Pandji Pragiwaksono's Blog, page 22
January 19, 2013
AIRBORN 2013
Selamat datang di AIRBORN
Kelas Public Speaking yang saya dirikan dan saya sendiri sebagai pengajarnya.
Apakah kualifikasi saya sebagai pengajar?
Saya penyiar radio selama 11 tahun di Hard Rock FM 2001 – 2012
Saya MC untuk acara penghargaan, seminar, hiburan, korporat, dll selama 10 tahun
Menjadi presenter TV sejak 2004 dan telah membawakan beragam program.
Scripted Entertainment
Sketch show: Ngelenong Nyok Trans7, Indonesia Harus Bercanda KompasTV, dll
Unscripted Entertainment
Game show: Hole In The Wall RCTI, Boombastis RCTI, Stand-Up Comedy Indonesia KompasTV,
Variety show: Cas Cis Cus ANTV, Lirik Komedi MetroTV, Provocative Proactive MetroTV
Reality show: Kena Deh Trans7, SoccerStar Indonesia MNCTV
Talkshow: Provocative Proactive MetroTV, 180 derajat KompasTV, Indonesia Cinta Sehat MetroTV
Informational
News & documentary: Goodnews TransTV, DanamonBisa Trans7, Selamat Pagi Trans7, Provocative Proactive MetroTV
Sport Programme: NBA JAKTV, Voli Proliga Trans7, SoccerStar Indonesia MNCTV
Pengalaman sih lumayan lah yaa
***
AIRBORN adalah kelas bulanan di mana setiap angkatan akan belajar selama 4 kali pertemuan dalam 1 bulan tersebut.
4 kali pertemuan dilakukan setiap hari minggu jam 14.00 – 18.00 (akan disediakan “Kopi mana kopi” break)
Sepanjang 2013 akan ada setiap bulan genap: Februari, April, Juni, Agustus, Oktober, Desember.
Biaya untuk AIRBORN selama 1 bulan (4 kali pertemuan, total 16 jam) adalah Rp 1.500.000,-
Untuk mendaftarkan diri ke AIRBORN anda bisa ke sini mulai tanggal 22 Januari
Kalau belum lunas dalam 1 x 24 akan dianggap batal.
Maklum, kapasitas kelas hanya 12 per angkatan.
Kelas Februari berarti akan diselenggarakan tanggal 3, 10, 17 dan 24 Februari pada jam 14.00 – 18.00
***
KURIKULUM AIRBORN 2013
HARI PERTAMA (Dasar public speaking)
Menemukan jatidiri
Mengorganisir Bicara
Praktek
hari pertama adalah hari paling penting dalam kelas saya, karena bagi saya 50% kesuksesan berbicara di depan umum ditentukan dari kenyamanan seseorang dalam menjadi dirinya sendiri. Namun sebelum nyaman menjadi diri sendiri, dia harus mengenal dan terutama menerima jati dirinya.
2. HARI KE DUA (Teknik Public speaking)
Di mana berbicara?
Kepada siapa berbicara?
Melatih materi bicara
Menggunakan slide presentasi
Teknik menggunakan mikrofon
Personal kepada Massal
Menemukan hotspot
Praktek
hari ke dua banyak berbicara mengenai teknik public speaking yang mencakup 50% kesuksesan Public Speaking yaitu persiapan
3. HARI KE TIGA (Menggunakan prinsip prinsip Stand-Up Comedy dalam Public Speaking)
Teknik menulis materi
Teknik stand-up comedy (Act out, Story telling, Rule of three, One liner, dll)
Mengatasi masalah (Bombslide & Hecklers)
Mengukur sukses (LPM)
Praktek
hari ke tiga adalah value dari kelas Public Speaking saya karena walaupun banyak yang menawarkan public speaking tapi jarang ada yang menawarkan Stand-Up Comedy sebagai bagian dari kurikulum.
4. HARI KE EMPAT (Lebih dari sekadar bicara)
Membedah pembicara pembicara hebat
Menginspirasi
Praktek
Kelulusan
hari ke empat, akan membahas pembicara pembicara hebat dan mengapa dunia berhenti dan mendengar serta melanjutkan apa yang beliau ucapkan. Bagaimana untuk bisa mendekati bahkan menyamai beliau beliau tadi, yaitu menginspirasi orang orang yang menyaksikan
***
Demikian info mengenai AIRBORN, kalau ada pertanyaan silakan dilempar ke kolom komentar, nanti saya jawab. Kecuali yang pertanyaannya sudah terjelaskan di atas.
Terima kasih
Ditunggu partisipasinya dalam AIRBORN 2013
January 18, 2013
Sebuah pilihan
Hari ini di twitter, banyak orang protes.
Bukan terhadap banjir, tapi terhadap reaksi orang orang ketika banjir terjadi.
Ada yang kesal dengan broadcast message di BBM mereka yg isinya pesan bahwa Jakarta banjir karena maksiat
Ada yang kesal karena di timeline twitter mereka, banyak yang menyalahkan Jokowi atau Foke atas banjir tersebut.
Lucunya, saya tidak menerima broadcast message yang dimaksud dan di timeline saya tidak ada yang menyalahkan Jokowi atau Ahok.
Kesimpulan sederhana saya, berhati hati kalau berteman. Teman kadang bisa membawa hal hal baik yang menyenangkan kita, tapi berteman dengan orang yang salah bisa membawa hal hal yang menyebalkan bagi kita.
Saya tidak merasakan hal hal di atas karena saya berhenti pakai blackberry dan saya tidak follow orang orang yang hanya bisa menyalahkan orang lain ketika sesuatu terjadi kepadanya.
Saya tidak lagi pakai blackberry sekarang, tapi waktu masih pakai, saya ingat rasa sebal yang muncul di kepala karena nama nama yang ada dalam contact list blackberry saya, tidak lagi saya kenal. Beberapa bahkan hanya saya pernah temui sekali namun dia bertanya “Bole minta pin-nya?”. Orang orang yang tidak saya kenal ini berulang kali mengganggu saya dengan broadcast message yang selalu membuat saya berpikir “Kok gue bisa bertemen sama orang yang begini ya..”
Tiba tiba saya sadar, saya tidak berteman dengan orang orang ini. Saya hanya kenal.
Biasanya, setelah 2 kali broadcast message , orang orang ini saya hapus dan mereka tidak lagi mengganggu saya.
Twitter saya juga menyenangkan karena saya berhenti mem-follow orang orang yang penuh dengan emosi negatif.
Saya tahu mungkin beberapa yang baca ini berpikir “Perasaan Pandji follow si A atau si B yang kerjanya ngomel mulu”
Saya membedakan orang yang ngomel dengan argumen yang valid dengan orang yang ngomel tanpa dasar yang jelas.
Orang yang ngomel dengan argumen, adalah orang orang positif dengan bahasa dan semantika yang berbeda
Orang yang ngomel tanpa argumen adalah haters. Titik. Mereka hanya membenci karena itu membuat mereka senang. Orang orang yang hanya bisa merasa tinggi dengan berdiri di kepala orang. Orang orang inilah yang saya unfollow.
Poin saya adalah, kita semua punya pilihan.
Ada yang tidak lihat, ada yang tidak mau lihat pilihan tersebut. Ada yang walaupun lihat, tapi tetap tidak mau ambil pilihan tersebut.
Akhirnya hidup mereka menyebalkan
Lalu mereka protes terhadap hidup yang menyebalkan itu
Lalu mereka menjadi orang yang menyebalkan juga.
Hanya karena, mereka tidak mau mengambil sebuah pilihan.
January 10, 2013
Kenapa Tidak?
Saat ini jam 2.52 dini hari dan saya baru selesai membaca tulisan ini
Saya rindu Provocative Proactive TV
Saya rindu semangatnya
Keberaniannya, atau kenaifannya, entahlah.
Saya rindu diskusinya yang dilakukan berjam jam di Aneka Bubur radio dalam, sebuah tempat 24 jam di mana kami bisa berdiskusi tanpa harus diganggu pelayan yang berkata “Kami sudah last order, ada pesanan lagi?”
Banyak yang tidak suka kepada acara kami, dan itu bisa dipahami.
Kami tidak mencari popularitas, kami tidak berniat untuk jadi acara yang digemari semua orang. Kami bukan pengincar rating.
Saya tidak tertarik membuat acara yang digemari semua orang, karena saya sudah pernah melakukannya. Namanya “Kena Deh!”. Sebuah acara yang begitu “aman” hingga sekarang, tidak pernah saya temui orang yang bilang “Tidak suka” apalagi “Benci” dengan acara tersebut.
Tidak ada kebanggaan mengulangi prestasi yang itu itu lagi.
Saya tertarik membuat sebuah program TV yang didesain untuk memberikan wawasan baru kepada anak muda.
Sebuah acara yang membuat penjahat penjahat itu tidak nyaman karena dia tahu anak anak muda Indonesia kini lebih terinformasikan, lebih terbuka pemikirannya
Sebuah acara yang dibicarakan oleh anak muda bahkan didiskusikan.
Sebuah acara yang akhirnya membuat anak anakmuda berkumpul di satu tempat dan sama sama menontonnya.
Sebuah acara yang dipuji oleh orang orang terhormat.
Sebuah acara yang menjadi sebuah gerakan.
Sebuah simbol
Sebuah tanda, bahwa ini adalah generasi yang beda.
Sejak Provocative Proactive, saya sering didatangi oleh anak SMA bahkan pernah 3 anak SMP mengajak saya berfoto karena katanya suka dengan acara tersebut. Bayangkan, anak anak SMP suka dengan acara politik.
Ketika acara kami mati, mereka bilang kami kalah.
Salah.
Justru kami menang.
Karena bagi kami, kalah adalah menyerah dengan tuntutan kebanyakan. Menyerah terhadap anggapan bahwa Indonesia belum siap dengan acara yang “terlalu cerdas” karenanya harus lebih slapstick, lebih berbau seks, lebih palsu.Menyerah kepada kalangan mayoritas
Tyranny By The Majority.
Kami menang karena kami tidak berkompromi.
Tapi saya mengakui, kalau diberi kesempatan lagi, banyak hal akan kami lakukan berbeda. Kami muda, tidak berpengalaman, dan sedikit arogan.
Okay, mungkin banyak arogan.
Sejak acara tersebut, para pekerja yang ada di dalam tim kembali melanjutkan kehidupan masing masing.
Beberapa di antara kami mulai bertanya tanya “Mungkinkah acara ini bangkit kembali?”
Saya sendiri pernah berkata tidak mau menghidupkan Provocative Proactive kembali.
Tapi mengingat apa yang akan terjadi di 2014, saya tidak keberatan untuk menjilat ludah sendiri.
Kalau dibutuhkan, kenapa tidak?
January 2, 2013
#BalasDi18
Saya ingat persis tanggalnya, 28 Oktober 2011.
Di atas panggung ada Isman, Ernest dan Ryan Adriandhy, sedang nge-roast saya. Roast adalah teknik dalam Stand-Up di mana para komika menjadikan seseorang sebagai objek tertawaan. Tidak ada yang sakit hati. Sama sama sudah dewasa. Sama sama tahu batas.
Salah satu lawakan mereka adalah mempertanyakan buat apa follow saya? Followers ga dapet apa apa dari saya, sementara saya semakin banyak followers semakin mahal sebagai buzzer tweet berbayar.
Seisi ruangan tertawa termasuk saya, tapi semua yang ada di ruangan itu pasti dalam hatinya berkata “Iya juga ya…”
Sejak itu, saya semakin memikirkan tanggung jawab saya kepada mereka yang dengan kesadaran sendiri memutuskan untuk mengikuti saya di twitter, saya mulai memasukkan tanda pagar (tagar) #spon untuk menandakan bahwa tweet tersebut berbayar. Alias saya dibayar untuk ngetweet seperti itu. Di UU Periklanan, ada ayat yang menyatakan bahwa harus ada kejelasan terhadap sebuah iklan, bahwa penonton atau pembaca harus tahu bahwa itu iklan. UU tersebut tentunya belum membahas tentang beriklan di twitter tapi saya ingin mempraktekkan prinsip serupa. Bagi saya, ini adalah sebentuk tanggung jawab. Untuk detailnya, anda bisa baca di sini
Mulai 2013, saya akan menambahkan sesuatu sebagai bentuk terima kasih kepada followers yang sudah mengikuti saya sehingga saya mendapatkan kesempatan pemasukan dari mengiklankan produk via twitter.
Bentuk terima kasih tersebut adalah sebuah program yang saya sebut #BalasDi18
Balas Di 18 adalah sebuah program bulanan di mana setiap tanggal 18 saya akan membalas budi dengan membagi bagikan hadiah gratis kepada followers.
Berhubung ada banyak followersnya dan hadiah hanya ada 1 setiap bulan, maka saya akan bagikan dalam bentuk kuis.
Kuisnya juga ga susah susah amat, soalnya mengenai apa tergantung mood saya.
Hadiahnya bisa jadi karya saya, atau buku yang saya rekomendasikan atau sebuah album yang saya rekomendasikan.
Hadiah akan saya kirimkian dengan JNE ke alamat kirim anda
Mengapa 18? Karena 18 Juni adalah tanggal ulang tahun saya dan pada tanggal 18 Juni saya akan berikan hadiah terbesar kepada followers.
Sampai kapan program ini berjalan? Untuk saat ini hingga Desember 2013.
Ini adalah bentuk penghargaan saya karena sudah setia mengikuti saya di twitter dan bentuk terima kasih saya karena dengan anda memfollow saya, saya jadi punya kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Cukup jelas rasanya, baiklah.. sampai ketemu setiap tanggal 18 dalam kuis #BalasDi18
December 29, 2012
We’ll see :)
Tahun yang menyenangkan
Itulah 2012 di mata saya.
Bulan Desember ini, saya seperti mendapatkan kesimpulan dari perjuangan sepanjang tahun ini ketika sejumlah kejadian menyenangkan bertubi tubi jatuh ke pangkuan saya
Bukan hanya acara INDONESIA: berlangsung sukses, tapi bulan ini ada beberapa hal yang menyenangkan hati
Jadi sampul majalah VOICE+ , dibahas di majalah RollingStones, dan masuk majalah Global Asia sebagai 50 orang paling berpengaruh di Indonesia. Dalam daftar tersebut ada nama nama dari Presiden SBY, Joko Widodo, Jusuf Kalla, Megawati, Chairul Tanjung, juga ada nama nama menteri, ketua partai, pengusaha dan termasuk ada rekan seperjuangan: Raditya Dika. Ditambah, buku “Surat Dari & Untuk Pemimpin” karya Tempo Institute juga rilis di mana saya dan (yang Tempo anggap sebagai) pemimpin lainnya menulis surat untuk bangsa Indonesia. Dalam buku tersebut ada Ananda Sukarlan, Goenawan Mohammad, Sri Mulyani, Amien Rais, Anies Baswedan, Quraish Shihab, Jokowi-Ahok, Andi F Noya, Christine Hakim, Susi Susanti, Yayuk Basuki, Cholil ERK, Glenn Fredly, Slank, Ridwan Kamil, dll.
Rasanya bangga dan seakan telah mencapai level tertentu bisa disandingkan dengan nama nama di atas. Dalam berkesenian, karir musik saya tidak selama Slank, lagu lagu saya tidak nge-hits seperti Glenn, lirik saya tidak seindah Efek Rumah Kaca. Tapi saya di sana, kemungkinan karena akumulasi pencapaian pencapaian lain yang telah saya capai, selain musik.
Bukan tahun yang mudah 2012 ini, awal tahun saya didera masalah masalah yang teramat berat. Terlalu berat bahkan untuk saya tulis di sini. Masalah ini mencakup saya dan keluarga, masalah lainnya berkaitan dengan orang orang yang saya hormati dan karenanya tidak bijak kalau saya publikasikan di sini. Tapi sebagai gambaran, saya sering tidak bisa tidur hingga pagi hari karena masalah masalah ini
Saya kehilangan Ayah saya pada tahun ini, orang yang mengajarkan saya banyak hal lebih dari tindakan dan pengalaman daripada dari ucapan. Kehilangan beliau, justru memberikan saya pelajaran pelajaran baru.
Ini adalah tahun di mana saya belajar untuk menerima tanggung jawab. Untuk turun dan kotor. Menerima kenyataan bahwa fokus bukanlah mengetahui apa yang harus dikerjakan, melainkan tahu apa yang tidak perlu dikerjakan.
Tahun di mana saya mengambil keputusan keputusan penting bukan untuk saya, tapi untuk kebaikan orang orang lain.
Tahun ketika saya mengingatkan kembali, kalau terasa terlalu nyaman, berarti ada yang salah. Saya masih muda, belum saatnya untuk merasa nyaman. Tubuh ini masih kuat untuk bekerja keras, otak ini masih mampu diajak bekerja cerdas.
Tapi ini tahun yang menyenangkan. Tahun penuh pembelajaran akan selalu jadi tahun yang menyenangkan.
Lebih menyenangkan lagi karena saya (entah kenapa) merasa, tahun 2013 akan lebih menyenangkan lagi.
Mungkin karena film pertama saya MAKE MONEY akan rilis Maret 2013 (untuk info, follow @bamboomfilms)
Mungkinkah tahun 2013 temanya juga MAKE MONEY?
We’ll see
December 26, 2012
Credit Title INDONESIA:
INDONESIA: termasuk di dalamnya tur Merdeka Dalam Bercanda merupakan rangkaian teramat panjang. Di dalamnya ada banyak nama nama yang terlibat, tanpa mereka semua tidak akan bisa terlaksana. Mimpi saya yang menjadi nyata, dibangun oleh tangan tangan istimewa dan sekarang adalah saatnya saya mengucapkan rasa terima kasih dan menghaturkan hormat.
***
Annisa Destiyana, terima kasih banyak sebagai orang yang tidak lolos 1 kotapun selama turMDB, terima kasih sudah menemani perjalanan panjang dan menjaga supaya semua berjalan dengan lancar. Terima kasih atas perhatiannya kepada hal hal kecil yang kadang tidak diperhatikan orang lain padahal teramat penting. Terima kasih untuk ketegasan dan keputusan keputusan krusial yang diambil. You are a leader now, its time to lead. With me, its hard to shine when you’re standing next to the sun. You need to shine because when you do, you will shine the brightest.
Shani Budi Pandita, terima kasih telah jadi orang yang setia menemani dan mendokumentasi sejak Twivate Concert hingga perjalanan ini. Selalu sedikit bicara banyak bekerja, Indonesia lebih banyak butuh orang orang seperti ini. You’re going through tough times but you handled it like a boss. Walk on, bro.
Zaindra Putra, selalu siap, inisiatif tinggi, dewasa dalam menyikapi masalah, mentalitas “orang lapangan” dengan kredo “harus bisa” jadi alasan keterselenggaraan INDONESIA: yang baik, terima kasih atas kepemimpinannya, atas kerja kerasnya bahkan atas kesediaannya melakukan hal hal yang mungkin bukan jadi tanggung jawab tapi karena perlu dilakukan maka akhirnya dikerjakan sendirian.
Mila Rahmania, dari wongsoyudan kini menjad bagian dari manajemen Pandji. Terima kasih atas kerja kerasnya terutama nyortir tiket ke amplop hehe. Maaf jadi ga bisa menikmati INDONESIA: secara utuh tapi semua akan mencatat bahwa tanpa kerja keras yang telah dilakukan, tidak akan berjalan dengan baik acara ini, Truly the unsung hero.
Kepada Endru March, my mentor my producer my music director. Terima kasih atas ilmu, dorongan, arahan dan kesediaannya untuk membuka konser 32. Saya tidak akan pernah terpikirkan nama lain. Your longetivity inspires me. And you dont stop!
Terima kasih Soulneta: Pandji Asdut, Doni, Ape, Duan, Rifka, Dennis, Pange, Gamila, Ririn, Arry. Konser 32 sukses karena kejeniusan musikalitas kalian. Siapapun pasti setuju, aransemen hasil diskusi kalian pada hari itulah yang membakar semangat penonton sehingga mereka berteriak, bernyanyi, bersorak, melompat selama 2 jam.
Terima kasih kepada para pengisi konser 32: Abenk, Saykoji, Teddy Adhitya, Tompi, Bayu, Ge pamungkas, Mas Ikang Fauzi, Glenn Fredly, Ryan Valentinus, Angga Puradiredja, Davina.
Kepada penonton Konser 32, terima kasih mengembalikan keyakinan saya untuk terus berkarya di dunia musik. Terima kasih untuk setiap teriakan, setiap keringat, setiap tangan terkepal. Terima kasih menjadi 500an orang yang bersedia membayar sebagai bukti kepercayaan akan kualitas yang karya saya bawa.
Kepada Yello Production, you guys are awesome. Terima kasih atas karyanya. Hasilnya berkelas! DVD akan dinikmati karena kehebatan kalian
Terima kasih pasukan LO: Bata, Kumaan, Indy dan Wisnu
Juga tim ticketing: Citra dan Ganes
Terimakasih sudah membantu dan mensukseskan INDONESIA:
Terima kasih kepada masyarakat kota Padang, Denpasar, Semarang, Samarinda, Balikpapan, Medan, Surabaya, Pekanbaru, Jogjakarta, Bogor, Bandung, Makassar, Singapore, Cirebon.
Terima kasih kepada komunitas stand-up comedy yang terlibat berikut para pembuka
Standupindo Padang: Ricky Syaputra (Mpu), Nicholas Dimas, Teguh Prasetyo
Standupindo Denpasar: Riki Aulia Akbar, Maha Nanda, Gde Gandhi
Standupindo Semarang: Fuad Abdillah, Yuyun (gondrong) Abdillah, Ario pamariadinata
Standupindo Balikpapan: Hizrah Saputra, Madani Rahmatullah, Yoga Cahya Putra
Standupindo Samarinda: Arditya Taqwa Erwandha, Pra Bhakti Wijaya, Setiawan Yogy
Standupindo Medan: Mohammad Fauzy Saleh, Yan Al Ridho, Nugraha Ahmad (lolox)
Standupindo Surabaya: Dedy Purwanto, Idhamsyah, M Arif Alfiansyah
Standupindo Pekanbaru: Icky Kurniawan, Randy Hambali, Faqih Okta Maulana
Standupindo Jogjakarta: Alit Jevi Prabangkoro, Imanual Andreas, Sigit Hariyo Seno (oomimot)
Standupindo Bogor: Dede Kendor, Hada Hitut, Koide Namizo
Standupindo Bandung: Irfan Fauzan, Rai Firdaus, Budi Kusumah
Standupindo Makassar: Fakhri Ramadhan Idham, Syahrulnawir, Anjas Wirabuana
PPI Singapore. Terima kasih banyak Ivan dan teman teman.
Standupindo Cirebon: Muhammad Iqbal, Ahmad Fahmi, Yudha Iqbal Maulana
Terima kasih atas kerjasamanya, kerja kerasnya, atas keramah tamahannya, atas kinerja yang luar biasa sehingga tur MDB bisa sukses berjalan. Terutama terima kasih atas jamuan yang menyenangkan. Kepada para komika, tidak ada ragu sedikitpun dalam hati saya bahwa kamu bisa jadi komika hebat di negeri ini. Ingat, kerja keras akan mengalahkan bakat ketika bakat tidak bekerja keras. Penghalang terbesar anda menuju kesuksesan yang anda impikan, adalah diri anda sendiri. Lawan ketakutan akan kegagalan dengan keindahan bayangan kesuksesan. Lawan rasa malas dengan kedisiplinan. Hajar setiap panggung dan jadikan pengalaman. Dia yang takut gagal, tidak pantas menikmati sukses.
Terima kasih kepada komika komika yang membuka saya selama tur
Randhika Jamil, Gilang Bhaskara, Topenk, Boris Bokir, Kukuh Adi, Kemal Palevi, Wanda Urban, Adjis Doaibu, Awwe, Ence Bagus, MoSidik, Krisna Harefa.
Terima kasih atas kesediannya dan atas performanya yang luar biasa. Tidak ada satupun komika yang gagal menghasilkan desibel tawa yang tinggi, pertanda kualitas dan jam terbang yang membawa anda di atas rata rata para komika. Bangga bisa berbagi panggung dengan anda. Bangga bisa berjuang bersama. Saya mendoakan yang terbaik untuk karir anda.
Terima kasih Adriano Qalbi. Reaksi penonton menunjukkan betapa hebat performa di INDONESIA:. I learned a lot from you. Thanks for the lesson given. Disadari atau tidak. Do your thing, bro.
Kepada penonton MDB Jakarta, mohon maaf atas segala ketidak nyaman-an yang terpaksa anda rasakan. Saya terima penuh tanggung jawab kesalahan karena adalah keputusan saya untuk menggelar acara ini di Museum Nasional yang tidak didesain untuk pertunjukan. Ada yang harus saya relakan demi tercapainya MDB JKT di Museum tersebut dan sayangnya di luar prediksi saya, adalah kenyamanan anda. Mohon maaf kalau ada kru sound dan kru TV yang mengurangi kenyamanan anda, sesungguhnya mereka bekerja sebisa mereka dengan kondisi seadanya namun percayalah mereka bekerja sebaik mungkin untuk anda dan juga untuk saya.
Saya jamin pertunjukan selanjutnya, kenyamanan anda dan kenikmatan menonton pertunjukan spesial saya akan jadi fokus utama saya. Doakan saya bisa mendapatkan tempat terbaik.
Terima kasih atas dukungan yang anda berikan dengan begadang tengah malam bahkan hingga pagi dini hari untuk membeli 800 tiket yang tersedia. Terima kasih atas kepercayaan untuk menghargai karya saya. Saya mengagumi anda karena kesetiaan anda. Saya akan bayar kembali dengan performa terbaik dan saya akan kembali dengan pertunjukan berikutnya. As you know, i always deliver
Terima kasih Sigi Wimala yang bersedia menemani penonton INDONESIA: keliling museum nasional. Im sorry to rob your time from your child
Terima kasih untuk @RECpro untuk live recordingnya. Sejak Bhinneka Tunggal Tawa, saya memastikan akan melanjutkan kerja sama. Hasil dan kualitasnya sangat sangat memuaskan. Terima kasih untuk kebaikan dan profesionalisme-nya.
Terima kasih kepada Sinou Kaffe Hausen yang setia sejak 2010 dalam mendukung saya, juga kepada HolyCowSteak Radal dan Papa Rons Pizza, tanpa anda 1000 orang penonton saya akan kelaparan dan boro boro ketawa nonton pertunjukan saya.
Kepada teman teman Multiply.com, terima kasih atas dukungannya secara maksimal baik secara online maupun di lapangan pada acara INDONESIA: . Terima kasih juga telah menurunkan orang orang yang emang doyan jualan. Hehe. Semoga kita bisa lanjutkan kerja sama ini ke jenjang berikutnya.
Terima kasih Mimin Danis, atas kehebatannya dan kesigapannya mengadmin pandji.multiply.com. Terima kasih atas kesabaran dan ketelatenan.
Terimakasih Bhagus dan terutama Aan atas kehadirannya, terutama Aan untuk masukannya dan ide idenya. Im gonna really need you in 2013.
Terima kasih kepada Museum Nasional, kepada KompasTV, kepada Mbak Rurie dan kawan kawan di Coca Cola Indonesia atas kepercayaan dan dukungan yang seakan tanpa batas, terima kasih atas keyakinan akan saya dan karya.
Terima kasih untuk Ge, Kukuh dan Ryan untuk obrolan santainya setelah semua kesibukan INDONESIA: berakhir. Walaupun sebenarnya terutama Kukuh dan Ryan di sana untuk ngobrol sama Gamila, tapi saya menikmati bincang bincang santainya. Saya menikmati dibuat tertawa setelah acara. Seperti penghibur yang akhirnya dihibur.
Terima kasih Ayah dan Ibu, yang menurunkan 2 hal yang menjadikan saya: Selera humor yang unik dan Keluwesan berbicara kepada orang. Mbak Tyas dan Andiya, kakak dan adik yang ikut tumbuh bersama dan membangun karakter.
Terima kasih anak anakku, Wadilla Dipo Wongsoyudo, Ourania Almashira Wongsoyudo. I relentlessly push myself to be better because i want you to be proud of me. Suatu hari di masa datang kamu akan menemukan tulisan ini dan semoga kamu tahu betapa Ayah mencintai kamu berdua dan hanya ingin Abang dan Ade mencintai Ayah.
Gamila, how can you single handedly turn my life around?
It all began with an exchange of smiles, and now look where we are. On the same bed with our children giggling, under the roof of our beautiful home that you designed.
Begitu indahnya kehidupan kita, sehingga baru sekarang aku memahami takutnya kehilangan.
Aku berdoa setiap hari supaya aku nggak melakukan hal hal bodoh yang bisa membuatku terlepas akan semua ini, karena aku paham tidak semua kesalahan pantas untuk dimaafkan.
Terima kasih atas 1 nasehat yang kamu berikan, 2007 di bulan Ramadhan. Semenjak kamu mengenalkan aku kepada kata “Berkarya”, aku terbang dan satu persatu mencapai impian.
Maaf aku sering sibuk dan meninggalkan kalian, akupun tidak pernah nyaman bersenang senang sendirian. Happiness is supposed to be shared and i dont share things except with you.
I love you. You’re my best friend.
***
“On to the next one” – JayZ-
December 24, 2012
Stand-Up Special INDONESIA:
“Ini tempat keren banget..” ujar saya kepada istri ketika kami duduk di dalam TeaterJakarta, TIM.
Kami diundang untuk nonton Matah Ati, sebuah pertunjukan opera mengkisahkan perjuangan seorang perempuan Solo dengan pasukan tentara perempuannya. Pertunjukannya luar biasa, tapi yang menempel di benak saya setelah keluar dari gedung tersebut adalah “Gue harus bikin spesial di tempat tadi..”
Maka Teater Jakarta berkapasitas 1200 orang menjadi target. Saat itu, saya belum lama menggelar Bhinneka Tunggal Tawa di Usmar Ismail, kapasitas 420 tapi karena membludak akhirnya saya membuat pertunjukan ke dua pada malam yang sama dan total menjual 680 tiket. 680 ke 1200, nampaknya di antara 2 angka tersebut 800 jadi angka yang cocok untuk jadi target penjualan tiket.
Saya menargetkan, setiap tahun target kapasitas penonton spesial saya akan saya tingkatkan. Tujuannya agar bisa tercapai apa yang saya targekan. Target ini agak mengada ada bagi banyak orang, kata orang agak terlalu tinggi, tapi saya tidak terbiasa bermimpi hal hal kecil. Hal hal kecil tidak perlu diimpikan, hal hal kecil bisa segera dilakukan. Saya senang bermimpi hal hal besar, tidak ada rasa malu akibat kegagalan mengejar hal besar. Perjuangan untuk mencapainya adalah wujud keberanian. Target puncak saya berkarir di Stand-Up adalah: Istora Senayan.
Kalau Russel Peters bisa, maka orang Indonesia juga pasti bisa. Pertanyannya tinggal: Siapa?
Saya bercita cita orang tersebut adalah saya.
Ketika angka 800 sudah ada di kepala, maka saya dan manajemen mulai memikirkan venue. Zaindra, yang sebenarnya adalah Road Manager saya untuk urusan hiphop mulai mencari cari venue. Banyak yang masuk dalam daftar tapi lama lama dicoret. Ada yang dicoret karena kapasitasnya terlalu besar, ada yang terlalu kecil, ada yang terlalu…. mahal.
Satu hari untuk kebutuhan shooting, saya bertemu dengan teman lama. Namanya Asep Kambali dan dia adalah juragannya komunitas Historia. Kalau bicara soal sejarah dan gedung bersejarah terutama di Jakarta, dia adalah orang yang tepat. Kami bertemu di Kota Tua, di depan Museum Fatahilah. Area bersejarah itu membuat saya terpikir, di antara museum museum ini, apakah ada yang memiliki auditorium. Bertanyalah saya kepada Asep dan dia memberikan beberapa opsi, salah satunya adalah Museum Nasional alias Museum Gajah.
Saya kemudian mencoba mampir ke sana dan ternyata Zaindra juga sedang survey lokasi. Saat itulah, saya jatuh cinta dengan tempat itu. Museum Nasional harusnya merupakan museum terpenting dan paling dasar kalau kita bicara sejarah Indonesia. Kenyataannya walau gedung barunya begitu menyenangkan dan memukau, pengunjung yang datang didominasi rombongan anak sekolahan dan guru guru mereka.
Auditorium yang dimiliki Museum Nasional kapasitasnya hanya 400 orang, namun ruang kaca di gedung baru, yang juga sering jadi tempat seminar dan acara pembukaan pameran, mampu menampung sekitar 800 orang. Saya lihat pilar pilar besar yang jadi ornamen ruang kaca dan saya ingat dalam hati saya berkata “Di situ panggungnya”.
***
Tur Merdeka Dalam Bercanda, seharusnya sekadar promo dari buku Merdeka Dalam Bercanda yang diterbitkan Bentang Pustaka, ternyata yang rencananya hanya 5 kota berkembang jadi 15 kota dan menjadikannya bukan hanya tur Stand-Up terbesar di Indonesia, tapi juga yang pertama hingga ke luar negeri (Singapore).
Idea Ambition = History
Saya tulis buku Merdeka Dalam Bercanda sebagai literatur stand-up comedy pertama berbahasa Indonesia yang menuturkan proses ledakan Stand-Up Comedy di Indonesia hingga proses dibalik pengerjaan dan persiapan Stand-Up Spesial pertama di Indonesia, Bhinneka Tunggal Tawa.
Beruntung selain didukung Bentang Pustaka, tur ini bekerja sama dengan beberapa sponsor sehingga biaya akomodasi ke 15 kota sudah tertutupi. Setiap komunitas yang bekerja sama dengan kami mendapatkan 100 % pemasukan dari penjualan tiket. Uang yang mereka gunakan untuk membayar biaya promosi, cetak tiket, backdrop, sound system, lighting (beberapa kota menggunakan follow spot) dan sewa venue. Komunitas Stand-Up jadi belajar untuk menyelenggarakan pertunjukan, dan karena Anes dari manajemen saya meminta laporan keuangan dari setiap komunitas, merekapun terbiasa pencatatan keuangan yang rapih.
Tur adalah pengalaman berharga yang mahal dan melelahkan.
Saya benci bagian meninggalkan rumah, senang bagian berada di atas panggung, dan menantikan bagian pulang kembali ke keluarga.
Setiap kota, saya berhadapan dengan panggung yang berbeda, pengaturan kursi yang berbeda, kondisi sound dan lighting yang berbeda, kondisi akustik venue yang berbeda, dan terutama bertemu penonton yang berbeda.
Tiap kota tidak ada yang benar benar sama tapi inilah esensi dari tur, pengalaman berharga yang akan memantapkan keampuan saya sebagai seorang komika.
Saya pernah ketemu panggung yang mikrofonnya mati, panggung yang lightingnya berubah ubah warna dari merah, ke kuning ke ungu, ke biru lalu ke merah lagi (namun akhirnya saya matikan lampu tersebut dan diganti dengan lampu ruangan), ketemu panggung yang besar sekali dan yang sempit sekali, pernah ketemu yang jarak kursinya jauh dengan panggung sehingga harus kami rapatkan ke depan panggung, pernah ketemu sound yang tiba tiba mengeluarkan suara “NGOOOOOOOKKKK” yang keras sekali (bukan feedback, entah apa kami juga tidak tahu), pernah ketemu penonton kakek kakek dan nenek nenek, ketemu penonton umur 7 tahun yang nonton pakai pijama, penonton yang tiba tiba ditengah tengah keheningan saya melempar premis, bersuara “HUEKKK” kayak orang mau muntah, ketemu penonton yang sama sekali tidak ketawa tapi duduk paling depan, ketemu penonton yang duduk paling depan tapi main BB (pihak manajemen hotel yang mengontrol acara), bahkan saya pernah diheckle (secara tidak sengaja) sama panitia yang tiba tiba buka pintu yang ada di kanan panggung dan teriak manggil teman teman komunitas yang lagi duduk di depan panggung.
Saya melewati BANYAK. Semua pengalaman di atas menjadikan saya lebih mantap sebagai pemanggung.
Ini juga yang membuat saya, walaupun segala kendala teknis yang terjadi dan mungkin masih akan muncul, bisa naik panggung MDB Museum Nasional dan menjalankan set dengan baik.
Tapi yang paling berharga menurut saya dari tur adalah, saya bisa menemukan kekuatan dan kekurangan saya dalam stand-up comedy. Saya menyadari 4 hal yang jadi kekuatan saya: Riffing, Story Telling, Ekspresi Wajah, dan terutama… Act Out
Ada semacam tekanan menutup tahun di mana pada tahun 2012 ini Jakarta sudah disajikan berbagai macam pertunjukan seperti From Tiny To Funny-nya Ryan Adriandhy, Merem Melek-nya Ernest Prakasa, Tanpa Batas-nya Sammy notaslimboy, Marah Tawa-nya Setiawan Yogy, We Are Not Alrite, dll. Ada rasa yang memancing diri untuk bisa seperti mereka. Namun pada akhirnya, menjadi diri sendiri dan nyaman dengan itu adalah pilihan terbaik. Saya rasa menutup 2012 dengan special yang tetap “pandji banget” adalah pencapaian tersendiri untuk saya.
Tanggal 8 Desember 2012, saya naik panggung dengan meyakinkan diri bahwa saya sudah hafal dan mantap dengan set saya. Ini adalah set yang saya bawakan selama 14 kali di 14 kota dan di setiap kota set ini selalu berhasil. Badan saya sudah hafal. Istilahnya Muscle Memory-nya sudah kuat. Hanya sekitar 20% bit saya yang berbeda dengan kota kota lain sisanya sama. Bahkan selama 14 kota yang membuang, menambah, mengganti urutan, mempertajam punchline, melatih riffing sehingga di kota ke 15 Jakarta, saya bisa bawa yang terbaik.
Rencananya memang hanya 1 jam 30 menit tapi nyatanya yang terjadi adalah 1 jam 45 menit.
Pake acara kepleset pula pas naik tangga.
Belum juga sampe panggung, penonton udah ketawa.
Saya diuntungkan karena penonton sudah dibuat empuk oleh Adriano Qalbi yang membuka selama 20 menit. I hear all great things about Adriano from all sorts of people after the show. Ada banyak yang ngetweet memantapkan diri jadi fans beratnya gara gara penampilan itu. Saya memilih pembuka yang tepat.
Saya merasa bahkan selalu pilih pembuka yang tepat. Kalau dipikir pikir, pembuka saya dari BTT sudah ada yg bikin special & tour (Ernest dan Sammy) Luqman juga sudah buat pertunjukan spesial di JakFringe, Rindra sudah jad urban legend. Pembuka MDB juga ada yang bikin special (Setiawan Yogi), mini show (Oom Imot), Tur (Kemal Palevi), Kukuh bertumbuh jadi komika luar biasa dan bersama Adri dan Pange di We Are Not Alright jadi trio paling diincar banyak orang untuk ditonton.
Adriano Qalbi pertama kali memukau saya di talkshow karya tim Provocative Proactive, Ngompol (Ngomongin Politik) eX. Walaupun saya sudah menonton Adriano sebelumnya, termasuk bahkan saya masih ingat pertama kali dia openmic, tapi malam itu dia membuat saya dan Pange sikut sikutan sambil ngakak lompat lompatan. Sejak itu saya memantapkan untuk mengajak dia jadi opener MDB JKT.
The best thing about Adriano is that he is opinionated. The thing that makes him great is he knows inside-out all about creative writing. 2 modal penting untuk jadi komika.
Malam itu, Adriano melempar bit bit yang memantapkan kelasnya. Dari review yang saya baca, semuanya memuji bahkan memuja Adriano. Bagi komunitas, Adriano adalah sosok yang sangat terkenal, namun saya tahu persis membawa dia ke MDB akan membuat lebih banyak orang sadar sehebat apa dia. Penulisan hebat, delivery kelas kakap, emosi tebal, sensitifitas komedi unggul, keresahan yang kritis menjadikan Adriano berdiri di kelas yang berbeda dengan banyak komika lainnya.
Yang menarik adalah, dia tidak pernah mengunggah video ke youtube, anda mau nonton dia? Bayarlah tiket untuk nonton pertunjukan pertunjukannya. Sebagaimana banyak orang puas nonton dia (bersama Pangeran dan Kukuh) di “We Are Not Alright”
Usai Adri stand-up, penonton bukan hanya sudah dipanaskan oleh Adriano, topik topik dalam set Adriano membuat otak mereka juga siap untuk disuntik hal hal yang akan saya bawa.
Saya selalu membuka MDB dengan bit tentang saya dan Kena Deh, sebuah kenyataan yang di dalam hati saya cukup mengesalkan dan memalukan. Masak acara 2006 lebih terkenal dari apapun yang saya kerjakan dari 2007-2012?? Di antara Kena Deh dan Lirik Komedi (RIP) sudah ada lebih dari 30 acara TV yang saya bawakan termasuk Hole In The Wall, Provocative Proactive dan Stand-Up Comedy Indonesia. Tapi teteeeeeep aja yang ditanya “Nggak soting KenaDeh lagi mas?”
Ya udah kale, itukan 2006 jugaaaa.. uda lewat masanyaa..”
Alasan mengapa saya membuka dengan Kena Deh dan status skuter (selebritis kurang terkenal) adalah untuk merendahkan saya dan mendekatkan diri dengan penonton. Self Depracating. Mengajak penonton menertawakan saya. Kalau saya sudah menyediakan diri saya sendiri untuk jadi bahan tertawaan, buat saya akan lebih mudah untuk mengajak mereka menertawakan hal hal lain.
Bit tentang Raditya Dika juga sengaja saya masukkan seperti juga yang saya lakukan dalam Bhinneka Tunggal Tawa. Sedikit tribute untuk Raditya Dika yang bahkan hingga hari ini walaupun sedang meninggalkan Stand-Up Comedy secara resmi karena ingin fokus pada penulisan baik buku, film maupun acara TV, masih berkontribusi tinggi. Banyak peserta SUCI 1 dan 2 yang membagikan ilmunya kepada komunitas masing masing. Ilmu yang mereka dapatkan, turunnya dari Raditya Dika. Walaupun ada banyak acara Stand-Up Comedy di TV belakangan ini, hanya Stand-Up Comedy Indonesia KompasTV yang menyediakan kesempatan belajar Stand-up dengan Raditya Dika.
Saya melanjutkan dengan bit bit tentang rokok, sebagai salah satu keresahan sekaligus jadi bit “serius” pertama di MDB. Saya sempat kuatir membawakan bit ini di Jogjakarta yang keberpihakannya kepada rokok cukup tinggi termasuk oleh seniman dan budayawannya, tapi ternyata tetap berhasil menuai tawa. Saya memberikan fakta untuk dipertimbangkan oleh kita semua lewat bit ini, lewat berita yang menyatakan di 2013 bungkus rokok di Indonesia akan mulai seperti bungkus rokok di Singapore. Di kemasannya ada foto foto dampak merokok
Bit jalan jalan ke Padang, Medan, Semarang, Bandung adalah bagian dari usaha saya untuk menceritakan bagaimana Indonesia yang kaya akan kebiasaan dan budaya yang mengakar. Contoh bis kota di Padang yang penuh gambar…
dan ketika saya membahas ibu ibu nyirih di dalam pesawat Garuda Indonesia.
Saya lanjut kepada bit tentang jalan jalan ke luar negeri eperti Iceland dengan Phallological Museum-nya. Orang jarang ada yang percaya soal Phallalogical Museum hingga mereka ngegoogle sendiri dan menemukan foto ini
Saya juga membahas tentang sekolah di Amerika Serikat. Orang suka membandingkan pendidikan Indonesia dan Amerika, padahal saya punya banyak teman yang sekolah ke Amerika Serikat dan ajaibnya bahasa inggrisnya ngaconya bukan main. Tidak ada jaminan bahwa sekolah ke Amerika akan menjadikan anda orang yang sukses. Tidak ada jaminan bahwa sekolah di Amerika Serikat akan menjadikan anda lebih cerdas. Tidak ada bukti bahkan bahwa secara umum sekolah di Amerika lebih baik. Kalau anda sudah nonton film dokumenter “Waiting For Superman” tentang carut marutnya pendidikan di Amerika, anda akan mengerti mengapa secara ekonomi Amerika jeblok saat ini. Sebagai bayangan, Amerika Serikat adalah negara dengan angka pembunuhan di lingkungan sekolah tertinggi di dunia. Bayangkan, sekolah resikonya mati. Di Indonesia paling resikonya disetrap guru. Kelihatannya karena senjata berapi di Amerika dijual bebas seperti di sini jugal sonais
Hebatnya Amerika saya akui, adalah kemampuan untuk mengekspos hal hal baik dari mereka yang cuma segelintir ke permukaan dan dengan itu menutupi kekurangan mereka yang dominan. Sebagaimana industri film Holywood yang mewah membuat dunia seakan lupa bahwa angka pengangguran mereka tertinggi sejak The Great Depression dan pertumbuhan ekonomi mereka teramat kecil. Kita di Indonesia malah mengekspos orang orang segelintir yang berkelakuan minus dan seakan menutupi kearifan yang dominan. Sebagaimana penghalangan pembangunan gereja oleh massa yang memaki maki menutupi fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan umat muslim terbanyak di dunia dan bukan negara Islam, fakta yang membuktikan bahkan mayoritas umat muslim di Indonesia lebih senang keragaman ini terjaga.
Pendidikan di Indonesia memang sesuatu yang seringkali dibahas banyak orang namun masih banyak peluang perbaikannya. Ini bit saya selanjutnya di MDB setelah membahas pendidikan di Amerika Serikat, yang pada intinya ingin mengingatkan bahwa menurut saya alasan mengapa pendidikan Indonesia belum membawa kita maju adalah fokus kita yang lebih berorientasi kepada hasil ketimbang kepada proses. Padahal Korea Selatan yang murid muridnya tercerdas secara akademis mulai dipaksa untuk mengurangi belajar karena kebanyakan belajar ternyata tidak baik, terbukti dengan hadirnya satgas anti belajar di Korea Selatan. Selain itu, pendidikan kita masih dimanfaatkan untuk diri sendiri dan bukan kita gunakan untuk kebaikan orang lain.
Tujuan utama pendidikan harus jadi fokus adalah untuk memastikan demokrasi kita memberi hasil yang berkualitas. Karena demokrasi tidak akan membawa hasil yang baik kalau rakyatnya tidak dilengkapi kemampuan berdemokrasi. Lihat pilkada sebagai produk dari demokrasi kita, berorientasi hasil padahal prosesnya penuh “serangan fajar” dan kecurangan kecurangan. Bahkan di Slovakia, ketika atas nama demokrasi pemerintahnya memberikan kesempatan bagi rakyatnya untuk memberi nama sebuah jembatan, yang
Lihat kebebasan yang kita miliki, dipakai sembarangan seperti anak kecil yang terlalu muda untuk main video game sehingga hanya dibanting banting dan dilempar lempar. Sok menertawakan SBY penuh pencitraan padahal kita semua ini bangsa yang lebih peduli citra daripada substansi.
Saya membahas bagaimana orang Indonesia (termasuk saya) senang berbahasa inggris karena enak dilidah dan keren padahal bukan sedang berbincang dengan orang asing. Terbukti dari banyaknya kursus bahasa Inggris yang fokus pada PEDE berbahasa inggris, bukan BISA berbahasa inggris.
Dari jaman kerajaan sebelum ada Indonesia hingga hari ini, kita benar benar peduli dengan penampilan, dengan kulit, dengan citra. Dimana integritas kita ketika kita menertawakan orang lain padahal sendirinya juga melakukan hal yang sama seperti yang ditertawakan tadi?
Sok menertawakan SBY presiden seremonial padahal kita sebangsa bangsa ini ya bangsa seremonial. Sebelum melakukan sesuatu ya pasti kita lakukan semacam seremonial kecil. Bikin pesta pernikahan besar besaran, kemudian memasuki hari pertama pernikahan bingung besok mau makan apa. Bisa mengeluarkan 20juta rupiah untuk resepsi pernikahan tapi ketemu uang masuk TK anak dengan angka yang sama kelimpungan.
Setelah, panjang membahas banyak sisi dari Indonesia, seperti yang selalu saya lakukan di semua kota, saya riffing penonton. Riffing adalah istilah ketika komika yang di atas panggung, ngobrol dengan penonton dan menciptakan kelucuan dari situ.
Saya sengaja mengasah kemampuan riffing saya dari kota ke kota. Bukan hanya saya merasa mampu, tapi mengingat kultur kesenian panggung Indonesia, saya merasa perlu.
Suatu hari, di talkshow saya untuk KompasTV berjudul 180 derajat saya mewawancarai promotor teater yang hanya mengangkat kesenian tradisional dan mengangkat kisah kisah tradisional Indonesia. Beliau berkata kalau kita perhatikan kesenian panggung di Indonesia dari ujung ke ujung, memiliki 2 kesamaan: Selalu dekat dengan penonton (bahkan kadang ditengah tengah alias dikelilingi penonton) dan selalu melibatkan penonton ke dalam pertunjukan.
Stand-Up Comedy katanya ilmunya datang dari luar, tapi saya sendiri adalah orang Indonesia. Maka wajar bagi saya kalau saya memasukkan unsur ke-Indonesiaan dalam ciri khas pertunjukan komedi saya. Sejauh pengamatan saya, ada 2 ciri kesenian pertunjukan tradisional yang pada akhirnya saya masukkan secara sadar ke dalam pertunjukan saya: Dongeng (story telling) dan Interaktif (Riffing).
Orang Indonesia, terbiasa sekali berdongeng atau didongengkan. Setiap daerah pasti punya dongeng khas daerah masing masing. Karena itu, memahami bahwa orang Indonesia sudah mendarah daging terbiasa didongengi, saya mempelajari Bill Cosby, Nick Swardson, Louis CK dan Kevin Hart yang kuat di story telling. Saya pelajari cara mereka menanam komedi dalam sebuah cerita dan saya coba praktekkan. MDB ada banyak story tellingnya, dari bit Kena Deh, bit artis ga terkenal, bit mahasiswa demo, bit tentang Dipo, sampai bit penutup saya tentang Shanghai.
Perhatikan Srimulat.
Tidakkah isinya dongeng dan tidakkah interaksi mereka dengan penonton jadi bagian integral dari pertunjukan mereka? Perhatikan bagaimana penonton yang melempar bungkus rokok menciptakan kelucuan spontan di atas panggung (di TV anda tidak akan melihat ini, tapi di panggung off air setiap kali pertunjukan selalu ada yang melempar bungkus rokok ke panggung dan biasanya isinya uang. Semacam saweran. Biasanya pelawak srimulat yang sedang dipanggung kemudian merespon lemparan tersebut). Perhatikan bagaimana Mas Tukul Arwana mendesain agar penonton interaktif dengan dirinya setiap kali dia bergerak, penontonnya teriak “EAA, EAAA, EAAA, EEEAAAA..”. Perhatikan bagaimana Kesenian Lenong Betawi selalu melempar “Oy penontoooon” dan bahkan celetukan penonton sering jadi bumbu yang menambah ramai pertunjukan.
Masyarakat Indonesia, terbiasa selalu ingin jadi bagian dari pertunjukan yang dia tonton. Karenanya, dengan riffing dan kemampuan untuk berinteraksi dengan penonton yang prima akan membuat pertunjukan saya lebih mudah diterima dan lebih menarik di benak mereka. Bukan masalah kualitas, tapi masalah kebiasaan.
Untuk ini, saya belajar banyak dari DL Hughley dan Jimmy Carr, ditambah pengalaman saya sebagai MC selama bertahun tahun dan dijajal dalam setiap kali saya melakukan pertunjukan Stand-Up. Ini kumpulan video Jimmy Carr vs penonton
Ketika di MDB Jakarta, kemampuan interaksi saya menjadi bumbu pertunjukan yang menjadikan pertunjukan saya unik dibandingkan dengan spesial lain terutama dalam tahun 2012. Bukan hanya riffing yang saya jadikan segmen khusus, tapi celetukan penonton juga saya olah jadi bahan seperti ketika saya sedang membahas Alexis tiba tiba seorang penonton teriak “Ngapain lo ke Alexis?”. Komika lain mungkin goyah tempo-nya, tapi karena terbiasa, saya refleks menyahut “Ngapain gue ke Alexis? Ya……. riset.” dan ucapan itu menuai tawa dari penonton.
Setelah sesi riffing, saya jadi lebih tenang. Keringat tidak mengucur seperti 15 menit pertama padahal harusnya sudah lebih lelah. Kelihatannya suara tawa penonton yang meledak ledak lama lama jadi penenang dan penambah percaya diri. Setiap kali mereka tertawa, rasanya seperti disuntik energi. Apalagi saya tahu betul komika rekan seperjuangan dan orang orang yang saya hormati ada di antara penonton dan ikut tertawa. Ada kebahagiaan kecil dalam hati saya.
membahas soal diri saya kembali, tentang istri saya dan sulitnya saya selingkuh dari dirinya, juga cerita tentang kedua anak saya Shira dan Dipo. Adalah Louis CK yan meyakinkan saya untuk membahas tentang anak saya karena sesungguhnya, kecintaan saya terhadap anak anak saya begitu besar. Saya selalu ingin bercerita tentang anak anak saya. Bahkan dalam obrolan keseharian, saya sering bercerita tentang mereka. Semua yang saya ceritakan tentang Dipo adalah nyata. Banyak yang ragu tapi istri saya adalah saksi mata dari kejadian kejadian tersebut.
Saya lanjut bicara soal FPI, IndonesiaTanpaFPI dan IndonesiaTanpaJIL, tentang Liberalisme, tentang Pluralisme, tentang hal hal yang mengisi 2012 ini. Saya sangat ingin membahas dan saya puas bisa memasukkan ini dalam set MDB. Terus terang, topik di atas tadi paling mengganggu pikiran saya. Saya merasa, selama masih ada IndonesiaTanpaTanpa-an, maka Indonesia masih tidak pro-demokrasi karena demokrasi pro-pilihan. Jangan pilihannya yang dikurangi tapi kedewasaan dalam bersikap yang harusnya ditingkatkan.
Sering sekali terjadi di Indonesia, konflik karena istilah. Konflik karena kata dan maknanya.
Inilah yang mendorong saya membahas tentang kata dan kekuatan yang tertanam dalam kata. Topik ini, sudah pernah dibahas Louis CK, Chris Rock, George Carlin, Richard Pryor, DL Hughley, karena sebagai komika, kami sadar betul kekuatan sebuah kata dan apa yang menjadikan kata tersebut kuat. Bagi saya, membahas ini penting. Selama saya bisa menanamkan argumen saya ke dalam benak penonton, saya sudah cukup puas. Ini kontribusi saya untuk persatuan di Indonesia. Ini cara saya untuk mencoba mengurangi konflik.
Dari Bhinneka Tunggal Tawa sampai Merdeka Dalam Bercanda, saya menekankan pentingnya komunikasi yang berkualitas. Di BTT ada “Memahami maksud dan bukan hanya mencerna apa yang terucap” sementara di MDB ada “Tidak ada kata yang buruk. Kita yang memasukkan konteks dalam kata”
Saya kemudian lanjut berbicara tentang “orang yang marah marah akan cenderung melakukan hal yang bodoh” karena memang di 2012 juga banyak orang yang mengacungkan pistol dan banyak kekerasan masih terjadi di Indonesia. Kemudian saya masuk ke bit terakhir saya yaitu bit Shanghai. Bit yang sebenarnya sudah ada dari lama, tapi saya putuskan untuk masukkan dalam set MDB dengan 2 alasan:
Selalu berhasil membuat pecah
Supaya terdokumentasi dalam DVD.
Usai bit itu saya lempar, saya menutup perjalanan panjang Merdeka Dalam Bercanda.
Lega rasanya.
Bangga juga.
Bahagia yang saya rasakan tidak bisa saya tutupi karena terlalu besar dan seakan meledak ledak.
Saya sudah ke 15 kota
Bertemu 4.690 orang
Stand-Up selama 1.499 menit atau 24 jam lebih sedikit.
Saya naik pesawat, kereta, juga mobil untuk mencapai ke kota kota tujuan MDB.
Akhirnya semua itu usai.
Di tahun 2012, saya telah menjadi komika yang lebih matang dan bahkan setelah melewati pencapaian di atas saya masih tetap bisa ngebom parah (gagal bikin ketawa) sebagaimana yang terjadi kepada saya di acara penarikan nomor urut Pilkada Jabar, live di KompasTV. Mengajarkan saya bahwa jangan sampai segala pencapaian membuat saya lengah dan sombong. Saya harus tetap lakukan persiapan dan harus tetap siaga.
Akibat kejadian saya ngebom kemarin, banyak orang menyalahkan jenis acara, ada yang menyalahkan 5 pasang cagub-cawagub yang nonton jaim (ada Rieke-Teten, Ahmad Heryawan-Deddy Miwar, Dede Yusuf-Laksmana, dll) , atau menyalahkan karakter penonton (800 penonton di sabuga hari itu adalah massa pendukung 5 cagub-cawagub. Masing masing pasangan diminta membawa 150 massa pendukung), atau menyalahkan kompasTV karena menekan saya sehingga materinya tidak bebas dan ada juga yang menyalahkan singkatnya waktu yang saya dapat (4 menit untuk stand-up) sebagai kambing hitam kegagalan saya. Mereka bilang penontonnya tidak mengerti atau penontonnya tidak sopan atau berperangai buruk karena menyoraki saya “TURUUUUUN” dan “NGGAK LUCUUUUU” dan “DANGDUT AJAAAA”.
Padahal, kegagalan saya adalah 100% kesalahan saya.
Begini alasannya, saya membuka set saya dengan bit tentang kota Bandung (sesuai konteksi lokasi tempat saya stand-up). Bitnya berbunyi seperti ini:
“Bandung itu distronya banyak banget, tapi yang bikin pusing bukan distronya melainkan plang info distronya. “Distro A sebentar lagi”. “Distro B sudah dekat”. “Distro C 200m”. Saya jadi pengen bikin distro, toko distronya saya kasih nama “KIAMAT”. Lalu 200 meter dari distro itu saya pasang plang “KIAMAT SUDAH DEKAT”
Joke saya adalah pada “Kiamat sudah dekat” yang mengacu kpd gosip 2012 mau kiamat dan pematahan logika “(distro) KIAMAT SUDAH DEKAT”.
Yang saya tidak tahu (tahu sih, tapi lupa banget hari itu), “KIAMAT SUDAH DEKAT” adalah judul film Deddy Mizwar, calon wakil gubernur-nya Ahmad Herryawan. Gubernur Jabar Incumbunt dari PKS yang akan maju lagi di 2012. Sialnya, kebetulan setelah saya lempar punchline “KIAMAT SUDAH DEKAT”, kameranya menyorot Deddy Mizwar yang terkekeh menonton saya.
Walhasil, 80% isi SABUGA menyoraki saya karena berpikir saya colongan menunjukkan saya mendukung Aher-Deddy Mizwar. Di akhir acara, salah satu cagub sempat bertanya bisik bisik kepada orang KompasTV “Si Pandji itu emang ngedukung Ahmad Heryawan ya?”
Saya gagal hari itu, bukan karena penonton, bukan karena waktu yang singkat, bukan karena orang lain, tapi karena di bit pertama saya sudah membuat penonton hilang simpati kepada saya.
Gara gara ini, apapun yang saya omongkan berikutnya, salah di mata mereka. Makanya mereka ingin saya turun, mungkin mereka sudah males melihat saya dan kuatir saya akan promo colongan lagi.
Hari itu memang antar pendukung cukup rusuh, setiap kali ada yang yel yel dari satu kubu, disambut dengan yel yel lebih keras dari kubu lain. Bahkan ketika McDanny, komika yang hari itu bertugas sebagai MC off air, bikin games untuk penonton, ada pendukung salah satu kubu yang mendatangi McDanny dan protes “Kok ngasih kesempatan menang untuk pendukung Aher-Mizwar mulu sih?” kata McDanny “Ya mereka yang maju untuk menjawab orangnya pinter pinter, makanya dari (kubu) situ majuin orang yang pinter dong!”
Andaikan saya tidak lengah dan melakukan persiapan, modal googling aja, tentu saya akan terhindari dari kejadian ini. Tapi saya angkuh dan lalai dan akhirnya kena batunya sendiri.
Lucu kalau saya pikir pikir.
Pait, tapi lucu banget. Pantesaaan, pikir saya. Ternyata emang saya yang goblok.
2012 telah menjad tahun yang berharga untuk karir stand-up saya.
Kini menjelang 2013, di benak saya tinggal 1:
Saatnya menuju Teater Jakarta.
Saatnya saya raih angka 1200.
Saatnya mulai menulis.
Saatnya kembali openmic.
December 23, 2012
Konser hiphop INDONESIA:
“Be prepared Jakarta, when Public Enemy is on stage we gonna be here for a while..”
Chuck D dengan lantangnya berkata di atas panggung Soulnation festival 2011, dan betul. Yang harusnya mereka manggung kurang dari 1 jam, ternyata usai nyaris 2 jam. Selama Public Enemy manggung, saya yang berdiri di pinggir kanan panggung menyaksikan konser hiphop terbaik yang pernah saya lihat. Bahkan melebihi Glow In The Dark Tour-nya Kanye West di Singapore yang saya tonton 2008 akhir.
Lantang dengan pesan, tanpa surut energi, Public Enemy lagu demi lagu menyuarakan apa yang jadi keprihatinan mereka. Chuck D bukanlah penulis lirik indah, secara teknik mungkin jauh lebih baik Eminem. Chuck D juga bukan tipe rapper seperti Jay-Z atau Lil Wayne yang masuk studio rekaman dan langsung freestyle. Tapi satu hal yang tidak bisa dipungkiri dari setiap liriknya, kita merasakan kejujuran akan keresahannya.
“Elvis, was a hero to most but he never meant nothing to me”
Jelas, jujur dan tajam.
Saya, adalah pria berumur 33 tahun yang hidup melewati banyak fase dalam hidup saya. Lahir di luar negeri, pulang ke Jakarta tinggal di kompleks mewah dengan tetangga tentangga orang asing, orang tua bercerai, keluarga roboh secara ekonomi, Ibu berjuang membangkitkan keuangan bagaikan satu satunya tonggak penyangga yang masih berdiri ketika seluruh tenda pleton roboh, muslim yang masuk sekolah katolik, kuliah ke kota Bandung di era reformasi, belajar berkarya di sebuah kampus seni rupa, bekerja sebagai penyiar dan mewawancara ratusan kehidupan.
Saya punya banyak keresahan.
Hiphop, sebuah kultur yang terdiri dari DJ, MC, Graffitti dan B-Boy, adalah kecintaan saya. Bahkan dihadapkan dengan berbagai jenis musik sebagai penyiarpun, saya selalu cinta hiphop. Hiphop di era 90an ketika masuk Indonesia penuh dengan irama irama selebratif, Dj Jazzy Jeff and The Fresh Prince, Naughty By Nature, RUN DMC, jadi jalan keluar ketika hidup saya lagi terpuruk karena 2 orang yang saya sayangi tidak bisa akur sehingga harus pisah.
Hiphop saved my life.
Di FSRD ITB, seorang senior bernama Sule berkata “Elo kalo suka hiphop jangan Will Smith atuh, NIH gue pinjemin” dan di tangan saya, adalah kaset “Fear Of A Black Planet”, album-nya Public Enemy. Melihat sampul kasetnya saya bingung, ini judulnya kok provokatif banget. Album ini isinya lagu lagu seperti “Fight The Power”, “911 is a joke”, dan “Welcome to the terrordome”. Saya mendengarkan kaset ini, setelah kejadian reformasi 98 karenanya saya sedikit banyak memahami keresahan keresahan yang ada dalam album ini. Semakin saya dengarkan kasetnya semakin saya tambah bingung, albumnya rilis 1990 tapi kenapa saya tidak pernah dengar ya…
***
“Mas Pandji punya 4 album? Nyanyi toh? Kok saya ga pernah tau ya?”
Saya jawab “Ya kalau nyari taunya di Dahsyat dan Inbox ya ga akan pernah ketemu..”
Tahun 2012 adalah 5 tahun saya berkarya di hiphop. Dalam waktu 5 tahun itu, saya melewati banyak keberhasilan dan kegagalan. Keinginan saya untuk terus meneru menelurkan album bertujuan untuk membuat saya lebih terasah dari sisi produksi rekaman, dari sisi penulisan. Orang yang punya album pertama (2008) dan album ke empat (2012) pasti bisa merasakan perbedaan yang cukup signifikan dari teknik rap dan bahkan dari penggunaan kata kata.
Namun jenis musik dan jenis topik saya yang pada akhirnya membuat saya tidak terkenal seantero Indonesia. Dan saya tidak berharap untuk seterkenal Glenn Fredly atau Afgan. Pengen, tapi tidak berharap. Karena saya sadar diri saya, dan sadar musik saya. Musik saya referensinya sempit. Sebuah karya akan bisa dinikmati kalau si penikmat punya referensi yang sama. Kecil kemungkinan remaja se-Indonesia bisa menikmati lagu dengan referensi tentang bekerja (Mulanya Biasa Saja), menikah (Calvin N Susie), punya anak (Maafkan Ayah), mengatur keuangan (Nggak Sekarang), dll
Tapi saya tidak pernah mempermasalahkan itu. Bahkan ketika saya dibecandai “rapper nggak laku” sayapun bisa menertawakan hal itu karena memang, menurut saya lucu. Bedanya adalah, saya tidak benar benar meyakini bahwa saya tidak laku. Saya yakin saya punya jumlah penikmat karya yang sesuai mengingat konteks musik saya. Definisi “laku” dan “sukses” kebanyakan orang adalah hasil dari definisi sudut pandang industri. Saya, di luar industri. Definisi “laku” dan “sukses” kami beda.
“Sukses” menurut industri adalah kaya raya. “Sukses” menurut saya adalah mampu menggerakkan orang untuk melakukan apa yang saya minta dari lagu lagu saya.
“Laku” menurut industri adalah menjual ratusan ribu kopi, ditonton ratusan ribu orang. “Laku” menurut saya adalah dibeli oleh orang orang yang ketika saya manggung bisa ikut melafalkan lagu saya lirik demi lirik selama acara.
Menilik apa yang terjadi di konser peluncuran album 32, di INDONESIA: kemarin, saya bisa berkata bahwa sebagai rapper, saya laku dan sukses. Saya tidak butuh pengakuan industri atau persetujuan publik untuk kesuksesan saya. Kalau anda ada di Museum Nasional hari itu, berdiri di atas panggung dan melihat ke arah penonton anda akan merasakan sensasi yang sama dengan saya.
Mungkin sekitar 500an penonton hadir di Sunken Museum Nasional, dari tiket yang terjual untuk konser hiphop terhitung nyaris 600 termasuk 400 dari tiket terusan. Mereka bayar dari 120ribu-an (tiket terusan) dan 50ribu-an (tiket satuan)
Sekitar setengahnya sudah mengisi Museum Nasional sejak jam 12 siang.
Ketika jam menunjukkan pukul 15.00, Ndru naik panggung dan membuka konser. He went on stage, full of swag. Orang ini, adalah yang membuka pintu untuk saya jadi rapper. Dia ajak saya ke kantor RizkyRekordz di Rempoa. Dia yang memberi dengar beat beat untuk pertama kali, dia yang menemani saya rekaman, dia yang mengarahkan dan membimbing. Endru agak mirip Dr Dre dalam urusan menjadi produser. Menurut Dr Dre sendiri dari film dokumenter “The Art Of Rap” , dia tidak pernah mengubah gaya seseorang, tidak pernah memaksa melakukan sesuatu, Dr Dre hanya membiarkan musisi tersebut jadi dirinya sendiri dan menambahi aspek aspek untuk membuat lagu itu kuat. Soul ID, grup-nya Endru bersama Ms JayDee dan Tabib Qiu bisa jadi grup paling fenomenal di mata saya. Bukan hanya secara industri mereka diterima (Soul ID ini kalau urusan jam terbang manggung di TV udah setinggi Everest) dan album terakhir mereka LIKE LOVE LIFE double CD! Kini dia punya proyek solo dan menelurkan album RAPUTASI II yang bisa diunduh gratis di sini
Ketika Ndru membawakan lagu lagunya, penonton semakin banyak yang merapat. Saya sendiri masih sibuk berdoa supaya tidak hujan. Bahkan ketika Ndru turun, saya nggak sabar ingin segera naik… bukan apa apa, takut keburu hujan.
Intro lagu pertama berkumandang. “Kami Tidak Takut”. Satu satunya lagu saya yang me-nasional. Itu juga bukan karena usaha saya, lebih karena keadaan yang menjadikan demikian. Ketika saya naik panggung, saya sempat lihat ke langit sedikit, lalu menatap ke arah penonton. Setelah saya melihat penonton, saya lupa akan cuaca. Saya terlalu bahagia untuk kuatir soal cuaca
Lagu “Kami Tidak Takut” saya medley dengan “DPR” dua lagu kuat yang hentakannya saya anggap cocok untuk membuka. Dua lagu yang saya cukup yakin penikmat karya saya hafal. Baru kemudian saya lanjutkan dengan single pertama saya dalam karir, lagu pertama yang saya rilis, lagu berbahasa inggris yang isinya keinginan untuk menceritakan Indonesia yang sesungguhnya kepada dunia, “You Think You Know (Indonesia)” bersama istri Gamila Arief. Kemudian saya membawakan LXIX yang saya selalu sukses membuat penonton goyang.
Setelah 4 lagu berturut turut, baru saya menyapa dan membuka konser.
Berbincang dengan penonton adalah kesenangan saya, bahkan kalau nggak dijagain bisa kebanyakan ngomong. Sadar bahwa ada 20 lebih lagu yang harus dibawakan, saya langsung ke lagu selanjutnya GR bersama Abenk dari Soulvibe. Lagu ini versi live-nya keren banget. Salut kepada band saya Soulneta yang level musikalitasnya jauh di atas rata rata. Abenk added the coolness of the song with his own brand of swag and poise. Jomplang banget kerennya antara dia dan saya.
Setelah lagu GR yang membahas isi kepala pria yang menikah, saya lanjutkan dengan lagu “2nd Born” yang sebenarnya adalah lagu Ndru dari album Raputasi II namun Ndru berbaik hati dan membolehkan saya bawakan lagu tersebut di set saya, bersama Saykoji kami langsung membawakan lagu paling oenjoe hari itu. Saya kadang pengen ketawa sendiri setiap kali saya ucapkan lirik saya “Ayah memang dulu sedikit bajingan”, Ndru dan Saykoji selalu nyaut “Emang!”
Setelah membahas menjadi Ayah, saya bawakan lagu “Ode Untuk Ayah” yang saya tulis pada malam ketika Ayah saya meninggal. Ketika intro dimainkan, saya bertanya “Siapa yang sudah ditinggal Ayahnya?” dan saya lihat ada banyak tangan terangkat.. Di depan saya, sebelah kanan panggung ada perempuan yang tidak bisa menahan tangis, menunduk menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil dirangkul pasangannya. Saya sendiri susah untuk menahan agar tidak nangis tapi saya mati matian menghalau tangis. Karena saya kalau nangis jeleknya ampun ampunan. Masak mau keliatan jelek di konser sendiri? Ketika saya mengucapkan lirik “Kau Adzan di kupingku waktu aku pertama kali dilahirkan di dunia, kini aku Adzan untukmu berlutut di sampingmu, sesaat sebelum kita pisah..” saya langsung mundur dan membiarkan Teddy Adhitya menyanyikan chorus. Sementara saya mencoba untuk menguasai diri.
Setelah itu, di saat keadaan lagi galau, tiba tiba ada suara cempreng kampret yang langsung nyela nyela saya. Si Tompi naik panggung. Kalau sudah berdua satu panggung, neraka dan isi isinya keluar dan nontonin kami saling cela. Rasanya saya dan Tompi sama sama tahu ini adalah tontonan langka yang hanya bisa terjadi kalau ada kami berdua 1 panggung. Kadang saya yang diajak ke acara dia, kadang dia yang saya ajak ke acara saya. Tapi intinya sama, freestyle kami adalah hiburan yang tiada duanya. Sialnya, urat nyela-nya Tompi emang lebih tebal daripada saya, rata rata saya mulu yang kalah kalau battle dengan dia. Biarlah, kalau nggak gitu ntar dia ga mau lagi saya ajak manggung bareng.
Setelah itu kami langsung membawakan lagu “Ada Yang Salah” dari album pertama yang jadi lebih nge-groove karena ketukannya kami buat lebih cepat. Lagunya jadi lebih asik dan tidak dragging. Bawainnya juga lebih nikmat.
Setelah lagu “Ada yang salah” suasana sudah bergeser jadi lebih kritis dan meninggalkan tematik keluarga. Lagu selanjutnya adalah “Atas Nama Kebenaran” tentang polisi korup bersama Bayu dari Soulvibe. Ini lagu favorit banyak orang juga karena mungkin kita semua sama sama pernah mengalami “berdamai” dengan polisi. Orang mungkin bingung mengapa kedua vokalis Soulvibe saya ajak kolaborasi dalam lagu lagu saya. Jawabanya karena mereka bukan hanya suaranya bagus, mereka juga keren. Bayu juga demikian. Saya seneng dengan vokalis yang punya kharisma dan gaya yang bisa memberi warna penampilan di panggung.
Setelah itu, saya berbicara tentang tiadanya idola. Di 2000an ada tokoh Rangga dari AADC, tahun 90an ada Lupus, tahun 80an ada Si Boy. Jaman dulu, belum caem jadi cowok kalau mobilnya nggak ada tasbih gelantungan di spion dan sajadah terlipat di jok belakang. Setelah itu, saya membawakan lagu “Catatan Si Boy”.
Bait pertama saya nyanyikan sendiri, bait ke dua, Mas Ikang Fauzi menerobos masuk panggung sambil teriak “HAI GUUUUUUUYYSSS!!!!”
Mas Ikang semangatnya tidak beda dengan ketika beliau muda di jaman lagu ini baru keluar dan meledak seantero Indonesia. Penonton melihat beliau juga tidak kalah gilanya, langsung nyanyi nyanyi dan teriak teriak.
Ada banyak momen yang tidak terlupakan sore itu.
Ada momen di mana saya mengajak semua penonton nyanyi “Aku Milikmu” Dewa19
Ada momen ketika EMIMEN (Ge Pamungkas) muncul dan kami membawakan “Forgot About Dre”. Banyak yang bertanya mengapa saya membawakan lagu itu, pertama itu lagu favorit saya. Berhubung ini acara saya, kenapa tidak saya bawakan? Kedua, Dr Dre itu semacam idola bagi Ndru orang yang berjasa untuk karir saya, jadi ini semacam kado. Ketiga, saya rapper. Bagian dari kultur hiphop. Saya ingin membawakan lagu ini sebagai penghormatan kepada kultur hiphop terutama hiphop Indonesia yang hari itu hadir di antara penonton. Yang saya lihat ada Remon Nessa, John Parapat dari Sweet Martabak / P-Squad, ada Mbak Gita Riupassa, ada Lady GAN dan kayaknya ada Udet dari NEO tapi saya kurang yakin.
Ada momen di mana saya membawakan “Menolak Lupa” dengan mengangkat gelas berisi orange juice ketika Pangeran Siahaan berkata “Mereka bisa meracuni satu gelas saja, tapi takkan bisa meracuni gelas sebangsa”. Bagian itu selalu Pange yang ambil karena memang kutipan itu saya dapatkan dari dia.
Ada momen merinding ketika kami membawakan lagu “Menoleh” dengan intro gitar ala Rocket Rockers atau Peewee gaskins. Kemudian di tengah tengah Glenn Fredly masuk menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka”.
Saya punya pengakuan yang agak aneh. Lagu “Menoleh” mungkin sudah sering saya bawakan. Salah satu yang tersering bahkan. Tapi hampir setiap kali membawakan lagu itu saya selalu merinding terutama bagian setelah nyanyi Indonesia Pusaka kemudian masuk lagi ke lagu “Menoleh”. Saya tidak habis pikir. Kenapa badan saya seperti tidak pernah bosan mendengarkan lagu itu? Kenapa tangan saya selalu merinding? Sering kali saya tunjukkan ke Pangeran atau ke penonton, takutnya mereka tidak percaya. Hal sama terjadi kemarin. Adrenalin meledak ledak dari dalam diri dan ketika tangan terkepal ke udara, seluruh penonton yang hadir ikut mengangkat kepalan mereka.
Amazing.
Yang juga untuk saya rasanya mengagumkan, melihat reaksi dan antusiasme penonton terhadap “Lagu Putus”. Saya ingat dalam hati berkata “Oooh gini toh rasanya punya hits” karena Lagu Putus ini entah kenapa begitu disukai banyak orang. Padahal secara lirik dan flow biasa saja menurut saya.
“Untuk Sahabatku” kemudian saya bawakan. Bersama Davina Raja yang saya yakin bersama The Extralarge akan jadi Indonesia’s next big thing. And i dont mean literally. Saya sengaja menaruh lagu “Untuk Sahabatku” di bagian belakang acara. Lagu ini saya tulis dengan kesadaran bahwa sudah 5 tahun sejak saya pertama kali berkarya. Dalam 5 tahun tersebut, ada mereka yang menjadi penikmat setia karya saya. Musik, buku, komik, stand-up, acara TV, mereka semua mendukung dan menikmati dan bahkan bersedia mengapresiasi dengan cara membeli. Karena itu ada lirik
“Ku tahu ku jauh dari sempurna, mulutku sembarangan dan perangaiku tak beraturan. Trima kasih kita masih berjalan bersama, tembus badai opini dan tsunami hujatan. Terima kasih atas keyakinan. Agar meragukan tapi argumenku beralasan.
Mencoba memahami sebelum membenci, memperkuat tali persahabatan”
Terakhir saya membawakan “Lagu Melayu” yang ternyata begitu dicintai penonton konser tersebut. Semuanya ikut bernyanyi, semuanya ikut bergoyang, semua ikut bertepuk tangan mengiringi usainya penampilan saya bersama Soulneta.
Keluar dari mulut saya ditengah tengah lagu “Kalau yang nonton Stand-Up Comedy rame mah wajar, soalnya lagi ngetrend. Tapi ini konser hiphop. This is my struggle, this is my hard work”
I meant every single word.
Saya memulai dari nol. Saya berjibaku jungkir balik banting tulang dari album ke album dari panggung ke panggung.
Untuk bisa sampai kepada hari di mana 500 orang datang, bayar, ngerap setiap lirik, melompat, menari, mengepalkan tangan ke udara, adalah hasil dari kerja keras saya. Hasil dari memeras otak saya.
Saya bangga dan ketika saya mengangkat kedua kepalan ke udara, saya merayakan kemenangan saya.
Saya sejenak berhenti dari menulis ini dan menutup mata, mengingat kembali hari itu, merasakan euforianya, merasakan semangatnya..
Ingin nangis rasanya. Saking bahagianya.
Entah anda bisa membayangkan atau tidak, tapi hari itu saya melemparkan lirik yang saya yakini, yang saya percayai, saya tidak menulis untuk publik, saya menulis untuk saya, jadi berdiri di atas panggung melemparkan emosi saya dan disambut dengan penonton enerjik yang ikut melafalkan lagu saya lirik demi lirik itu luar biasa.
Mungkin saya menganggap rendah musikalitas saya, sehingga saya tidak siap dan seakan tidak percaya lihat orang sebanyak itu sehafal itu. Ada orang orang yang bergoyang sambil menutup mata menengadahkan kepalanya ke langit, ada yang sambil menunjuk ke arah kami di panggung meneriakkan setiap lirik sampai berurat lehernya. Dari penonton yang berdiri tepat di depan barikade, hingga yang di belakang berdiri di atas kursi taman bersorak sambil mengangkat tangan. Semua nampak puas dan senang.
Terlihat amatirnya saya, ketika selesai membawakan lagu terakhir, penonton teriak “Lagi, Lagi, Lagi, Lagi!” meminta encore dan saya tidak siap. Kaget dan bingung. Harusnya saya siapkan 1 lagu pamungkas. Atau mungkin kami bawakan saja lagu yang kami sudah sering bawakan.
Tapi saya malah bilang “Nggak ada (encore), latiannya Cuma buat segitu..”
-_-* superstar macam apa jawabannya gitu?
Sebelum turun panggung saya melihat ke arah langit. Tidak satu tetespun turun.
“Gue disuruh pake pawang tapi gue nggak mau, karena gue punya Tuhan” ujar saya tanpa rencana akan berkata demikian, disambut tepuk tangan penonton.
Sambil turun panggung, saya tersenyum puas. Zaindra membuka jalan memastikan saya bisa segera sampai ruang tunggu tanpa tertahan. Saya perlu istirahat sebelum naik lagi 1.5 jam kemudian untuk Stand-Up.
Di ruang tunggu, teman teman dan sahabat mengucapkan selamat.
Saya duduk kecapekan.
Bukan ngerap 2 jam yang membuat saya lemas, tapi energi penonton yang membakar adrenalinlah yang membuat energi saya meledak ledak.
Sementara yang lain lepas bercanda sambil minum soda, saya diam dipojokan, mengatur nafas, seperti bertapa.
Sebentar lagi, saya akan menghibur penonton yang lebih banyak di panggung selanjutnya
I was ready
December 18, 2012
happy that way
Tidak ada waktu untuk merayakan.
Pagi hari tanggal 9 Desember, sehari setelah acara besar yang saya dan manajemen kerjakan, kami sudah harus bersiap di Monas karena saya dan band manggung di acara Hari Anti Korupsi Internasional yang dijalankan KPK. Sorenya saya ngerap lagi di perayaan 10 tahun Creative Commons di Pacific Place, berturut turut setelah itu saya harus terbang ke Bali dan Jogjakarta untuk bekerja.
Padahal idealnya, tanggal 9 Desember harusnya bangun siang, nyantai. Sruput sruput kopi sambil ngecek @mention dan membaca kepuasan penonton yang hadir di Museum Nasional untuk acara INDONESIA: , sebuah acara besar terdiri dari konser hiphop, tur museum, stand-up special dengan total penonton 1000 orang.
Saya berharap, tapi tidak yakin bahwa tiket akan terjual semua. Apalagi hanya dalam 5.5 jam. 400 tiket pertama dalam 35 menit, 600 sisanya dalam 5 jam. Saking cepatnya, rangkaian rencana promosi saya jadi buyar dan tidak terpakai karena tiketnya sudah habis.
It was memorable, probably the best day in 2012, the best stage experience for me rapping and doing stand-up.
Saya akan menulis tentang acara INDONESIA: dalam 3 tulisan.
Tulisan pertama adalah mengenai Konser Hiphop, peluncuran album 32.
Tulisan ke dua adalah mengenai Stand-Up Special, Merdeka Dalam Bercanda
Namun sebelum 2 tulisan tersebut, saya akan menulis dalam posting ini:
10 Hal Kurang-Penting-Sih-Sebenarnya-Tapi-Gapapa-Buat-Lucu-Lucuan-Aja dari Balik Layar INDONESIA:
1. Run For Your Life.
Walau memang banyak orang yang bertanya setelah INDONESIA: apakah saya kurusan, tapi lebih banyak yang penasaran bagaimana caranya saya menjaga fisik tetap prima seharian setelah ngerap 2 jam, dihajar stand-up 1 jam 45 menit lalu masih foto foto dengan para penikmat karya selama hampir 1 jam.
Jawabannya adalah, karena selama 2 bulan lebih saya sengaja menyiapkan fisik dengan jogging 2-3 kali seminggu, setiap joggingnya hanya 30 menit tapi stabil larinya dan setiap habis jogging saya melakukan core-muscle drill yang saya dapatkan dari Richard “Nsane” Latunussa, sahabat saya seorang legenda streeball Indonesia. Kalau saya hanya bisa 1 atau 2 kali jogging biasanya saya tambah dengan futsal dan basket.
2 hari sebelum tanggal 8, saya bersama Happy Ballers bertanding basket di Hoops Arena, kemang. Selama bertanding saya tidak merasa lelah sama sekali, nafas masih teratur, saat itulah saya tahu “Im ready”
2. Porak Poranda
Mereka yang datang ke INDONESIA: pasti sadar bahwa Museum Nasional sedang direnovasi sehingga banyak akses yang ditutup dan masuk area acara lewat basement. Kami dari pihak manajemen, juga dapat kabar bahwa Museum akan direnovasi 2 MINGGU sebelum acara. Padahal saya sudah dapat konfirmasi penggunaan Museum Nasional untuk acara sejak bulan Juni 2012. Pihak Museum memohon maaf yang sebesar besarnya dan berkata bahwa harusnya dana ini turun sekitar februari-maret tapi karena baru turun sekarang ya terpaksa dikerjakan sekarang. Kalau tidak dikerjakan nanti akan dipertanyakan kemana uangnya.
Niat awalnya, penonton turun dari area ampitheatre di depan halaman dan turun ke area konser hiphop di bawah, tapi karena renovasi akhirnya gerbang masuk dilakukan lewat basement.
3. Kejutan
2 minggu sebelum hari H saya melihat urutan lagu di konser peluncuran album 32. Lalu saya menyadari ada yang kurang dalam urutan lagu tersebut. Mereka yang terbiasa datang ke konser saya, pasti terbiasa bertemu kejutan kejutan. Waktu Soulnation 2009 ada kejutan Glenn dan Abdee Slank, waktu Soulnation 2010 ada Kaka Slank muncul di layar dan Iwa K menutup dengan lagu “Bebas”.
Urutan lagunya, kehilangan elemen kejutan yang bisa membuat penonton terkejut dan berteriak kaget. Saya berpikir keras kira kira siapa musisi yang bisa saja ajak naik ke panggung yang akan bikin semua orang kaget berapapun umur yang menonton, bisa menghidupkan panggung, dan jadwalnya lowong sehingga masih bisa dihubungi H – 2 minggu. Tiba tiba terpikir di benak saya “Ikang Fauzi”.
Melihat reaksi penonton pada hari H ketika Mas Ikang naik panggung berteriak “Hai Guuuuyys!!!”, rasanya keputusan yang tepat mengajak Mas Ikang.
Saya sudah 3 kali manggung bareng dengan Mas Ikang. I guarantee you, every opportunity working together brings crazy stories.
4. Ganti urutan
Satu lagi momen “WTF” ketika konser 32 adalah ketika saya tiba tiba mengganti urutan lagu. Harusnya membawakan “Lagu Putus” dulu, tapi kemudian saya tukar dengan “Mulanya Biasa Saja” bersama Angga. Penonton pasti bisa melihat kebingungan di antara saya dan band Soulneta.
Ini terjadi karena Ryan Valentinus yang harusnya hadir untuk membawakan “Lagu Putus” bersama saya, masih kena macet di jalan. Dia baru mendarat dari Singapore jam 15.00 dan ngebut menuju Museum Nasional untuk manggung jam 17.00. Ketika waktunya membawakan “Lagu Putus”, Ryannya belum muncul. Tadinya saya mau langsung membawakan saja “Lagu Putus” tanpa Ryan tapi masalahnya si Pangeran yang bertugas bukan hanya jadi hype-man tapi juga mengambil vokal laki laki tidak hafal liriknya. Kalaupun hafal, dia bilang dia tidak bisa cengkoknya
Rifka (yang di balik laptop megang sequencer) menyarankan ditukar saja dengan Angga toh orangnya sudah siap. Ya sudah akhirnya kami tukar dan ketika lagu itu hampir selesai saya nengok ke samping sudah ada Ryan nyengir nyengir di samping panggung.
Ketika naik panggung kami berjabat tangan dan genggaman dia kenceng banget seakan berkata “Im glad i got here on time”
Ketika selesai acara dia cerita, pas naik taksi dia langsung bilang ke supirnya “Pak, Ke Museum Nasional . Ngebut ya, saya ada tugas kenegaraan”. Supirnya bilang “Siap pak”
5. Persiapan Sepatu
I have a thing with sneakers.
Hampir setiap kali saya manggung, saya menggunakan sneakers khusus.
Waktu Soulnation 2009 saya secara khusus beli sneakers ungu karena mau membawakan lagu judulnya BABYPLUM
Waktu Bhinneka Tunggal Tawa saya pakai sneakers hijau favorit saya
Waktu INDONESIA: saya pakai sneakers LEAGUE yang sudah saya beli dan saya simpan selama 4 bulan. Sepatunya tidak pernah keluar dari boks-nya sejak saya beli.
Sialnya, suatu hari rumah saya direnovasi dan kami sekeluarga mengungsi ke rumah mertua. Pas saya datang ke rumah mau mencari sepatu itu, boksnya ga jelas ada di mana. Sepatunya ga ketemu ketemu sampai H-1, ternyata boksnya nyempil di antara boks boks tempat masukin barang barang selama renovasi.
Untung ketemu, kalau engga buat apa nyimpen nyimpen selama 4 bulan kalau akhirnya ga kepake juga
6. Tanpa Pawang
Mungkin penonton masih ingat, setelah konser selesai saya sempat berkata “Gue disuruh pake pawang tapi gue nggak mau, karena gue punya Tuhan..”
Orang orang bersorak mendengar ucapan saya, padahal yang terjadi tidak demikian.
Sekitar 1 bulan sebelum penyelenggaraan, saya dan pihak manajemen rapat koordinasi. Zaindra, yang bertanggung jawab terhadap segala hal teknis bertanya kepada saya “Elo mau pake pawang nggak Dji?”. Saya jawab saya sih tidak percaya pawang. Zaindra tapi kemudian memastikan dia akan tetap sewa pawang “Buat jaga jaga” katanya.
Hari H saya bertanya kepada Zaindra pagi pagi “Zain, pawang lo mana?”
Zaindra menjawab “’Nggak jadi.. Moga moga ga hujan”
Saya agak degdegan.
Apalagi sekitar 1 jam sebelum konser dimulai Adriano nanya “Lo pake pawang ga sih?” saya jawab “Engga..”
Ketika kami mulai bersiap di samping panggung, saya panik bukan main. Dikit dikit liat ke arah angin mencoba menebak arah anginnya ke mana. Karena sebagian berawan dan sebagian terang. Saya ingat ingat lagi, setiap hari selama beberapa minggu selalu hujan setiap sore sampai malam.
Kalau ada yang memperhatikan, pasti bisa melihat mulut saya komat kamit kayak pawang di pinggir panggung. Saya sedang berdoa. Meminta kepada Allah SWT supaya tidak hujan. Saya ulang ulang kalimat “I believe in You. I believe in You. I believe in You.”
Makanya ketika ternyata tidak hujan sampai akhir konser, kalimat tadi keluar dari mulut saya. Bahkan hujan tidak turun di Museum Nasional hingga acara usai.
Ketika saya cek twitter, hari itu hujan di daerah lain di Jakarta.
Some might say its a coincidence. Other will say that God really do answer prayers.
7. Jangan bilang siapa siapa
Acara Merdeka Dalam Bercanda Jakarta, diliput KompasTV karena akan dijadikan tayangan spesial malam tahun baru. Untuk kebutuhan gambar, kameraman KompasTV memasang kamera dari tengah malam ke arah panggung untuk buat “time lapse”, sebuah tayangan yang gambarnya dibuat super cepat dengan frame kamera yang tetap supaya menampilkan proses dari areanya masih kosong, lalu dibangun panggung, lalu dipasang sound system dan lighting, lalu ada saya latihan, dst.
Ketika kamera time lapse itu dipasang dan dinyalakan, seorang pengawas dari pihak museum bertanya untuk apa rekaman seperti itu, kru kompasTV menjawab untuk bikin time lapse. Ucapan sang pengawas kemudian agak bikin kuatir “ Mas, kalau nanti pas ditonton ada sosok sosok tertentu, jangan dipublikasikan ya… kasian nanti ga ada yang mau datang ke museum..”
-_-*
Untungnya, memang tidak ada sosok sosok yang dimaksud. Kru kompasTV bilang empat ada sosok besar gembul mondar mandir di atas panggung, tapi setelah kami lihat tayangannya sama sama, ternyata itu saya lagi latihan.
8. Last minute help
Selama turMDB di 15 kota, saya membawakan materi yang kurang lebih sama. Kecuali, bit2 saya tentang FPI, liberalisme dan pluralisme. Bit itu saya siapkan memang untuk Jakarta. Saya sempat membawakan bit tersebut di kota Makassar, SIngapore dan Cirebon dalam rangka latihan. Tapi setiap kali saya membawakan bit itu, tidak pernah terasa sesukses yang saya harapkan.
Di jakarta, sebelum hari H saya sempat bawakan di OpenMic Jakarta Barat, Central Park Mall Slipi. Tapi belum berhasil. Sepulangnya dari situ, saya cerita kepada istri saya Gamila yang memang selama ini sering saya jadikan comedy buddy. Bhinneka Tunggal Tawa, banyak yang merupakan hasil comedy buddy-an dengan dia.
Ketika saya coba bawakan Chunk (sekumpulan bit dengan tema yang sama) FPI di depan dia, Gamila Cuma diam dan kemudian berkata “Menurutku…. kamu terlalu sok pinter”
-_-*
Gamila kemudian bilang, bit itu terlalu mengumbar fakta dan kurang membumi. Dia kemudian nyuruh saya untuk menarik kembali ujung ujung dari setiap bit dikaitkan dengan diri saya pribadi (menjadi Ayah, suami, dll) dan ditutup dengan apa yang jadi andalan saya yaitu ekspresi, act out dan story telling.
Saya coba tulis ulang malam itu bersama dia, kami ketawa ketawa dini hari, kemudian saya jajal di openmic Coffee Toffee hanglekir 5 hari sebelum acara. Reaksi yang saya cari, berhasil di dapat.
Walhasil, chunk FPI di MDB JKT wujudnya beda dengan yang ada di kota kota sebelumnya.
Untung ada Gamila, di saat saat terakhir menjelang INDONESIA:
9. Ritual yang hilang
Kalau anda perhatikan baik baik sebelum saya stand-up, selalu saya menepuk lantai panggung keras keras.
Its like a ritual for me. I just have to do it.
Saya pertama kali lakukan ketika Bhinneka Tunggal Tawa dan rasanya semua grogi saya keluar dan lepas seiring saya hajar lantai panggung tersebut.
Di seluruh kota turMDB saya melakukan ritual tersebut, kecual: Jakarta.
Sesaat sebelum naik tangga menuju panggung, saya tidak tenang. Bukan memikirkan set dan bit bit saya, tapi memikirkan teknis: Apakah kurang dingin ACnya, apakah sound cukup jelas, saya harus ingat bloking dan arah jalan saya supaya memudahkan kameraman yang berdiri di depan saya .
Terlalu banyak hal hal teknis yang ada di kepala saya sehingga saya lupa menepuk panggung sebelum naik.
Di atas panggung saya juga baru sadar 1 hal: Tidak ada stool. Alias kursi kayu yang jadi ciri khas stand-up comedy.
Tapi saat itulah saya sadar bahwa hal hal kecil seperti ritual tadi tidak sepantasnya mengganggu performa saya, dan memang tidak sama sekali. I did a 1 hour 45 minute set and it felt awesome
10. Tidur Sendirian
After the INDONESIA: show, i felt like a superhero. Seperti tentara yang menang perang. Seperti memenangkan final NBL, seperti Ali setelah meng-KO George Foreman.
Idealnya, saya menutup hari dengan tidur bersama istri dan 2 anak saya yang manis manis
Kenyataannya tidak demikian. Rumah saya yang direnov malam itu kosong karena tukang tukangnya sudah selesai bekerja dan tidak lagi menginap di sana. Supir saya sedang tidak bisa menginap dan menjaga rumah. Terpaksa, saya yang tidur di sana 1 malam untuk menjaga rumah.
Jadi sepulangnya dari Museum Nasional, saya antar istri ke rumah mertua. Cium anak anak saya yang sudah tidur lelap, nyetir ke rumah, buka gembok, masuk rumah, nyala nyalain lampu, masuk kamar dan rebahan di kasur yang kosong.
Home alone.
I was brought down to Earth.
Its like Spiderman, after webslingin all day, he comes home to his humble reality just like i came home to my humble reality:
Im not a superhero, im just a regular dude with regular problems.
And its okay.
With all the things that happened that day, im thankful.
Im happy that way.
December 17, 2012
Be yourself, and be proud of it
“If you would teach a new rapper to be great, what’s the 1st lesson you’d give him?” –Ice T-
“The 1st thing i would ever teach him, would be originality” – Big Daddy Kane-
Sering dibicarakan. Bahkan mungkin terlalu sering dibicarakan tanpa benar benar dipahami apalagi dipraktekkan.
Istri saya suatu hari tiba tiba bergumam “Ada 7 miliar orang tinggal di Bumi… ngapain pusing mikirin orisinalitas.” She has a point. You just have to BE original instead of always worrying about wether this and that is original or not. Orisinalitas tidak harus dikuatirkan, bahkan tidak perlu dibicarakan. Orisinalitas itu harus dijadikan. Percuma memikirkan tentang orisinalitas. Ada 7 miliar orang di muka bumi, ketika kita memikirkan sesuatu, hampir dipastikan ada orang lain yang memikirkan hal yang sama. Semakin banyak persamaan antara 2 orang, semakin besar kemungkinan dia memikirkan hal yang sama. 2 orang, sama sama tinggal di Indonesia, mungkin akan memikirkan keadaan Indonesia yang sama. Atau 2 kota di yang sama, mungkin akan sama sama memikirkan masalah kemacetan yang sama. Atau 2 orang tinggal di kompleks perumahan yang sama, mungkin akan sama sama memikirkan keamanan perumahannya. Apalagi kalau ada 2 orang yang tinggal di rumah yang sama, akan terpikir hal hal yang sama, misalnya membersihkan rumah yang menurut mereka berantakan, walaupun 2 orang itu tidak saling berkomunikasi.
Saya punya bit stand-up tentang kecoak, teman saya Awwe stand-up comedian brilian dari Bekasi juga punya bit tentang kecoak? Anehkah? Sama sekali tidak aneh, kami sama sama tinggal di lingkungan dengan kecoak bersliweran. Raditya Dika dan Ellen Degenerees sama sama punya bit tentang orang keramas di iklan shampoo keliatan bahagia. Anehkah? Sama sekali tidak aneh, mereka sama sama tinggal di dunia dengan iklan shampoo yang sama sama menampilkan bintang iklannya keramas dengan ekspresi bahagia. Saya dan Muhadkly Acho punya bit tentang perempuan suka cukur alis. Anehkah? Sama sekali tidak, karena perempuan di seluruh dunia ini banyak yang melakukan hal demikian.
Yang perlu kita lakukan adalah, yakinkan bahwa ide itu memang datang dari kepala kita lalu jujur saja dengan itu. That’s already enough originality. Karena jaman sekarang, orang yang mencontek, mencuri karya kita yang orisinal akan mudah sekali ditemukan. Semakin orisinil karya kita, semakin mudah kita bisa mengangkap pencurinya. Semudah menemukan orang yang mengcopy-paste tweet kita di twitter tanpa menyebutkan bahwa kalimat itu datang dari kita…
Bagi orang itu, tidak ada salahnya karena “Tidak ada yang rugi. Pandji kan ga menjual, dia ngetweet doang. Gue ga merugikan siapa siapa”. Anggapan itu salah, saat itu memang dia tidak merugikan saya tapi mari kita telaah lebih dalam.
Sesungguhnya,dengan mencuri tweet saya dia merugikan dirinya sendiri. Karena kalau hal hal kecil yang tidak berarti saja dia mau curi, apalagi kalau ada kesempatan untuk mencuri hal hal yang lebih besar nilainya? Kalau saya tidak menegur, mungkin dia tidak akan tahu itu salah dan kelak mungkin akan mengulangi dengan tingkatan yang berbeda. Misalnya, mencuri tesis / karya tulis orang lain untuk jadi tesisnya (seperti yang sudah pernah terjadi berulang kali di Indonesia) atas alasan “tidak merugikan orang lain”. Atau bahkan mencuri hak milik orang lain karena “Tidak mungkin ada yang tahu”. This stealing cycle has to stop. Kalau anda punya peluang untuk menghentikannya, lakukan. Mencuri bukanlah soal ketauan atau tidak, mencuri harusnya soal integritas.
Lalu bagaimana saya bisa menemukan ini? Sederhana sekali. Orang orang yang melaporkan pencurian ini kepada saya. Di dunia yang berjejaring ini, mudah sekali menemukan pencuri karya, karena di dunia yang berjejaring ini, karya orisinal kita tersebar ke mana mana dan banyak orang yang akan mengenali. Dengan itu, ketika orang lain membawakannya atau menggunakannya, orang orang akan dengan cepat mengenali. Orang yang mengenali inilah yang akan melaporkan kepada kita Inilah yang terjadi ketika Saykoji menemukan lagunya dibawakan oleh rapper malaysia plekplekan, juga bagaimana seorang stand-up comedian ketangkap basah membawakan bit bit orang lain alias mencuri materi orang lain dan tidak menggunakan materinya sendiri. Saya pernah dicuri bitnya (tentang perbandingan ganja dan rokok) dan orangnya tertangkap karena yang menonton mengenali itu karya saya. Sammy (@notaslimboy) juga bit bitnya pernah di pakai oleh peserta audisi Stand-Up Comedy Indonesia KompasTV. Tapi akhirnya tertangkap karena kami yang menyaksikan mengenali bit itu milik Sammy. Kuncinya adalah, karya kita begitu orisinil sehingga orang lain akan mengenali bahwa karya tersebut adalah milik kita.
Pertanyaan: Bagaimana membedakan sebuah karya ini curian dan bukan terinspirasi dari hal yang sama? Apa yang beda dari bit stand-up yang dicuri (kasus bit saya tentang ganja yg dicuri) dan bit stand-up yang terinspirasi dari hal keseharian yang sama? (bit kecoak saya dan awwe sama) Jawabannya adalah: Kesamaan karakterisitik karya.
Mari kita lihat lagi foto tadi, perhatikan kata katanya, tanda bacanya dan terutama jam ketika tweet itu dilemparkan. Karakteristik antara 2 tweet tadi benar benar banyak kesamaannya (iyalah banyak, wong dicontek) dan tweet saya muncul lebih dulu dari pada dia. Mudah sekali bagi orang untuk berkesimpulan, orang di atas mencuri tweet saya. Sekali lagi saya tekankan, semakin orisinal karya anda, semakin mudah dan besar motivasi orang untuk mencuri. Tapi juga semakin mudah untuk orang menemukan dan melaporkan pencurian itu untuk anda dengan jejaring sosial ini.
Bagaimana kita menyikapi pencurian ide ini? Mengingat kultur bebas ini sulit untuk diakali, maka saran saya ikuti apa yang dilakukan rapper yang satu ini:
“If niggaz bite my shyt, i’ll just make another one”
- Kanye West -
Kalau orang mencuri ide kita, dia pasti akan tertangkap basah. Dan kita? Kita bikin lagi saja ide yang orisinal dan keren. Dia hanya bisa meniru, kita bisa terus membuat yang baru. Sekarang, bagaimana berkarya yang orisinial? Steve Jobs orang yang berulang kali mengubah peta permainan bisnis pernah berkata seperti ini:
“I want to put a ding in the universe”
–Steve Jobs-
“If you want to make a living out of music in the digital world, you have to start like Steve Jobs , make a Ding. By making something thats just you”
– Gerd Leonhard, Futurist-
Ada yang ingat lagu “Rumah Kita” milik Godbless yang dibawakan ulang oleh musisi musisi yang tergabung dalam “Indonesian Voices” dalam album “A Tribute To Ian Antono”? Isinya ada banyak musisi, tapi hanya dengan mendengarkan suara suaranya saja tanpa lihat videoklipnya, kita bisa tahu siapa saja yang ikut mengisi. Bagian pertama adalah Armand Maulana, dilanjutkan oleh Andi RIF, kemudian Glenn Fredly, dan seterusnya. Kita bisa mengenali, karya mereka masing masing punya karakter. Karakter inilah yang menjadi ciri khas dan tersinar dalam karya karyanya sehingga jadi khas dan… orisinal.
Menjadi orisinal sebenarnya susah susah gampang, kita hanya perlu menjadi diri sendiri karena setiap individu adalah unik. Masalahnya, banyak orang belum menemukan siapa jati dirinya dan kalaupun tahu jati dirinya tidak banyak yang percaya diri atau berani untuk menjadi diri sendiri di depan umum.
Ilustrasi sederhananya adalah, banyak penyiar radio yang suara, cengkok, logatnya sama, padahal kalau bicara sehari hari gayanya tidak seperti itu. Kemungkinannya ada 2, disuruh atasannya atau tidak pede menjadi diri sendiri sehingga dia memilih jadi serupa penyiar kebanyakan yang terbukti diterima masyarakat. Yang manapun itu, salah. Menjadi orisinil bukan hanyalah berbicara soal kejujuran dalam berkarya, tapi bahkan dunia bisnispun menuntut orisinalitas dan terutama subjektifitas.
Maksudnya begini, setiap individu adalah bagian dari sebuah ceruk dan biasanya diri kita merupakan bagian dari beberapa ceruk. Contoh, saya adalah bagian dari ceruk pecinta basket, pendukung ManUtd, penggemar Stand-Up Comedy, pembaca komik, ini berarti saya bisa menjadi pasar bagi minimalnya 4 produk. Dalam setiap ceruk, tidan mungkin saya sendirian. Sadar atau tidak, sesungguhnya kita adalah bagian dari sebuah ceruk pasar. Kita di dalam ceruk ini bersama sama.
Sekarang bukan lagi jamannya produk “One size fits all”, bahkan indomie rebus saja sekarang ada entah berapa puluh rasa dari rasa soto ayam sampai rendang untuk mengakomodasi begitu banyak selera. Inipun terjadi di dunia serial TV, dari acara TV untuk perempuan single (Sex & The City), para istri (Desperate Housewives), untuk yang doyan musikal (Glee) untuk yang doyan Fashion (Jane By Design). Ini berarti, dengan menjadi diri sendiri dan orisinil anda akan menkoneksikan diri dengan mereka yang satu ceruk dengan anda.
Kunci orisinalitas, yaitu menemukan jati diri dan berani jadi diri sendiri bukanlah sesuatu yang bisa diajarkan. Susahnya, ini adalah masalah proses dan masalah mental. Saya sendiripun dalam hiphop, menulis dan stand-up comedy masih berproses. Dalam Stand-Up Comedy misalnya, semakin banyak panggung yang saya lewati (terutama ketika tur keliling Indonesia) dan semakin sering melihat komika komika Indonesia dalam performa terbaik mereka, semakin saya sadar di mana kekuatan saya. Saya dalam stand-up kuat di act out, story telling, riffing dan ekspresi wajah. Apapun pesan yang ingin saya bawa, selalu saya manfaatkan kekuatan kekuatan saya. Jadi saya bisa bahas apapun, selama saya bawa dengan senjata senjata tadi.
Dalam rap, saya tidak perlu 4 album untuk memahami bahwa saya senang membahas soal ke-Indonesia-an dalam lagu lagu saya. Dari politik, sosial, sejarah, semangat kebangsaan, itu adalah topik topik andalan utama saya. Topik sampingan adalah keluarga dan relationship. Tapi saya butuh lebih dari 4 album untuk bisa mendapatkan flow yang enak. Sampai sekarang saya belum merasakan flow yang saya bisa bilang “Flow-nya Pandji”.
Dalam menulis, terus terang saya belum paham kekuatan saya di mana. Orang orang sering berkata tulisan saya bagus, tapi saya sendiri tidak paham di mana bagusnya. Saya tidak bisa menjawab kalau ditanya apa kekuatan saya dalam menulis, tapi itu tidak mengurungkan niat saya dalam menulis. Saya tetap menulis dan menulis dan menulis karena sadar semakin sering saya lakukan semakin nyata apa yang jadi karakteristik saya. Konsentrasi saya sekarang adalah memastikan saya bisa menulis dengan sejujur jujurnya. Karena ketika jujur, yang keluar adalah diri saya seutuhnya.
Nah, dalam proses menemukan jati diri, kita akan sering mendapatkan kritik keras dan bahkan pedas. Kritik ini, akan dengan mudah membuat kita meninggalkan proses dan langsung mengambil jalan pintas untuk “disukai”, yaitu menjadi seperti kebanyakan. Inilah masalah mental yang saya sempat katakan di atas. Bahkan ketika sudah menemukan jati diri, karakter dan orisinalitas, kritik itu tidak berhenti, bahkan biasanya malah menjadi jadi. Karena kini, dengan jelasnya siapa diri kita, semakin jelas pula orang bisa menilai. Dan ketika orang menilai, pilihannya ya hanya dua: Suka dan Tidak. Dan itu, sangat lumrah dan bisa dimaklumi.
Setiap kali anda kuatir takut tidak disukai, ingat ini baik baik: Gandhi, orang paling damai, bijak dan baik, dibunuh karena ditembak dalam jarak dekat. Lah, kita ngapain musingin siapa yang suka dan tidak suka kita? Untuk apa berharap semua orang suka dengan karya kita? Mau muasin semua orang? Siapa itu semua orang? Semua orang itu terdiri dari individu individu dengan selera yang beragam.
As cliche as this may sound, but the best thing you can do to the world and to yourself, is to be your own self, and be proud if it.
Diambil dari naskah e-book “Menghargai Gratisan, revised and updated”
Terbit April 2013
Pandji Pragiwaksono's Blog
- Pandji Pragiwaksono's profile
- 130 followers

