Bernard Batubara's Blog, page 17

March 23, 2015

After the Quake, Haruki Murakami




Ini buku keempatbelas dari Haruki Murakami yang saya baca, sekaligus kumpulan cerita keduanya yang saya baca setelah Blind Willow, Sleeping Woman. Saya tidak berharap banyak akan menemukan hal baru dari tulisan-tulisannya. Saya membaca kumpulan cerpennya ini hanya karena saya ingin menghabiskan tumpukan buku-bukunya yang belum saya baca, dan karena dua minggu terakhir saya sedang fokus membaca buku-buku kumpulan cerita pendek. After the Quake saya baca bersamaan dengan In Praise of the Stepmo...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 23, 2015 07:13

March 9, 2015

The Stranger, Albert Camus




Seorang pria melihat ibunya yang baru saja meninggal sedang disemayamkan, dan ketika seluruh pelayat hadir dengan wajah muram dan airmata menetes di pipi mereka, pria tersebut sama sekali tidak menangis. Bahkan, ia tidak sedikit pun menunjukkan tanda-tanda bahwa ia bersedih atas kematian ibunya. Seolah-olah ibunya yang sedang terbujur kaku sebagai mayat itu bukanlah ibunya, melainkan sebatang pohon yang baru saja ditebang, atau seekor lalat yang baru tuntas ditepuk.
Albert Camus memulai novela...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 09, 2015 06:26

March 4, 2015

My Name Is Red, Orhan Pamuk




Latar waktu yang diambil Pamuk dalam kisah dengan setting Istanbul ini adalah sekitar abad ke-16. Sekelompok miniaturist-sepanjang membaca saya membayangkan mereka sebagai seniman rupa, pelukis, atau ilustrator-mendapat mandat dari Sultan untuk membuat sebuah buku. Ternyata, masalah dimulai ketika sang mandor menggunakan teknik lukis gaya Eropa, yang dianggap menyalahi aturan agama dan membuatnya terancam sebagai seorang kafir.
Hal pertama yang terlintas di kepala saya ketika membaca My Name I...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 04, 2015 09:47

February 19, 2015

Cerpen: Perkenalan (Koran Tempo 15 Februari 2015)





PerkenalanCerpen Bernard Batubara

Dimuat di Koran Tempo, Minggu 15 Februari 2015

“Kamu harus tahu, Harumi sayang. Pada zaman ketika kekerasan begitu mudah dilakukan, hal terburuk yang bisa dimiliki seseorang adalah identitas.” Bong berkata demikian, tepat satu hari sebelum ia mati mengenaskan. Kepalanya ditemukan terpisah sejauh lima meter dari tubuhnya. Jasadnya tergeletak begitu saja di tengah jalan.
Pertama-tama, saya minta maaf kepada teman-teman semua, karena sudah membuka perkenalan ini d...
1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 19, 2015 02:54

February 18, 2015

Jatuh Cinta di Surabaya dan Malang




Meneruskan perjalanan tur promo buku terbaru saya: Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri , saya dan tim penerbit GagasMedia bertandang, kali ini, ke Jawa bagian Timur. Tepatnya ke Surabaya dan Malang.
Tanggal 13 Februari 2015, saya berangkat dari Jogja pukul enam pagi menggunakan kereta. Sancaka Pagi, nama keretanya. Ini bukan perjalanan pertama saya ke Surabaya. Beberapa buku saya sebelumnya membawa saya melakukan perjalanan ke Surabaya, juga untuk urusan promosi.
Hari itu hari Jumat...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 18, 2015 03:08

January 27, 2015

Jatuh Cinta di Joglosemar



Jumat – Sabtu lalu (23 – 25 Januari 2015), saya dan penerbit GagasMedia main-main ke Jogja, Solo, dan Semarang untuk bertemu para pembaca, sekaligus memperkenalkan buku terbaru saya, kumpulan cerita Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri.
Kami memulai perjalanan dari Jogja, kota yang sebetulnya juga saya tinggali. Jadi, di kota ini saya hanya melakukan perjalanan dari kos ke toko buku.
Di Jogja (23/1) saya menemui teman-teman pembaca di Gramedia Sudirman. Acara dimulai sedikit terlam...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 27, 2015 03:11

January 26, 2015

Review Aksara Amananunna di Jawa Pos

Catatan pembacaan saya atas buku Aksara Amananunna Rio Johan dimuat diJawa Pos edisi Minggu, 25 Januari 2015.
<!--[if gte mso 9]></o>
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 26, 2015 19:07

Review Lelaki Harimau di Jawa Pos

Tulisan ini dimuat di Jawa Pos beberapa bulan lalu, kalau tidak salah bulan Oktober 2014. Hanya saya baru ingat ternyata belum sempat dipajang di sini. Jadi, saya pajang saja.
<!--[if gte mso 9]></o>
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 26, 2015 19:03

January 21, 2015

The Wind-Up Bird Chronicle, Haruki Murakami




Ini adalah kali ketigabelas, saya membaca buku Murakami. Bukan perjalanan yang pendek dalam mengikuti rekam jejak karya seorang pengarang, setidaknya bagi saya sendiri. Saya menyukai Joanne Kathleen Rowling dan Pramoedya Ananta Toer, namun tidak/belum membaca habis seluruh buku mereka. Dari JKR, tujuh buku serial Harry Potter, tiga buku serial The Hogwarts Library, dan satu dari serial novel kriminal sudah saya baca, menyisakan The Silkworm yang sampai saat ini masih parkir rapi di rak buku d...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 21, 2015 01:26

January 19, 2015

Colorless Tsukuru Tazaki




Murakami berhenti bersembunyi. Itu yang saya lihat ketika membaca paragraf pembuka Colorless Tsukuru Tazaki and His Years of Pilgrimage (selanjutnya saya sebut ‘Colorless Tsukuru’). Ia tidak lagi meletakkan kehidupan soliter dan ‘ideologi kesendirian’ sebagai sesuatu yang tersirat lewat adegan-adegan dan peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh-tokoh dalam novelnya. Kali ini, Murakami secara gamblang langsung berkata kepada pembaca bahwa tokoh utama novelnya sudah lama ingin mati.
From July of h...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 19, 2015 07:37