Kitab Omong Kosong Quotes

Rate this book
Clear rating
Kitab Omong Kosong Kitab Omong Kosong by Seno Gumira Ajidarma
956 ratings, 4.12 average rating, 113 reviews
Kitab Omong Kosong Quotes Showing 1-21 of 21
“Seberapa indah mimpi, jika tetap mimpi?”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Kita semua memang telah menjadi bodoh, dengan menjadi terlalu cinta kepada cerita-cerita yang bagus, sehingga memaksakannya untuk menjadi kenyataan itu sendiri.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Manusia selalu menuntut dunia membahagiakannya, pernahkah ia berusaha membahagiakan dunia?”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Begitu dingin air itu ketika ia memasukkan kedua tangannya. Begitu jelas kedua tangnnya tampak di sana, dan betapa hal semacam itu memberikan kedamaian.

Tapi mengapa begitu sulit manusia menemukan kedamaian?

Ia membasuk wajahnya dengan air jernih dan dingin itu. Betapa hidup bagaikan menjadi baru kembali. Ia minum setguk dua teguk dari aliran bening itu. Betapa dunia berdenyut dengan tenaga yang baru sama sekali.

Tapi mengapa manusia begitu sulit mendapatkan sesuatu yang baru untuk hidupnya?

Jika kedamaian begitu sederhana, mengapa manusia tak mampu melihatnya?”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Perdamaian yang dipaksakan adalah penjajahan.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Dunia adalah tempat makna-makna bertarung.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Jadi semua hal yang kita ketahui ini omong kosong saja?"
"Sebetulnya memang omong kosong saja, tapi manusia berusaha membuat segala sesuatu bermakna."
"Supaya apa?"
"Supaya tidak merasa sia-sia.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Apabila manusia begitu tertindas, dan tidak bisa melawan, maka mereka hanya bisa melawan dengan pikiran. Namun tidak menjadi jelas antara pemikiran yang menjadi perlawanan atau pelarian.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Di suatu kedai ia pernah melihat orang-orang berdebat dan menghujat, akhirnya saling bunuh-bunuhan. Padahal semuanya berdebat atas dasar yang lemah, sehingga tidak tahu bahwa antara mereka sebetulnya tidak ada perbedaan pendapat, hanya perbedaan selera.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Untunglah penalaran bukan segala-galanya. Penalaran memang memikat dan membuka jalan untuk menyingkap dunia, namun kesetiaan kepada penalaran terkadang membuat hidup menjadi dingin. Padahal manusia selalu mencari kehangatan dan selalu terpesona oleh keajaiban. Penalaran sendiri merupakan perilaku manusia yang memesona, namun penalaran sekaligus juga menggugurkan pesona. Bagaimanakah caranya manusia menjaga agar bisa tetap hidup di dunia yang penuh pesona? Dunia boleh saja tidak ada, dan karena itu harus diadakan kembali.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Siapa pun yang menilai karangan dengan tuntutan kenyataan pasti akan kecewa. Setiap karangan mengungkapkan kenyataan dengan caranya sendiri. Mereka yang mendengarkan sebuah cerita harus melakukan penafsiran untuk menghubungkannya dengan kenyataan, tidak menelannya mentah-mentah.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Pembunuhan itu kegagalan berbahasa yang purba sekali anakku, dan hari ini masih ada .Bukankah itu berarti seluruh pendidikan agama dan ilmu pengetahuan yang telah berlangsung berabad-abad belum berhasil sepenuhnya?”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Entahlah, tapi kurasa kalau engkau menginginkan kebahagiaan, anakku, engkau harus mencarinya, tapi dalam pencarian itu mungkin kamu akan menderita. Dalam penderitaan itulah engkau akan menjadi matang, dan seorang yang matang akan mudah bahagia.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Anakku, seorang juru cerita hanyalah sebuah cermin sebetulnya, ia tidak pernah melahirkan sesuatu yang tidak ada, ia hanya memantulkan kembali kehidupan di di depannya.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Setiap orang bisa menjadi juru cerita, setidaknya untuk dirinya sendiri, dengan begitu ia berkuasa atas nasibnya, tidak ditentukan oleh seorang juru cerita lain.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Satya memahami soal sekte-sekte pembohong itu. Pengikutnya orang-orang yang jiwanya kosong, yang hanya merasa hidup jika memercayai sesuatu secara radikal dan habis-habisan, tanpa mempertanyakannya lagi.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Semenjak buku-buku dibakar dan guru-guru dibunuh, banyak orang berlagak jadi nabi padahal hanya mau mencari makan dengan membual. Ada saja orang bodoh yang percaya, dan bencana itu membuat kita semua tambah bodoh, hanya hidup dengan naluri bertahan. Di dunia ini bertebaran para penipu, mereka menjual Tuhan-Tuhan baru hanya untuk kepentingan diri sendiri, ada yang sampai istrinya dua puluh lima orang.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Gunung menjadi indah bukan karena adanya gunung itu, melainkan karena ada mata yang memandangnya. Dengan cara memandang yang keliru, keindahan gunung tidak akan pernah tampak sama sekali.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Masalahnya, ada saja manusia yang menginginkan agar kita semua tetap bodoh dan buas, supaya kita semua tenggelam dalam kegelapan, sehingga dengan menjadi penguasa tunggal atas pengetahuan, bisa berkuasa dalam segala bidang. Padahal pengetahuan itu hak semua orang.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Dalam hal itulah engkau memperkaya dunia Satya, karena dalam penerjemahan berlangsung penciptaan. Bukankah itu berarti kamu menciptakan kembali sebuah dunia?”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong
“Penulis yang tidak mampu membaca dunia, hanya akan menjadi penyalin seperti aku. Mengutip sana dan mengutip sini, dan menceritakannya kembali kepada semua orang.”
Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong