Benny Rhamdani's Blog, page 31

June 10, 2015

Mencicipi 'Ikan Alien' di Papua

Ini dia ikan yang mirip alien bernama kudu-kudu. (foto: Benny)



Dapur Restoran Sendok Garpu. (Foto: Benny)Saat berkunjung ke Papua beberapa hari lalu, saya sempat mampir ke sebuah restoran di Abepura. Nama restorannya lucu, Sendok Garpu. Dari depan sudah terpampang nyata bahwa restoran ini menjual menu ungulan ikan.
Aroma ikan bakar langsung menyeruak ketika saya melewati depan restoran. Mereka tampak sedang membakar ikan mujair dari Danau Sentani yang terkenal itu. Karena saya ditraktir, saya tidak begitu tahu menu apa yang dipesan untuk makan siang ini.
Masuk ke restoran, saya seperti masuk ke restoran-restoran Tiongkok yang penuh kaca. Ternyata di resto ini ada ruang VIP, khusus peserta rombongan. Ya, terpaksa saya yang ikut rombongan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Saya tidak begitu perhatikan ketika ditanya soal menu makanan, Perut saya sudah terasa lapar. Apapun itu yang penting segar. Saya pun bertanya, alasan rombongan ini tidak memilih makan menu lokal. Ternyata memang tidak ada kuliner khas lokal yang bisa dinikmati. Saya lihat sepanjang jalan yang ada malah restoran Manado, Minang, Jawa, Sunda dan lainnya.
Menu yang pertama datang. Coba tebak, mana dabu-dabu?
(Foto: Benny)

Masakan yang pertama datang adalah tiga jenis sambal, termasuk dabu-dabu. menyusul lalap dan tahu. Karena lapar, saya pun mengemil lalapan dan tahu sampai habis. Cukup lama juga menu utamanya muncul.
Mungkin lebih dari limabelas menit kemudian baru muncul ikan mujair bakar Danau Sentani ke meja kami. Juga ikan woku yang berwarna kuning, dan menu lainnya. Yang bikin saya takjub adalah menu ikan goreng yang bentuk kepalanya mirip alien.

Ikan apa ini, seram banget?
Ternyata namanya Ikan Kudu atau Ikan Kudu-Kudu. Saya belum dapat informasi jelas, karena namanya pun baru saya dengar. Sepintas saya mengira ini jenis ikan fugu atau blowfish, ternyata bukan. Berdasarkan hasil browsing, ikan ini namanya boxfish alias ikan kotak. 

Ikannya dihidangkan dengan unik. Daging ikan sudah disuwir, lalu digoreng dengan tepung terigu. Setelah matang barulah dimasukkan ke cangkangnya yang sudah digoreng pula. Serius, kalau melihat wajah ikannya kita bisa ketakutan sendiri. Tapi dagingnya menurut saya lezat, seperti kita mencicipi daging ayam.
Ikan muajir bakar yang lezat, dari Danau Sentani. (foto: Benny)

Bahkan, rasa ikan kudu ini bisa mengimbangi kelezatan ikan mujair Danau Sentani yang memang sudah terkenal.

Saya benar-benar dibuat ketagihan dengan menu makan kali ini. Seandainya bisa dibungkus buat oleh-oleh, pasti saya bawa.


^_^

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 10, 2015 23:38

Cara Menikmati Kue Cubit Green Tea




Sebenarnya sudah lama saya ingin mencicipi kuliner yang lagi ngetrend ini. Namanya kue cubit green tea. Di Bandung, kue cubit green tea yang terkenal ada di di Jalan Cisangkuy. Alasan saya baru mencicipi, setiap melalui jalan itu susah cari parkir dan padat terus.
Untunglah beberapa hari lalu saya lewat sana, dan langsung dapat parkir. saya pun langsung berburu kue cubit ini. Sebenarnya, saya juga bingung mengapa jajanan anak SD ini demikian hebohnya. Dibandingkan kue cubit reguler, saya sebenarnya lebih suka kue cubit sarang laba-laba, yang justru dimasak dari bagian sisinya.
Saya pun segera memesan kue cubit greentea dengan topping Nutela. Sejak saya berkunjung ke Jerman, Selai cokelat satu ini jadi salah satu makanan favorit saya. Mau dioleh ke apa saja, rasanya mantap. Saya yakin, kue cubit green tea ini pun demikian.
Saya pun mulai mengerti alasan kue cubit ini ditambah gelar green tea. Lantaran adonannya ditambah essence green tea berwarna hijau. Yang membedakannya, kue cubit green tea dimasak 3/4 matang. Hm, sebenarnya dari dulu juga, kalo pesan kue cubit reguler, saya selalu pesan jangan terlalu matang. Buat sebagian orang mungkin dianggap kurang higienis atau nggak enak. Tapi, ya anggap saja ini kuliner ekstrim. Kalo berani silakan coba.

Setelah menunggu cukup lama karena panjangnya antrean, saya pun bisa melihat wujudnya. Voila! Air liur saya langsung hampir menitik. Tak sabar saya langsung menyomotnya. Karena ukurannya tidak seberapa besar, dan bentuknya juga tidak bulat semua, saya langsung mesukkan semua ke mulut. Hmm, enak sih. Tapi ada yang kurang. Apa ya?
Seperti biasa saya mulai bereksperimen cara paling pas menikmati makanan. Saya ambil satu lagi, saya gigit sedikit ... hmmm kurang pas juga.
Akhirnya saya, saya balikkan posisi kue cubit green tea, lalu bagian topping nutela saya tempelkan di lidah, sambil memejamkan mata, saya biarkan beberapa detik agar cokelatnya meleleh di lidah, barulah saya mengunyahnya. Nah, ini nikmat benar.

Dengan cari ini saya berhasil membuat topping cokelatnya lebih menguasai lidah saya, baru menyusul adonan kue cubit dengan rasa green tea. Sungguh super duper!
Potongan berikutnya, saya masukkan dengan cara tersebut, dan saya berhasil menuntaskan selusin kue cubit pindah ke perut saya.
Ada yang mau coba?





 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 10, 2015 18:07

June 1, 2015

Mencicipi 'Salad Stress' di Roemah Keboen Bandung



Ini dia 'salad stress' di Roemah Keboen.

Merayakan pernikahan kami beberapa hari lalu, saya sengaja mencari tempat makan malam yang asik untuk kami bertiga. Secara random menyusuri jalan, akhirnya saya parkirkan mobil di halaman Roemah Keboen, Jalan Laks. RE Martadinata, Bandung.
Beberapa tahun silam, saya pun pernah mengajak isteri dan anak saya makan di sini. Suasananya sangat luxury, romantis karena tersedia musik hidup. Membuat kami ingin mengulanginya.
Malam ini saya agak terkejut saat masuk. Tak ada suara musik. Bangku yang kosong. Belum lagi terlihat ruangan di sebelah yang berantakan. Tadinya kami hampir tak jadi makan di sini. Untunglah ada satu keluarga yang menjadi tamu di dalamnya.
Kolan ikan koi dan akses moge menghibur kami.

Kami memilih salah satu deret tempat duduk, dekat tangga. Dua waiter duduk sambil ngobrol dekat kami dengan santai. Mungkin karena sepi pengunjung.
Kami pun mengorder masakan. Pesanan minuman yang sudah diorder  harus diulang karena tidak tersedia. Salad yang saya inginkan harus diganti salad lainnya. Hal ini membuat saya dan isteri saya berpikir lain tentang resto ini.
Menu Pilihan Kami
Roemah Keboen memiliki menu variatif, dari makanan Indonesia, orienteal sampai yang western. Silakan pilih tergantung selera.
Dulu ketika makan di sini saya pernah makan steak yang lezat. Namun karena saya sedang berusaha meredam laju berat badan, saya pilih salad, yakni Salad Desperado. Lucu juga namanya kalau tahu bahasa gaul. Desperado itu artinya depresi alias stress. Jadi  kesannya salad ini bikin stress atau yang bikinnya stress.
Salad Desperado ini merupakan salad khas mexico. Kalau bahannya ya sama saja seperti kebanyakan salad, hanya kita akan menemukan dendeng kering sapi nan renyah. Ya, sepertinya orang Mexico suka yang crispy-crispy seperti kita. Lain yang membedakan adalah dressing kejunya. Enak. Ditambah lagi renyahnya onion ring yang saya suka. Dan ternyata bisa bikin stress hilang memang.
Isteri saya memesan menu  nasi ijo royo-royo. Nasi jenis ini memang semoat booming, terutama versi nasi ijo bakar bersisi ikan peda. Tapi di Roemah Keboen dibuat lebih sophisticated penampilannya. Dijamin teman duduk di sebelah bakal ingin mencicipinya. Karena itulah yang saya lakukan. Kalau saja saya tak ingat perut, saya mungkin akan memesannya juga.
Nasi ijo royo-royo ala Roemah Keboen

Nasi ijo royo-royo dilengkapi potongan timun dan tomat segar. Nasinya seperti nasi goreng tapi lebih lembut. Yang menjadi pertanyaan adalah warna hijaunya itu. Soalnya secanggih-canggihnya teknologi pangan, saya belum pernah dengar ada beras warna hijau. Jadi kemungkinan besar warnanya memakai pewarna makanan.
Putra saya, Akhtar, memilih spaghetti Bolognaise kesukaannya. Tapi lagi-lagi tak ada. Akhirnya mengganti dengan makroni keju. Sayangnya dia gagal menghabiskan pesanannya. Ketika saya ikut cicipi, kemungkinan karena rasa gurih keju yang begitu dominan, sehingga aroma cita rasa makroninya malah luntur.
too cheessy

Setelah beres, kami membayar dengan harga sekitar rp200-an ribu.  Isteri saya sempat bertanya mengapa restorannya sepi. Kata kasirnya, Roemah keboen biasanya ramai di malam Minggu. Sedangkan kami datang malam Senin. Hmm, sebenarnya kalau memang recommended, malam apapun ramai.
Sedangkan ruangan berantakan di sebelahnya, kasir bilang itu sedang ada renovasi pangkas rambut. Wuah, di malam hari yang remang-remang suasananya saja terlihat mengganggu. Apalagi siang hari ya. Untunglah interior Roemah Keboen diselamatkan oleh kolam ikan koi di tengahnya serta akses motor gede.
Kami kemudian pulang ke rumah, dengan diskusi ringan, mengapa  kesan kunjungan ke Roemah Keboen jadi berubah tidak seperti kunjungan kami sebelumnya dulu.




 Foto-foto Benny Rhamdani

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 01, 2015 17:52

May 28, 2015

Tukang Becak Naik Haji

Bahkan jika memang sudah kehendakNYA, tukang becak pun naik haji.
(foto: Danang Dhave)
Nama pria itu sebut saja Mang Yayat. Siang malam dia mencari rejeki dengan mengayuh becak di jalanan kota Bandung. Mang Yayat tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya.
Mang Yayat rajin beribadah. Beberapa saat sebelum adzan berkumandang, dia selalu masuk ke masjid terdekat, mengambil wudlu dan shalat berjamaah. Tidak terkecuali di hari Jumat.
Beberapa hari terakhir Mang Yayat merasa terketuk setiap kali ada khatib di mimbar cerita tentang ibadah haji. Dadanya berdegup, membayangkan dirinya berada tanah haram. Hanya ibadah hajilah yang diasakannya berat sebagai umat islam.
Satu hari seusai shalat Jumat, Mang Yayat bertanya kepada ustad yang mengisi khotbah siang itu.
"Assalammualaikum, Ustad. Saya mau tanya, apakah saya mungkin bisa naik haji?" tanya Mang Yayat.
"Waalaikumsalam.Tentu saja. Mamang masih sehat dan kuat," jawab sang Ustad.
"Tapi saya hanya tukang becak," kata Mang Yayat.
"Siapapun itu, jika Allah menghendaki, pasti akan berkunjung ke Masjidil Haram," kata Ustad itu meyakinkan. "Banyaklah berdoa dan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya agar keinginan kita dimudahkan Allah."


Ustad Muchtar Kholid Saat memaparkan kisahnya. (foto: Benny)Mang Yayat pun berusaha mencerna kalimat sang Ustad. Kebaikan apa yang bisa diperbuatnya? Akhirnya, setelah ebebrapa hari kemudian, dia memilih satu cara untuk menebar kebaikan. Tukang becak ini menggratiskan penumpangnya setiap hari Jumat. Mang Yayat sengaja memilih hari Jumat karena dia pernah mendengar pahala hari Jumat itu sangat besar.
Selama berbulan-bulan Mang yayat melakukan Jumat Gratis itu. Sampai suatu hari, dia dipanggil seorang pria di depan Hotel Horison. 
"Tolong antar saya ke Rumah Sakit Muhammadiyah," kata pria itu.
Mang Yayat pun mengantarkannya. Jarak ke tujuan yang diminta tak seberapa jauh.

Penumpang pun turun ketika becak sampai tujuan. Dia menyerahkan selembar uang Rp.50.000,-
"Maaf, Pak, tidak usah," tolak Mang Yayat.

Penumpang itu heran. "Kenapa nggak mau menerima?"
"Ini hari Jumat. Saya menggratiskan penumpang setiap hari Jumat," kata Mang Yayat.
Hati pria itu tergetar tapi masih keheranan. Dia masih memaksa Mang Yayat untuk menerima uang darinya.
Akhirnya Mang Yayat menceritakan niat menggratiskan penumpang agar doanya berangkat haji dikabulkan oleh Allah Swt.
Penumpang itu makin tersentuh, lalu dia berkata,"Mang, tunggu dulu di sini ya. Saya mau mau ketemu seseorang di dalam. Nanti saya akan bicara lama dengan Mamang. Insya Allah, saya akan mengajak Mamang naik haji."
Kali ini giliran Mang Yayat yang terkesima. Dia tidak percaya. tapi ternyata pria itu mebuktikan janjinya. Dan di tanah suci Mekkah, Mang yayat menceritakan kisahnya kepada Ustad Muchtar Kholid yang tak lain ustad yang telah membesarkan hatinya setelah Jumatan dulu.
Kisah inspiratif ini saya dengar kemarin di acara pengajian kantor. Sungguh membuat saya tergerak untuk meniru Mang Yayat, berbuat kebaikan yang ikhlas terus menerus. 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 28, 2015 23:58

Serunya Nyebur di Pantai Sanur


Saya sengaja bangun pagi dan langsung menuju ke pantai  setelah shalat subuh. Suasana sepi karena saya yakin banyak penghuni resort dan hotel yang masih terlelap. Buat saya, sayang sekali menyia-nyiakan pemandanganindah pagi di Pantasi Sanur Bali.
Berjalan di atas pasir sepanjang pesisir pantai sambil menunggu matahari tersenyum merupakan seni tersendiri. Udara segar membersihkan paru-paru yang disesaki polusi udara kota.
Sebenarnya,  pantai ini  dikenal lebih dulu  dibandingkan Kuta. Keasrian, ketenangan dan panorama matahari terbit menjadi incaran turis yang mendambakan ketenangan. Umumnya wisatawan yang datang ke pantai ini untuk mencari alternatif pantai lain setelah Kuta yang dipenuhi hiruk-pikuk para wisatawan mancanegara dan domestik.
Beberapa teman yang menyukai pantai Kuta malah sempat bilang ke saya,” Pantai Sanur itu cocok buat yang sudah pensiun.” Well, meskipun saya bukan pensiunan, tapi saya menikmatinya.
Panjang pantai ini sekitar  tiga kilometer dengan garis pantai menghadap ke timur. Pantai Sanur terkenal dengan pasirnya yang berwarna putih bersih dan lembut. Sanur juga terkenal dengan desa-desa yang masih tercium aroma tradisionalnya, ada juga pasar tradisional, dan pasar seni yang menjual aneka pernak-pernik khas Bali.
Karena ombak pantai ini sangat tenang, maka pantai ini tidak cocok untuk olahraga surfing. Tapi pantai ini menyediakan permainan pantai di Bali yang lain, seperti seawalker Bali, scuba diving dan snorkeling. Buat seorang pemula dalam olah raga menyelam, pantai ini sangat cocok untuk, karena arus laut sangat tenang.

Seperti yang saya lihat di perjalanan menuju tempat saya menginap di Mercure Resort, pantai ini memiliki banyak hotel, bungalow dan  penginapan.  Beberapa hotel di sini kabarnya sudah dibangun sejak tahun 1940. Oh iya, Jarak tempuh dari airport Ngurah Rai 16 kilometer , dan waktu yang saya tempuh  kurang dari setengah jam karena arus lalu lintas sedang lancar.
Sejak tahun 2005 lalu, digelar  Sanur Village Festival setiap tahun, dalam rangka mengenalkan keanekaragaman pariwisata Sanur kepada para turis lokal maupun mancanegara. Festival  lainnya adalah International Kite Festival yang diadakan setiap bulan Juli.
Tak terasa sambil menapaki pasir pantai, fajar pun hadir menyemburat kemerahan. Saya melihat sejumlah perempuan mengais pasir dengan semacam garu kayu. Mereka membersihkan  pasir pantai dari kotoran, menutup kotoran anjing jalanan, dengan penuh semangat.



Saya juga melihat seorang nelayan yang mengambil jukung, mendorong sendiri ke luat, kemudian bersapa dengan seorang teman yang justru baru selesai melaut. Betapa menyenangkannya melihat keramahan mereka.

Tak lama matahari mulai muncul sedikit demi sedikit. Sangat indah. Lalu, beberapa turis anak-anak dan dewasa terlihat berlarian ke pantai, mengambil foto buru-buru karena takut kehilangan momen. Setelah matahari mulai tampak jelas, mereka langsung nyebur ke air laut bersama-sama. Begitu asiknya.
Pantai Sanur memang  sangat cocok untuk liburan anak-anak karena dapat berenang di arus laut yang tenang dan juga tidak dalam. Selain itu anak-anak anda dapat melakukan permainan bola di pasir putih.
Sejarah Pantai Sanur


Sejarah pantai Sanur, pantai ini mulai diperkenalkan pada tahun 1937 oleh seniman asal negara Belgia, yang bernama A.J. Le Mayeur, seniman ini memiliki istri orang Bali yang bernama Ni Polok. Cara pengenalan seniman asal negara Belgia ke mancanegara dengan membuat lukisan tentang pantai ini dan memamerkan ke mancanegara. Karena hal ini, pantai di Sanur, mulai dikenal ke mancanegara.
Keindahan panorama alamnya membuat Pantai Sanur terkenal bahkan sejak jaman dahulu. Dalam sejarah Bali kuno, Pantai Sanur telah dikenal sebagai pantai yang indah, hal itu nampak dalam Prasasti Raja Kasari Warmadewa, seorang raja yang berkeraton di Singhadwala pada tahun 917 M. Sekarang, prasasti tersebut terdapat di daerah Blanjong, bagian selatan Pantai Sanur.
Pada masa kolonial Belanda, Pantai Sanur terkenal sebagai lokasi pendaratan bala tentara Belanda ketika akan menyerang Kerajaan Badung yang dianggap membangkang pada pemerintah kolonial. Perang yang terjadi pada tanggal 18 November 1906 itu kemudian dikenal sebagai Puputan Badung, yaitu semangat perang sampai mati yang dipraktekkan oleh Raja Badung dan pengikut-pengikutnya.
Ternyata eh ternyata … sewaktu saya ke pantai sore harinya … voila! Pemandangan di sore hari juga tak kalah menarik. Surutnya air laut memperjelas pandangan mata pada gugusan Pulau Serangan dan bukit batu karang yang menjorok ke laut di sebelah selatan Pantai Sanur. Sayapun akhirnya tak tahan untuk nyebur di Pantai Sanur. Asik ternyata.




Jadi, nggak benar kalau ada yang bilang Pantai Sanur kalah menarik dengan Pantai Kuta. Setiap pantai memiliki keunikan dan ceritanya sendiri-sendiri.
^_^

Foto-foto: Benny Rhamdani
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 28, 2015 18:36

May 26, 2015

Traveling Bermanfaat untuk Tingkatkan Gairah Seks

Traveling Bersama Pasangan, Sejuta Manfaat. (Foto: Griska)

Disadari atau tidak, traveling ternyata bisa meningkatkan gairah seks seseorang  ketimbang mereka yang tidak traveling.  Fakta ini bukan asal-asalan, tapi  berdasarkan sebuah survey kepada 1000 pasangan yang suka traveling. Tentu saja manfaat ini belum berlaku untuk mereka yang traveling sendirian.
Survei yang dilakukan ASOSIASI TRAVEL US dengan metode  wawancara itu menentukan pengaruh traveling terhadap hubungan dengan pasangannya. Hasilnya sangat positif: Sekitar  79% percaya traveling  dengan pasangan mereka  memiliki dampak positif pada hubungan mereka. Hampir 63% percaya traveling bersama pasangan menguatkan hubungan mereka yang sudah rapuh. Tingkat perceraian pun lebih rendah di antara pasangan yang sering  bepergian bersama diibandingkan tidak pernah traveling.
Komunikasi
Mengapa traveling bersama  pasangan bisa demikian bermanfaat? Salah satunya karena traveling dengan pasangan akan memperlancar komunikasi dengan pasangan. Saat traveling menghadapi situasi yang harus dipecahkan bersama, tentu keduanya harus berkomunikasi dengan baik. Misalnya, ketika cedera ketika snorkeling. 
Menerima Apa Adanya
Menerima apa adanya.
(Foto Raiyani Muharramah)
Saat traveling, biasanya kita akan bisa melihat hal-hal yang buruk dari pasangan kita. Misalnya, saat dia tidur di perjalanan, makanan yang dimakannya tapi tidak tidak kita sukai, kebviasaan tidak mandi sore.  Kita juga bisa melihat hal-hal yang membuat pasangan bosan.
Sebaliknya, kita juga tidak perlu menjaga image saat traveling bersama pasangan. Percuma, karena sutau kali pasti akan lepas kendali. Dan kita bisa melihat bagaimana rekasinya melihat sisi buruk dan kekurangan kita. Itulah hebatnya traveling bersama pasangan.
Memahami ‘Me Time’
Mereka yang traveling berpasangan akan memiliki kepekaan untuk mengetahui, saat pasangannya harus sendiri dengan urusan pribadiny, juga sebaliknya. Pada prinsipnya setiap orang memang memiliki keinginan memiliki ‘me time’ meskipun sudah memiliki pasangan.
Terkadang saat berpasangan, timbul rasa ego. Di sinilah, seseorang harus mengalahkannya karena sedang traveling berpasangan. Tapi setidaknya pasangan akan tahu, bahwa sesekali dirinya atau pasnagannya juga boleh melakukan traveling tanpa pasangan. Yang penting saling menjaga kepercayaan saat berpisah.
Lebih Humoris
Dalam survei itu, pasangan yang melakukan perjalanan mengatakan mereka tertawa dan bersenang-senang bersama-sama dan menangani konflik dengan baik. Mereka juga mengartikan kejadian buruk seperti kecelakaan sebagai candaan bersama. Sehingga semua tidak terlalu ditanggapi sangat serius.
Lebih Romantis
Karena sebuah perjalanan biasanya mengeluarkan uang yang tak sedikit, maka penghargaan untuk membuat momen berharga jadi sesuatu yang romantis akan muncul. Itu sebabnya pasangan yang traveling lebih romantic ketimbang yang tidak ke mana-mana. Berjalan kaki di Paris, kejar-kejaran kereta di Tokyo, dan masih banyak hal yang menjadikan susasan romantis.

Tidak heran jika 75% dari responden  mengaku memiliki kehidupan seks yang meningkat sejak traveling bersama pasangan mereka, lebih baik sekitar 14% dari pasangan yang tidak melakukan traveling bersama sekalipun.

Jadi, banyak-banyaklah traveling bagi yang sudah punya pasangan.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 26, 2015 23:43

Tips Bertahan di Cuaca Menyengat Saat di Luar negeri


Saking panasnya, Mandi di air mancur juga dilakoni di India.
 (Foto: Benny Rhamdani)



Saat saya ke New Delhi, India,  pada akhir musim dingin belum lama ini, udaranya terasa sejuk membuat betah. Tapi saat ini lebih dari 800 orang meninggal karena hawa panas di India dengan temperatur tertinggi mencapai 47,7' Celcius di kota Allahabad, negara bagian Uttar Pradesh.
“Kalau musim panas di sini,  jauh lebih panas dari Jakarta. Kalau nggak penting-penting amat kami tidak keluar rumah,” ucap Profesor Iwan Pranoto, Atase Pendidikan di KBRI di New Delhi kepada saya.
Pemerintah India memang di musim panas nan menyengat  selalu menghimbau warganya agar berlindung dari sinar matahari dan minum banyak air.
Berita terakhir malah, peemrintah  meminta supir taksi di Kalkuta dianjurkan untuk tidak bekerja pada jam-jam dengan cuaca panas setelah seorang supir meninggal karena kepanasan di dalam taksinya.
Selain di Uttar Pradesh, cuaca yang amat panas juga menyerang di negara bagian Telangana, Andhra Pradesh, dan ibukota Delhi.
"Sebagian besar korban adalah orang yang terkena matahari secara langsung, biasanya berusia 50 tahun ke atas dan dari kelas pekerja," jelas P Tulsi Rani, komisaris departemen penanganan bencana di Andhra Pradesh, kepada kantor berita AFP.
Di negara bagian ini, tercatat 246 orang tewas akibat serangan hawa panas dalam waktu sepekan sejak Senin 18 Mei lalu. Diperlukan cuaca panas akan berlangsung hingga akhir bulan ini.
Jumlah korban jiwa diperkirakan  masih akan bertambah, dan diperkirakan lebih tinggi dari bencana panas serupa tahun 2010 lalu yang menyerang selama beberapa bulan.
Tips  Bertahan di Gelombang Panas
Beruntunglah di Indonesia yang belum sampai mencapai suhu panas lebih dari 45 derajat. Tapi semisal Anda seorang traveler dan berada di kota yang sedang memiliki suhu panas-panasnya, coba lakukan ini:
1.    1.    Gunakan  kipas angin, baik yang portable maupun di langit-langit untuk mengatur  sirkulasi udara rumah Anda. Saat malam, buka semua jendela  agar banyak sirkulasi udara. Ketika matahari terbit, tutup semua pintu dan jendela, pastikan untuk menutup tirai dan kerai juga.

2.     Isi ember atau baskom dan rendam kaki Anda.  Ginakan handuk basah dan bandana  agar mendapat efek pendinginan di bahu atau kepala. Pertimbangkan membawa botol semprot berisi air dingin.

3.       Hentikan sumber panas yang tak perlu. Bola lampu pijar dapat menghasilkan panas yang tidak perlu, seperti dapat komputer atau peralatan kiri berjalan. Makan makanan segar itu tidak harus menyalakan  oven atau kompor.

4.       Ingatlah agar terhindar dari dehidrasi. Konsumsilah  air lebih dari biasanya.

5.       Hindari minuman beralkohol dan kafein , karena kedua zat ini dapat bertindak sebagai diuretik dan mengundang dehidrasi.

6.       Cobalah untuk mengunjungi bangunan umum dengan AC konsisten, semisal  perpustakaan, pusat perbelanjaan, dan bioskop semua bisa menjadi tempat yang baik untuk mendinginkan tubuh.

7.       Jangan makan besar, protein dapat  mengundang panas metabolik dan menghangatkan tubuh.

8.       Kenali gejala penyakit yang berhubungan dengan panas dan keadaan darurat panas (kram panas, ruam panas, panas kelelahan, dan stroke).

9. Gunakan penutup kepala (topi) atau payung agar tak terkena cahaya matahari langsung jika benar-benar harus keluar rumah. Jangan lupa memakai sunglasses.I

Semoga bisa bertahan di cuaca yang menyengat sekalipun.



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 26, 2015 18:26

Inilah Benda Paling Sering Dicuri Tamu Hotel



Jenis tamu hotel memang beragam karakter dan tidak selalu seperti yang terlihat. Bukan berarti yang berpakaian rapi, tidak memiliki karakter buruk.  Hal ini bisa dibuktikan dengan perilaku tamu di hotel-hotel berbintang yang ternyata di luar dugaan. Mereka boleh dikatakan pencuri karena mengambil barang di hotel yang bukan milik mereka.
Ada beberapa barang yang memang sering dibawa tamu. Katakanlah alat-alat mandi seperti sabun, shampoo dan sejenisnya. Atau juga sandal hotel yang sudah sering dianggap souvenir dari hotel. Walaupun sebenarnya tidak ada ketentuan tamu hotel boleh membawa barang-barang tersebut ke luar hotel.
Saya sendiri kerap membawa toiletries dari hotel. Sebagian besar saya sumbangkan kepada orang yang saya anggap perlu diberikan barang-barang tersebut di perjalanan. Nah, barang-barang lain yang juga jadi incaran tamu hotel  ternyata cukup mengejutkan.
Handuk


Ya, ternyata handuk menjadi barang terbanyak diincar tamu hotel untuk dibawa pulang. Apalagi handuk-handuk-handuk di hotel berbintang lima biasanya berkualitas snagat baik. Belum lagi orang selalu menginginkan semacam kenang-kenangan yang ada merk hotel tersebut. Biasana di handuk kita bisa menemukan nama hotel.
Saya jadi ingat beberapa  belas tahun silam, dalam satu acara piknik bersama rombongan. Bus kami yang mau pulang dicegat pemilik hotel karena ternyata ada lima handuk yang hilang. Akhirnya, mengakulah sejumlah orang yang mengambil handuk. Entah apa alasannya. Sebab dibilang tidak mampu beli handuk, jelas nggak mungkin.
Saya ingat di beberapa hotel biasanya disediakan pula list harga barang-barang hotel seperti handuk, sprei, asbak dan sebagainya. Sehingga jika tamu hotel  hendak memilikinya harus membayar seharga yang tertera.
Saat ini beberapa hotel berbintang lima mulai memasang sebuah chip di handuk mereka. Sehingga, setiap kali handuk itu di bawa keluar kamar akan terdeteksi di lift/elevator. Sinyalnya akan diterima oleh staf hotel.
Batere
Mungkin terdengar sangat sepele. Tapi benda seperti remote TV dan AC paling sering hilang dicuri tamu hotel. Belakangan remote AC malah dibuat menempel permanen di dinding.
Ada yang cukup mengejutkan, karena mungkin remote mudah dideteksi room service saat memeriksa kamar begitu tamu chec out, maka yang menjadi incaran berikutnya adalah batere remote. Benda yang relatif kurang berharga, tapi entah mengapa jadi pilihan untuk dicuri.
Mungkin Anda bisa memberi tahu alasannya?
Pajangan Seni


Benda-benda pajangan tertentu yang artistic kerap menjadi sasaran pencurian tamu hotel. Bisa dimaklumi jika benda itu memang menarik dan tampak mahal. Apalagi kalau benda pajangan itu nilai seninya sanga tinggi.
Belakangan ini saya jarang sekali melihat benda pajangan di hotel, kecuali berebentuk vas bunga. Itu pun modelnya stanart. Saya bisa hitung kerugian yang ditanggung pihak hotel jika dalam sebulan kehilangan 20 benda pajangan saja.
Figura


Biasanya hotel-hotel yang bertema seni menempatkan beberapa lukisan di kamarnya. Ada yang besar dan kecil. Lukisan kecil cendrung mengundnag tamu hotel untuk menyelipkannya di koper. Kadang, ada juga ayang hanya mengambil frame/figuranya saja. Untuk apa? Entahlah.
Saya melihat memang hotel-hotel bertema seni menempelkan lukisan dengan figura yang tampak berseni  dan mahal. Itulah mungkin yang jadi daya tarik.
Pisau


Tentu saja pisau ini tidak diambil dari kamar hotel. Tamu hotel biasanya mencuri pisau saat sarapan. Dia menyelipkan pisau (atau mungkin lainnya) di tas kecil yang dibawa secara diam-diam tentunya. Maklum, biasanya peralatan makan di restoran, apalagi berbintang empat atau lima, tampak mewah dengan bahan perak. Apalagi jika ada gravir di gagangnya.
Memang agak sulit mendeteksi pencuri pisau kalau tidak dengan CCTV, terutama saat ramai. Apalagi, tidak jarang tamu hotel mencuri peralatan makan bukan yang ada di mejanya. Tapi meja di sekitarnya.

Masih banayk benda lain yang menjadi sasaran pencurian, dan mungkin agak tidak masuk akal. Misalnya kita suci di laci, buku di perpustakaan hotel, tirai kamar, namun itulah yang dilaporkan telegraph.co.uk dari hasil surveinya.
foto-foto:telegraph.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 26, 2015 03:06

May 25, 2015

Menginap di Grand Mercure Hotel Jakarta






Kali ini saya ingin bercerita pengalaman menginap empat malam di Grand Mercure Hotel Jakarta. Tepatnya di kawasan Jalan Hayam Wuruk,  di seberang Gajah Mada Plaza. Kebayangkan seperti apa ramai dan panasnya area ini, kan?
Saat menuju hotel ini dari Bandung, saya sempat salah alamat menuju Mercure Hotel lainnya yang terletak di jalan yang sama. Mengapa saya pikir di tempat yang salah itu, karena hotel itu terletak dekat hotel Novotel yang saya tempati sebelumnya dan kebtulan satu group.
Beruntung kali ini saya mendapat room untuk sendirian. Bukan apa-apa sih, saya punya beberapa pekerjaan kantor yang harus saya urus, di luar workshop yang saya sambangi. Perlu sedikit ketenangan di malam hari, dan istirahat cukup agar paginya bisa fresh.
Saya suka interior kamar yang modern, tapi kurang suka dengan pemandangan ke luar jendelanya. Eh, ketika senja dan fajar, ternyata lumayan indah juga pemandangannya. Indah buat difoto pemandangan langitnya.
Sementara itu kamar mandinya seperti kebanyakan room hotel  kelompok Mercure, bersekat kaca yang tembus pandang dari tempat tidur. Kalau ada orang jelas harus ditutup tirainya. Sebenarnya untuk kualitas air, saya kurang begitu suka. Karena kadang tercium aroma yang kurang saya suka. Entah aroma apa.
Seperti kebanyakan hotel modern juga, kartu kunci ke kamar juga berfungsi sebagai akses lift. Jadi agak repot juga kalau ada tamu yang ingin mampir ke kamar. Harus dijemput  di lobi. Tapi untunglah tamunya nggak ada selain teman-teman workshop yang berbeda lantai.
Hal yang saya suka di hotel ini adalah liftnya yang memiliki pembatas cermin yang refleksinya bikin keren kalau selfie. Hahaha, dasar narsis.
Di kamar, koneksi wifi nggak bisa dibilang baik. Saya harus mencari titik tertentu untuk mendapat koneksi via wifi hotel. Tapi memang begitu sih di kebanyakan hotel Jakarta.
Hal paling saya suka adalah restonya yang makanannya lumayan variatif, terutama saat sarapan. Saya paling suka minum jamu yang kebetulan disediakan bersama mbok ayu. Fit rasanya setiap pagi minum seduham jamu tradisional kunyit.
Sedangkan untuk makan malam dan makan siang, kalau bosan saya bisa jalan ke luar hotel karena begitu banyak tempat makan di sekitar hotel. Mau kelas kaki lima sampai restorang tersedia. Mau masakan Eropa sampai oriental ada. Yang penting punya uang.

Maklum deh, kawasannhya memang area bisnis dan niaga. Jadi selalu ramai. Berbeda dengan saat saya menginap di Mercure di Sanur, Bali. Keluar kamar langsung ketemu alam nan asri dan udara segar. Tapi agak jauh untuk beli ini-itu.

Asiknya, kalau mau jalan-jalan ada halte busway di depan hotel. Saya sempat kabur sejenak ke Mangga Dua untuk beli oleh-oleh buat isteri tercinta.

Secara garis besar, kalau untuk tinggal 1-2 hari sih saya merasa betah tinggal di sini. Srvicenya sesuai dengan harga dan standar kelasnya. Tapi kalau sampai lebih, dengan view yang agak membosankan, mungkin sebaiknya ganti kamar atau pindah hotel. Apalagi saya cenderung tidak betah tinggal di hotel yang sekitarnya tidak memiliki tempat bersantai dengan udara segar.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 25, 2015 09:17

Asal-Usul Air Minum Keran

Air minum publik di New Delhi. (Foto: Benny Rhamdani)

Saat di Bologna, Italia, saya sempat merasakan air minum publik di bawah Neptunus Fountain. Rasanya segar walau sedikit repot untuk meminumnya karena tak biasa. Ketika di New Delhi, saya melihat sejumlah keran air minum di beberapa area publik walaupun agak menyedihkan kondisinya.
Fountain drinking di Bologna Italia.
(Foto: Benny Rhamdani)Air minum keran, khususnya untuk publik, di Indonesia jumlahnya belum telalu massal. Di Bandung misalnya, baru hadir tahun lalu di   di Taman Balai Kota, Jalan Wastukancana, Bandung, Jawa Barat. Berbeda dengan di negara-negara  Eropa dan Amerika Serikat yang giat membangun fasilitas air minum untuk masyarakat ini. Bisa jadi karena sejarahnya berasal dari Eropa.

Air minum keran dalam bahasa Inggris kerap disebut fountain drinking. Mengandung kata air mancur, karena di masa kejayaan Romawi, air mancur dijadikan sumber air bagi warganya. Mereka biasa mengambil air dengan ember di air mancur untuk kebutuhan sehari-hari.
Air mancur yang bisa diminum baru benar-benar dibuat pada April 1859 di London, Inggris, untuk mencegah penyebaran kolera karena air yang kotor. Pembangunan air mancur untuk diminum itu dibangun dengan dana dari para pengusaha yang peduli dengan kesehatan warga miskin.
Hingga tahun 1879, sekitar 800 air mancur untuk diminum berdiri hanya di London saja. Bahkan, belakangan air mancur juga dipakai untuk kepentingan minum sapi, kuda dan anjing.

Susasana pembukaan fountain drinking pertama.
(foto: Huffingtonpost)Hanya beberapa bulan setelah diresmikan di London, air mancur untuk diminum juga didirikan di New York, Amerika serikat, tepatnya pada Juli 1859.
Pada abad 19 kampanye air minum public ini makin gencari dilakukan. Alasannya, selain menyediakan air minum yang bersih bagi warga kota, juga mencegah warga minum alkohol sepanjang hari.
Pada pergantian abad 20, ide untuk menyediakan cangkir logam permanen  agar warga bisa minum dengan baik pun muncul. Tapi tak lama kemudian dikritik karena khawatir malah menyebarkan penyakit. Pada tahun 1907 mulai muncul cangkir plastik untuk digunakan di air mancur untuk minum warga tersebut.
Sekitar tahun 1920, Amerika Serikat mulai memperkenalkan versi air minum keran. Jadi air keluar secara vertikal, sehingga memudahkan orang untuk meminumnya. Pengembangan air minum keras pun semakin berkembang seiring kemajuan teknologi.
 Keran air siap minum di Taman Balai Kota Bandung.
 (foto: Benny Rhamdani)Pada tahun 1980 pernah terjadi penelitian tentang kualitas air air minum kelas sekolah-sekolah di AS. Hasilnya mengejutkan. Sejumlah contoh ditemukan fakta kandungan air yang tak baik bagi kesehatan. Sejalan dengan itu air minum plastik pun mulai masuk ke pasaran. Bahkan terjadi lonjakan besar-besaran mengonsumsi air minum dalam kemasan botol plastik. Ada sejumlah alasan untuk itu: Orang-orang berpikir air minum kemasan rasanya lebih baik, dan mereka tidak suka menghirup dari keran miring atau air mancur.

Kenyataan ini membuat banyak organisasi pecinta lingkungan balik melakukan kampanye untuk minum dari keran air minum. Mereka berpendapat konsumsi air kemasan adalah pemborosan. Beberapa instalasi air minum publik pun diperbaharui agar jauh lebih menarik dan strategis. Bahkan ada sebuah aplikasi yang membantu orang menemukan lokasi keran air minum untuk publik.

Di Indonesia, saya jamin masalah keran air minum bakal lebih pelik lagi. Selain masyarakatnya yang kadung tergantung dengan air minum kemasan botol plastik, hanya sedikit peran pemerintah yang mau mendorong diperbanyaknya keran-keran air minum. Apalagi yang mau membangun instlasi semenarik mungkin seperti di luar negeri.
^_^
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 25, 2015 00:14

Benny Rhamdani's Blog

Benny Rhamdani
Benny Rhamdani isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Benny Rhamdani's blog with rss.