Adian Husaini's Blog, page 7
April 26, 2012
“Dapur”, “Sumur” dan “Kasur”
[image error]Senin (23/4/2002) malam, di satu TV swasta, seorang bintang tamu, perempuan anggota DPR, berucap: dulu kiprah perempuan hanya berkisar pada “dapur”, “sumur”, dan “kasur”. Sekarang, sudah lebih maju. TV-TV lain pernah juga menampilkan sosok-sosok perempuan yang dianggap sukses, maju, dan perkasa: mulai anggota DPR, pilot pesawat tempur, penyelam, petinju, sopir truk, tukang ojek, sopir bus, sampai tukang tambal ban.
Ungkapan yang memandang remeh urusan “dapur”, “sumur”, dan “kasur” sering kali terdengar. Beberapa profesi bagi perempuan dianggap maju karena kiprahnya tak lagi berkisar seputar “dapur”, “sumur”, dan “kasur”.
April 9, 2012
Mengapa Kita Menolak RUU Kesetaraan Gender (3)
CATATAN AKHIR PEKAN KE-333
Hari Rabu (4/4/2012) dan Kamis (5/4/2012), saya diundang oleh dua stasiun TV – yaitu Alif-TV dan Jak-TV untuk mendiskusikan RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU-KKG). Dalam kedua forum tersebut, saya dipanelkan dengan dua aktivis perempuan dan seorang anggota Komisi VIII DPR RI. Ketiga perempuan mendukung RUU KKG. Sementara saya memberikan opini yang berbeda. Memang, saya diundang tampaknya untuk mengkritisi RUU tersebut.
Diantara hasil dari dua diskusi tersebut, saya semakin paham, bahwa paham Kesetaraan Gender memang bermasalah sejak konsep dasarnya. Inilah yang tampaknya belum dipahami dan disetujui oleh para aktivis KKG. Dalam sebuah diskusi dengan sejumlah pimpinan Organisasi Wanita Islam, ada juga sebagian tokoh wanita Islam yang menyatakan, bahwa RUU KKG tersebut tidak bertentangan dengan Islam.
Terhadap pernyataan itu, saya tunjukkan bukti definisi gender dari naskah dari DPR RI yang beredar: "Gender adalah pembedaan peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya yang sifatnya tidak tetap dan dapat dipelajari, serta dapat dipertukarkan menurut waktu, tempat, dan budaya tertentu dari satu jenis kelamin ke jenis kelamin lainnya." (pasal 1:1)
March 21, 2012
RUU Kesetaraan Gender: Perspektif Islam
Rancangan Undang-undang Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU KKG) sudah mulai dibahas secara terbuka di DPR. Suara pro-kontra mulai bermunculan. (Republika (Jumat, 16/3/2012). Menyimak naskah Draf RUU KKG/Timja/24/agustus/2011, maka sepatutnya umat Muslim MENOLAK draf RUU ini. Sebab, secara mendasar berbagai konsep dalam RUU tersebut bertentangan dengan konsep-konsep dasar ajaran Islam.
Kesalahan mendasar itu berawal dari definisi "gender" itu sendiri. RUU ini mendefinisikan gender sebagai berikut: "Gender adalah pembedaan peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya yang sifatnya tidak tetap dan dapat dipelajari, serta dapat dipertukarkan menurut waktu, tempat, dan budaya tertentu dari satu jenis kelamin ke jenis kelamin lainnya."
Definisi "Gender" seperti itu adalah keliru, tidak sesuai dengan pandangan Islam. Sebab, menurut konsep Islam, tugas, peran, dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki baik dalam keluarga (ruang domestik) maupun di masyarakat (ruang publik) didasarkan pada wahyu Allah, dan tidak semuanya merupakan produk budaya. Ada peran yang berubah, dan ada yang tidak berubah. Yang menentukan peran bukanlah budaya, tetapi wahyu Allah, yang telah dicontohkan pelaksanaannya oleh Nabi Muhammad SAW. Ini karena memang Islam adalah agama wahyu, yang ajaran-ajarannya ditentukan berdasarkan wahyu Allah, bukan berdasarkan konsensus sosial atau budaya masyarakat tertentu.
Telaah Kitab: Rihlah Ilmiah Wan Mohd Nor Wan Daud: Dari Neomodernisme ke Islamisasi Ilmu Kontemporer
Tahun 1994, Amien Rais pernah menulis sebuah artikel di Harian Republika, berjudul "Kecermelangan". Artikel itu berkisah tentang pengalamannya menghadiri seminar di Malaysia awal September 1994. Di situ ia berjumpa dengan sahabat dekatnya, bernama Wan Mohd Nor, yang ditulisnya sebagai "sahabat akrab saya".
Menurut Amien Rais, saat masih kuliah di Chicago, Wan Mohd Nor "masih belum apa-apa". Bahkan, dibandingkan dengan Syafii Maarif dan Nurcholish Madjid, ilmu agamanya masih jauh ketinggalan. "Tapi, sekarang?" tulis Amien, "Jangan Tanya. Saya sangat bangga ketika ia menunjukkan beberapa bukunya yang diterbitkan oleh beberapa penerbit prestisius, antara lain dari London. Ia telah menjadi seorang intelektual yang andal, berilmu luas, dan sangat matang. Dari beberapa kali berbincangan dengan dia, saya merasakan keluasan ilmu dan kematangannya. Ia sekarang menjadi tangan kanan Prof. Naquib al-Attas, seorang pendekar Islam yang sangat terkemuka di Malaysia."
Neomodernisme Itu Dulu, Kini, Islamisasi Ilmu
Ruang anggrek di Arena Islamic Book Fair (IBF) Jakarta, Sabtu (10/3/2012) siang, berubah menjadi semarak. Sekitar 400 hadirin, peserta Peluncuran buku Rihlah Ilmiah Wan Mohd Nor memadati ruangan. Selama hampir dua jam mereka mengikuti pemaparan tentang pendidikan Islam dan dialog pemikiran Islam dengan pakar internasional Prof. Dr. Wan Mohd Nor. Hadir juga sebagai pembicara dalam acara tersebut Direktur Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin yang menguraikan tujuan pendidikan menurut al-Quran.
Usai acara yang dipandu oleh Dr. Nirwan Syafrin (peneliti INSISTS), itu, Prof Wan dikerubuti peserta diskusi yang meminta tanda tangan dan foto bersama. Fenomena seperti itu menarik. Sebab, Wan Mohd Nor bukanlah Siti Nurhaliza yang sempat popular di Indonesia. Acara saat itu pun bukan sejenis pentas seni atau panggung sulap. Acara itu, utamanya, membedah buku terbaru Prof. Wan Mohd Nor yang berjudul Rihlah Ilmiah Wan Mohd Nor Wan Daud: Dari Neomodernisme ke Islamisasi Ilmu Kontemporer – selanjutnya kita sebut RIHLAH.
October 12, 2011
Tamak Dunia: Sumber Kehancuran
Dalam buku populernya "The Rise and Fall of the Great Powers", Paul Kennedy menutup dengan bab "The United States: the Problem of Number One in Relative Decline". Dalam buku ini, Kennedy memaparkan tanda-tanda kemunduran Amerika Serikat: Tahun 1985, utangnya sudah mencapai 1.823 milyar USD. Defisit neracanya 202,8 milyar USD. Tahun 2002 defisit neracanya diperkirakan telah mencapai lebih dari 400 miliar dolar AS. Dengan politik unilateralnya, ambisi kuasanya, beban yang ditanggung AS makin besar. Duit ditebar untuk menaklukkan negara-negara lain.
Tapi, bagaimana pun, untuk sementara ini, AS masih menjadi negara terkuat. Dalam kata-kata Paul Kennedy, "For all its economic and perhaps military decline, it remains, in Pierre Hassner's world, "the decisive actor in every type of balance and issue… because it has so much power for good or evil."
Nabi Muhammad saw menunjukkan sebuah rumus kehancuran peradaban, dalam satu sabda beliau: "Hampir tiba suatu masa dimana berbagai bangsa/kelompok mengeroyok kamu, bagaikan orang-orang yang kelaparan mengerumuni hidangan mereka." Seorang sahabat bertanya: "Apakah karena jumlah kami yang sedikit pada hari itu?" Nabi SAW menjawab: "(Tidak) Bahkan jumlah kamu pada hari itu sangat banyak (mayoritas), tetapi (kualitas) kamu adalah buih, laksana buih di waktu banjir, dan Allah mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan menanamkan penyakit "al wahnu". Seorang bertanya, "Apakah al wahnu itu Ya Rasulallah?" Rasulullah menjawab: "Cinta dunia dan takut mati." (HR Abu Dawud).
September 19, 2011
Selamat Jalan Sang Ustadz Teladan!
Jum'at, 16 September 2011, pagi hari, sekitar pukul 08.00, para pecinta dakwah Islam diguncang oleh sebuah berita besar: Ustadz Muzayyin Abdul Wahab meninggal dunia dalam usia 59 tahun. SMS berita menyebar. Sesuai permintaan putrinya yang saat itu sedang berada di Jawa Timur, diperkirakan jenazah baru dimakamkan malam harinya.
Sekitar pukul 18.15, saya tiba di Muslimah Center Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, di Cipayung, Jakarta Timur. Alhamdulillah, saya masih "keburu" untuk menshalatkan jenazah Ustadz Muzayyin. Diumumkan, shalat itu sudah yang ke-14 kali, dipimpin oleh Ustadz Abdul Wahid Alwi. Masjid Muslimah Center mampu menampung sekitar 400 jamaah. Dan saya mendapatkan deretan shaf hampir belakang.
Ustadz Wahid Alwi, Wakil Ketua Umum Dewan Da'wah, mengimami shalat jenazah sambil terus terisak-isak berusaha menahan tangis. Ia tak mampu menahan tangis duka, kehilangan sahabat terdekatnya. Setelah itu, masih ada beberapa kali lagi rombongan peziarah yang melaksanakan shalat untuk jenazah Ustadz Muzayyin, yang tiba di Muslimah Center sore hari, dari Rumah Sakit Holistik, Purwakarta. .
June 4, 2011
Seputar Hari Lahir dan Penggali Pancasila
Pada 1 Juni 2011 lalu, bertempat di Gedung MPR-RI, dilaksanakanlah peringatan Hari Lahir Pancasila. Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono hadir. Dua mantan Presiden, BJ Habibie dan Megawati, juga hadir. Acara itu merupakan prakarsa Ketua MPR RI, Taufik Kiemas, yang tak lain adalah suami Megawati Soekarnoputri. Mereka semua berpidato tentang Pancasila. Intinya, menjelaskan kehebatan Pancasila dan perlunya bangsa Indonesia menegaskan komitmen dan kesetiaannya terhadap Pancasila.
Mengapa tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari kelahiran Pancasila. Apa yang terjadi pada tanggal itu?
Alkisah, pada tanggal 1 Juni 1945, untuk pertama kalinya, istilah "Pancasila" disebutkan oleh Soekarno (Bung Karno) dalam Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Pada hari itu, di forum BPUPK, Bung Karno mengusulkan rumusan dasar Negara Negara, yang terdiri atas lima sila: (1) Kebangsaan Indonesia (2) Internasionalisme atau Perikemanusiaan (3) Mufakat atau demokrasi (4) Kesejahteraan Sosial (5) Ketuhanan.
Benarkah Bung Karno adalah orang pertama yang merumuskan Pancasila? Ternyata tidak! Tiga hari sebelum pidato Bung Karno itu, pada 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin sudah terlebih dahulu menyampaikan pidatonya yang juga mengandung usulan lima dasar bagi Indonesia merdeka, yaitu (1) peri kebangsaan (2) peri kemanusiaan (3) peri-Ketuhanan (4) peri kerakyatan dan (5) kesejahteraan rakyat.
April 11, 2011
Film "?": Apa Maunya?
[image error]"Soal akidah, di antara Tauhid Mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan atau dicampur-adukkan dengan syirik. Tauhid kalau telah didamaikan dengan syirik, artinya ialah kemenangan syirik."
(Prof. Hamka, dalam Tafsir al-Azhar)
PERLU digarisbawahi, saat menonton film "?" (Tanda Tanya) pada tayangan perdana, 6 April 2011 lalu, saya adalah seorang Muslim. Saat memberikan komentar dan memberikan catatan kritis ini, saya juga tetap Muslim, dan saya menggunakan perspektif Islam dalam menganalisis film "?". Sebagai Muslim, saya telah berikrar: "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."
Dengan syahadat Islam itu, saya bersaksi, saya mengakui, bahwa Tuhan saya adalah Allah. Tuhan saya bukan Yahweh, bukan Yesus, bukan Syiwa. Tuhan saya Satu. Tuhan saya tidak beranak dan tidak diperanakkan. Saya mengenal nama dan sifat Allah bukan dari budaya, bukan dari hasil konsensus, tapi dari al-Quran yang saya yakini sebagai wahyu dari Allah kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu, sejak dulu, dan sampai kiamat, saya dan semua orang Muslim memanggil Tuhan dengan nama yang sama, Allah, yang jelas-jelas berasal dari wahyu.
April 7, 2011
E-book: PENDIDIKAN ISLAM: MEMBANGUN MANUSIA BERKARAKTER DAN BERADAB
[image error]Buku PENDIDIKAN ISLAM: MEMBANGUN MANUSIA BERKARAKTER DAN BERADAB, merupakan panduan dalam memahami tujuan dan sifat pendidikan Islam. Buku ini bukan hanya ditujukan untuk para ulama, pejabat, dosen, mahasiswa, guru, dan murid, tetapi juga penting untuk setiap orang tua.
Banyak yang kadang salah paham, bahwa pendidikan Islam, terbatas pada pendidikan formal sekolah. Banyak pula yang salah paham, seolah-olah, tanggung jawab orang tua telah usai, setelah mengirimkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah tertentu, yang berbiaya tinggi. Padahal, tanggung jawab pendidikan anak tetap pada orang tua.
PENDIDIKAN ISLAM bukan hanya harus mampu membentuk karakter yang unggul, tetapi juga membentuk manusia beradab; atau membentuk manusia yang baik (good man). Yakni, manusia yang mengenal Tuhannya, mengenal dan mencintai utusan Allah, mengenal dan mampu megembangkan potensinya, dan meyakini satu kebenaran.
PENDIDIKAN ISLAM bersifat kulliyah, bukan juziyyah; universal, bukan parsial. Pendidikan Islam tidak mengarahkan anak didik menjadi manusia "barbar", yang dididik seperti binatang. Yakni, manusia yang hanya tahu satu bidang pekerjaan, tetapi tidak kenal agamanya, Tuhannya, Nabinya, masyarakatnya, bahkan sejarahnya.
PENDIDIKAN ISLAM bersifat sepanjang hayat, bukan hanya berhenti sampai S1 atau S3. PENDIDIKAN ISLAM bersifat tauhidik, tidak dikotomis dalam keilmuan. PENDIDIKAN ISLAM, bersifat formal, informal, dan non-formal sekaligus.
Adian Husaini's Blog
- Adian Husaini's profile
- 108 followers
