Nailal Fahmi's Blog, page 35
December 1, 2011
What The Dark Tell to Me
Kamu tahu, Sayang. Kegelapan itu yang membuat bebintang menjadi cantik paripurna. Ia juga membuat lampu-lampu di bawah bukit berkedip-kedip. Dan di bawah sana, bebintang dan lelampu itu bertemu. Langit malam dan cahaya kerlap-kerlip itu seakan mengajarkan kita hukum semesta yang paling subtil bahwa kegelapan itu anugrah, ketidaktahuan itu hikmah. Dan hentikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab lelaki bodoh ini.

Published on December 01, 2011 12:24
November 30, 2011
Search Box
I put the pointer in the search box and then type, "Nailal Fahmi"
The screen flashes briefly and then came the words, "Did you mean: Animal Farm"
Yeah! You're rite, dumb!
The screen flashes briefly and then came the words, "Did you mean: Animal Farm"
Yeah! You're rite, dumb!
Published on November 30, 2011 14:21
November 25, 2011
The Fine Line between Smart and Stupid is The Age
Nada, my one-year-old daughter, scooped food in the bowl to the floor. Her mother shook her head and said, "Smart girl."
I imagine 20 years later she does the same thing in front of her mother. What would her mother say?
Why does everything that a child doing considered smart, while the same thing but adults doing considered dumb?
I imagine 20 years later she does the same thing in front of her mother. What would her mother say?
Why does everything that a child doing considered smart, while the same thing but adults doing considered dumb?
Published on November 25, 2011 12:18
Jika Takut Cintamu Ditolak, Maka Pindah Agama Saja
Suatu hari, karena merasa peduli, saya pernah ngasih saran kepada kawan saya, seorang wanita yang sering putus cinta, "Ya sudah, pindah agama saja!"
Ide itu bukan datang dari saya pribadi, tapi dari A.s. Laksana, salah seorang penulis yang pemikiran-pemikirannya saya kagumi. Dalam sebuah cerpen berjudul Teknik Mendapatkan Cinta Sejati yang dimuat di Koran Tempo Minggu, dia menulis:
Saya berikan cerpen tersebut dan dengan tenang mengatakan kepada kawan saya untuk pindah agama. Tapi bukannya berterimakasih dengan saran yang saya beri, kawan saya itu malah marah-marah. Saya katakana padanya bahwa cerita A.s. Laksana itu hanya kiasan, jangan menelannya bulat-bulat, itu karya sastra.
Saya katakan padanya, "Moral Message dari cerpen itu adalah jika kamu merasa seseorang bukan ditakdirkan untukmu maka cari saja orang lain yang kau takdirkan sendiri untukmu."
Tapi tetap saja dia nggak terima. Ah, wanita itu memang berasal dari Venus. Saya nggak bisa menerka apa yang ada (atau tidak ada) di kepala mereka.
Maka saya berkesimpulan sendiri, jika ada seorang wanita mengeluh padamu tentang masalah-masalah hidupnya, maka dengarkan dan katakan saja dengan tulus, "Bertahanlah. Semoga Tuhan mengangkat seluruh bebanmu."
Jangan berikan solusi, diam atau mengatakan kamu mengerti perasaannya, itu akan percuma.
Ide itu bukan datang dari saya pribadi, tapi dari A.s. Laksana, salah seorang penulis yang pemikiran-pemikirannya saya kagumi. Dalam sebuah cerpen berjudul Teknik Mendapatkan Cinta Sejati yang dimuat di Koran Tempo Minggu, dia menulis:
Dalam pengalaman Seto, peristiwa remeh itu adalah rasa cintanya pada gadis penjual tiket di gedung bioskop Cilandak. Sejak itu secara sungguh-sungguh ia melatih diri di depan cermin, beberapa kali sehari, untuk menyampaikan kalimat-kalimat. Namun, Seto merasa makin hari situasinya makin sulit. Setiap kali berada di depan loket (Seto memilih film-film yang tidak diminati penonton sehingga loket itu sepi antrian), ia merasa kalimat-kalimatnya selalu tidak tepat. Akhirnya ia menyimpulkan bahwa gadis itu bukan ditakdirkan untuknya.
Lalu, demi mempertegas takdir itu, ia memutuskan berpindah agama sehingga kini agama mereka berbeda. Dan, ajaib, keputusan ini justru membuatnya lebih santai dan lebih fasih ketika suatu malam ia berdiri di depan loket pada jam pertunjukan terakhir.
"Hai," katanya.
"Selamat malam," jawab gadis itu dalam nada resmi dan profesional. Lalu ia menunjukkan denah tempat duduk dan Seto memilih sembarang tempat duduk. Ketika para penonton lain sudah memasuki gedung pertunjukan, Seto kembali ke loket.
"Sebenarnya ada yang mau saya sampaikan," katanya.
"Silakan," kata gadis itu.
"Boleh saya berterus terang?"
"Silakan."
"Anda cantik sekali. Sayang agama kita berbeda. Jika kita seiman, saya pasti sudah melamar anda dari dulu-dulu."
Urusan beres malam itu. Si gadis tersenyum, tidak menerima, tidak menolak. Hanya tersenyum, resmi dan profesional.
Pada kesempatan-kesempatan berikutnya, Seto melakukan hal serupa dengan gadis lain yang menurut ia sama cantiknya dengan gadis penjual tiket itu. Tiga kali Seto berpindah agama karena perempuan: untuk membuktikan bahwa cintanya ditolak karena mereka berbeda agama, dan bukan oleh sebab-sebab lain. Kurang tampan, misalnya.
Jika kau ingin menirukan caranya, lakukanlah. Teknik Seto akan membuatmu terhindar dari penderitaan akibat penolakan. Maksudku, jika seorang gadis menolakmu padahal agama kalian sama, itu bisa seperti kiamat bagimu. Kenapa seorang gadis menolakmu padahal kalian seagama? Ia akan bilang kau bukan tipenya. Atau, "Kita temenan saja, deh?" Atau, "Aku belum kepikiran untuk serius." Atau, "Maaf, ya, aku masih ingin sendiri." Apa pun jawabannya, yakinlah itu sinonim belaka dari fakta bahwa kau tidak menarik baginya.
Maka tirulah Seto agar kepalamu bisa tetap tegak dan gadis itu tak perlu berbelit-belit. Di luar itu, jika ia benar-benar mencintaimu, ia akan mengorbankan dirinya dengan berpindah agama mengikuti agamamu dan kalian akan menjadi pasangan yang berbahagia selama-lamanya, dengan agama baru.
Saya berikan cerpen tersebut dan dengan tenang mengatakan kepada kawan saya untuk pindah agama. Tapi bukannya berterimakasih dengan saran yang saya beri, kawan saya itu malah marah-marah. Saya katakana padanya bahwa cerita A.s. Laksana itu hanya kiasan, jangan menelannya bulat-bulat, itu karya sastra.
Saya katakan padanya, "Moral Message dari cerpen itu adalah jika kamu merasa seseorang bukan ditakdirkan untukmu maka cari saja orang lain yang kau takdirkan sendiri untukmu."
Tapi tetap saja dia nggak terima. Ah, wanita itu memang berasal dari Venus. Saya nggak bisa menerka apa yang ada (atau tidak ada) di kepala mereka.
Maka saya berkesimpulan sendiri, jika ada seorang wanita mengeluh padamu tentang masalah-masalah hidupnya, maka dengarkan dan katakan saja dengan tulus, "Bertahanlah. Semoga Tuhan mengangkat seluruh bebanmu."
Jangan berikan solusi, diam atau mengatakan kamu mengerti perasaannya, itu akan percuma.
Published on November 25, 2011 10:19
November 14, 2011
Once Upon A Time in A Mall
She amazes with every new things around her…
… and enjoys watching and observing…
Playing is everything…
Playing… playing… and playing…
She may like something her father like, Reading… as proverb says, "Like father like daughter."
Eating for living, not living for eating…
Ordering a meal…

… and enjoys watching and observing…

Playing is everything…

Playing… playing… and playing…

She may like something her father like, Reading… as proverb says, "Like father like daughter."

Eating for living, not living for eating…

Ordering a meal…

Published on November 14, 2011 06:52
The Copycater
Published on November 14, 2011 06:20