Pandji Pragiwaksono's Blog, page 18

July 25, 2013

Rebutan

Teknis untuk pemesanan BoxSet INDONESIA: #GR8DES


Kirim email pesanan dengan format nama lengkap, alamat kirim lengkap dan no HP/telp. ke boxset_gr8des@yahoo.com


Setelah itu kamu akan mendapat balasan jumlah yg harus dibayarkan (plus ongkos kirim dan kode unik pesanan) dan silahkan lakukan pembayaran sesuai instruksi di email


pembayaran hanya bisa dilakukan melalui transfer via atm BCA (instruksi ada di email balasan)


satu email hanya bisa membeli satu buah BoxSet INDONESIA: #GR8DES


pembayaran harap dilakukan dalam 3x24jam, jika lewat dari itu akan dianggap batal/cancel.


Tanggal pengiriman barang akan segera dikabarkan. Kemungkinan 2-3 minggu setelah Lebaran karena JNE hingga 2 minggu setelah Ramadhan masih sangat penuh orderan pengirimannya.

Pantau akun @pandji & @WSYDNshop terus ya :)


Jangan lupa ya

28 Juli 2013

Mulai jam 00.00

Harga Rp 300.000,-

Dapat DVD Konser 32 (Double Disc) + DVD MDB JKT (Double Disc) + Merchandise + Tanda tangan


fyi untuk merchandise yg akan didapatkan pembeli pre-order antara Pin Indonesia: , Pin Pack WSYDN, atau Key Chain Indonesia:


Thanks

Selamat rebutan :)

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 25, 2013 19:30

July 21, 2013

Bengkok

Mumpung lagi hangat di kepala, saya mau tuangkan saja di sini.

Seperti yg saya pernah tulis di pandji.com/fpi

FPI kalau dibubarkan hanya akan berganti nama

FPI kalau dibubarkan berlawanan dgn konstitusi yg menjamin rakyat utk berkumpul & berserikat. Nanti alat (dalam hal ini UU) yg digunakan utk membubarkan FPI malah jadi alat utk membungkan pergerakan apabila pemerintah ternyata kotor & otoriter


Solusinya bukan pembubaran FPI, tapi penegakan hukum

Siapapun yg merusak, mengganggu ketertiban umum, berbuat kejahatan, FPI atau bukan, harus ditindak tegas.


Masalahnya bukan FPI

Masalahnya ada di Polri

Kunci jawabannya bukan Habib Rizieq

Kuncinya justru Timur Pradopo


Jangan sampai ternyata penegak hukum kita, ternyata bengkok

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 21, 2013 21:00

July 18, 2013

Unless

Selamat datang, di blog post ke 1000 pandji.com, yang berdiri sejak 2004 hingga hari ini.


Sejak awal isinya curhat curhat ke-alay-an kini berubah jadi tempat untuk menuangkan pemikiran, gagasan, opini hingga alat untuk persuasi.


Di tulisan ke 1000 ini, saya ingin mencoba berargumen, bahwa menulis blog adalah salah satu cara untuk bisa membangkitkan Indonesia.


Mengapa demikian? Mari kita bahas sama sama.


 


1. Mencerdaskan Bangsa.


Selama ada yang menulis maka ada yang membaca dan selama ada yang membaca maka masih ada yang belajar dan selama di Indonesia masih ada yang belajar, maka masih ada harapan akan kemajuan di Indonesia. Pak Anies Baswedan pernah berkata dalam salah satu pidatonya,  orang sering lupa bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa bukanlah hanya tanggung jawab para guru, tapi juga setiap individu yang berpendidikan. Kita juga lupa bahwa belajar tidak harus dalam halaman buku sekolahan. Bahwa ketika kita ngobrol dan saling berbagi informasi baru, saat itu pulalah terjadi sebuah proses edukasi.


Saya selalu berkata “We are what we know” atau Kita adalah apa yang kita tahu. Wawasan kita, membantu pengambilan keputusan kita dan keputusan keputusan yang kita ambil dalam hidup, pada akhirnya membentuk hidup kita. Dengan menulis, kita berbagi apa yang ada di kepala kita kepada orang lain dan orang lain bisa mendapatkan manfaat dari tulisan kita.


Kadang, lewat tulisan orang bisa jadi tercerahkan, termotivasi, tergerak. Bahkan pada jaman perang, propaganda jadi salah satu senjata. Revolusi industri berawal dari terciptanya teknologi percetakan sederhana yang kemudian berkembang dan bisa membawa ilmu, kisah, cerita, wawasan berpindah dari tangan ke tangan, dari daerah ke daerah. Kini internet membuat saya di Jakarta bisa dipahami isi kepalanya oleh orang yang ada di Maluku tanpa siapapun harus keluarkan uang hingga jutaan rupiah untuk tiket, makan dan penginapan.


Bayangkan apa yang anda tahu, bisa jadi sebuah informasi baru untuk seseorang yang ada di daerah yang jauh dari anda. Sebaliknya apa yang mereka tahu bisa jadi sesuatu yang benar benar baru untuk anda, yang tidak bisa anda dapatkan di media media konvensional.


Pertukaran informasi menjadi pertukaran wawasan dan dengan banyaknya sumber maka 1 orang jadi bisa punya lebih banyak sumber untuk dibandingkan. Ingat, bahwa tantangan dari informasi terbuka adalah arus informasi yang deras dari segala arah. Untuk memastikan sebuah kabar, seseorang harus melakukan perbandingan dari sumber yang berbeda. Cross Reference.


Jangan pernah anggap remeh apapun yang anda tahu. Karena di tangan orang lain, informasi itu bisa jadi penting.


 


2. Membiasakan diri menjadi pencipta. Menjadi produsen ketimbang konsumen.


Menulis blog, membiasakan kita untuk mulai mencipta. Menjadi pembuat konten ketimbang menjadi konsumen dan ini menurut saya sungguh penting. Mengapa di negeri yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia ini, pemanfaat utamanya harus pihak asing? Ke mana pengusaha Indonesia? Mengapa dari 240 juta rakyat Indonesia, jumlah pengusahanya hanya 1.56%?


Dikatakan, sebuah negara pengusahanya minimal harus 2% dari total penduduk. Malaysia dan Filipina sudah 4% sementara Singapore 7%. Rakyat Indonesia bagaikan seseorang yang punya tanah luas, kemudian suatu hari ingin makan pisang goreng. Dia lalu petik pisang dari kebunnya, dijual ke tetangga, uang hasil jual pisang tadi dipakai untuk beli pisang goreng ke tetangga sebelahnya lagi.


Lucu ya. Padahal harusnya dia belajar caranya bikin pisang goreng dan kalau dia tidak punya alat (infrastruktur) untuk bikin pisang goreng maka dia berhak untuk menjual isi kebunnya tapi bukan untuk beli pisang goreng, melainkan untuk beli alat alat tadi.


Menulis blog, membiasakan kita mulai memproduksi dan ketika kita mulai produksi, bawah sadar kita akan mulai mempelajari dan menc0ba memahami produksi lain, melakukan perbandingan, kemudian melakukan pengembangan pengembangan lagi terhadap produksi sendiri. Kalau anda tidak percaya, bisa anda bandingkan tulisan saya yang ke 1000 ini dengan tulisan pertama saya di sini


 


3. Menyeimbangkan konten 


Pernah tidak anda nge-google “Anak SMA”. Lalu klik Google Picture. Apa yang anda temui?


Hehehehe


Untuk yang baru pertama kali melakukan, pasti akan kaget.


Pertanyaan saya, apakah itu berarti semua anak anak SMA Indonesia seperti itu?


Tidak. Itu artinya, konten positif mengenai anak SMA kalah banyak dengan yang buruk sehingga ketika digoogle yang muncul adalah demikian. Bagaimana cara menyeimbangkannya? Dengan menciptakan konten positif di internet mengenai anak SMA dan dilakukan secara lebih rajin, lebih rutin, lebih disiplin, dari pada mereka yang menyediakan konten buruk tadi.


Menulis blog, memberi anda kesempatan untuk menyeimbangkan konten di internet bahkan mungkin di luar dari dunia internet.


Ketika bom Ritz Carlton dan JW Mariott meledak di tahun 2009, konten twitter tentang Indonesia buruk sekali sehingga lahirlah #IndonesiaUnite sebagai cara banyak pemuda menyeimbangkan sentimen negatif terhadap Indonesia. Akhirnya, semangat di twitter meluber ke dunia nyata dan dampaknya jelas. Usaha teroris untuk mengintimidasi gagal. Indonesia melawan dengan “Kami Tidak Takut” dan semua orang beraktivitas seperti biasa. IHSG hanya turun 1 hari.  Lengkapnya bisa di baca di sini


Ketika saya ketahui bahwa di buku pelajaran tidak dijelaskan mengapa Soeharto turun dan hal hal yang terjadi sebelumnya, saya kuatir banyak anak anak generasi sekarang yang berpikir Soeharto itu sosok pahlawan yang baik. Kekhawatiran itu terbukti dari karenanya saya coba untuk seimbangkan dari apa yang saya tahu di tulisan berjudul Membieber ini


Beberapa hari yang lalu, di Atamerica penonton nampak terhenyak ketika saya cerita Presiden Soeharto bisa menjabat menggantikan Soekarno karena Amerika terlibat di dalamnya. Reaksi kaget mereka justru membuat saya lebih kaget lagi karena saya cukup terkejut mereka tidak tahu. Padahal ada di banyak buku dan diakui oleh Amerika sendiri. Bahkan di buku “Berani Mengubah” sudah saya jelaskan dengan sangat detil sebagai cara saya menyeimbangkan konten.


Kemudian sekarang anda mungkin berpikir, mengapa saya harus melakukan 3 hal di atas?


Kenapa itu penting?


Kenapa saya harus?


 


Hari ini, saya baru nonton “The Lorax” bersama istri.


Ya ya, telat memang tapi mau gimana lagi. Namanya juga sibuk.


Untuk yang belum tahu, film “The Lorax” adalah tentang pengusaha kaya dan jahat bernama O’Hare yang bisnisnya adalah menjual udara segar kepada warga Thneedville. Sebuah kota di mana semua terbuat dari plastik. Tidak ada pohon di sana, semuanya diganti dengan plastik. O’Hare yang tahu bahwa setiap pohon menghasilkan udara segar menyebarkan kabar bahwa kita tidak perlu pohon, karena pohon itu harus ditanam di atas tanah dan tanah itu kotor, ada cacing, tikus, dll. Pohon juga daun daunnya gugur dan mengotori kota. Warga Thneedville percaya dengan propaganda O’Hare dan kini di depan rumah mereka ada pohon plastik yang warnanya bisa diubah ubah sesuai musim. Bisnis O’Hare akan selamat selama tidak ada yang tahu bahwa pohon asli justru akan menghasilkan O2. Gratis.


Lalu hadirlah seorang anak laki laki bernama Ted yang naksir cewe bernama Audrey. Audrey bilang dia pengen banget lihat pohon beneran. Ted yang naksir kemudian berusaha untuk mencari pohon beneran. Pencariannya membawa Ted bertemu dengan Once-ler orang yang karena ambisinya waktu muda dulu, menggundulkan semua pohon. Dalam sesalnya dia cerita tentang mahluk ajaib bernama The Lorax sang pelindung pohon. The Lorax berbicara mewakili para pohon karena pohon tidak bisa bicara untuk membela diri. Ted juga bersinggungan dengan O’Hare yang membaca gelagatnya Ted dan menghalangi usahanya untuk mencari tahu kenyataan di luar Thneedville dan ingin menggagalkan usaha Ted untuk mencari tahu tentang pohon dan alam.


Kini Ted punya kepedulian baru kepada alam, dengan membawa satu satunya bibit pohon dari Once-ler dia berusaha menanam bibit tersebut di tengah kota supaya semua orang bisa lihat dan punya kepedulian baru. Klimaksnya terjadi ketika Ted baru ingin menanam, warga bertanya tanya untuk apa nanam pohon, O’Hare berorasi dan berusaha meyakinkan warga untuk melawan Ted.


Ted kemudian menemukan cara, untuk mengajak warga peduli kembali kepada pohon. Pada akhirnya O’Hare yang ngotot ga mau nanam pohon karena takut bisnisnya bangkrut kalah dan terasingkan.


Di akhir film, saya dan istri menangis.


Istri saya menangis terharu karena film ini. Saya menangis kesal karena saya tahu, di kehidupan nyata tokoh O’Hare pasti akan pindah kapal dan sok sok peduli dengan pohon, pura pura setuju untuk menanam pohon dan kemudian jadi orang yang menjual bibit pohonnya ke warga. Dia selamat dan bahkan terus kaya raya.


Seperti Menteri Kehutanan yang bikin program dan mengajak warga kota menanam 1 juta pohon padahal tanggung jawabnya adalah menjaga agar 1 juta pohon bahkan lebih tidak ditebang di hutan kita. Sementara di belakang gemerlap program tersebut masih terjadi pembukaan lahan yang tidak semestinya untuk industri, masih terjadi pembakaran hutan yang kemarin asapnya masuk ke negara tetangga. Aneh. Yang ditangkap rakyat kecil yang membakar bukan perusahaan yang memerintah mereka.


Seperti pendukung Soeharto yang buru buru pindah kapal ketika sadar kapanya Soeharto akan segera karam. Mereka tiba tiba jadi kontra Soeharto dan Soeharto dalam kesendirian memutuskan untuk mundur dari kepresidenan.


Antek antek Soeharto yang lompat kapal, dijuluki banyak orang sebagai “Orba Lapis 2″ mengisi pemerintahan berikutnya dan bertahan eksistensinya hingga sekarang. Itulah mengapa, tidak banyak perubahan signifikan dalam pemerintahan.


Masih terjadi korupsi, penyalah gunaan kekuasaan.


Masih terjadi keterbelakangan


Masih ada ketidak adilan


Masih belum terjadi, Indonesia membanggakan yang kita bayang bayangkan.


 


Kalau anda peduli, anda bisa melakukan perubahan.


Tidak perlu berpikir yang mewah mewah dan rumit rumit.


Perubahan bisa dimulai dengan sebuah tulisan.


Kalau anda sering membaca anda akan tahu bahwa dalam sejarah Indonesia bahkan dunia, tulisan memegang peran penting dalam mengubah arah sejarah.


Tapi semua harus dimulai lewat tulisan anda


Semua dimulai dari kepedulian


Semua dimulai dari anda


 


 “Unless someone like you cares a whole awful lot,

Nothing is going to get better. It’s not.”

― Dr. Seuss, The Lorax


unless-_the_lorax-737254

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 18, 2013 23:50

July 8, 2013

GR8DES

20130709-001712.jpg


20130709-001731.jpg


20130709-001800.jpg


20130709-001822.jpg


8 Desember 2012 sudah lama berlalu, tapi sekitar 1000 orang yang datang ke Museum Nasional utk acara INDONESIA: masih menyimpan kenangan masing masing

1 hari.

3 acara.

Konser 32, Tur Museum Nasional Eksklusif, Stand-Up Special Merdeka Dalam Bercanda


Serunya konser 32 bisa dibaca di sini


Serunya Stand-Up Special Merdeka Dalam Bercanda bisa dibaca di link pandji.com/mdbjkt


Kini, pengalaman tersebut hadir kembali dalam bentuk DVD


#DVDKonser32 + #DVDMDBJKT = BoxSet INDONESIA: #GR8DES


Beli DVD satuan belum bisa dilakukan & belum tahu kapan bisa dilakukan, saat ini yg tersedia adalah dlm kemasan Box Set & yg pesan preorder akan mendapatkan kedua DVD tadi + Merchandise + tanda tangan.


Pre-order INDONESIA:


28 Juli 2013

Mulai jam 00.00

Harga Rp 300.000,-

Dapat DVD Konser 32 (Double Disc) + DVD MDB JKT (Double Disc) + Merchandise + Tanda tangan


Hanya tersedia 300 Box Set.


info tambahan:

- DVD Konser 32 & DVD MDBJKT harga satuannya adalah Rp 150.000,-

- Setelah 300 Box Set pre-order habis, anda tetap bisa beli Box Set dgn harga yang sama tapi tidak ada merchandise & tanda tangan


Jangan lupa

28 Juli 2013

GR8DES

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 08, 2013 07:32

June 28, 2013

VIVA LA KOMTUNG

Stand-Up Fest sudah jauh berlalu. Biasanya orang orang bikin review tentang acara tersebut hanya selang beberapa hari setelahnya, saya memilih untuk melakukan sekarang karena 2 alasan. Saya ingin menulis, bersih dari euforia sehingga bisa objektif dalam menilai dan saya menulis sekarang, karena baru sempat. Hehehehe


Untuk saya, mengingat acara besar ini dikerjakan oleh komunitas, adalah sesuatu yang luar biasa bisa menghadirkan orang sebanyak ini


IMG_5612


Coba dipikirkan saja, rumitnya koordinasi @standupindo kepada begitu banyak komunitas komunitas kota lain yang terkait baik sebagai panitia maupun sebagai peserta.


Bayangkan komunikasi, bayangkan transportasi, akomodasi, dan terlebih lagi, bayangkan bagaimana cara memotivasi mereka untuk bisa bekerja dengan optimal.


Mungkin 3 nama yang patut dicatat di sini adalah Sammy @notaslimboy sebagai Ketua Standupindo periode ini dan sebagai orang yang punya keinginan untuk menjalankan festival ini. Saya ingat, di awal awal Stand-Up Comedy meledak, Ernest Prakasa yang kemudian jadi ketua Standupindo periode pertama sebelum Sammy sudah mengungkapkan impiannya untuk membuat festival. To be fair, i think its on a lot of people’s mind.


Karenanya ketika JakFringe hadir, antusiasme kawan kawan begitu besar. Namun banyak poin yang bisa diperbaiki, walaupun acara tersebut diselenggarakan dengan sebaik yang panitia bisa lakukan. Harus diingat, acara ini bukan hanya membawa banyak komika luar yang jadi tempat kami belajar, acara ini juga mengukuhkan kualitas komika komika yang saat itu memberikan pertunjukan spesial, Reggy Hasibuan, kawan kawan Standupindo Medan yang malam itu membawa pasukan yang mengagumkan dan di mata saya kelahiran kembali Arief Didu sebagai komika luar biasa.


Pulang dari JakFringe saya rasa Sammy jadi semakin yakin untuk menggelar. Orang orang boleh sebut Standupfest adalah tandingan, tapi di mata saya. Keduanya bahkan tidak ada di kelas yang sama.


Awwe, adalah ketua Standupfest dan bayangkan betapa beratnya menjadi ketua acara besar ini. Awwe tidak ada contoh dari standupfest terdahulu, dia harus menciptakan semuanya dan justru menyediakan platform untuk penyelenggaraan terdepan. Awwe 2 hari tersebut luar biasa, dia ketua, tapi juga ngemsi, tapi juga stand-up di hari ke 2 dan masih sempet sempetnya dengan megaphone jualan kaos dagangannya di booth depan.


Nama ke 3 adalah Agus Mulyadi, yang sejak 2010, jauh sebelum Stand-Up Comedy meledak sudah menyatakan keinginannya untuk bikin acara TV Stand-Up ketika menyaksikan saya di TwivateConcert. Namun KompasTV hadir terlebih dahulu, bertanggung jawab bahkan terhadap ledakan Stand-Up di Indonesia dan belakangan dalam sebuah wawancara yang saya muat di buku Merdeka Dalam Bercanda, Amu (panggilan akrabnya) mengaku berterima kasih kepada KompasTV. Amu yang mendukung dan membantu dari sisi MetroTV untuk menjamin bahwa acara ini bisa terselenggara.


Di akhir acara, ketika panita sedang berkumpul dalam lingkaran untuk penutupan, Amu berkata dengan tegas bahwa dikotomi antara komika KompasTV dan komika Metro TV harus dihilangkan. Dia mengingatkan bahwa kubu itu tidak ada dan tidak perlu ada.


Saya setuju


Kompas TV dan Metro TV tidak punya HAK untuk memperebutkan stand-up comedy


Ini bukan kesenian milik stasiun televisi.


Ini kesenian kami.


Ini pergerakan kami.


Karena itu saya selalu menentang bahkan cenderung marah besar ketika tahu ada komika yang “dibesarkan” oleh TV A kemudian diblack list karena dia hadir di TV B. Juga sebaliknya.


I love this art.


And when i love something, i am prepared  to fight for it.


Dan seperti cinta saya kepada apapun dan siapapun, cinta itu akan saya tunjukkan.


Di Stand-Up Fest, saya tunjukan dengan ini


 


 


IMG_5603


 


IMG_5605


 


IMG_5606


 


IMG_5611


 


IMG_5614


 


IMG_5615


 


IMG_5629


 


Total selama 3 hari saya memakai kaos dari 9 komunitas Stand-Up Comedy yang berbeda.


Hehehe pamer koleksi.


Saya mendapat kesan bahwa dari sekitar 7000an orang yang menonton, banyak yang baru nonton stand-up secara langsung untuk pertama kalinya karena banyak kawan kawan komika pake materi materi lamanya tapi masih pecah berkeping keping. Antara baru nonton atau memang delivery sang komika tetap bagus sehingga bit bagus itu tetap pecah walau sudah pernah di lihat sebelumnya.


Yang pasti, kami semua para komika berkomitmen untuk membahagiakan semua yang datang, karenanya saya sendiri sudah tau dan siap bahwa di acara ini saya akan jadi semacam badut Dufan yang sering diajak foto foto. Dan saya selalu bersedia. Beberapa saya usilin dulu seperti disuru joged misalnya. Hehehe. Iseng aja biar keliatan beneran niat atau engga.


Saya sendiri sudah sangat terhibur lihat antusiasme penonton yang hadir dan terutama, sangat terhibur liat peserta peserta Street Comedy Competition. They’re fresh and raw. Saya bertemu talenta talenta luar biasa.


Yanto Blek, Lolok, Arief dan Yudha Khan hanya segelintir dari begitu banyak talenta luar biasa. Street Comedy 4 tahun depan jadi ajang wajib nonton untuk semua pecinta stand-up di Indonesia.


Ketika giliran saya menghibur datang, harus saya akui ada tekanan luar biasa terhadap saya. Bayangkan saya harus menutup acara dengan total penonton 7000 orang di atas komika komika luar biasa. Menambah tekanan lagi, materi yang saya bawakan adalah materi yang anda tidak akan temukan di acara apapun.


Hanya saya bawakan di Stand-Up Fest. Materi itu tidak pernah saya bawakan di TV, tidak saya bawakan di Bhinneka Tunggal Tawa, Merdeka Dalam Bercanda maupun Mesakke Bangsaku. Spesial hanya untuk Standupfest.


Tapi lagu Glenn Fredly “Cukup Sudah” ternyata sudah cukup untuk membuat tegang saya hilang. Di panggung, saya hanya cukup untuk tetap jadi diri sendiri. I dont need to be the best, i just need to be me.


Ketika saya usai dan MC Danny menutup Standupfest, semua pengisi dan panitia memenuhi panggung dan merayakan keberhasilan bersama .Keberhasilan komunal. Saya lihat komika komika senior menangis haru karena kami ingat betapa susahnya dulu kami membangun komunitas ini.


Betapa banyak cacian. Betapa banyak penolakan. Beberapa kawan kawan pernah dibubarkan acaranya, diusir dari panggung, tapi malam itu, kami semua juara.


Tentu ada banyak kekurangan, sound system dan sistem pendingin jadi faktor utama. Tapi menariknya, kalau anda pantau twitter selama 2 hari penyelenggaraan dan bahkan sampai beberapa minggu, tidak ada yang terlalu komplen soal ini. Mereka tahu ada yang salah dengan sound dan pendingin, tapi kelihatannya mereka memaklumi. Apalagi terlihat sekali panitia mengevaluasi hari pertama dan beraksi dengan membuat sejumlah perubahan.


I am both, happy and proud.


Apalagi saya bertem dengan beberapa kawan kawan dari luar kota yang begitu niatnya untuk nonton. Ada yang naik kereta, ada yang ngompreng, ada yang tidur di masjid dan ada yang di pelataran Hall Basket Senayan, demi jadi bagian dari Stand-Up Fest. Saya tanya “Gila, niat banget kalian 8 jam ngompreng ke sini.. Dari belasan ini ada yang peserta streetcom memangnya?”. Mereka menjawab “Engga bang, Cuma mau nonton”


Gila.


How far we have gone. From 1 day on an OpenMic. To 7000 people laughing for the art of Stand-Up Comedy.


Saya sering ditanya bagaimana rasanya jadi orang yang bertanggung jawab membesarkan Stand-Up Comedy. Saya selalu jawab, saya tidak pantas disebut demikian. Saya hanya jadi bagian dari komunitas ini. Kami besar karena perjuangan kolektif.


Kompas TV sekalipun tidak berhak mengklaim Stand-Up Comedy  bisa seperti ini karena peran mereka


Metro TV  sekalipun tidak berhak mengklaim Stand-Up Comedy  bisa seperti ini karena peran mereka


Bahkan yang disebut sebut sebagai founder: Ernest, Radit, Ryan, Isman dan saya juga tidak berhak.


Kesenian ini tidak akan seperti ini tanpa kerja keras semua orang yang terlibat di dalamnya.


Ini adalah perjuangan bersama.


Ini adalah jerih payah bersama.


Ini adalah keberhasilan bersama.


VIVA LA KOMTUNG

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 28, 2013 01:31

June 26, 2013

We live smart dan we hate slow :)

photo (16)


 


 


Mesakke Bangsaku, adalah stand-up special saya yang ke 3 setelah Bhinneka Tunggal Tawa dan Merdeka Dalam Bercanda.


Juga merupakan tur saya yang ke 2 setelah tahun lalu Merdeka Dalam Bercanda keliling Indonesia dan sempat mampir ke Singapore.


Kali ini, perjalanan saya mendapatkan dukungan penuh dari SMARTFREN yang memang konsisten dalam mendukung kesenian ini sejak kehadirannya dalam acara Stand-Up Show Metro TV. Untuk pertama kalinya sejak ledakan Stand-Up Comedy di Indonesia, ada brand yang mendukung penuh sebuah tur Stand-Up Comedy


Sebuah pencapaian bersama pecinta Stand-Up Comedy di Indonesia.


SMARTFREN tidak hanya mendukung secara finansial tapi berniat untuk menjalin sebuah kerja sama menyeluruh dan niat ini saya sambut dengan baik. Karenanya kami, saya dan SMARTFREN menjalankan beberapa program yang menarik selama perjalanan tur Mesakke Bangsaku ini


 



SMART COMIC: Saya dan SMARTFREN ingin mendengar suara dan opini pecinta Stand-Up Comedy dari seluruh Indonesia, terutama dari kota kota yang akan didatangi. Kamu bisa memberi usul, siapa kira kira komika  lokal yang menurutmu pantas untuk membuka Mesakke Bangsaku di kotamu. Misalnya, kamu di kota Surabaya, siapa kira kira komika lokal kota Surabaya yang pantas untuk membuka ketika Mesakke Bangsaku hadir di kota Surabaya. Silakan tweet usulmu dengan tagar (tanda pagar) #SMARTCOMIC, lalu sebut nama komikanya, kalau perlu kasih link video stand-upnya di youtube dengan ngemention @pandji dan @smartfrenworld. Kami bersama komunitas lokal setempat akan mempertimbangkan saranmu.

 



SMART AUDIENCE: Untuk pembeli tiket Mesakke Bangsaku online via tikettawa.com, ada kesempatan untuk memenangkan hadiah 1 unit ANDROMAX dari SMARTFREN. Berarti total ada 13 (Jakarta tidak termasuk) hadiah Andromax yang disiapkan SMARTFREN untuk kamu. Syaratnya hanya 1: Target 4000 penonton dalam 13 kota tercapai. Kalau target 4000 penonton dari 13 kota ini tercapai maka 13 Andromax ini akan “unlocked” dan siap dibagi bagikan. Karenanya, kalau kamu beli tiket via tikettawa.com, ikutan promosikan acara ini supaya targetnya tercapai. Setiap akhir Mesakke Bangsaku saya akan update berapa total penonton sejauh ini. Nanti kamu bisa ikut meramaikan promo kota selanjutnya untuk membantu mengejar target 4000 penonton tadi.

 



SMART REVIEW: Satu lagi cara memenangkan Andromax dari SMARTFREN adalah dengan menulis review mengenai Mesakke Bangsaku di kotamu. Syaratnya: Ada foto mengarah ke panggung, memuat akun @smartfrenworld dalam tulisan dan harus dipublish maksimal 7 hari setelah penyelenggaraan Mesakke Bangsaku di kotamu. Tweet linknya dan mention @pandji juga @smartfrenworld dengan tagar #SMARTREVIEW. Ada 1 Andromax utk 1 orang yang bikin review dari tiap kota. Berarti ada 13 Andromax utk SMART REVIEW ini.

 


Total ada 26 Andromax yang SMARTFREN siapkan untukmu


Sementara itu, saya dan tim manajemen juga dapat kesempatan untuk mencoba layanan SMARTFREN. Menarik sekali, karena saya dan SMARTFREN punya persamaan: We live smart dan we hate slow :) )


 


 


 

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 26, 2013 10:35

June 18, 2013

Review BalasDi18 / Stand-Up Comedy

Desi Indira

@Deindira


Berbicara mengenai stand up comedy di Indonesia tidak bisa di lepaskan dari nama seorang Pandji. PANDJI PRAGIWAKSONO. Pandji yang saya ‘kenal’ sekitar lima tahun yang lalu, dari sebuah morning show : Good Morning Hardrockers Show atau yang biasa di singkat menjadi GMHR bersama Steny Agustaf di Hardrock FM. Berawal dari mendengarkan celotehan Pandji dan Steny setiap pagi sebelum berangkat kantor, saya jadi tahu bahwa Pandji memiliki pemikiran yang luar biasa, banyolan-banyolannya pun gak garing, selalu berhasil membuat saya tertawa. Dari situlah ‘pengamatan’ saya untuk seorang Pandji berlanjut dengan googling namanya dan menemukan blognya. Setiap postingan di blognya saya baca satu persatu, blog tersebut berisikan pemikiran-pemikiran seorang Pandji, yang membuat saya tercengang, wow, tulisannya berisi sekali, sedikit banyak membuka wawasan saya. Dari situ saya rajin berkunjung. Tidak berhenti sampai disitu saya juga mulai mendengarkan dan pada akhirnya mengikuti perjalanan musiknya dari album pertama Provocative Proactive hingga yang terakhir album 32. Dan disitulah awalnya saya mengetahui bahwa Pandji bisa melakukan Komedi Tunggal atau yang biasa dikenal dengan istilah Stand Up Comedy. Kok bisa? Memangnya apa hubungan antara musiknya Pandji dan kemampuan dia untuk melakukan Stand Up Comedy? Ada. Ada sekali hubungannya. Mari saya ajak untuk flashback ke 2010, satu tahun sebelum Pandji akhirnya membuat show tunggal Stand Up Comedy nya yang pertama.

Sebagai orang yang mengikuti dan menggemari karya-karya musiknya Pandji, maka event mini konser yang bernama Twivate Concert tidak mungkin saya lewatkan, event bulanan yang sungguh intim, mendekatkan penikmat karyanya Pandji dengan Pandji adalah sebuah hal yang luar biasa. Sudah paasti namanya juga Twitter Private Concert, isinya adalah Pandji bernyanyi, tetapi tidak melulu bernyanyi, ada selingannya (kalau saya tidak salah 20 sampai 30 menit) Pandji melakukan Stand Up Comedy. Inilah awalnya saya tahu kalau Pandji itu LUAR BIASA LUCU ketika membawakan materi-materi Stand Up. Saya ingat betul ketika ia bercerita bahwa waktu kecil ia sering di tolak saat ‘nembak’ cewek, lalu saat ia menirukan musik di istana boneka, ekpresinya lucu abis, termasuk ketika ia menirukan Susno Duadji dan Thomas Djorgi. Materi-materi yang di bawakan Pandji dalam stand upnya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, termasuk ketika menyoal masalah politik dan kebangsaan. Bermuatan kritis tapi tetap lucu dan segar.

Berikutnya saya melihat Pandji stand up ketika ia menjajal materi di Stand Up Nite 1 di Comedy Café Kemang, yang juga merupakan awal boomingnya Stand Up Comedy di Indonesia. Lalu setelah itu saya nonton dia tampil saat event stand up nite 3 di Rolling Stone Café, bit yang saya ingat adalah soal dua tipe khotib di Indonesia.

Tentuya tidak hanya dua event itu saja, saya menonton penampilan Pandji, ada beberapa penampilan Pandji lainnya di gig-gig Stand Up Nite, yang di gelar di Jakarta. Bahkan ketika dia hanya menjajal open mic, saya sempat hadir beberapa kali. Boleh di bilang saya cukup sering menonton penampilan Pandji dalam melakukan stand up comedy, maka dari itu ketika Pandji mengumumkan akan ada Stand Up special yang bertajuk Bhinneka Tunggal Tawa di akhir tahun 2011, tepatnya di 28 Desember 2011, maka dengan segenap hati saya putuskan untuk tidak boleh ketinggalan event yang satu ini. Menyaksikan Pandji show tunggal untuk Stand Up, pasti akan terasa berbeda ketika hanya menyaksikan Pandji tampil sebagai line up di event-event Stand Up Comedy, dengan durasi rata-rata 20 menit sampai 30 menit. Saya masih ingat betul gimana excited nya saya ketika mengetahui Pandji akan tampil full selama hampir satu jam lebih. Satu jam lebih lima belas menit tepatnya. Masih terekam jelas di ingatan saya, gimana saya ‘meracuni’ teman-teman saya untuk ikutan nonton juga, dan berhasil, paling tidak ada 3 orang teman yang ikut membeli tiket Bhineka Tunggal Tawa, walau pada akhirnya yang datang nonton bersama saya hanya dua orang, karena yang satu lagi mengalami kecelakaan. Saya juga masih ingat gimana merindingnya saya ketika saya melihat teaser Bhinneka Tunggal Tawa yang di published Pandji melalui Youtube. Melihat bagaimana gedung perfilman Usmar Ismail, tempat di selenggarkaannya Bhinneka Tunggal Tawa, dan membayangkan bagaimana acara tersebut nantinya akan berlangsung berhasil membuat saya sekali lagi merinding dan tidak sabar untuk berada di antara ratusan penonton lainnya menyaksikan bagaimana Pandji melempar bit demi bit dari materi-materi yang akan ia bawakan.

Dan, hari itu pun tiba, selepas jam kantor saya dan seorang teman bergegas menuju Gedung Perfilman Usmar Ismail. Sudah banyak orang ketika saya sampai di sana. Bahkan sudah mebentuk sebuah antrian panjang. Ada yang berdiri dan ada yang memilih untuk duduk. Saya makin tidak sabar untuk segera bisa menikmati penampilan Pandji malam itu. Karena open gate masih lama, saya dan teman memutuskan untuk mengisi perut dulu di Pasar Festival (sekarang berganti nama menjadi Plaza Festival), sambil menunggu teman saya yang satu lagi. Tujuannya supaya jangan sampai perut keroncongan saat menikmati penampilan Pandji nanti, karena itu akan sangat mengganggu. Setelah perut di rasa aman, karena sudah terisi, saya dan dua orang teman bergegas kembali ke loby Usmar Ismail. Antrian makin panjang, saya pun ikut mengantri. Tidak lama berselang pintu gedung pertunjukan dibuka, dengan rapi satu persatu dari antrian memasuki gedung. Karena saya membeli tiket yang seharga seratus ribu rupiah, maka kursi yang di sediakan adalah yang di depan. Saya dan dua orang teman pun segera mencari tempat yang oke untuk bisa menikmati pertujukan malam itu. Dan pilihan pun jatuh pada row paling depan. Tujuannya supaya tidak terhalang apapun, bisa langsung melihat ekspresi Pandji dan para opener.

Penampilan malam itu dibuka dengan 5 opener, Sammy, Rindra, Lukman, Asep dan Ernest. Setelah semua opener tampil dan ketika penampilan terakhir dari Ernest, lampu ruangan sedikit redup, Ernest pun memanggil Pandji yang dari tadi sudah ditunggu-tunggu penampilannya. Saya ingat ketika itu saya bertepuk tangan dengan sangat antusias. Ada perasaan tidak sabar yang tercermin dari bagaimana saya bertepuk tangan J.

Pandji mulai melemparkan bit demi bit yang membuat seisi gedung perfilman Usmar Ismail pecah. Pandji benar-benar tidak memberikan ruang untuk kami tidak tertawa. Jujur, malam itu tawa terpanjng saya dalam satu tahun. Saya sampai sakit perut. Kalau ada kamera di ujung ruangan mungkin saya sudah melambaikan tangan untuk menyatakan saya menyerah, tidak kuat lagi untuk tertawa (oke sampai disini saya mulai terdengar lebay :p). Pandji membawakan materi-materinya dengan rapi, tenang, dan terkadang memberikan waktu sedkit untuk kami menyelesaikan tawa, kemudian di lempar lagi bit-bit lainnya yang pada akhirnya membuat rahang saya kaku, karena kebanyakan tertawa. Penguasaaan panggung Pandji pun sangat baik, ekspresinya bisa saya lihat dengan jelas, intonasi serta pelafalannya pas, tidak ada satu kata pun yang terlewat dari pendengaran saya. Ini mungkin karena basic nya Pandji adalah seorang penyiar dan presenter, sehingga terbiasa dnegan pronouncation yang jelas, sehingga tawa yang lahir pun benar-benar pecah, karena setiap kata demi kata yang meluncur dari mulut Pandji bisa dicerna dengan jelas. Bit-bit seperti Gang Buntu, Nama Jalan di Bintaro yang merupakan nama-nama burung, lalu bit soal Jeremy Teti (kayanya ini adalah awal dari orang-orang menyadari intonasi ‘Salam SCTV’nya Jeremy Teti, karena sebelum di bawakan Pandji sebagai materi, belum ada orang yang membicarakan mengenai ini). Seperti biasa selain membahas hal-hal ringan yang ada di sekitar kita, Pandji juga menyoal apa yang menjadi isu saat itu, seperti soal komodo yang dijadikan icon dari sea games saat itu dengan nama Modo dan Modi, serta fakta-fakta mengenai komodo, dan sebuah pertanyaan : Mengapa komodo yang dijadikan icon untuk sea games. Selain itu yang juga berhasil memecah tawa dan masih saya ingat sampai sekarang adalah materi soal kucing dan kecoa, materi yang sebenarnya setiap hari mungkin sama-sama kita temui dalam kehidupan nyata, dan bisa diangkat Pandji menjadi sesuatu yang lucu, yang kepikiran aja gitu, yang saya sampai berucap dalam hati “ iya bener, bener banget”. Lalu materi soal temannya Pandji yang orang Afro-American, ketika diajak Pandji ke mall di Jakarta, materi ini menggambarkan bagaimana gedenya Mall di Jakarta, sampai bisa nyasar di mall untuk cari toilet. Disini saya ingat betul gimana intonasi Pandji saat mengucapkan “Santaiiiii ini mall,”. Salah satu intonasi yang gak bisa saya lupa, bahkan ketika saya menceritakan ulang ke teman-teman saya, saya mengikuti intonasi tersebut, walau jelas tidak seratus persen sama, tapi paling tidak intonasi itu membekas di benak saya. Gila ya, gimana seorang Pandji, tidak hanya bit-bitnya yang banyak saya ingat, bahkan bagaimana ia memberikan intonasi dalam bit nya pun bisa terekam di otak saya.

Dan malam itu berakhir dengan sempurna. Tawa yang puas, penampilan yang keren banget, seratus ribu yang menjadi sangat berharga karena untuk pertama kalinya saya menyaksikan pertunjukan luar biasa di tempat yang luar biasa. Ketika saya dan ratusan penonton lainnya menuju pintu keluar, terlihat sudah ada ratusan orang lainnya yang siap menyaksikan penampilan kedua dari Pandji. Ya karena malam itu pertunjukan di adakan dalam dua sesi. Penutup 2011 yang luar biasa.


Setelah 2011 itu, saya masih tetap setia mengikuti perjalanan Pandji dengan karya-karyanya, termasuk kolam komik, yang hadir setiap Rabu. Perjalanan Stand Up Comedy Pandji, musiknya, tidak pernah saya tinggalkan, entah menonton melalui layar kaca, atau datang langsung di tempat event berlangsung, sampai akhirnya di Desember 2012, Pandji kembali membuat show tunggal Stand Up Comedy, kali ini bernama : Merdeka Dalam Bercanda, yang digabung dengan show musiknya. Tema besarnya adalah #INDONESIA. Jakarta merupakan kota penutup dari rangkaian Merdeka Dalam Bercanda yang sebelumya sudah di lakukan di kota-kota lain, seperti Bandung, Surabaya, Jogja, Samarinda, Balikpapan, bahkan kalau tidak salah termasuk di luar negeri yaitu Singapura. Karena ini merupakan peutup dari rangkaian tersebut dan juga pas baget sebagai salah satu penutup di akhir tahun, maka sudah pasti saya tidak mungkin tidak hadir.

Kapasitas pertunjukan ini lebih besar dari tahun 2011, sedikitnya 800 orang yang hadir di Merdeka Dalam Bercanda. Penggiat-pengiat standup comedy pun banyak yang hadir. Paling tidak saya meilihat Ryan Adriandhy, Ge Pamungkas, hingga yang banyak ditanyakan para abg-abg labil yaitu Raditya Dika, yang ‘sial’nya malam itu dijadikan bahan standup oleh Pandji. Kalau 2011 bertempat di Gedung Perfilman Usmar Ismail, maka kali ini bertempat di Museum Nasional. Oh ya sebelum saya lupa saya mau bilang terimakasih ke Pandji karena sudah buat acara di tempat-tempat keren, yang kayaya saya gak akan datang kalau gak karena acaranya Pandji. Terimakasih karena Pandji lah untuk pertama kainya saya masuk ke museum Nasional yang ternyata bagus (malu sama diri sendiri). Pertunjukan ini digelar kurang lebih dua jam, dari jam 8 malam sampai hampir jam sepulu malam, dengan satu opener yaitu Adriano Qalbi. Untuk masalah tempat, walaupun bagus, tapi jujur saya lebih suka ketika di Usmar Ismail, karena sistem tempat duduknya yang seperti bioskop sehingga tidak terhalang apapun, termasuk kepala orang yang duduk di depan saya. Kebetulan waktu itu saya tidak dapat tempat se-strategis 2011. Agak di tengah, sehingga Ekspresi Pandji samar-samar terlihatnya, perlu ekstra keras karena terhalang orang di depan saya. Secara penampilan, ada peningkatan yang luar biasa dari 2011. Pandji seperti mengajak kami –penontonnya – mendengarkan ceritanya, mulai dari keresahan Padji karena sampai sekarang, dari sekian banyak hal yang sudah dilakukan, tapi yang masih diingat sebagian orang ketika bertemu dengannya adalah Kena Deh, padahal acaranya sendiri sudah lama selesai. Lalu ketika Pandji bercerita soal Dipo. Sumpah, bit-bit soal Dipo ini lucunya keterlaluan. Gak nyangka aja Dipo bisa punya kelakuan se-random itu. Juga ketika Pandji bercerita bagiamana bangsa ini sejak dulu kala adalah bangsa yang gemar pencitran, maka jangan heran kalau presidennya sekarang dikit-dikit pencitraan. Selain itu materi penyanyi café yang ‘memperkosa’ lagu LOVE dengan asal-asalan, pronouncation yang acak kadut, tentu materi ini benar adanya. Tidak susah menemukan penyanyi café model begini, lalu materi soal Bahasa Inggris yang penting pede. Ada salah kaprah yang coba disinggung Pandji dalam bahasan materi tersebut. Selain itu materi yang menggelitik pemikiran saya adalah ketika Pandji menyinggung soal FPI, “FPI itu ga usah di bubarin, biar ngasih contoh kalau gak punya pendidikan ya jadinya kaya gitu,”. Overall, ini adalah penampilan terbaik Pandji selama saya mengikuti perjalanan dia dalam dunia stand up comedy. Tenang, penguasaan panggung dan audience yang lebih baik dari 2011, pembawaan materi yang seperti orang bercerita, membawa penonton seakan masuk ke dalam materi-materinya. Termasuk ketika ia me-riffing penonton yang hadir ketika itu, benar-benar memecah tawa di dalam Museum Nasional. Pandji mengakhir Merdeka Dalam Bercanda malam itu dengan Standing Ovation dari kami semua, penonton yang hadir saat itu. Saya hampir menitikkan air mata ketika Pandji menunduk, sebagai tanda terimakasihnya kepada kami semua yang hadir malam itu. Dalam hati saya berkata Terimakasih karena telah memberikan pertunjukkan yang lebih dari luar biasa. Kalau ada kalimat di atas luar biasa mungkin saya akan menggunakan kalimat tersebut untuk mengungkapkan penampilannya malam itu. Disitu saya melihat Pandji begini karena kerja keras. Dari situ juga saya bertekad akan selalu kerja keras untuk mewujudkan apa yang saya cita-citakan. Pandji memberi pelajaran dari setiap karya nya, termasuk perjalanan dia di dunia standup comedy.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 18, 2013 10:15

Review BalasDi18 / Rap

Denny Dominicus


Napak Tilas Album Pandji Pragiwaksono


Jujur, gua gak terlalu mengerti dunia musik hip hop, namun yang gue ngerti soal hip hop adalah mayoritas diisi musik-musik membawa pesan sosial atau satiran. Beberapa bulan yang lalu, gue membeli album lengkap Pandji, yang mengaku dirinya seorang rapper. Iya, dirinya sendiri mengakui adalah seorang rapper, meskipun mayoritas masyarakat menganggap Pandji lebih terkenal sebagai presenter. Bahkan, boleh dibilang sekarang ini ia lebih dikenal sebagai komika daripada rapper hehehe. Gue mau napak tilas albumnya karena setelah album ke 4 dia gak kan produksi album dulu di tahun 2013. Pandji pernah mengatakan kalau diberi kesempatan untuk memilih satu profesi aja ia akan memilih menjadi rapper, padahal kesuksesannya lebih menjadi presenter hehehe.


Mengawali Debut Dengan Provokatif


Album pertama Pandji diberi judul Provocative Proactive. Gue mengenal istilah Provocative Proactive justru dari acaranya di radio yang membicaran soal-soal sosial, politik hingga sejarah. Pandji sendiri mengaku album pertama isinya penuh provokasi. Ternyata memang benar sih setelah gue dengar dan pelajari lirik-liriknya. Fyi, sebelum gue napak tilas, gue dengerin albumnya berkali-kali dan selalu tersimpan di mobil. Jadi, gue bisa menghayati dam masuk ruang-ruang inspirasi Pandji dan ikut masuk imajinasi proses pembuatan lagu demi lagunya.


Track pertama pada album pertama ini judulnya sudah provokasi sekali ‘Bajak Lagu Ini’. Liriknya saja langsung meneriakan ‘Bajak lagu ini, kalau suka lagu ini nggak papa, bajak aja!’. Seakan-akan Pandji setuju dengan pembajakan di mana banyak musisi dan pelaku industri musik pusing dengan pembajakan dan merasa dirugikan sekali.Pandji mencoba memberi pengertian kepada musisi dengan cukup tajam saat lirik pada lagu ini ditulis ‘Kita bisa berteriak sebangsa serempak, kita maju ‘Pendidikan adalah hak ku!’ kita minta pendidikan gratis, tapi kalau lagu dibajak mengapa nangis?”. Menurut gue ini adalah lirik yang kuat untuk memberi satiran kepada sesama musisi, yang menurut gue ciri khas lagu hip hop. Pendapat gue hip hop itu lirik lagunya harus ada yang di ‘serang’.


Trak kedua judulnya ‘Morning People’ yang berkolaborasi dengan Steny Agustaf. Lagu ini sebenarnya isi pandangan Pandji soal aktifitas common people sehari-hari yang ujung-ujungnya mencari uang. Dalam bridge liriknya ditulis ‘Money pays the bill, money for the kids, money on the groceciers, money everytime, everything, money aint a thing’. Mungkin di sini Pandji ingin beritahu seringnya ia dianggap bukan seorang yang punya pekerjaan, karena kerja itu ya dari pagi sampai sore di kantor. Ya, tapi mungkin ini juga menjadi lagu untuk memprovokasi musisi terutama rapper untuk jangan takut hidup di dunia musik, soalnya ada liriknya yang menyebutkan Jay Z. Kalau buat awam mungkin kan gak terlalu masuk hehehhe. Satu hal, dalam pemilihan beat, lagu ini masih beat standard lagu hip hop pada umumnya yang nanti tidak ditemukan pada album ke dua Pandji berikutnya, tapi nanti aja dijelasinnya.


Pada peluncuran album pertama Pandji, sempat dianggap isinya cuman curhat doang. Mungkin, karena di lagu trak ketiga yang judulnya ‘Dulu Dia Bukan Siapa-Siapa’. Liriknya lebih kepada kisah seorang Pandji yang dari keluarga broken home, ditolak cewek mulu hingga dipalak juniornya karena saking pencundangnya dia dulu. Namun, yang paling ngena, pada bagian chorus yang lumayan berani memasukan nada seperti itu, mungkin ingin menggambarkan seringnya ia dengan suara-suara miring dan sok tahu.


Gue suka dengan beat dan nada pada trak ke 4 yang diberi judul Ghost Song. Nadanya provokasi sekali menurut gue dan cukup mewakili nama albumnya. Meskipun gue bisa bilang, Pandji belum menemukan gaya hip hop dia, sehingga pada lagu Ghost Song ini masih kental dipengaruhi oleh hip hop luar pada umumnya, termasuk dalam pemilihan liriknya. Dapat dimaklumin, karena ini kan baru album debut. Anehnya, Pandji selama menulis lirik Inggris tidak menggunakan kata sumpah serapah seperti ‘Shit, fuck, ass, dll’. Gak ditemukan, dan akan ditemukan pada album 32 dan itupun bukan Pandji yang nyanyiin.


Trak ke lima, menurut gue adalah pola musik Pandji yang orisinil, karena nanti dengan model nada-nada seperti lagu ini akan ditemukan di album-album berikutnya. Judulnya Ada Yang Salah dan menariknya ia feat dengan Tompi. Boleh jujur, Tompi memang menyelamatkan lagu ini pada bagian chorus, karena Pandji paham kelemahannya bernyanyi dengan nada-nada banyak. Pada lirik, memang tidak salah kalau Pandji memang sedang curhat di album ini. Ia sebenarnya curhat tentang penilaian orang-orang terhadap dirinya yang memilih menjadi rapper.


Featuring dengan Joeniar Arif pada lagu ‘Untuk Indonesia’ menurut gue menjadi daya tarik sendiri dalam lagu ini. Makanya, Pandji dikenal sebagai rapper pada lagu ini meskipun nanti akan lebih dikenal lagi di album berikutnya. “Angkat tanganmu untuk Indonesia” begitu liriknya dibuka yang harusnya ini menjadi trak pertama pada album ini, karena berikutnya ada liriknya yang memperkenalkan dirinya. Suatu saat lagu ini menjadi pembuka saat Pandji nongol pertama kali di Java Soulnation kalau gue gak salah inget, Pandji masih dapatnya panggung yang masih di luar.


You Think You Know (Indonesia), merupakan karya Pandji yang paling idealis menurut gue. Gue yakin banget, waktu buat lagu ini, ia ingin banget menyampaikan semua pemikirannya dan sulit menyuting lirik. Kedewasaan membuat lirik memang butuh proses, nanti kelak album-album berikutnya liriknya menjadi efektif. Lagunya sebenarnya penuh emosionil terhadap anak muda Indonesia, namun ditulis dengan ‘masih sopan’ menurut gue hehehe.


Hip Hop Help adalah lagu berikut Pandji dan lagi-lagi disapa dengan ‘Hey yo wassap’ panggilan anak-anak hip hop. Dan menurut gue ini lagu beat nya gak beda jauh sama trak sebelumnya. Bahkan nyaris sama. Ya, karena memang Pandji waktu pembuatan album ini seperti halnya banyak musisi di debut awal, yaitu pencarian jati diri. Subjektifitas pada lirik lagu ini masih kental. Mungkin hanya anak-anak hip hop yang dapat menikmati pesan pada lagu ini hehehe.


Pandji akhir-akhir ini suka mention band Maliq & D’Essentials di TL sebagai band yang dia favoritkan. Ternyata dari album pertama, ia uda kolaborasi dengan salah satu personil band tersebut, yaitu Angga. Angga dapat membantu lagu ini hingga terasa soul nya. Judulnya Mulanya Biasa Saja. Dan kyaknya ini lagu pertama Pandji soal cinta, dan itu pun temanya selingkuh. Sikap, humoris Pandji nongol di lagu ini dengan menjebak Angga dalam sebuah pertanyaan.


Gue suka trak berikutnya yang masih dengan tema cinta, judulnya Dibayang Masa Lalu. Penggunaan feel piano pada lagu ini, sebenarnya bisa dibilang ini campuran soul dan sebenarnya nge-funk. Dan Pandji masih belum berani mengambil chorus yang butuh kemampuan nyanyi sebenarnya hehehe. Gue rasa ini lagu buat Gamila saat awal-awal mereka baru nikah.


Kalau pada nanya, kok Pandji gak buat lagu buat Ibu sendiri, mala buat lagu tentang ayah di Ode Untuk Ayah, sebenarnya terjawab di album pertama yang justru ia memasukan pesan ke ibu di lagu judulnya Kembali Tertawa. Yang buat gue menarik adalah lirik nya curhat banget bahkan ada lirik yang berbunyi ‘Orang bilang dulu aku tukang selingkuh, laki-laki pencundang dan tidak bermutu’. Ehmm…


I Know (‘Kan Kembali) adalah lagu yang menjadi kode bahwa akan ada album kedua. Sebenarnya ini lagu cinta, dan saat gue dengar lagi ini lagu baru sadar, album perdana ini memang sengaja dibagi gitu urutan traknya. Dari provokasi-cinta-provokasi lagi….


Sebenarnya I Know adalah lagu terakhir di album ini, cuman ada bonus trak, yaitu Atas Nama Kebenaran dan Nggak Sekarang. Atas Nama Kebenaran adalah lagu yang paling provokatif yang amat nyata mau nyerang polisi, penegak hukum. Saat dengar lagu ini, beat bukan jadi konsentrasi saya karena liriknya super luar biasa sehingga saya tidak sadar bahwa beatnya sih biasa saja tidak ada yang istimewa (Memang mayoritas di album ini belum ketemu beat menarik selain trak Ada Yang Salah).


Nggak Sekarang adalah sebuah lagu visioner dan resolusi Pandji untuk hadapin tahun 2008. Dan agak membosankan dengan pemilihan lirik Pandji yang lagi-lagi ditemukan lirik yang memperkenalkan diri. Dalam album ini ada sekitar 3 lagu yang isi liriknya memperkenalkan diri sebagai Pandji (Untuk Indonesia-Hip Hop Help-Nggak Sekarang). Namun menarik di lagu Nggak Sekarang ia memilih beat disco tahun 80-an dan cukup menarik sich…untuk yang ada di era 80-an juga hehehhe.


Album Kedua Album Curhat Lagi


“You’ll never know when someone comes in and press play on your paused life” adalah judulnya. Panjang untuk ukuran nama album, gak heran di covernya nama Pandji lebih dicondongkan daripada judul albumnya hehehe. Konon, ini album yang dibuat penuh perjuangan karena saat itu Pandji dalam keaadan stagnan dalam pembuatan lagu. Dia curhat di track Intro.


Track pertama judulnya “I Told You (Kan Kembali)” adalah positioning seorang rapper untuk Pandji. Pemilihan beat mulai kelihatan inilah hip hop nya Pandji. Mungkin inilah bayaran untuk sebuah karya yang lama sekali dibuat.


Djakarta adalah lagu di track berikutnya yang menurut gue keren. Memadukan suara dari film Warkop DKI untuk menggambarkan tentang kota Jakarta. Perhatikan deh lirik di album ke dua dengan pertama, efektifitas lirik mulai terlihat dalam album ke dua meskipun masih terlihat Pandji belum berani singkatkan lirik karena mungkin ia takut pesannya tidak tersampaikan atau disalah artikan.


Maafkan Ayah, lagu Pandji yang menceritakan bagaimana ia lelah dan tidak punya banyak waktu untuk keluarga. Gue bingung, banyak musisi yang tidak berani mengaku kalau lagu ciptaannya adalah kisah dirinya sendiri, namun Pandji justru membeberkan kisahnya dalam sebuah lagu dengan gamblang. Dan dari trak pertama hingga sekarang, tampaknya album ini lebih ke ranah privasi seorang Pandji dalam perjalanan karirnya. Dalam lagu inilah Pandji menemukan tema pada albumnya yaitu ‘But you’ll never know when someone comes in and press play on your paused life’.


Calvin and Susie, lagu ini sebenarnya baru gue mau mention Gamila, karena dalam lagu ini suara Gamile benar-benar keluar. Cocok banget. Curiga gue justru dalam aransemen lagu ini, Gamila ambil peran. Ceritanya sich kyaknya gimana Pandji dan Gamila kalau berantem hehehe.


Memang benar, pada album kedua ini, sebenarnya Pandji tampaknya lagi jatuh cinta lagi dalam kehidupan romansanya, sebab sampai di track 5 belum ada tanda-tanda Pandji punya lagu tentang sospol hehehe. Judulnya Penasaran. Kisahnya tentang orang yang penasaran dengan hubungan yang tidak ada status. Liriknya keren nih “Kalau memang masih cinta ya dijaga, kalau tidak mau lepas ya dipegang, kalau masih ragu ragu istoqoroh”.


Supersugarcane Man, ehm gue jujur sulit memahami lagu ini, apakah soal pria yang tidak sempurna dari fisik, atau ini soal curhatan aka keluhan kekasihnya terhadap dirinya. Hehehe


Kecintaan Pandji dalam basket dituangkan dalam lagunya Always A Player, dan ia membuat sembuah filosofis basket dengan kehidupan dia tampaknya, termasuk kehidupan romansanya.


Babyplum, lagu berlirik Pandji yang gue suka. Rima nya asik dan mulai efektif dalam pemilihan lirik. Mungkin karena memang gampang untuk efektifkan lirik inggris tentang cinta daripada tentang kritik sosial. Beat nya pun asik meskipun tidak orisinil Pandji saat masuk chorus “Babyblue im coming, pour some pink, im runing, lemme tell you sumthin”.


Tak Mudah, lagu cinta yang menurut gue saat Pandji buat benar-benar lagi fall in love dengan penuh kegalauan. Gue curiga ini diciptakan sebelum Pandji merried atau mungkin ia baru nonton film romantis. Chorusnya “ Mana Mungkin, kita bisa bersatu, ku disini, sedang kamu di situ, perbedaan yang buat kita menjauh, inilah diriku dan itulah kamu”


Kalau diamati, bisa dibilang pada album kedua ini Pandji lebih longgar soal idealis pemilihan tema, beat hingga lirik. Curiga gue karena album ini ada sponsor yang tentunya ingin juga mencapai target tertentu. Kesederhanaan, track berikutnya benar-benar enak banget dan menurut gue ini pop banget sich. Dan di sini Pandji memberanikan nyanyi chorus dengan berani meskipun yaaa suaranya masih kagok sich…. “Tak ada yang bisa membahagiakanku selain kesederhanaanku”


I Hustle merupakan jawaban Pandji akan gosip-gosip soal persaingan dunia hip hop. Banyak yang bertanya-tanya kenapa Pandji mala muterin lagu hip hop dari rapper Indonesia lain saat siaran radio dan pertanyaan-pertanyaan lainnya soal persaingan hip hop. Pandji menjawabnya dengan mengajak kolaborasi dengan Kyriz of Bogiemen yang dianggap orang menjadi pesaing Pandji dan Rayi dari RAN yang dianggap bukan anak hip hop karena nyanyi pop. Ya, lagu ini menjawab semua kekonyolan dunia hip hop Indonesia yang saling hina.


Track berikut ini adalah yang menurut gue makin meningkatkan Pandji sebagi raper yang membawa pesan nasionalisme setelah “Angkat Tanganmu untuk Indonesia”. Judulnya Kami Tidak Takut dan selalu menjadi lagu andalan Pandji setiap tampil. Beat nya pun dipilih dengan baik dan sempurna.


Track berikutnya adalah GBK. Lagu ini sebenarnya sebuah resolusi Pandji yang mungkin akan tampil atau mengadakan event di GBK. Tampaknya, karena lirik terakhir berbunyi “Sengaja kuciptakan lagu ini untuk dibawakan suatu hari dihadapan ratusan ribu anak negri, kutaklukan Geloran Bung Karno”


Gue yakin track terakhir ini sebenarnya diciptakan jauh sebelum album ke dua sedang dibuat. Happy Ending yang menjadi trak terakhir ini sebenarnya masih kental dengan nuansa album pertama Pandji. Lirik yang panjang, beat yang masih belum orisinil Pandji. Berbeda dengan beat-beat dari awal track pada album ini yang sudah terlihat ciri khas beat Pandji.


Membawa Semangat Merdesa


Setelah tersiksa dengan album pertama dan kedua yang menurut gue belum menunjukan banyak rapper Pandji itu seperti apa, karena banyak lagu masih tidak menunjukan beat-beat khas dan pembeda. Meskipun ada beberapa lagu yang bisa menggambarkan rapper Pandji. Jadi bisa dibilang album pertama dan kedua Pandji masih terpengaruh dengan beat-beat rapper influencenya…Setelah dikoreksi,ternyata album Merdesa lha yg menghasilkan Rp.100jt dalam 10hari. Silakan ubek2 webnya di pandji.com. Mungkin ini yang menyebabkan sekarang hanya di album Merdesa dan 32 yang masih ada link download gratisnya.


Album ini dibuka dengan track berjudul Comeback, dan gue langung naik moodnya. Gue bilang ‘Ini baru lagu Pandji’. Cerita pada lagu ini masih seputaran personal brandingnya Pandji. Cerita bagaimana ia tetap nge-rap dan terus menyuarakan aspirasi dia sebagai orang Indonesia. Akhirnya gue sadar, Pandji ingin membuat semua orang tahu dulu siapa Pandji, kisahnya dan privasinya di album pertama dan kedua. Dan dirasa uda cukup 2 album menggambarkan Pandji. Sekarang, di Merdesa, liriknya mulai berkembang, kaya dan efektif banget. “Assalamualaikum people do welcome me back I aint no terroris / be cool / i aint gonna attack Im a moslem and especialy Indonesian. We dont do stupid things man/ we’re to proud for that”


Pandji pernah bilang, hip hop itu kalau gak seputaran isinya unek-unek kritik sosial ya sekalinya cinta soal sex. Pada track kedua dengan judul LXIX ini merupakan lagu cinta menjurus sex Pandji yang paling vulgar. Meskipun masih dalam koridor lirik kesopanannya, cukup menunjukan kreatifitas seorang Pandji dalam pembuatan lirik. Track ini Pandji menunjukan bahwa ia sulit bernyanyi dengan baik dan benar hehehe I cant sing But for you i willl try everything Hold on / that honestly was just a way To prove to you that i’ll embarass myself any day


Matthew Sayers adalah vokalis cowok yang suaranya gokil menurut gue, dan Pandji mengajaknya kolaborasi pada lagu I Remember. Dan lagu ini adalah lagu yang paling tinggi musikalitasnya menurut gue sich…Dan Matthew memang pantas untuk menyempurnakan lagu ini hehehe. Gue yakin, Pandji akan sulit membawakan lagu ini secara live…


Tidak Seindah adalah tentang romansa Pandji saat di Bandung. Ya ini lagu soal jatuh cinta namun mengambil tema sebuah kota, Bandung.


Sebenarnya beat yang dipilih Lagu Melayu sudah nongol-nongol dikit di album pertama dan kedua Pandji. Hanya saja, Lagu Melayu ini liriknya kuat sekali. Dan lagu ini digunakan KompasTV untuk jingle. Jalan jalan ke pasar ketemu mba ayu Duduk bersamanya dan minum minum jamu Jangan pernah malu, punya darah melayu Karna itu kekayaan milik bangsamu. Lagu Melayu ini menceritakan pengalaman Pandji yang punya kesempatan keliling Indonesia. Coba perhatikan, ia ingin curhat dan keluarin aspirasi, tetapi pemilihan lirik pada lagu ini berbeda jauh dengan album sebelumnya. Iya, mulai dengan sudut pandang yang berbeda dan liriknya pun sudah jauh efektif. Efektif adalah tidak perlu digambar detail tapi sudah sampi pesannya.


Salah satu lagu favorit gue di album Merdesa yaitu Perhatikan. Lagu ini tampaknya ingin menasehati anaknya tentang kehidupan. Jika di album sebelumnya Pandji penuh emosi, namun di Merdesa, Pandji lebih persuasif dan menggandeng. Perhatikan liriknya Jangan biarkan mereka jadi kaum lemah “Beri harapan jangan sampai mreka menyerah Beri mereka kuasa / jangan ajari jadi manja Jangan sekedar memberi uang / ajarkan mereka untuk berjuang Berikan sayap untuk mreka terbang Persenjatai mereka/ dengan Segala ilmu pengetahuan/Karna kebodohan akar kemiskinan”


Rappernya Pandji makin jelas pada beat di track Was Here. Kelak beat-beat seperti ini akan muncul lagi di album 32 dan menurut gue memang gini seharusnya beat-beat Pandji. Bukan harus sama, tetapi semacam gaya. Jadi seperti Afgan yang berbeda dengan Vidi Aldiano. Begitu juga Pandji dengan raper lain. Coba dengarkan lagu Was Here dan lalu lagu berikut-berikutnya.


Mau tahu lirik Pandi tentang kritik sosial yang paling keren? Dengerin trak berikutnya yaitu Tangan Kotor. Dengan suara low, Pandji ingin menggambarkan suasana inilah perjuangan underground untuk Indonesia. “Gulung lengan baju Tangan kotor, tubuh berpeluh Kalau nggak kotor , nggak belajar , nggak maju\Bangun negara dari bawah dulu”


Dengarkan beat Menoleh, dan lalu dengar Lagu Melayu. Ya, ada kemiripan. Memang inilah salah ciri khas lagu-lagu Pandji. Menoleh konon yang paling banyak dicari link downloadnya. Gak tau kenapa, mungkin lagunya cukup memberikan inspirasi baik bear dan liriknya. Beberapa lagu, Pandji suka gunakan suara synth/organ yang nunjukin semangat seperti pada lagu Menoleh.


Track berikutnya adalah lagu yang cukup satir dan sarkas untuk pemuda Indonesia. Bisa dibilang lagu Menyingkir adalah lagu satir dengan lirik Indonesia yang paling ‘pedes’ di album ini dan sebelumnya, sampai nanti ada lagu di album 32. “Dan menyingkir lo,kita sebangsa dan bukan musuh, atau berdirilah dibelakang ku dan ikut berjuang sisingkan lengan baju lo, munafikah lo berpijak di bumi siapa lo?udara yang dihirup hidung lo, kalau gak suka keluar negeri lo”


Track 11, DPR, tampaknya mulai makin gerah Pandji dengan lembaga pemerintah ini. Gue bisa merasakan saat pembuatan lagu ini, Pandji sudah gerah namun jauh dari kebencian, gimana ya? Ya pokoknya gregetan namun tidak didasarkan kebencian. Inilah yang membuat Pandji dapat me’ngawini’ beat dengan liriknya yang menurut gue klop banget.


Pada album pertama, Pandji masih mau masukin semua yang ada dikepala sehingga tidak kuat pesan pada albumnya, dan album kedua isinya curhat pribadi seorang Pandji sehingga bentuk kritik sosial sedikit ditemukan, dan di album Merdesa ini benar-benar dipenuhi kegelisahaan seorang Pandji terhadap negeri ini. Takkan Usai adalah lagu yang menggambarkan kegelisahaan seorang Pandji. Melawan Pembodohan TAKKAN USAI Melawan Pemiskinan TAKKAN USAI Melawan Terorisme TAKKAN USAI Melawan Korupsi TAKKAN USAI Tegakkan keadilan TAKKAN USAI Sebarkan kebenaran TAKKAN USAI Menanam kebajikan TAKKAN USAI Bangkitkan Indonesia TAKKAN USAI


Menurut gue trak berikut ini adalah sebuah keblunderan Pandji yang akan mendeskripsikan berapa usia Pandji hehehehe. Main Itu Hidup Itu Main, adalah lagu tentang pesan sebuah kehidupan yang sebenarnya seperti game. Makanya ia memasukan beat-beat mungkin menurut gue dari tetris sama Mario Bross. Kyaknya yaaaa…


Track terakhir pada album ini ditutup dengan lagu cinta. Ya ini mungkin strategi Pandji dalam penyusunan track list. Setelah dihajar suara kritik yang keras, ditutup dengan lagu bikin adem. Kisahnya kayaknya saat Pandji keliling Indonesia dan meninggalkan istrinya hehehe. Judulnya Pulang. Dari segi beat tidak keluar dari koridor musik Pandji.


32 Makin Pandji Banget….


Merdesa telah menggambarkan sosok sebenarnya rapper Pandji. Pemilihan beat yang sudah kental klo ini beat-beatnya Pandji, liriknya yang kian kaya dan kuat. Maka di album 32 yang katanya untuk memperingati 14 tahun turunya Presiden Soeharto, menurut gue ini adalah sikuel dari album Merdesa. Tidak banyak perubahan dari album Merdesa baik beat dan lirik, hanya saja tema yang diambil dan materi lebih banyak refrensi. Curiga gue, pada album ini Pandji mengobok-ngobok lebih banyak lagi perpustakaannya dalam pembuatan album ini.


Track pertama Selamat Pagi, dan puji Tuhan ia mulai pede sehingga tidak terdengar lirik


isinya memperkenalkan diri lagi. Dan tidak ada suara curhat, mala inilah musik inspirasi Pandji 100%. Mungkin saat pembuatan album 32, Pandji mulai banyak kegiatan, mulai banyak berkenalan dengan banyak orang yang cukup berpengaruh atas karirnya. Selamat Pagi sekilas dengar suara notifikasi dari BB hehehe


Pandji mencoba merespon ‘Galau’ syndrom yang mulai banyak nongol pergaulan pemuda Indonesia dengan lagu kedua yang judulnya Lagu Putus. Namun lagu ini masih objektif karena ambil sudut pandang Pandji sebagai cowok hehehe. Tetapi perhatikan di intronya, suara synth yang ciri khas banget sama Pandji.


Pandji dari album pertama saja sudah nunjukin kenarsisanya dan kepercayaan dirinya. Nah, di trak berikut yang judulnya GR ini adalah bentuk cara lain nunjukin kenarsisannya. Gue saat dengar lagu ini, terus bertanya-tanya “Apakah ini bentuk pencitraan Pandji” karena dia sempat buat lagu yang nunjukin kalau dia dulu doyan selingkuh? Ya di album pertama Kembali Tertawa kan dia bilang tukang selingkuh….ehmmm


Dari Belenggu adalah kegelisahan seorang Pandji akan mereka-mereka yang mengkritik kerja Pandji. Lagu ini sebenarnya sudah mewakili album 32 isinya akan seperti apa. Pandji menceritakan bagaimana cara dia berkarya. Dari beat yang dipilih tidak beda jauh denga lagu-lagu sebelumnya…”Sejak bertahun yang lalu kuberkarya dan terbebas dari belenggu”


Ode Untuk Ayah adalah lagu yang paling emosionil Pandji. Suara Pandji pada lagu ini terdengar bergetar beberapa part. “Aku dibabtis dengan obrolan” lirik yang menggambarkan hubungan Pandji dengan Ayahnya. Tidak romantis namun mesrah.


Pandji mulai bijak dalam pembuatan lagunya dengan liriknya. Di trak Bertahanlah salah satunya. Pemilihan liriknya mudah didengar dan dimengerti dengan chorus yang enak. Siapa pun yang memberikan masukan ke Pandji, tampaknya sangat mempengaruhi musik Pandji di album 32.


Menolak Lupa, lagu hits pada album 32 ini memang pantes dijadiin hits. Intro gitar yang melankolis, dan beat yang pelan tampak penuh perasaan. Isi lagu ini pun penuh dengan nama tokoh perjuangan seperti Mohamad Hatta, Wiji Tukul dan Gusdur. Lagu ini keren!


Terjebak adalah lagu yang sedikit keluar dari koridor musik Pandji dari pemilihan beatnya. Namun tetap asik banget, mungkin terpengaruh dengan Repstamasta. Lagu ini menggambarkan bagaimana rakya Indonesia masih mayoritas terjebak romantisme orde baru.


Sudah sampai track 9, masih dengan lagu berlirik Indonesia, ini tidak seperti pada album sebelum-sebelumnya. Mungkin ingin lebih cepat nempel pesannya. Demokrasi Kita adalah lagu yang melanjutkan dari lagu Terjebak, setidaknya itu yang gue rasakan. Dalam lagu Demokrasi Kita, kita dapat rasakan perbaikan vokal Pandji yang kian membaik termasuk saat Chorus.


Berani Mengubah boleh dibilang versi sopannya dari lagu ‘Menyingkir’ yang ada di album Merdesa. Lagu yang mengajak anak muda untuk turut peduli terhadap negeri ini. Bisa dibilang ini adalah soundtrack dari buku dia Nasional.isme. Kyaknya gue merasa ada part sepintas nyinyir salah satu menteri dari PKS deh dalam lagu ini….


Gue uda dengar katan’Hatta’ dua kali di album 32. Dan sekarang trak berikutnya Indonesia Free, Pandji mengambil dari pidato Hatta yang menyindir pemerintahan Belanda saat itu. Isi pidato dijadikan lirik dan itu susah menurut gue, apalagi isi pidato aslinya itu bahasa Belanda.


Masih inget gue bilang Pandji itu gak pernah pake lirik sumpah serapah. Nah, dalam lagu Pemuda Bodoh ada selintas sumpah serapah dan itu bukan Pandji yang keluarin namun Endumarch. Dalam lagu Pemuda Bodoh kekuatan liriknya penuh kemarahan sebenarnya dan sangat tajam menyerang anak ‘gaul’ masa kini. Meskipun beat dan intro yang dipilih Pandji membosankan, namun lagu ini jadi keren karena liriknya. “kenapa laki-laki kok pake bando,emang dasar goblok”


Trak berikutnya Naivete, jujur gue merasa di sini Pandji pas bagian chorus kyaknya pake autotune hehehe. Dalam album 32 memang lo gak akan banyak temukan beat-beat baru dan bunyi-bunyi unik seperti di album Merdesa, namun kekuatan pada album 32 di lirik termasuk di lirik Inggrisnya.


Selamanya, lagu yang dibuka dengan suara Gamila langsung enak banget. Ini lagu curhat kehidupan pribadinya Pandji satu-satunya di album 32. Mungkin, Pandji sebenarnya lebih gampang bikin lagu dari sudut pandang dirinya sendiri sehingga tidak dapat melepaskan saat pembuatan lagu. Lagu ini enak banget dan curiga gue juga Gamila punya andil dalam pembuatan hook pada lagu ini.


Terakhir judulnya Untuk Sahabat…berkolaborasi dengan Davina. Lagu ini keren dan menjadi benang merah dari album pertama. Lo bayangin aja, Pandji sampai mirikin segitunya untuk pembuatan lagu yaitu menjadikan benang merah. Jadi album ini sebenarnya menutup apa yang dimulai dari album pertamanya. Setelah ini Pandji gak kan produksi album dulu, begitu katanya sampai nanti dia buat lagi mungkin dengan konsep yang berbeda.


Sayangnya gue gak nemu data penjualan album Pandji, kira2 album mana yang paling laku? Semoga dapat konfirmasi dari Mas Pandji….

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 18, 2013 10:14

Review BalasDi18 / Buku

@FitrotHM


NASIONAL.IS.ME, MERDEKA DALAM BERCANDA, dan BERANI MENGUBAH

saya beli dalam waktu dan tempat yang berbeda. Buku pertama yang saya baca justru BERANI MENGUBAH, lalu, MERDEKA DALAM BECANDA, dan yang terakhir NASIONAL.IS.ME. Namun, saya akan memulai pembahasan dengan buku NASIONAL.IS.ME.

NASIONAL.IS.ME

Membaca buku ini, kita akan mendapat banyak pencerahan tentang konsep Nasionalisme dan ke-Indonesiaan secara sistematis. Pandji menekankan, bahwa kita tak seharusnya membenci sesuatu yang tak kita kenal dan tak kita pahami. Bagian ini cukup menggelitik saya, yang sering berkoar-koar tentang kebobrokan Indonesia. Pemerintahnya yang beginilah, dunia perfilmannya yang begitulah, orang-orangnya yang noraklah, dan banyak lagi. Padahal, saya belum sepenuhnya mengenal, seperti apa sebenarnya Indonesia. Saya tinggal di Jawa, maka Indonesia versi Jawalah yang saya kenal sejak lahir hingga sekarang. Benar yang Pandji katakan dalam dihalaman 88 buku ini, bahwa begitu banyak hal-hal baik yang terjadi di Negara ini, namun Media tak banyak memberitakannya.

Dari diskriminasi hingga harmonisasi

Kata-kata diatas mungkin tepat untuk menggambarkan kehidupan Pandji saat itu. Pandji yang lahir dari keluarga kaya dan biasa dengan lingkungan yang mewah, merasa sangat kaget ketika dia harus sekolah di SMP Negeri yang siswa-siswanya bandel, dan banyak tukang palaknya. Membuat Pandji kecil harus berhadapan dengan hal2 buruk setiap hari. Namun, yang paling membuatnya shock dimasa itu adalah perceraian orang tuanya. Yang memaksa dia harus menerima kenyataan, pindah dari rumah yang mewah di Simprung, ke sebuah rumah sempit di Bintaro. Belum lagi dia harus menerima kenyataan, disisihkan oleh teman-teman sekolahnya, hanya karena sepatu yang dipakai bermain basket, bukan sepatu Air Jordan atau Air Max. Hal ini sempat membuat mentalnya terpuruk. Ditambah lagi Pandji bermain buruk di timnya. Pandji lalu memilih menjauh dari lingkungan yang disebut anak2 mampu itu, dan bergabung dengan geng, yang terkatakan anak-anak “kurang mampu”.

Dan saat itu jugalah suami dari Gamila Arif ini mengenal makna dari kata “miskin”. Ketika dia mengunjungi rumah beberapa teman yang nasibnya lebih buruk darinya. Keadaan itu membuka mata Pandji. Bahwa masih banyak orang yang jauh “serba kekurangan” dibanding dirinya. Masa SMP adalah masa dimana untuk pertama kalinya Pandji belajar tentang makna hidup secara lengkap.

Lepas SMP, Pandji mendaftar di beberapa sekolah favorit di Jakarta, SMA 82, SMA 6, dan SMA 70. Nmaun karena NEMnya tidak cukup, Ia gagal diterima di tiga sekolah itu. Sampai akhirnya, pilihan jatuh pada SMA Katolik Gonzaga. Sekolah yang benar-benar menawarkan cara pandang baru bagi Pandji. Sekolah ini memperbolehkan siswa-siswanya untuk tidak pakai seragam. Bahkan saat itu SMA Gonzaga sudah membiasakan siswanya memakai batik setiap hari senin dan selasa. Tentu saja, jauh sebelum Indonesia “mengenal” batik. Dari situlah siswa-siswa SMA Gonzaga belajar bahwa perbedaan bukan sesuatu yang membuat canggung, melainkan sesuatu yang harus kita terima dan kita jaga. Lebih baik kita meerima perbedaan, tapi tidak menjadikannya masalah. Daripada demi hilangnya masalah, perbedaan itu disamaratakan, Dijadikan satu. begitu kata Pandji.

Pelajaran lain yang didapat ketika masa SMAnya adalah saat study tour. Ketika Ia dan teman sekolahnya tinggal di sebuah desa di Lampung, hidup dalam kesederhanaan, dan bermain bersama orang-orang desa yang ramah. Sampai suatu malam, dimalam terakhir didesa itu, Pandji dan teman-temannya disuguhi ayam goreng oleh tuan rumah yang Ia tinggali. Menu yang terasa sangat mewah malam itu, karena setiap malamnya tuan rumah hanya menyuguhinya tempe, kangkung, dan mie instan. Disitulah Pandji mengerti, ketika kita memberi dalam keterbatasan, muncullah pengorbanan. Saat pemberian menjadi besar sekali artinya.

Sementara masa kuliah adalah masa dimana Pandji menjadi bagian dari sejarah kelam Indonesia saat itu. Ia memang tak secara langsung ikut dalam kerusuhan yang terjadi di Trisakti, namun Pandji ikut turun ke jalan bersama teman-teman Mahasiswa di Bandung. Dalam rangka penumbangan rezim Soeharto.

Au Neko

Lewat buku ini kita akan melihat juga pengalaman-pengalaman Pandji dalam “menyelami” Indonesia. Melalui tulisannya yang berjudul, Dari Sabang sampai Merauke, Pandji menggambarkan nya dengan penuh keramahan, dan kesahajaan. Dalam perjalanannya dari Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Manado, Padang, Makassar, Kupang, Belitung, Jayapura, Bali, Jakarta, dan Medan, kita akan terhanyut di dalam bagian-bagian yang membuat kita senang, haru, miris dan bahkan bisa membatin Damn!. Seperti perjalanan ke Kupang misalnya, Ketika Pandji bertemu dengan Ibu-ibu di Puskesmas, dan menggendong anak-anak mereka yang kurus dan kurang gizi. Serta gambaran cinta seorang Ibu pada anaknya. Menggendongnya dengan kasih, sambil membisikkan Au neko, yang artinya “Aku sayang kamu”… yah, Pandji memang benar, bagaimanapun keadaannya, tak ada orang tua yang mau anaknya sakit, tak ada orang tua yang mau anaknya sedih. Cinta adalah hal terakhir yang mutlak kita bisa berikan pada anak kita, ketika kita tidak bisa, tidak kuasa memberikan apa pun lagi. Kutipan diatas menunjukkan kemurnian, dan kecemerlangan Pandji dalam menarasikan sebuah cerita. Sungguh mengharukan.

Perjuangan itu…

Bagi mereka yang telah kenal Pandji dan telah aktif di twitter sejak tahun 2009, pasti tahu dengan gerakan #IndonesiaUnite. Sebuah gerakan positif yang sempat ramai dibicarakan dikalangan anak muda. Ramai jadi perbincangan di jejaring sosial, juga dilingkungan saya di pesantren, walaupun saat itu hanya sekedar ikut-ikutan. Saya sering nulis Indonesia Unite di buku pelajaran saya. Jujur, aat itu saya tak tahu apa maksudnya. Dalam buku setebal 330 ini kita akan mengetahui pula sejarah gerakan #IndonesiaUnite Dari awal mula asal-usul kelahiran serta perkembangan, dan lika-liku perjuangannya sebagai sebuah gerakan Ideologis dengan tujuan-tujuan yang sangat jelas dan mendasar. Yang pada mulanya, #IndonesiaUnite hanyalah sebuah gerakan yang terbentuk pada tanggal 17 Juli 2009, dalam bentuk hastag twitter. Sebagai reaksi pengguna twitter terhadap isu terorisme. Diikuti dengan teriakan KAMI TIDAK TAKUT. Namun bukan berarti #IndonesiaUnite itu gerakan anti terorisme, Indonesia Unite merupakan sebuah gerakan, dan semangat yang ada dalam diri setiap Bangsa untuk menciptakan perubahan. Indonesia Unite adalah bentuk kepedulian pemuda terhadap Indonesia. Yang tak kalah penting diulas dalam buku ini adalah tentang perjuangan Pandji dalam menyatakan diri sebagai orang Indonesia yang Patriotis. Diantaranya menjadi donor tetap untuk seorang penderita Thalassemia, menjadi relawan C3 (Community for Children with cancer), Indonesia Mengajar, serta lewat karya-karyanya di jalur musik.

Memang seharusnya kita bersatu, Walau bukan menjadi satu.

Di akhir pembahasan tentang Indonesia Unite, ada satu lagi, sebuah cerita mengharukan yang dialami Pandji bersama Glenn Fredly. Saat itu Glenn Fredly mengajak Pandji ke sebuh acara bertajuk “DOLOE SOEMPAH PEMUDA, KINI INDONESIA UNITE” yang membawa misi menyatukan pengkotak-kotakan agama.

Acara tersebut diadakan oleh Glenn bersama komunitas gerejanya. Glenn mengundang Pandji sebagai wakil saudara-saudara umat Islam, sekaligus untuk mengisi acara yang diselenggarakan di DBEST Fatmawati itu. Pandji yang sudah terbiasa hidup di lingkungan berbeda agama, tidak merasa canggung berada diantara mereka yang beragama kristen. Bahkan, nama Pandji disebut dalam doa mereka.

Beberapa saat kemudian, Pandji dipanggil ke atas panggung, dan diminta memberi sambutan sebagai tamu muslim. Saat Pandji mengucapkan “selamat malam”, Glenn justru menyuruh Pandji untuk mengucap salam sebagaimana yang diajarkan Islam. “Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh” maka seisi ruangan pun menjawab, dengan hal yang sama. Saat itulah Pandji merasakan damai, karena dua agama telah bersatu, tanpa ada yang merasa paling benar.

Jujur, saya hampir menangis membacanya. Mengingat saya sedang mambawa Visi dan Misi yang sama dengan Glenn dan Mas Pandji. Yaitu menciptakan harmonisasi kehidupan beragama. Saya ingin curhat sebentar, di Kampus saya Fakultas Sastra Universitas Jember, saya menjadi bagian dari UKM LeKFAS. (Lembaga kerihanian Fakultas Sastra), yang menjadi satu-satunya UKM Kerohanian di Indonesia yang menaungi semua agama. (Mas Pandji boleh Cek di FB kami) J. Ketika Natal, kami membantu teman-teman Kristen dan Katolik membuat Pohon Natal, begitu juga dengan teman-teman Hindu, Budha, dan lain-lain. Juga sebaliknya. Di Sekretariat kami, gambar lambang agama berada dalam satu frame. Semua itu barawal dari aksi pembakaran gereja oleh teman- teman Muslim beraliran garis keras yang terjadi Situbondo beberapa tahun silam. Maka pada tahun 1996, atas nama ingin menciptakan keharmonisan beragama, maka terbentuklah LeKFAS oleh Bapak Taufiq, yang saat ini telah menjadi dosen kami. Kami (LeKFAS) ingin menunjukkan pada mereka yang telah terlanjur disakiti, bahwa Islam adalah agama damai, dan kami memiliki cinta. Bahkan, beberapa waktu lalu, kami sempat mengadakan seminar lintas agama. Semoga suatu hari nanti kami bisa mendatangkan Mas Pandji dalam acara kami. J

BERANI MENGUBAH

Membaca karya-karya Pandji dalam buku ini, kita seakan dihidangkan berbagai makanan lezat yang semuanya nikmat untuk dilahap. Karena berisi narasi-narasi yang penuh kejutan.

Melihat Indonesia dari A sampai Z

Menelusuri halaman demi halaman buku ini, kita akan merasakan betapa uniknya gagasan seorang Pandji dalam melihat sebuah peristiwa, ia selalu memandangnya dari sudut pandang dia sebagai Pemuda. Pesan pertama yang saya dapat dalam buku Berani Mengubah adalah, Sudah berbuat apa saya untuk bangsa ini? termasuk jenis pemuda macam apa saya? buku ini adalah salah satu, dari berbagai jenis buku yang mampu menyentuh saya sebagai pembaca. Sebagai pembaca yang yang berstatus Mahasiswa lebih tepatnya. Yang terkatakan sebagai agent of chance, agent of control, dan berbagai selogan lainnya. Sejarah pun mencatatt, setiap momen perubahan yang ada di negeri ini ataupun dibelahan dunia manapun, mahasiswa atau pemuda selalu mendapat tempat utama. Baik sebagai aktor intelektual maupun aktor lapangan (pelaku). Secara empirik, kekuatan mahasiswa terbukti dalam serangkaian revolusi besar di tempatnya, antara lain seperti : Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, sampai penggulingan tirani orba menuju era reformasi. Namun, lima belas tahun setelah ekspektasi reformasi 1998 berlalu, selama itu pula pemuda seakan kehilangan musuhnya. Sehingga tak jarang mahasiswa atau pemuda mudah terkooptasi pemikirannya dengan hal-hal yang berbau pragmatis, hedonis dan sebagainya.

Pandji juga mengungkapkan pandangannya sebagai pemerhati dunia politik Indonesia, dimana Ia mengkritisi pemerintahan Soeharto dan SBY yang memang mengalami banyak perubahan, namun tak berarti lebih baik. Tak hanya itu, host SUCI 1-3 juga menyentil pribadi kita. Kita akan merasakan bagaimana Pandji yang dengan tekun dan tak kenal menyerah, menularkan semangat perubahan pada kita semua.

Mendengar kata perubahan, kita seakan-akan dihadapkan pada sesuatu yang besar, seakan-akan kita diharuskan mengubah Indonesia secara keseluruhan. Padahal, perubahan, atau revolusi itu, bisa dimulai dari diri sendiri. Dan disini Pandji menggambarkan perubahan dengan mengajak kita “peduli” terhadap realita yang terjadi di di sekitar kita. Lebih melek politik, Ekonomi, Hukum, dan lain-lain. Melek politik, bukan berarti kita harus terjun ke dunia politik. Tapi bisa dimulai dengan update berita-berita politik, dan memiliki wacana politik, namun, apabila kita memang memiliki kemampuan disalah satu bidang dalam dunia politik itu, kita bisa masuk, dan memulai perubahan didalamnya. Intinya, kita harus belajar peduli.

Masih bisakah kita tertawa dan berbahagia, bila secara pemikiran dan mentalitas saja kita masih lumpuh? Hal ini mengingatkan saya tentang diskursus yang berbunyi, “kematian peradaban selalu diawali dengan miskinnya kesadaran reflektif-diskursif (discoursive conciousness) masyarakatnya”. Dengan konteks seperti itu, sudah selayaknya para elemen bangsa ini tidak hanya rutin melakukan ritual peringatan hari besar kebangsaan yang malah terkesan artifisial. Karena ketika berbicara Indonesia, berarti juga berbicara tentang kecintaan, kepedulian, dan bagaimana memiliki sikap saling menghargai perbedaan yang ada. Mencoba menanamkan dalam diri, bahwa bukan urusan kita membuat seisi Bumi menjadi seragam. Jadi, tak perlu kita membenci mereka yang tak satu pemikiran dengan kita. Perpecahan itu terjadi karena kita belum mampu memahami konsep toleransi. Bahkan, Islam sebagai agama mayoritas kadang terkesan sebagai agama eksklusif, terpaku pada normatif, statis dan tidak toleran. Dan itu karena ulah orang-orangnya. Jadi, Mari menjadi duta yang baik, untuk agama kita masing-masing.

Poin lain yang saya dapat dari buku ini diantaranya tentang fakta Industri tembakau, ulasan tentang resistensi yang terjadi di Papua dan Timor-timor, sehingga memunculkan gerakan-gerakan ingin membebaskan diri dari Indonesia, konsep beragama yang masih terasa rancu maknanya, serta kobaran semangat bahwa Indonesia masih sangat berpeluang untuk bisa bangkit. Benar-benar mengaduk pikiran. Antara kesal, bingung, dan senang. Membayangkan betapa Negeri yang sedang butuh perubahan. Dan kitalah aktornya!

Benang merahnya adalah, bagimanapun, kita sudah harus mampu berfikir kritis, analisa dan memahami setiap persoalan dengan cerdas. Hal itu menjadi semacam kebutuhan yang mutlak dibutuhkan. Pengaktualisasian dalam bentuk tindakan sangatlah perlu diperhatikan. Sulit memang mewujudkannya, tapi pasti bisa!!! Bukan begitu Mas Pandji? J

MERDEKA DALAM BERCANDA

Sebagai Orang yang memiliki andil besar dalam komunitas Stand Up Comedy Indonesia, dalam buku ini, lelaki pemilik nama panjang Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo ini membahas beragam Informasi, perenungan, dan kecintaannya terhadap dunia Stand Up Comedy Indonesia.

Pengetahuannya atas beragam disiplin keilmuan, musik, Host, Stand Up, dan dengan latar belakang pendidikan di desain grafis ITB, tidak lantas melunturkan kesan cerdas terhadap sosok bertubuh gempal ini. Buku ini berisi tulisan tentang catatan perjalanan membangkitkan Stand Up Comedy di Indonesia.

Tentang Stand Up Comedy

Stand Up Comedy sendiri merupakan sebuah seni, dimana seorang komedian yang biasanya disebut comic, berdiri menyampaikan lelucon melalui monolog. Lelucon yang disampaikan umumnya tentang fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar masyarakat. Atau, keresahan-keresahan yang dilihat para comic tentang realita sosial, namun dikemas menjadi sesuatu yang cerdas dan tidak biasa. Menghibur sekaligus mencerahkan. Jenaka tanpa harus melupakan persoalan bangsa.

Dalam buku yang terbit pada tahun 2012 lalu ini, Pandji menekankan bahwa komunitas ini tidak dibentuk sembarangan. Tapi dibentuk secara teratur, serta mempunyai visi-misi, dan struktur yang jelas. Dan satu lagi, tidak semua orang bisa menjadi comic. Karena seorang comic harus sering berlatih, belajar analisis sosial, rajin membaca, dan juga menulis materi. Karena tingkat kepekaan seorang comic, sangat berpengaruh terhadap penerimaan penonton.

Buku ini bisa mengisi kekosongan pengetahuan kita tentang Stand Up Comedy Indonesia. Sumbangan yang besar arti dan nilainya. Agar tak ada lagi orang yang menganggap bahwa Stand Up Comedy hanya jadi gerakan atributif saja (bagi orang-orang yang tidak terlalu memahami dinamika dan dialektika panjang gerakan Stand Up Comedy, seperti saya sebelum membaca buku ini). Yang penting lucu, tanpa memikirkan dan mencoba tahu sejarah terbentuknya gerakan ini. Hal ini terjadi karena kebanyakan orang tidak mau belajar atau mencoba mencari tahu perjalanan sejarah. Itulah sebabnya banyak terjadi penafsiran-penafsiran sejarah yang asal-asalan. Begitu juga dengan sejarah Stand Up Comedy. Banyak orang hanya mengerti Stand Up Comedy sebagai hiburan, trend, yang kapan saja bisa redup.

Nama-nama, seperti Warkop, Taufik Safalas, Ramon Papana, Indra Yudhisira, Agus Mulyadi, dan Raditya Dika. Adalah orang-orang yang punya kontribusi besar terhadap dunia Stand Up Comedy Indonesia.

Viva la Komtung!

Stand Up Comedy Indonesia atau disingkat SUCI, memang baru lahir sekitar satu setengah tahun lalu, diawali dengan kompetesi SUCI season 1 yang ditayangkan di Kompas TV, Namun meskipun begitu, perkembangannya tergolong pesat. Terbukti dengan munculnya cabang-cabang SUCI hampir di setiap kota di Indonesia, termasuk di kota saya, Jember.

Selain informasi lengkap mengenai kemunculan genre baru dunia komedi Indonesia ini, Pandji juga membahas teori dan istilah-istilah penting dalam Stand Up Comedy secara lengkap. Seperti, Bit, Set, Set Up, Punchline, Kill, dan Bomb. Ada juga Call back, Rule of 3, Act out, Impersonation, Riffing, One liner, Gimmick, dan Hecklers.

Sejak halaman awal hingga akhir buku ini, kita akan merasakan perjuangan Pandji dalam menyebarkan “virus’ Stand Up Comedy. Bergerilya dari panggung ke panggung, sampai akhirnya, tepat tanggal 28 Desember 2011, Bersama Ernest Prakasa @ernestprakasa, Sammy D Putra @nostalimboy, Rindra @ponakannyaom, Asep Suaji @asepsuaji, dan Luqman Baihaqi @luqmanbhq, dan banyak lagi yang lainnya, Ayah dua anak ini berhasil mencetuskan sebuah acara yang menjadi penanda lahirnya sebuah genre komedi baru di Indonesia. Yang Ia beri nama “Bhinneka Tunggal Tawa”. Dengan ditonton ratusan orang, membuktikan bahwa Stand Up Comedy telah diterima di Indonesia. selanjutnya, di tahun 2012, banyak sekali even-even keren yang tak hanya mampu menghibur, tapi juga menginspirasi banyak orang. Walaupun baru muncul, SUCI mampu bersaing dengan acara-acara komedi lainnya.

Semangat yang sama akan kita lihat pada karya-karyanya, terbaca dari komentar-komentarnya yang sering dilontarkan dalam acara televisi, atau melalui kicauannya dalam jejaring sosial. Begitu kuat kecintaan dan kerinduannya terhadap Stand Up Comedy, Sebesar kecintaannya terhadap Negara ini. Sehingga ia mau menghabiskan energinya untuk membedah beragam peristiwa apapun di Negara ini, dengan sudut pandangnya yang beraneka.

Buku ini sangat tepat untuk dijadikan salah satu referensi tentang Stand Up Comedy, tentang sejarah dan perkembangannya. Terutama bagi mereka yang mengaku dirinya sebagai seorang Comic, atau penikmat jenis komedi ini.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 18, 2013 10:13

June 13, 2013

Let Me Entertain You

 


Openmic MB2


 


Sebentar lagi, tepatnya mulai tanggal 29 Juni 2013, tur Mesakke Bangsaku (Kasian Bangsaku – dlm bahasa Jawa) dimulai.


Perjalanan ke 14 kota di Indonesia dimulai dari kota Bekasi.


Bermalam malam, berminggu minggu, berbulan bulan saya menulis, menjajal tulisan tersebut di openmic, menulis ulang, lalu mencoba lagi di openmic berikutnya.


Saya jajal materi saya di berbagai tempat openmic, berharap bisa mencari tau reaksi penonton dari berbagai macam lokasi. Dari Coffee Toffee Hanglekir seperti foto di atas


 


 


Openmic MB3


 


Openmic Standupindo Jakarta Utara di Kelapa Gading…


 


Openmic MB4


 


Openmic Standupindo Depok di Double Dips (saat itu, sekarang sudah pindah tempat)


 


openmic MB


 


Openmic Standupindo BTS (Bintaro – Tangerang – Serpong) di Coffee Toffee Bintaro Jaya sektor 1


 


openmic MB1


 


Bahkan ketika sedang di Bandung untuk ngemsi, saya nyobain materi saya di Bober Cafe jl Riau walaupun malam itu sebenarnya bukan malam Openmic. Teman teman komunitas Standupindo Bandung memfasilitasi dan bagi saya ini kesempatan karena orang orang yang datang ke Bober malam itu bukan datang untuk nonton stand-up. Ibaratnya, mereka adalah kanvas putih.


Bahkan saya sedang di Surabaya dan hari itu tidak ada openmic, saya dan kawan kawan Standupindo Surabaya naik mobil menuju Sidoarjo yang malam itu memang sedang ada openmic.


Pokoknya kalau ada kesempatan, saya usahakan untuk melatih materi.


Saya sempat menjajal materi materi Mesakke Bangsaku dalam acara galang dana YPKAI kerja sama antara saya dengan Multiply Indonesia. Ada sekitar 100 orang dan mereka yang datang, telah jadi kelinci percobaan saya dalam menjajal materi. Malam itu saya janjinya stand-up 30 menit, tapi akhirnya jadi 40 menitan.


Dari materi malam itu, ada yang akhirnya tidak jadi saya masukkan dalam set Mesakke Bangsaku dan banyak yang saya tambahkan.


Terakhir, seperti juga ketika Bhinneka Tunggal Tawa dan Merdeka Dalam Bercanda, saya bawakan set Mesakke Bangsaku lengkap di hadapan Gamila yang jadi partner saya menulis materi.


 


 


photo (14)


 


 


Setelah selesai, total sekitar 1 jam 15 menit saya membawakan set Mesakke Bangsaku.


Saya tanya ke Gamila “Gimana menurutmu?”


Dia jawab “Aku punya 33 poin pembahasan”


-_-* banyak bangettt


33 poin yang Gamila bahas ternyata memang hal hal yang menarik, ada ide ide tambahan, ada saran untuk mengubah sudut pandang, ada pengamatan Gamila terhadap beberapa bit saya yang ada loop holes alias ada celah yang harus ditutupi.


33 Poin itu tidak selesai kami bahas malam itu. Kami tidur jam 4.30 pagi.


Besoknya pas sarapan saya minta Gamila melanjutkan pembahasan hingga usai.


Di akhir diskusi, saya bertanya lagi “Tapi menurutmu Mesakke Bangsaku gmn?”


Gamila menjawab “Awesome”


Istri saya tidak suka basa basi dan tidak suka membesar besarkan hati orang. Kalau jelek dia bilang jelek, kalau bagus dia bilang bagus.


Maka kalau dia bilang “Awesome”, maka pantas saya pede dengan special saya yg baru ini.


Saya kerja keras untuk bisa mendapatkan set Mesakke Bangsaku ini.


Ketika orang masih santai santai baru tahun baru, saya sudah langsung openmic di Senin pertama 2013. Tanggal 7 Januari. Dan saya hajar terus materi materi baru di sejumlah openmic selama berhari hari, berminggu minggu.


 


photo (15)


 


Kok bisa saya sudah openmic di hari senin pertama 2013?


Karena 1 hari setelah saya selesai bikin pertunjukan Merdeka Dalam Bercanda di Jakarta tanggal 8 Desember 2012 lalu, saya langsung menulis materi materi baru.


Orang mungkin memilih untuk libur beberapa hari setelah selesai menggelar malam akbar.


Tapi saya sendiri tanggal 9 Desember udah kerja lagi.


Kenapa?


Karena saya mencintai Stand-Up Comedy dan karena saya percaya kerja keras.


Juga karena premis selalu mondar mandir di kepala, sebuah keuntungan tinggal di negara yang penuh masalah seperti Indonesia ini.


Maka bersiaplah anda yang ada di kota Bekasi, Depok, Bandung, Solo, Malang, Pontianak, Makassar, Yogyakarta, Surabaya, Banda Aceh, Denpasar, Medan, Jambi dan Jakarta


Mesakke Bangsaku akan hadir di kotamu.


Keep Calm and Let Me Entertain You :)


 


PS: Info lengkap tentang tur Mesakke Bangsaku ada di link ini

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 13, 2013 11:51

Pandji Pragiwaksono's Blog

Pandji Pragiwaksono
Pandji Pragiwaksono isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Pandji Pragiwaksono's blog with rss.