Karim Mohd's Blog, page 3
August 8, 2019
Swa-potret
Setiu, Ogos 2019
[image error][image error]Setiu, 4 Disember 2017
[image error][image error][image error][image error][image error]Setiu, 24 Mac 2017
[image error][image error]Setiu, 18 Julai 2016
Catatan Mimpi (9)
1.
Kamar hotelku ialah sebuah kamar terbuka di pinggir pantai. Tanpa tingkap malahan dinding. Aku terbaring di tilam saat ini berlaku:
Seorang perempuan berdiri di atas menara buku dengan kain batik sarung menutupi kepalanya. Dia menyanyikan sesuatu yang kedengaran seperti ulek mayang tapi dalam dialek Kelantan. Sambil-sambil membuka kain yang menutupi kepalanya, mendedahkan tubuhnya yang sekadari berbalut batik merah bunga.
Lautan tiba-tiba mendekat padaku. Membasahkan tilam.
A sedang berjala...
July 9, 2019
Avilio atau Angelo Lagusa, Namanya
1.“Aku suka pada mereka yang berani hidup”
Penjaga Malam (Chairil Anwar, 1948)
Avilio;
kau seakan mengerti
nyawa terlalu murah
untuk diletakkan tanda harga
ketika Luce, mama dan papa
mati ditembak empat mafia
kau merasakan tuhan
seakan cuba berjenaka
saat kaubunuh Vanno
pistol masih hangat
berbau belerang
seperti baru sebentar tadi
Corteo pula ditusuk peluru
ke dadanya
unggun api putih
sewaktu kau berkata kepada Nero,
bahawa segalanya cuma sia-sia.
Corteo memanggilmu, “Hei,
kita ketawa sepuas-puasnya,
sampai...
June 27, 2019
Kata-kata yang Tak Akan Dapat Diucapkan Esok
“Baby, we both know
That the nights were mainly made
For sayin’ things that you can’t say tomorrow day”
1.
Saat saya melihat ke dalam cermin, saya tidak lagi melihat tubuh sendiri tetapi masa lalu yang melayang di belakang macam hantu-hantu.
2.
Kalau saya sedang memandu kereta waktu ini, saya tak boleh bayangkan yang saya sedang memandang jauh ke depan melihat tujuan dan yakin akan tiba kepadanya, tetapi saya mungkin akan lebih resah mengintai cermin sisi, melihat belakang yang sudah jauh say...
June 18, 2019
Catatan Mimpi (8)
(Mimpi 1)
Kami berjalan lagi menyusuri kotaraya, menuruni lif dan sampai ke sebuah galeri berdinding kaca. Dia menarik tanganku masuk ke dalam. Pada dinding, bergantungan: seribu bingkai kosong. Kami berdiri tegak menatap salah satu darinya. Entah kenapa wajah kami penuh bahagia seolah menatap jauh ke dalam wajah masing-masing.
(Mimpi 2)
Gunting, pisau cukur, sebotol syampu? Tergeletak di atas meja. Saat aku menyengetkan kepala di hadapan cermin, bayangan si tukang gunting di dalamnya tidak...
June 12, 2019
Di Setiu
1.
Di Setiu, matahari bergolek perlahan ke perangkap malam. Satah hari tidak begitu condong dan curam, seperti kota-kota sibuk. Tiada yang mengejar, tiada yang dikejar. Segalanya merangkak senyap dan perlahan; deru motosikal pagi, resahdesah rungutan lagaan cawan-cawan kopi warung kecil, teriak sepi pesawah di petak padi; segalanya disimpan diam ke dalam buku peribadi sebelum kembali tenang dirawat waktu. Jika pagi ini tumbuh satu lagi uban di hutan kepala, orang desa akan merawatnya dengan t...
June 4, 2019
Bayangan
Yang saya bayangkan ialah: Hembusan pertama membentuk wajahnya. Hembusan kedua membentuk lengan, tubuhnya. Daging pun mengental menyelimuti tulang, segar darah muda bercucuran. Hembusan ketiga menumbuhkan jari-jari halus ranting yang akan menghentak meja atau mengusap pipi saya. Dan segalanya hilang ketika hembusan keempat saat warna-warna mula menangkup ke wajahnya.
Lalu saya mula mencucuh rokok. Hembusan pertama membentuk apa saja daripada asap: sebuah kapal karam, sekepul awan, sepotong bu...
May 29, 2019
Perihal Berenang
Sungai-sungai negeri ini begitu merdu
bagai lagu para troubadour,
dan matahari berat kembara ke barat
menumpangi kereta-kereta sirkus kuning.
Gereja-gereja desa kecil
dibungkusi kesunyian begitu nipis
dan tua bahkan dengan nafas saja
akan mengoyakkannya.
Saya suka berenang di lautan yang selalu
berbicara dengan dirinya sendiri
dalam suara sang vagabond
yang tidak ingat lagi akan
berapa lama ia telah berada di jalanan.
Berenang tak ubah seperti doa:
tangan tercantum dan terpisah
tercantum dan...
May 28, 2019
Catatan Mimpi (7)
May 26, 2019
Tidak Ada Jalan Tengah Antara Syurga dan Neraka
Entah mengapa sewaktu saya sambung baca Letters to the Lady Upstairs oleh sang romantis Marcel Proust – ia terjemahan Lydia Davis – saya tertanya-tanya bagaimanakah perasaan tatkala sepasang kekasih jatuh ke dalam cinta? Padahal surat-surat Proust cuma berisi rungutan dan jenaka nakalnya tentang kebisingan atau sekadar ‘bunyi’ yang kebanyakannya berpunca dari tingkat atas.
Ya, Marcel Proust seorang yang fobia bunyi, jika saya boleh gunakan istilah ini. Dia sangat peka dengan bunyi yang sepert...