Nailal Fahmi's Blog, page 25
July 13, 2013
Tersesat
Masuk ke blog ini sebenarnya salah kamar. Tapi jangan dulu keluar, siapa tahu anda tersesat di tempat yang benar.
Published on July 13, 2013 21:02
Salah Kamar
Masuk ke blog ini sebenarnya salah kamar. Tapi jangan dulu keluar, siapa tahu anda tersesat di tempat yang benar.
Published on July 13, 2013 21:02
Kau Tahu Kawan #7
Orang kaya berlibur dengan bersepeda, sementara orang miskin berlibur dengan menyewa mobil. Orang kota berlibur ke desa, sementara orang desa berlibur ke kota. Kau tahu kawan, setiap orang punya keinginan yang berbeda-beda.
Published on July 13, 2013 20:00
Berlibur
Sesuatu yang terpenting dari berlibur bukan “kemana” tapi “dengan siapa”. Kemanapun kau pergi akan tetap kesepian jika jiwamu memang kesepian. Dengan orang yang kau sayangi segalanya akan terasa lebih menyenangkan. Karena kebahagiaan itu ada di dalam.
Published on July 13, 2013 19:39
Potong Rambut
Waktu masih kecil, sekitar umur lima sampai sepuluh tahun, gue selalu punya rambut pendek ala TNI. Sampai akhirnya gue menyadari bahwa rambut pendek gak terlalu cocok dengan bentuk kepala gue. Mulai dari situ, gue gak pernah lagi mau dipotong pendek. Kecuali terpaksa, contohnya karena dihukum botak waktu melanggar peraturan di pondok. Setelah lulus pondok dan terbebas dari segala aturan dalam hal rambut, gue memutuskan untuk memanjangkan rambut sepanjang-panjangnya. Sebagai upaya balas dendam. Sampai akhirnya kemarin, kesalahanpun terjadi, ketika gue mengajak cewek gue ke Barbershop.Waktu gue duduk di kursi untuk potong rambut, dan si tukang cukur sudah siap, cewek gue bilang, “Pak itu potong kayak di gambar aja.”Tukang cukur meyakinkan, “Yang mana?”Cewek gue nunjuk salah satu gambar di dinding. Gambar Shane West Life. Dia bilang ke gue itu bagus, supaya lebih fresh.

Tapi yang dia gak tau dengan model rambut pendek spike, kepala lonjong gue cuma akan tampak seperti inseminasi buatan antara mentimun dan rambutan cipelat.Pesan gue untuk yang mau potong rambut; jangan bawa cewek lo.
Published on July 13, 2013 02:22
July 12, 2013
Takdir
Kata 'takdir' terambil dari kata 'qaddara' yang antara lain, berarti memberi kadar atau ukuran. Jika Anda berkata, "Allah menakdirkan", itu berarti "Allah memberikan kadar atau ukuran atau batas tertentu dalam diri, sifat, dan kemampuan makhluk-Nya." Segala sesuatu, kecil atau besar, telah ditetapkan oleh Allah takdir baginya. Bacalah, (Allah) yang menciptakan segala sesuatu lalu Dia menetapkan atasnya qadr/ketetapan dengan sesempurna-sempurnanya (QS al-Furqan [25]: 2). Lalu, matahari beredar di tempat peredarannya, demikian itulah takdir/ukuran yang ditentukan oleh (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (QS Yasin [36]: 38).Peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam raya ini, dari sisi kejadiannya, dalam kadar/ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertentu, itulah yang dinamai takdir. Tidak ada sesuatu tanpa takdir, termasuk manusia. Peristiwa-peristiwa tersebut berada dalam pengetahuan dan ketentuan Tuhan.Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah kepadanya. Makhluk ini, misalnya, tidak dapat terbang. Ini merupakan salah satu takdir/ukuran batas kemampuan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Dia tidak mampu melampauinya, kecuali jika dia menggunakan akalnya untuk menciptakan suatu alat. Namun, akalnya pun mempunyai ukuran/batas yang tidak mampu dilampaui. Manusia berada di bawah hukum-hukum Allah sehingga segala yang kita lakukan pun tidak terlepas dari hukum-hukum yang telah mempunyai kadar dan ukuran tertentu.Hanya saja, karena hukum-hukum tersebut cukup banyak, dan kita diberi kemampuan memilih—tidak sebagaimana matahari dan bulan, misalnya—maka kita dapat memilih yang mana di antara takdir/ukuran-ukuran yang ditetapkan Tuhan itu yang sesuai dengan kita. Pilihan adalah hak kita. Ketika di Syam (Suriah, Palestina, dan sekitarnya) terjadi wabah, Umar bin Khaththab yang ketika itu bermaksud berkunjung ke sana membatalkan rencana beliau. Dan ketika itu, tampillah seseorang bertanya, "Apakah Anda lari/menghindar dari takdir Tuhan?" Umar ra menjawab, "Saya lari/menghindar dari takdir Tuhan ke takdir-Nya yang lain."Berjangkitnya penyakit adalah berdasarkan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. Bila seseorang tidak menghindar darinya, dia akan menerima akibatnya. Akibat yang menimpanya itu juga adalah takdir. Akan tetapi, bila dia menghindar dan luput dari marabahaya, maka itu pun takdir. Bukankah Tuhan telah menganugerahkan manusia kemampuan untuk memilah dan memilih?Surga atau neraka adalah akibat dari pilihan manusia masing-masing. Bukankah Allah telah menegaskan, Kami telah memberikan petunjuk kepadanya (manusia) dua jalan (baik dan buruk) (QS al-Balad [90]: 10) dan Dia juga menyatakan, Katakanlah, "Kebenaran bersumber dari Tuhanmu, maka siapa yang ingin (beriman) silakan beriman, dan siapa yang ingin (kufur) silakan kufur." (QS al-Kahfi [18]: 29). Pilihan dan dampak-dampaknya itulah yang dinilai Tuhan dan atas dasarnya Allah menetapkan balasan dan ganjaran.Allah mengetahui segala sesuatu, sebelum, saat, dan sesuatu terjadinya. Akan tetapi, pengetahuan ini, tidak ada kaitannya dengan pilihan manusia. Jika seorang siswa yang diketahui malas sehingga guru mengetahui bahwa siswa itu takkan lulus ujian, apakah pengetahuan sang guru yang menyebabkan dia tak lulus? Tentu saja bukan. Nah, analogikanlah ini dengan pengetahuan Allah yang mencakup segala sesuatu itu. Demikian, wallahu a‘lam.
Diambil dari: http://ramadan.detik.com/read/2013/07/12/152910/2301071/1254/allah-mengatur-takdir-manusia-menjalaninya
Diambil dari: http://ramadan.detik.com/read/2013/07/12/152910/2301071/1254/allah-mengatur-takdir-manusia-menjalaninya
Published on July 12, 2013 03:44
April 22, 2013
Gadget baru?
Gue coba me-list beberapa alesan kenapa gue membutuhkan gadget baru. Dan dari list yang dibuat itu, gue stuck hanya pada satu alasan. Sebenernya gue berusaha nambahin beberapa alesan lain, tapi kok kayaknya nggak jujur ya. Ya, alasan yang satu itu adalah; biar tambah keren.
Published on April 22, 2013 04:23
Jodoh
Ada seorang kawan yang nanya ke gue, “Kok gue belom dapet-dapet jodoh ya?”Maksudnya, kok gue belom nikah juga ya?Menurut gue gampang aja sih ngejawabnya, takdir.Tapi ternyata banyak orang yang nggak puas dengan jawaban itu. Sebenernya kalo yang nanya jomblo sih tinggal gue bilang aja, “Ya lo coba gaul dong. Jangan cuma mantengin komputer kantor mulu.” Tapi yang nanya udah punya pacar.Trus kenapa tanya gue coba?YA TANYA PACAR LO AJA KAPAN LO MAU DINIKAHIN!
Published on April 22, 2013 04:19
Pembantu, Rumah dan Pulang
Sekitar tiga tahun yang lalu, gue mulai mencicil rumah KPR. Sekarang rumah itu gue sewakan. Awalnya, setelah direnovasi, rumah itu akan segera gue isi. Dan memang gue dan keluarga (Desy dan Nada, pada saat itu) sudah tinggal di situ untuk beberapa bulan. Tapi setelah itu kami pindah lagi ke tempat nyokap gue. Ya, itu mesti kami lakukan ketika Safa, anak ke dua kami lahir. Pertimbangannya karena istri gue tentu butuh bantuan untuk mengurus dua orang anak. Sebenarnya sebelum Safa lahir kita telah merencanakan untuk memperoleh jasa pembantu. Dan memang kita telah dapat. Tapi satu bulan sebelum istri gue melahirkan pembantu itu kabur. Mungkin karena terlalu sering gue suruh manjat tiang listrik depan rumah.Memang udah ada usaha untuk cari pembatu lagi, tapi ternyata cari pembantu itu nggak gampang. Nyari pembantu itu ternyata seperti nyari pasangan hidup, gampang-gampang susah. Apalagi mengingat kegemaran gue yang suka nyuruh pembantu ngepel genteng rumah.Pembantu itu penting bagi sebuah keluarga. Apalagi yang punya anak kecil lebih dari satu. Tapi ada beberapa keluarga yang mungkin nggak butuh —atau nggak sanggup— menyewa pembantu. Itu tentu terserah pertimbangan masing-masing.Gue inget sebuah kisah tentang Sayidina Ali Karamalalahu Wajhah dan istrinya Fatimah Azzahra Rhadiyallahu Anha ingin meminta pembantu kepada Rasulullah. Dikisahkan oleh Sayidina Ali, suatu ketika, Fatimah mengeluhkan sakit di tangannya akibat bekas alat penggiling. Kebetulan pada saat itu nabi memperoleh seorang tawanan perang. Maka Fatimah pergi ke rumah ayahnya untuk meminta tawanan tersebut menjadi pembantu di rumahnya, namun ia tidak bertemu dengan sang nabi. Dia hanya bertemu Aisyah istri nabi. Fatimah memberitahu masksud kedatanngannya kepada Aisyah. Ketika sang nabi datang, Aisyah mengabarkan maksud kedatangan Fatimah. Beliau mempertimbangkan permintaan Fatimah. Memang beliau mempunyai beberapa orang tawanan perang, tetapi tawanan-tawanan ini akan dijual, dan hasilnya akan disalurkan kepada orang-orang Muslim yang fakir, yang tidak mempunyai tempat tinggal dan makanan kecuali dari apa yang diberikan Rasulullah.Kemudian Nabi mendatangi rumah Ali dan Fatimah. Ketika itu mereka hendak tidur. Ali siap berdiri, namun nabi berkata, “Tetaplah di tempatmu”. Kemudian beliau duduk di tengah Ali dan Fatimah. Beliau berkata, “Ketahuilah, akan kuajarkan kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada apa yang engkau minta kepadaku. Apabila engkau hendak tidur, maka bertakbirlah tiga puluh empat kali, bertasbihlah tiga puluh tiga kali, dan bertahmidlah tiga puluh tiga kali, maka itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu.”
Wendell Holmes
Wendell Holmes
Published on April 22, 2013 04:13
April 16, 2013
Books of my friends
Published on April 16, 2013 12:41