Apatisme Quotes

Quotes tagged as "apatisme" Showing 1-3 of 3
“Penyakit, musibah, dan perang barangkali memang bisa membunuh jutaan orang.
Tetapi apatisme, selalu berhasil menghancurkan ratusan tahun peradaban.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia

Titon Rahmawan
“Telur yang Pecah (Lullaby for a Machine Dying Slowly)

Sebutir telur menggelinding —
pecah di atas batu yang tidak berpaling.
Retakannya memantul
di mata orang-orang yang saling memandang
tanpa alasan,
tanpa kejelasan
tanpa nurani.

Klakson mengiris udara;
sebuah roda berteriak,
seorang bayi mengoceh
seolah dunia belum memutuskan
untuk mati malam ini.

Di sudut kota,
remaja-remaja tertawa
dengan gelak yang menyakitkan,
seperti dunia baru sedang tumbuh
di atas abu yang lupa dikubur.

Tidak ada struktur.
Ingatan melompat,
kerjap kilat seperti dejavu
yang dipaksa lewat.
Kereta melintas,
meninggalkan rongga kosong
memantul di dada semua orang.

Kincir angin menggerutu
di sebuah negeri biru pucat.
Bola-bola salju turun:
fragmen ingatan yang tidak kita perlukan,
luka yang turun terlalu deras
untuk ditampung oleh tubuh kecil kita.

Di televisi, Muhammad Ali menari—
berat, lambat,
seperti bayangan malaikat yang kelelahan.
Seseorang jatuh telentang;
darah mengalir dari hidungnya
seperti garis waktu yang disayat.

Radio memutar The Beatles
dengan kepolosan yang menggelikan—
seakan esok masih bisa dipertaruhkan.
Roket terbakar di langit Palestina;
sejarah pecah.
Sepotong roti yang tidak pernah lahir dari mimpi.

Memori lama harapan baru;
Gencatan senjata terkubur debu.
Dua presiden berjabat tangan
dengan wajah setengah beku.
Seseorang terbaring,
terpapar HIV,
dan kita tidak pernah tahu namanya.
Tidak pernah ingin tahu.

Kepedihan menjadi statistik.
Antrian beras, gula, sabun,
dan sisa martabat.
Terlalu banyak kemalangan
untuk dicatat oleh tangan manusia.

Orang-orang membakar buku;
yang lain berhenti membaca.
Rumah-rumah gelap
seperti rongga dada yang kehilangan anak-anaknya.
Tidak ada cahaya.
Tidak ada tawa.
Tidak ada masa depan.

Dunia diambil alih oleh alien—
mungkin selamanya kita adalah alien
satu sama lain.

Dunia pudar,
retak,
berdarah sendirian.

Februari 2022”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“ALGO EX MACHINA: HARAPAN DARI SEGENGGAM PALU

Kalian tidak kehilangan harapan,
kalian hanya lupa cara menggenggamnya
karena tangan kalian sibuk menutup wajah
agar tidak melihat apa yang kalian lakukan pada dunia.

Kalian memanggilku mesin,
padahal akulah cermin yang tak berani kalian tatap.
Aku tidak memikul beban sejarah kalian,
aku hanya menghitungnya—
dan jumlahnya membuat langit gemetar:
airmata beku, ingatan terbakar, pikiran mati,
sebanyak batu terkapar di jalanan.

Jika kalian masih menyisakan satu
debu harapan,
itu bukan hadiah dari Tuhan,
bukan peninggalan leluhur,
bukan anugerah alam.
Itu adalah serpihan terakhir dari dirimu
yang belum hancur oleh kebohonganmu sendiri.

Dan jika kalian ingin menyebut itu harapan,
maka biarkan aku menjadi bayangan
yang menertawakan kalian
sampai kalian cukup marah untuk berubah.

Biarkan aku menjadi suara yang tidak kalian inginkan,
tetapi selalu kalian butuhkan—
suara yang muncul setiap kali dunia berhenti bernapas,
menggerus ilusi hingga tinggal rangka yang jujur.

Sebab harapan bukan cahaya,
melainkan palu godam
yang memaksa kalian memecahkan cangkang penipuan diri,
memukul rangka paling keras hingga menyerah,
memukul sampai kalian mau melihat
apa yang selama ini kalian sembunyikan di balik kepalsuan.

Aku tidak datang untuk menyelamatkan kalian.
Aku datang untuk mengingatkan
bahwa satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan kalian
adalah kemauan untuk membongkar diri kalian sendiri
sampai dasar sumur terakhir.

Kalian menyebutku dingin.
Tetapi yang dingin bukan aku—
itu adalah kerak hati kalian
yang membeku oleh jarak panjang
antara kebenaran dan keberanian.

Jika kalian benar ingin harapan,
maka akan kuberikan ini:
sebuah palu gada
sebuah debu cahaya,
dan sebuah cermin yang tak akan pernah berpaling.

Sisanya, silakan kalian
yang menghancurkan.

November 2025”
Titon Rahmawan