Rasanya sangat manis. Jadi hati-hati buat yang memiliki diabetes.

Selain ladoo masih banyak lagi jajanan yang bisa dibawa oleh-oleh, seperti Gulab Jamun, Rabdi Faluda, Raj Bhoj, Chaat, Raj Kachori, Masala Dosa. Tapi karena anak saya sering nonton animasi Bima yang suka ladoo, membuatnya terinspirasi makan ladoo juga. Harganya juga tak sebarapa mahal. Dijual berdasarkan gramatur, dan bisa dikemas untuk dibawa pulang ke Indonesia.
Barbeque ala India
Sebenarnya ini bukan makanan khas India asli. Jujur saja, karena di India sulit mencari makanan daging dan seafood, jadi yang aman adalah ke resto barbeque. Tapi tetap lho ada bedanya dengan resto barbeque di Indonesia.

Barbeque di India ini, mencampur semua hal yang layak di panggang. Mulai dari ayam, jamur, paprika, udang, dan yang asik adalah paneer. Bagi yang suka makanan India pasti sudah tahu paneer. Makanan satu ini tekstur dan rasanya mirip tahu. Tapi ini sebenarnya bukan tahu, melainkan keju. Saya sendiri menyebutnya tahu keju India. Daripada ribeut cari terjemahan yang pas.
Yang bikin lain ketimbang di resto barbeque di Indonesia adalah bumbunya. Kita bisa memoles apa yang kita ingin lahap dengan bumbu barat maupun India. Setu, kan. Jadi buat yang alergi sama rempah-rempah ala masakan India, bisa mengole dengan saos biasa.
Brabeque tentu saja paling asyik kalau dinikmati bersama-sama. Kebetulan saya ditraktir oleh para pejabat KBRI di New Delhi. Jadi bukan saja lezat, tapi juga asik karena menyantap bersama-sama. Ditraktir pula. Heheheh
^_^
Foto-foto: Benny Rhamdani
Published on May 20, 2015 23:33
May 19, 2015
Pengusaha Turbin Ini Juga Sukses Mengangkat Bandrek dan Bajigur

Sosoknya bersahaja dan kental dengan dialek Sunda saat bicara. Saya terlebih dahulu mengenalnya sebagai sosok pengusaha turbin yang produknya sudah mencapai mancanegara. Belakangan saya kemudian tahu bahwa pria ini juga pengusaha bandrek kemasan. Yang satu banyak melibatkan tenaga pria, satunya lagi malah didominasi pekerja wanita.
Saat pertama bertemu langsung dengan mantan dosen ini di pabriknya di kawasan Cihanjuang, Cimahi, Jawa Barat, saya nyaris tak menyangka pria kelahiran Sumedang 2 Oktober 1958 ini adalah pengusaha turbin yang terkenal di banyak negara dan memiliki banyak prestasi. Begitu sederhananya. Bahkan ketika saya bertemu kedua kali karena mengundangnya ke kantor untuk berbagi cerita, tampilannya tetap sederahana, walaupun kendaraannya tidak sederhana.
Sebab itulah saya merasa santai ketika berbincang dengan peraih penghargaan ASEAN Hydro Award 2004 ini. Dan yang menarik, sukses di bisnis turbin air tak menghalangi niatnya untuk terjun ke bisnis bubuk minuman dalam kemasan, dengan mengangkat jenis minuman Jawa Barat yang terkenal, yakni bandrek dan bajigur.
Eddy Permadi menceritakan ihwal titik balik menuju suksesnya justru dari kegagalannya dalam usaha pupuk tablet. “Waktu itu kebijakan pemerintah kurang menguntungkan produk saya dengan mengelompokkan ke dalam pupuk industri, sehingga harganya jadi mahal,” ungkap peraih Kalapataru tahun 2005 ini.
Kegagalan usahanya pada 1995 itu mendorongnya menjajal bisnis sesuai latar belakangnya sebagai lulusan Jurusan Mesin PMS ITB dan universitas di Stutgart, Jerman, yakni bisnis turbin.

Keberhasilan Eddy di bisnis turbin boleh dibilang karena karyanya tak sulit dioperasikan dan dirawat oleh masyarakat. Ia juga mampu membuat turbin yang kecil ataupun besar, yang menghasilkan daya listik sekitar 100 watt hingga 200 ribu watt (200 kw). Turbin itu pun dapat dipasang di daerah dengan ketinggian air yang rendah (2 meter), hingga untuk air terjun.
Sukses di bisnis turbin, Eddy mulai memikirkan bisnis lainnya.Pada tahun 2005 ia merintis bisnis minuman kemasan instan bandrek. “Awalnya banyak orang menyangsikan kemampuan saya soal ekonomi rakyat karena pendidikan saya. Dari situ saya buat alat pengolahan pascapanen seperti pengering, pemotong hingga gerinda,” ia menuturkan.
Merasa sayang peralatan produksinya tak difungsikan, ia pun mengembangkan ide menjual kopi yang sudah ditambah gula dalam kemasan. Namun belakangan ide ini ia urungkan karena tak sesuai dengan konsep bisnisnya, yaitu kalau ingin mulai berwirausaha jangan mulai dari wilayah yang sudah banyak digarap orang lain. Dan, tiba-tiba ia terbersit untuk membuat bandrek pakai kopi. Ia meyakini kombinasi minuman itu tak ada di pasaran.
Eddy memberdayakan tenaga kerja empat orang. Itu pun dari orang dalam sendiri. Selanjutnya, mereka belajar tentang perizinan, kemasan dan distribusi produk ke warung. Dalam setahun pertama, respons pasar terhadap bandrek yang bermerek Hanjuang itu sangat jelek.
Pada tahun kedua Eddy melakukan evaluasi. Dia mencoba mengubah jalur dari produk warungan menjadi eksklusif dengan cara masuk ke toko oleh-oleh dan factory outlet. Desain kemasan pun diubah lebih dinamis. Warna pun dibuat bervariasi dan lebih terang. Bisnisnya pun meningkat.Dia juga mendapatkan informasi, banyak bapak-bapak dan ibu-ibu yang mengeluh tidak kuat minum kopi. Lalu akhirnya Eddy membuat jenis produk baru yaitu bandrek tanpa kopi dengan kemasan baru.
Karyawan pun bertambah dari empat orang. Setelah melihat permintaan yang meningkat, di tahun kedua Eddy merilis item baru seperti Bajigur Hanjuang. Di tahun ketiga, perusahaan mulai membuat sekoteng dan minuman energi atau bandrek khusus dewasa yaitu Bandrek Spesial. Dalam produk ini ada kandungan ginseng dan buah pinang. Lalu muncul selanjutnya Teh Bandrek, Coklat Bandrek, Beras Cikur.
Selain melibatkan tenaga kerja dari lingkungan pabriknya, Eddy juga menjalin kerja sama dengan perajin gula aren di kawasan Gunung Halimun. Mengenai kiat keberhasilannya, Eddy mengatakan,”Yang penting berani berbeda.”
Published on May 19, 2015 18:43
May 18, 2015
Nggak Sempat Beli Kado untuk Pasangan, Mampir Saja di Shopious

(foto: Dokpri)
Pernah nggak di saat sedang sibuk-sibuknya dengan kerjaan, tiba-tiba pasangan mengingatkan bahwa sebentar lagi dirinya ulang tahun? Peringatan dari pasangan itu bisa juga berarti kode agar kita tidak lupa menyiapkan kado untuknya.
Berani melewatkan momen bahagia pasangan kita tanpa memberinya hadiah istimewa? Coba saja. Pasti dia akan merasa sedih dan merasa kurang diperhatikan. Jangan bicara dulu soal bentuk dan harganya, tapi momen mendapatkan kado dari orang yang dicintai itulah yang sebenarnya ditunggu.Apalah daya jika kita sedang sibuk dengan pekerjaan. Belum lagi kalau tiba-tiba ada anggota keluarga yang sakit dan kta harus repot merawatnya. Perlu solusi.
Hari gini, kalau belum pernah menjajal belanja on-line jelas keterlaluan banget. Belanja on-line merupakan salah satu cara paling praktis ketika kita sedang sibuk sehingga tak sempat untuk berjalan ke mall mencari kado untuk pasangan.
Sayangnya, belum semua toko on-line di Indonesia bisa memberikan layanan yang memuaskan. Seperti dikeluhkan isteri saya. Dia pernah membeli sebuah baju gaya Korea dari toko on-line, ternyata bahan dan modelnya tidak sebagus tampilannya di foto.
Salah satu website yang saat ini sedang banyak dibicarakan banyak tukang belanja on-line adalah Shopious.com . Shopious itu semacam index toko on-line atau yellow pages toko on-line. Sehingga memudahkan kita dalam dalam menemukan toko-toko online di Indonesia yang bisa dipercaya.
Oh iya, Shopious tidak memegang stok barang yang di tampilkan website, karena hanya display barang-barang dari toko on-line. Produk-produk yang di tampilkan di website di ambil dari Instagram toko penjual. Karenanya, kadang ada harga barang, kadang nggak dipasang. Coba tanya aja langsung kepada pemilik toko. Selain harga juga kita harus kepoin soal ongkos kirim biar jelas.
Belanja di Shopious juga membuat kita nggak perlu repot-repot punya instagram. Maklum, sekarang ini kan yang jualan secara on-line kebanyakan melalui instagram. Dan kita nggak perlu mengingat-ingat hashtag tertentu karena sudah ada di kategorinya.

Jelasnya, untuk masuk ke sini setelah login adalah browsing dulu aja sesuai kategori barang yang dicari. Kalau sudah kita tinggal klik barangnya atau nama tokonya. Kemudian kita bisa kontak langsung dengan pemilik barang alias si empunya toko on-line. Gampang kok.
Keunggulan Shopious dibandingkan wesite sejenis adalah fokus untuk memberikan jumlah seleksi barang yang sangat banyak, bervariasi, dan juga kualitas barang yang tinggi. Kita juga bisa lho jualan di sini. Caranya? Masuk aja dulu ke wesbsite Shopious.
Jadi, kalau sudah pernah masuk ke sini, dijamin kalau tiba-tiba harus ngasih kado untuk pasangan kita, nggak bakal panik lagi karena sedang repot sama pekerjaan. Pastinya, pasangan kita juga nggak bakalan cemberut :)
^_^
Published on May 18, 2015 21:54
Pengalaman Berburu Batu Akik di India

Sebelumnya saya tak tertarik dengan batu akik yang heboh itu. Tapi ketika saya akan melakukan perjalanan dinas ke New Delhi, India, seorang kerabat minta dicarikan batu akik. Sementara itu, ketika brwosing daerah batu akik adalah Jaipur yang tidak akan saya singgahi. Akhirnya di sela-sela dinas, saya berusaha melirik batu akik ke kanan dan kiri.
Di Delhi, seperti umumnya di wilayah lain di India, batu berharga sudah menjadi bagian kehidupan mereka. Hampir bisa kita temukan aneka jenis batu di perhiasan perempuannya, termasuk di pakaiannya. Kaum lelaki pun sama, terutama pada cincin dan gelang.
Saya tahu persis aktor Bollywood Salman Khan malah memiliki gelang (brachelete) rantai dengan mata batu pirus Persia, dan jadi perbincangan banyak orang. Saat ke India saya sempat menemukan benda yang mirip di toko perhiasan. Saat saya menanyakan harganya sekitar Rp2juta-an langsung mundur perlahan. Budget belanja saya tak sebanyak itu soalnya.

(Foto: Benny Rhamdani)
Saat saya bertandang ke Taj Mahal, Agra, saya juga melihat pengasah dan pembentuk marmer serta batu. Di dekatnya saya melihat batu-batuan yang indah. Berbeda dengan di Indonesia yang bentuknya lonjong mulus, di India umumnya batu-batu itu bersudut, seperti halanya batu berlian yang sudah diasah.
Ketika saya tanya harganya, saya langsung mundur lagi. Mungkin karena di daerah wisata, harganya jadi mahal.
Akhirnya, saya malah menemukan batu-batu akik itu tak jauh dari tempat dinas saya di salah satu hall di Pragati Maidan. Kebetulan saya memang sedang bertandang di New Delhi World Book fair. Saat berkeliling ke sebuah hall yang berisi hal-hal metafisika, saya menemukan beberapa stall batu akik di sana. Selain dalam bentuk batu yang sudah diasah, dijual juga batu dalam bentuk perhiasan, tasbih, dan dekorasi.
Apa hubungannya batu akik dengan metafisika?
Simbol Batu Akik
Ketika saya hendak melihat-lihat batu akik, pria setengah baya yang menjual sempat bertanya tentang astrologi. BIntang saya apa, lahir hari apa, dan lain sebagainya. Menurutnya, sebaiknya kalau membeli batu akik, sesuaikan dengan astrologi, karena akan member aura positif.

(Foto:Benny Rhamdani)
Saya bukan jenis orang yang percaya hal-hal seperti itu. Saya hanya mencari batu akik yang sesuai dengan budget saya. Akhirnya dia menyerahkan beberapa pilihan. Dia merekomendasikan batu-batu yang khas dari India. Karena saya buta wawasan batu akik jadi saya pilih yang bagus saja. Ukurannya kecil, tapi yang penting asli.
Oh iya, dari obrolan seru dengan mereka, salah satu khasiat batu akik juga bisa dilihat dari warnanya. Dengan bahasa Inggris campur Hindi (kebtulan saya kuasai sedikit), saya jadi tahu simbol warna di balik batu-batu itu.
Warna merah akan menambah rasa percaya diri, menghilangkan rasa takut, dan berani bertindak. Jenis batu ini antara lain coral merah, bloodstone, red jasper, cinnabar dan ruby.
Warna merah muda atau pink akan menambah kecantikan dan ketenangan. Jenis batu ini antara lain rhodocrosite, pink opal, calcedoni dan masih banyak lagi.
Warna cokelat akan membuat pemakaianya lebih kuat perasaannya. Jenis batu ini tiger eye, stromatolite, dan masih banyak lainnya.
Warna jinga atau orange akan membuat pemakainya lebih kreatif. Jenis batunya adalah carnelian, fire opal, sunstone, dan masih banyak lagi.
Warna kuning akan membuat intelektualitas pemakainya meningkat. Jenis batunya antara lain amber, citrine, sulphur, dan masih banyak lainnya.
Masih banyak lagi warna yang disebutkannya. Saya sendiri agak-agak susah mengingatnya. Soalnya saya ingin segera mengehentikan diskusi soal batu ini karena tidak tahan dengan aroma dupa yang ada di hall pameran tersebut.
POkoknya, sekarang saya sudah sedikit lebih mengerti soal batu akik. Nggak sia-sia jauh-jauh ke New Delhi berguru sama penjual batu akik India langsung hehehe.
^_^
Published on May 18, 2015 18:51
May 17, 2015
Sangria, Hotel Berbintang Tanpa AC namun Tetap Diminati

Rasanya memang aneh bila menginap di hotel berbintang tiga, tapi kita tidak menemukan air conditioner (AC) di dalam kamarnya. Nyatanya saya bertahan menginap sembilan hari di hotel bernama Sangria Resort di Lembang, Jawa Barat ini.

Begitu menuju front officer yang ramah, saya segera mendapatkan kunci. Voila! Saya mendapatkan sebuah kamar yang menghadap langsung ke sebuah lereng dipenuhi pepohonan. Di kejauhan saya melihat gunung Burangrang berdiri tegak.

Saya pun tertarik masuk ke websitenya dan melihat rate kamarnya. Wow, di atas satu juta semua. Dan tidak ada AC pula. Okay, tapi fasilitas kamarnya cukup memadai kok. Ada wifi yang jika beruntung posisi kamarnya bisa sangat kencang, televisi dengan saluran HBO, jomlah colokan yang pas, meja keja, coffee maker, dan fitur standar hotel lainnya.
Kamar mandinya pun terbilang sedang ukurannya. Hanya showernya saja menurut saya kurang panjang. Jadi kalau mandi kadang harus mepet-mepet tembok.
Citrus Taste
Saya menginap di hotel ini dua kali. Kali pertama saya menginap empat malam, kali kedua saya menginap lima malam. Rupanya, penyelenggara workshop yang saya ikuti ketagihan dengan Sangria. Salah satunya tentu karena di sini ada resto yang menurut saya keren, yakni Citrus Taste.
Kerennya resto ini karena memiliki view yang indah bila kita makan di balkonnya. Dari dalam pun kita bisa melihat saja sih. Tapi kalo di balkon kita bisa menikmati udara segar dan cahaya matahari pagi saat sarapan. Kalo malam? Brrr, kecuali pakai jaket, silakan saja makan di balkonnya.

Soal pilihan menu makanan saat sarapan menurut saya cukup variatif. Nggak terlalu melimpah seperti kalau saya menginap di hotel-hotel yang berada di tengah kota. Tapi saya malah jadi tidak tergoda untuk tetap menjaga menu sarapan yang sehat. Minimal, tetap konsumsi serat, kan?
Menu makan siang dan makan malam pun menurut saya lumayan variatif. Kadang masakan lokal, kadang oriental, kadang ada continental. Pastinya sih, masuk perut saya. Kalau misalnya agak sedikit bosan, saya tinggal keluar cari kuliner Lembang. Kebetulan lokasi Sangria nggak begitu jauh dengan jajanan malam susu murni dan ketan bakar, kalau siang bisa juga mampir ke Pasar Apung yang beken itu. Jaraknya hanya 10 menit pakai mobil. Itu pun karena harus memutar dulu. Pulangnya sih hanya lima menit.
Kelas Yoga

Hal paling saya suka selama di Sangria adalah viewnya, termasuk layoutnya yang memanfaatkan kontur tanah di lokasi. Coba deh lihat kolam renangnya. Keren banget. Apalagi kalau dilihat dari ketinggian. Sayangnya saya belum sempat mencicipi nyebur di sana karena padatnya jadwal acara workshop.
Selain kolam renang ada juga jauzzi buat yang ingin santai-santai berasa dipijat di dalam air. Sayangnya saya juga belum mencicipinya. hiks. Padahal kalau lihat sekelilingnya yang asri, kita bakal nggak menyangka sedang berenang di kolam renang melainkan di sebuah danau kecil.

Untuk kelas yoga ini saya nggak harus bayar lagi. Cukup daftar saja. Lalu nanti kita disediakan matras untuk alas beryoga. Juga disediakan handuk putih kecil dan sebotol minuman. Walaupun gerakannya masih kaku-kaku, cuek aja ikutin instruktur. Namanya juga pengen hidup sehat.

Di Sangria juga terdapat kolam ikan yang tampak alami. Bila ingin memberi makan ikan ini, jangan mengambil di restoran. Saat masuk ke kamar hotel, sudah disiapkan makanan ikan di atas meja yang bisa kita pakai gratis.
Jangan berpikir untuk memancing atau menyeroknya ya. walaupun kita gemas melihat ikan yang montok-montok dan berwarna cantik itu.
Cuman, ya siap-siap saja kalau kembali dari kolam renang. Soalnya nggak ada lift. Jadi harus menapakai tangga naik. Lumayan ngos-ngosan buat yang nggak terbiasa berolahraga.
Saya berharap satu hari nanti bisa kembali ke sini. Bukan untuk workshop, tapi benar-benar untuk bersantai bersama keluarga.
^_^
Published on May 17, 2015 20:20
May 15, 2015
Tiga Mie Yamin Paling Nikmat di Bandung

Teman-teman saya dari Jakarta yang belum pernah ke Bandung kerap bingung jika saya mengajak mereka makan mie yamin. Kebanyakan mengira itu sama saja dengan mie ayam. Meskipun sama-sama dibubuhi ayam, tapi keduanya berbeda sama sekali.
Perbedaan pertama adalah jenis mie yang dipakai. Kedua adalah ayam yang dipakai di mie yamin jauh lebih halus bentuknya. Pastinya, rasanya juga berbeda. Paling menonjol pembedanya adalah mie yamin memakai kecap.
Mie yamin ada yang rasanya manis dengan kecap manis, ada juga yang asin dengan kecap asin. Secara terpisah, kita juga menambahkan dengan bakso kuah, pangsit, ceker ayam, babat dan lain-lain sesuai selera.
Saya paling gemar makan yamin, ketimbang olahan mie lainnya. Banyak tempat mie yamin di Bandung yang saya datangi, dan menurut saya juaranya ada di tiga lokasi ini.
Linggarjati

Dulu di sebelahnya adalah bioskop Dian Thetatre yang banyak memutar film India. Jadi tampat makan mie ini terus terpatri di memori saya karena dulu saya sering nonton di sana. Sekadar catatan, jika ke sini membawa mobil, siap-siap harus parkir agak jauh karena tempat parkir di depannya adalah sisi jalan. Paling cukup 4 mobil. Biar aman, parkir saja di lantai dasar alun-alun Bandung.
Favorit saya di sini adalah yamin baso. Sebenarnya saya suka ditambah babat. Tapi karena saya harus menahan diri makan jeroan, cukup ditambah baso saja yamin-nya. Jika tidak kuat porsi besar, boleh pesan porsi setengah lho. Untuk yang suka yamin manis, bisa pesan yamin manis. Kalau mau yang agak asin, juga tinggal pesan sesuai kesukaan.Untuk penutup saya suka es campur klasik. Kadang saya pesan juga susu murni.
Rasa mie ayam di sini sangat klasik. Dari dulu saya makan di tahun 1990-an hingga kini tak berubah rasanya. Untuk yang punya jadwal piknik ke sekitar alun-alun Bandung, saya sarankan untuk mampir ke jl. Balonggede no.1, Bandung.
Akung

Untuk yang tidak terbiasa porsi besar, bisa membeli porsi separuh. Atau kurangi saja tambahan lainnya. Misalnya, cukup mie yamin dan kuah baso atau dengan kuah ceker saja. Saya sarankan untuk memakai ceker karena sebenarnya inilah keistimewaan hidangan di Akung.
Mie Bakso Akung berada di Jalan Lodaya No. 123 ini terbilang ramai di akhir pekan. Kadang tutup lebih cepat karena stok sudah habis. Usahakan datang di hari biasa. Juga jangan sesekali mencoba datang saat liburan lebaran. Mie Akung sudah bisa dipastikan tidak buka saat lebaran. Bahkan tutupnya melebihi lburan Pegawai Negeri Sipil.
Ibu Atih
Bukan karena lokasinya di Jalan Cipamokolan dekat rumah saya, sehingga saya memilih mie yamin ini. Namun memang yamin baso di Mie Ibu Atih Tasik ini menurut saya lezat. Terutama mie-nya. Selain lezat juga aman tanpa formalin. Kita bisa melihat langsung mie yang digunakan dibuat lebih dulu di tempat makan.

Untuk yang ingin mampir ke tempat ini harus sabar karena parkirnya hanya cukup dua mobil. Bisa parkir di SPBU di depannya sementara.
Kalau belum kenyang, kita bisa memesan roti bakar, karena rasanya juga lezat menurut lidah saya.
Selamat menikmati J
Foto-foto: Benny Rhamdani
Published on May 15, 2015 00:44
Benny Rhamdani's Blog
- Benny Rhamdani's profile
- 7 followers
Benny Rhamdani isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.
