Nailal Fahmi's Blog, page 29

December 15, 2012

jika internet mati

jika internet mati
aku takkan lagi mecaci
mengoleksi kesedihan
membaginya pada kawankawan

jika internet mati
aku takkan lagi memasang foto yang sama
pada senyum dan kegelisahan yang maya

jika internet mati
mungkin aku akan tidur disaat tidur dan makan disaat lapar

jika internet mati
aku akan berhenti menghakimi

tapi jangan mati dulu
karena aku msih ingin rindu

bagaimanapun kau harus hidup
jika tidak bagaimana kau bisa mati
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 15, 2012 13:13

Arogansi Ibukota

Jika seandainya stasiun TV nasional ada di Papua atau Kalimantan, kemudian ada yang nelpon ke sana dan bilang dari Jakarta, sang pembawa acara akan bilang, “Dari Jakarta? Wah, jauh sekali.”
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 15, 2012 12:38

Arogansi Jakarta

Jika seandainya stasiun TV nasional ada di Papua atau Kalimantan, kemudian ada yang nelpon ke sana dan bilang dari Jakarta, sang pembawa acara akan bilang, “Dari Jakarta? Wah, jauh sekali.”
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 15, 2012 12:38

December 11, 2012

?

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 11, 2012 21:12

December 10, 2012

Apa yang Tidak Bisa Ditulis Seseorang?

Saya pikir, hampir semua hal bisa ditulis. Hanya pertanyaannya, berani dan maukah orang untuk menulisnya.
Kalau kendala ide dijadikan alasan orang untuk tidak bisa menulis saya pikir hal itu terlalu lugu. Di kepala kita ada ratusan bahkan ribuan ide yang sedang berseliweran menunggu ditumpahkan –dalam hal ini ditulis.  Jika satu tema saja dilontarkan, kemandirian contohnya, di dalam kepala kita tentu sudah banyak hal yang berhubungan dengan itu.
Jika saya diminta menulis sesuatu, maka saya akan menulis perasaan yang paling kuat yang saya rasakan ketika menulis. Sekali lagi yang paling kuat yang saya rasakan. Bisa saja saya memulainya dengan.
‘hari ini gue lagi kehabisan ide untuk menulis. Mungkin ada beberapa hal yang menyebabkan ide dalam tempurung kepala gue gak mau keluar,….. dan seterusnya, dan seterusnya… ‘ sampai akhirnya saya akan mengaitkan apa yang sudah saya tulis dengan tema yang ada.
Mungkin menurut sebagian orang hal itu lucu dan gak bisa direalisasikan. Contohnya kalo perasaan kita yang paling kuat  pada saat itu adalah lapar, maka bagaimana menghubungkan lapar dengan independensi?
Ya, begitulah cara kerja otak, mengait-ngaitkan. Ini masuk teory yang dikenal dengan teori tiga kata. Saya mengenalnya dari seorang sastrawan terkenal, A. S. Laksana. Menurut teori ini, kita bisa memangcing ide keluar denga cara mengambil tiga kata secara acak kemudian membuatnya menjadi sebuah paragraf.
Cobalah!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 10, 2012 15:53

Far and Close

I want to say to my wife, "How does one get close if he is not far away?"

But she cried before I had time to say it.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 10, 2012 15:47

Mengkritik dan Menyalahkan Orang Lain

Beberapa hari yang lalu, ada seorang kawan menulis hinaan di Note dalam facebook-nya kepada seorang manager tempat ia dulu bekerja.
Ia menulis itu karena tidak terima atas penghinaan yang pernah diterima ketika dulu bekerja. Yang membuat ini menarik adalah; ia menulis juga nama institusi dan lokasinya dengan jelas serta di-tag ke beberapa sahabatnya yang bahkan masih bekerja di sana.
Sekilas ini seperti kasus Prita Mulyasari.
Kawan saya itu pernah bercerita bahwa dulu ia pernah di ‘nasehati’ oleh sang manager agar menurunkan berat badannya. Ia tersinggung dan tidak beberapa lama kemudian mengundurkan diri. Padahal belum genap sebulan ia bekerja.
Kepada saya ia bercerita, “Iya, waktu itu gue pulang kerja trus nangis minta nyokap buat beliin alat pengurus badan. Tapi akhirnya gue mutusin berenti kerja aja. Karena kalo gue pikir-pikir, gak ada hubungannya juga kerjaan yang gue jalanin sama berat badan gue!”
Setelah membaca cacian itu, sang manager tersinggung dan segera ingin bertemu dengan kawan saya. Terakhir saya dengar, meneger yang yang juga masih tetangga dekatnya itu, ingin menuntut lewat jalur hukum.
Sampai tulisan ini ditulis, saya tidak tahu kelanjutan masalahnya.
Namun di sini saya tidak punya kapasitas apa-apa untuk menyalahkan. Kalaupun saya punya kapasitas itu, saya pun akan berpikir dua kali untuk melakukannya. Kenapa? Ya, karena sudah hampir dapat dipastikan kedua belah pihak akan membela diri dan tidak terima disalahkan.
Mungkin ada baiknya jika melihat kasus ini bukan dari segi siapa yang salah dan yang benar. Siapa yang melanggar hukum, siapa yang tidak. Siapa yang dicemarkan nama baiknya dan lain sebagainya.
Saya ingin bercerita tentang Abraham Lincoln, presiden Amerika yang terkenal itu. Kisah ini saya kutip dari buku How to Win Friends and Influence People karya Dale Carnegie
Pada musim semi tahun 1842, Lincoln mengejek seorang politikus yang suka berkelahi bernama James Shields. Ia mengecamnya melalui sepucuk surat tanpa nama yang diterbitkan dalam Journal Springfield. Seisi kota itu pecah dalam tawa. Shields, seorang yang peka dan punya harga diri, mendidih karena marah. Dia mencoba mencari tahu siapa yang menulis surat itu, dia mengejar Lincoln dan menantangnya berduel. Lincoln tidak ingin berkelahi. Dia menolak berkelahi, tapi dia tidak bisa melepaskan diri dari kejadian ini dan menyelamatkan harga dirinya. Dia diberi pilihan senjata. Karena Lincoln memiliki lengan yang sangat panjang, dia memilih pedang kavaleri dan belajar berkelahi dengan menggunakan pedang di West Point; dan, pada hari yang ditentukan dia dan Shields bertemu di tepi Sungai Misisipi, bersiap untuk bertarung sampai mati; tapi pada menit terakhir, para pendukung mereka menyela dan menghentikan duel tersebut.
 
Bagi Lincoln peristiwa itu punya satu pelajaran tak ternilai harganya dalam seni berhubungan dengan manusia. Tidak pernah lagi ia menulis surat yang menghina. Tidak pernah lagi ia mengolok-olok seorang pun. Dan sejak saat itu, dia hampir tidak pernah mengeritik siapapun dalam hal apa pun.
Jadi, kalau ada orang yang mau dibenci orang lain, cobalah menuruti hati untuk memberikan kritik yang tajam —betapapun yakinnya kita bahwa tindakan itu benar-- itu cukup untuk membuat anda dibenci.
Ketika berurusan dengan manusia, ingatlah bahwa kita tidak berurusan dengan makhluk logika. Kita berurusan dengan makhluk emosi, makhluk yang penuh dengan prasangka. Makhluk yang dimotivasi oleh rasa bangga dan sombong.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 10, 2012 15:41

December 7, 2012

Setiap anak yang terlahir ke dunia tidak pernah minta dilahirkan

Mereka dilahirkan karena kehendak orangtuanya. Percayalah.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 07, 2012 23:26

menunggumu pulang

semoga malam yang bergelantung di langit-langit kamar,melindungimu dari siang-siang yang lelahsemoga sinar pagi membuka kelopak matamu perlahan, menerangi mimpi yang semalam
lelaki ini akan membuat detik-detikmu terasa lambat,saat kita berpelukan menyamakan suhu badan,atau ketika kunyanyikan lagu ini, sampai kau terlelap
dan kita terus beranjak dewasa bersama,
menghadapi dunia yang tidak lagi samadengan jiwa dan pemikiranmu yang berbeda
dan kita terus beranjak dewasa bersama,
aku masih ingin menjadi jingga di soremumengingatkanmu rindu yang selalu sendu
dan kita terus beranjak dewasa bersama,
ketika seseorang mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk bertemu,mungkin aku akan menguping percakapan kalian di ruang tamu —berharap dapat menghilangkan kecemburuanku
dan kita terus beranjak dewasa bersama,
saat kau sesekali melanggar jam malam,dan aku duduk di ruang tamu menunggumu pulang
aku tahu saat itu akan datang
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 07, 2012 18:39

November 17, 2012

Kau Tahu Kawan #2

Kau tahu kawan, orang yang mengistilahkan tidur nyenyak itu tidur seperti bayi adalah orang yang belum pernah punya bayi.Tanyalah ibu-ibu yang udah punya banyi, berapa kali mereka bangun di tengah malam. Bayi itu punya kebiasaan buat bangun setiap tiga jam sekali, bahkan lebih. Apanya yang nyenyak coba?Jadi gue rasa tidur seperti beruang lebih cocok buat gambarin orang yang tidurnya kebluk.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 17, 2012 15:03