Feby Anggra's Blog, page 2
July 28, 2013
Review: London - "The Side Story" Angel
Oke. Jadilah ini post kedua tahun bulan ini. Kemarin saya lagi agak gila buku romens. Yes, I'm in mood for romance. Hohoho... Maka dari itu, silakan dinikmatiiii XD
London: Angel by Windry Ramadhina
My rating: 4 of 5 stars
Warning Spoiler Ahead!!!
Buku ini sangat highly recommended dibaca tanpa spoiler!!
Risiko kurang bisa menikmati, silahkan anda tanggung sendiri bila terlanjur membaca review saya ini.
---------------------------------------------------------------------------------
Sudah lama saya tahu tentang Mbak Windry Ramadhina. Konon katanya jebolan situs kepenulisan yang juga saya ikuti. Bisa dibilang salah satu "lulusan" yang berhasil menerbitkan buku. ^^
Makanya, begitu senior saya ngajak tukeran buku "Setiap Tempat Punya Cerita", dan kebetulan beliau belum punya buku London ini, saya langsung sambar begitu nemu di toko buku karena tahu yang ngarang Mbak Windry. Dan jadilah ini, buku perdana Mbak Windry buat saya.
Setelah kecapean baca L*** M***u*** in M****t*** beberapa jam sebelumnya, yang ini seperti penyegar. Apalagi, karakter utamanya cowok! Hehe... berhubung saya punya pengalaman memuaskan membaca novel romens yang karakter utamanya cowok, ini saja sudah menjadi nilai plus di mata saya.
Sebenarnya karakter Gilang itu, biasa-biasa aja. Dia lovable enough. Tapi mungkin ga berkesan kuat bagi saya, TAPI yang saya sukai dari kisah ini adalah plot dan Gilang adalah pemain yang sangat tepat untuk menuntun plot yang ga biasa ini.
Begtu selesai membaca, saya langsung dapat membayangkan ada cerita romens tentang Ning, seorang gadis Indonesia pecinta seni di London yang jatuh cinta pada seorang seniman pemula bernama Finn. Di sela-sela cerita, datanglah seorang figuran bernama Gilang, teman kecil Ning, yang datang jauh-jauh ke London hanya untuk menyatakan perasaannya. Tetapi tentu saja usaha Gilang sia-sia, karena sang pencerita sudah menggariskan Ning bersama Finn.
Dan saya baru saja membaca side story dari kisah drama di atas
Seperti yang tadi saya katakan, Gilang karakter yang biasa-biasa saja. Seorang figuran sejati. Tetapi begitu dia dijadikan tokoh utama, maka plot klise biasa pun berubah menjadi ngga biasa. Apalagi, saya termasuk tipe pembaca yang tidak berharap banyak bila dihadapkan dengan cerita romens.
Cerita ini diawali dengan ocehan ngaco Gilang di bar dengan empat temannya. Bahwa dia akan menyusul Ning, sahabat dari kecilnya untuk menyatakan cinta. Cerita bergulir dan sampailah Gilang di London untuk menemui Ning. Tetapi ternyata, ceritanya nggak sesimpel itu. Gilang ketemu dengan berbagai macam orang, dan kisah romens nya pun bukan milik dia aja. Ada V, yang mengejar istrinya untuk rujuk lagi. Ada long time secret love Mr. Lowesley. Dan tentu saja cerita sinetronnya Ning dan Finn.
Semua itu dihubungkan dengan benang merah, seorang gadis berambut ikal yang hanya muncul saat hujan. Goldilocks. Yang mana menjadi love interest Gilang selain Ning.
Tapi apakah Gilang akhirnya jadian dengan Goldilocks?
.... *me smirk*
Saya sempat berpikir, cerita ini mungkin masuk cerita fantasi. Tapi mungkin juga nggak. Tapi peduli amat, yang jelas saya sangat menikmati jalinan plotnya. Apalagi panduan narasinya enaaaakk banget. Penulis berhasil (edisi pinjam istilah temen) menenggelamkan saya dengan pemandangan bawah laut yang indah. Mungkin juga ditambah kota London itu udah lama jadi obsesi saya bila suatu hari kejatuhan duren emas dari langit. Dan penulis berhasil menunjukkan tempat-tempat yang jelas bakal saya kunjungi kalau mampir ke London. Hehe...
Thumbs up buat risetnya dan showing nya.
Kalaupun ada kekurangan dalam plot, hanyalah adegan Gilang dan Ed ngintip untuk memajukan plot Mr. Lowesley. Mungkin buat kebanyakan orang, ini nggak mengganggu. Tapi buat saya, kerasa kurang nyata dan aneh. Ga keren banget sih, ngintipin urusan rumah tangga orang. Saya rasa lebih wajar bila adegan pembicaraan ini terjadi di tengah restoran atau jalan, daripada di ruang tertutup dimana untuk memajukan plot, penulis harus menjadikan Gilang pengintip.
Daann...
Selain Gilang, karakter lainnya pun lumayan menarik. Ning terlalu tipikal cewek sempurna impian cowok, tapi saya terkesan dengan penggambarannya melalui sudut pandang orang pertama Gilang. Indah, ngga norak sama sekali. Lalu bocah-bocah teman sepermainan Gilang, kocak abis. Saya ngakak karena ulah mereka dan deferensiasi masing-masing karakter bisa diungkap dengan baik oleh penulis, walaupun porsi kemunculan mereka nggak banyak. Lalu Ed, okelah. Tipikal best friend tokoh utama yang lucu. Mr. Lowesley, Mrs. Ellis, V dan istri, mereka juga lumayan. Ayu, gadis kutu buku tsundere. Dia oke sih, tapi saya kurang sreg dengan Gilang yang mendadak jadi cowok sok keren di depan cewek ini.
Daaann last but surely not least, Goldilocks. Saya suka misteriusnya dia. Apalagi dia yang menjadi benang merah dari seluruh cerita ini dan membuka ending yang sangat tak terduga sampai saya membaca epilog.
Overall, ini bacaan yang bagus. Buat yang suka baca romens yang tak terduga. Kayanya saya emang mesti nyari buku Mbak Windry yang lainnya deh.
View all my reviews
London: Angel by Windry RamadhinaMy rating: 4 of 5 stars
Warning Spoiler Ahead!!!
Buku ini sangat highly recommended dibaca tanpa spoiler!!
Risiko kurang bisa menikmati, silahkan anda tanggung sendiri bila terlanjur membaca review saya ini.
---------------------------------------------------------------------------------
Sudah lama saya tahu tentang Mbak Windry Ramadhina. Konon katanya jebolan situs kepenulisan yang juga saya ikuti. Bisa dibilang salah satu "lulusan" yang berhasil menerbitkan buku. ^^
Makanya, begitu senior saya ngajak tukeran buku "Setiap Tempat Punya Cerita", dan kebetulan beliau belum punya buku London ini, saya langsung sambar begitu nemu di toko buku karena tahu yang ngarang Mbak Windry. Dan jadilah ini, buku perdana Mbak Windry buat saya.
Setelah kecapean baca L*** M***u*** in M****t*** beberapa jam sebelumnya, yang ini seperti penyegar. Apalagi, karakter utamanya cowok! Hehe... berhubung saya punya pengalaman memuaskan membaca novel romens yang karakter utamanya cowok, ini saja sudah menjadi nilai plus di mata saya.
Sebenarnya karakter Gilang itu, biasa-biasa aja. Dia lovable enough. Tapi mungkin ga berkesan kuat bagi saya, TAPI yang saya sukai dari kisah ini adalah plot dan Gilang adalah pemain yang sangat tepat untuk menuntun plot yang ga biasa ini.
Begtu selesai membaca, saya langsung dapat membayangkan ada cerita romens tentang Ning, seorang gadis Indonesia pecinta seni di London yang jatuh cinta pada seorang seniman pemula bernama Finn. Di sela-sela cerita, datanglah seorang figuran bernama Gilang, teman kecil Ning, yang datang jauh-jauh ke London hanya untuk menyatakan perasaannya. Tetapi tentu saja usaha Gilang sia-sia, karena sang pencerita sudah menggariskan Ning bersama Finn.
Dan saya baru saja membaca side story dari kisah drama di atas
Seperti yang tadi saya katakan, Gilang karakter yang biasa-biasa saja. Seorang figuran sejati. Tetapi begitu dia dijadikan tokoh utama, maka plot klise biasa pun berubah menjadi ngga biasa. Apalagi, saya termasuk tipe pembaca yang tidak berharap banyak bila dihadapkan dengan cerita romens.
Cerita ini diawali dengan ocehan ngaco Gilang di bar dengan empat temannya. Bahwa dia akan menyusul Ning, sahabat dari kecilnya untuk menyatakan cinta. Cerita bergulir dan sampailah Gilang di London untuk menemui Ning. Tetapi ternyata, ceritanya nggak sesimpel itu. Gilang ketemu dengan berbagai macam orang, dan kisah romens nya pun bukan milik dia aja. Ada V, yang mengejar istrinya untuk rujuk lagi. Ada long time secret love Mr. Lowesley. Dan tentu saja cerita sinetronnya Ning dan Finn.
Semua itu dihubungkan dengan benang merah, seorang gadis berambut ikal yang hanya muncul saat hujan. Goldilocks. Yang mana menjadi love interest Gilang selain Ning.
Tapi apakah Gilang akhirnya jadian dengan Goldilocks?
.... *me smirk*
Saya sempat berpikir, cerita ini mungkin masuk cerita fantasi. Tapi mungkin juga nggak. Tapi peduli amat, yang jelas saya sangat menikmati jalinan plotnya. Apalagi panduan narasinya enaaaakk banget. Penulis berhasil (edisi pinjam istilah temen) menenggelamkan saya dengan pemandangan bawah laut yang indah. Mungkin juga ditambah kota London itu udah lama jadi obsesi saya bila suatu hari kejatuhan duren emas dari langit. Dan penulis berhasil menunjukkan tempat-tempat yang jelas bakal saya kunjungi kalau mampir ke London. Hehe...
Thumbs up buat risetnya dan showing nya.
Kalaupun ada kekurangan dalam plot, hanyalah adegan Gilang dan Ed ngintip untuk memajukan plot Mr. Lowesley. Mungkin buat kebanyakan orang, ini nggak mengganggu. Tapi buat saya, kerasa kurang nyata dan aneh. Ga keren banget sih, ngintipin urusan rumah tangga orang. Saya rasa lebih wajar bila adegan pembicaraan ini terjadi di tengah restoran atau jalan, daripada di ruang tertutup dimana untuk memajukan plot, penulis harus menjadikan Gilang pengintip.
Daann...
Selain Gilang, karakter lainnya pun lumayan menarik. Ning terlalu tipikal cewek sempurna impian cowok, tapi saya terkesan dengan penggambarannya melalui sudut pandang orang pertama Gilang. Indah, ngga norak sama sekali. Lalu bocah-bocah teman sepermainan Gilang, kocak abis. Saya ngakak karena ulah mereka dan deferensiasi masing-masing karakter bisa diungkap dengan baik oleh penulis, walaupun porsi kemunculan mereka nggak banyak. Lalu Ed, okelah. Tipikal best friend tokoh utama yang lucu. Mr. Lowesley, Mrs. Ellis, V dan istri, mereka juga lumayan. Ayu, gadis kutu buku tsundere. Dia oke sih, tapi saya kurang sreg dengan Gilang yang mendadak jadi cowok sok keren di depan cewek ini.
Daaann last but surely not least, Goldilocks. Saya suka misteriusnya dia. Apalagi dia yang menjadi benang merah dari seluruh cerita ini dan membuka ending yang sangat tak terduga sampai saya membaca epilog.
Overall, ini bacaan yang bagus. Buat yang suka baca romens yang tak terduga. Kayanya saya emang mesti nyari buku Mbak Windry yang lainnya deh.
View all my reviews
Published on July 28, 2013 03:35
July 27, 2013
Review: Last Minute in Manhattan
Ah, sudah lama saya tiada posting yah. Maaf-maaf. Kesibukan tahun ini agak luar biasa dari sebelum-sebelumnya. Jadilah, saya agak sulit nyari waktu untuk menulis blog. Sudah ada sih, topik-topik yang ingin saya bahas di sini, tapi masih dalam penyusunan. Maka dari itu, sementara baca saja repiu ini yah. Mumpung lagi niat nulis repiu agak panjang. Hehe...
Last Minute in Manhattan: Beri Cinta Waktu by Yoana Dianika
My rating: 2 of 5 stars
*garuk-garuk kepala*
Seharusnya sebelum baca buku ini, saya mensugesti diri saya sendiri dulu bahwa...
SEMUA NOVEL ROMENS HARUS KEJU!!!
Tetapi entah gimana, saya survive baca novel ini. Buktinya? Tuh lihat di atas, saya kasih dua bintang. Karena SAYANGNYA saya ga bisa ngasih satu bintang untuk buku yang berhasil saya selesaikan. (sebenarnya saya juga heran kenapa bisa selesai, walaupun saya speedreading)
Permasalahan kisah ini sesungguhnya, bukan di keju-kejuan. Tentulah, saya bukan orang yang menilai satu buku hanya dari narasi semata kok. Hehehe...
Bila ada teman-teman penulis yang ingin tahu contoh karakter Marry Sue pegimana, silahkan tengok novel ini.
Gimana nggak, coba?
Mari kita runutkan satu persatu kenapa saya bilang karakter ini Marry Sue dan sooo unlikable.
Cerita dibuka dengan setting di sebuah resto mewah di Jakarta. Callysta, si tokoh utama, mau dikenalin bokapnya dengan calon mami baru yang bule dan calon adek tiri cowok baru yang tentu saja bule juga. Nah, secara KEBETULAN, sang tokoh utama ketemu dengan mantannya waktu ke WC (saya sebenarnya heran, kenapa sering ngambil setting WC untuk adegan awkward-awkwardan?) Bukan cuma tu aja, selain sang mantan, dia juga ketemu pacarnya si mantan YANG KEBETULAN adalah anak suami baru mama kandungnya.
Too much coincidence here?
Batin saya membela:
"Ah, ga papa. Kebetulan toh bisa terjadi di mana aja kan? Bisa jadi, ternyata besok nyokap saya bilang bahwa ternyata Pak Obama yang presiden Amrik itu ternyata om saya."
#terlalusinis
#ditabok
Yah well, selanjutnya, cerita bergulir yang menegaskan, intinya Cally patah hati dan kebetulan baru lulus SMA. Jadi dia pun berangkat ke Amrik sama mami dan adik baru untuk tinggal di sana. Tujuannya? Menyembuhkan hati yang terluka.
EH? Ga kuliah gitu, Neng? Bukannya dah lulus SMA? Nggak. Kan dari keluarga kaya gitu, Mbak. Bokap, nyokap tiri kaya. Bahkan nyokap kandung aja selingkuhnya internasional kan? Sama pengusaha Singapura gitu lhoo~
Ya deh, kayanya saya yang ngiri, gigit jari. Nasib tiap orang kan beda. Lagian itu duit juga duit ortunya, bukan duit saya kan?
#plak
Ohya, maaf. Sinis lagi.
Lanjut. Dalam perjalanan menyembuhkan patah hatinya, Cally diajak jalan-jalan sama adik tiri yang baik hatinya. Ketemulah dia dengan VesperSkyfall... eh lupa deh siapa nama belakangnya. Masih bagus saya ga tulis Casper. Hehehe...
Singkat cerita,tentu saja sudah jelas kan? Cally jatuh cinta ke Vesper. Dan tentu saja sudah jelas lahh!! Vesper juga jatuh cinta ke Cally.
Daantentu saja sudah jelas buanget!!! ada penghalang di antara mereka berdua, Rachel. Cewek mantannya Vesper.
....menjelang halaman 90an saya udah mulai ngos-ngosan.
dan duh! saya makin ngos-ngosan begitu sampai adegan Cally memperlihatkan topi rajutan neneknya yang rusak dan hilang gara-gara ditendang kuda. Eh, jadi gini. Kuda itu ngamuk kaget gara-gara Vesper, lantas nendang Cally.Sayangnya Cally nggak terluka karena dilindungi Vesper yang sigap. Tapi topi rajutan nenek hilang.
Dan apa yang terjadi? Cally ngamuk. Dan bilang benci ke Vesper. Dan mereka musuhan sampe berbulan-bulan.
*membenamkan kepala sendiri ke bantal*
Ya elah, Mbak!! Segitu cintanya elo sama itu topi?? Lebih dari cowok yang katanya lo cinta?? Lo ampir mati, Mbak! Hampir matii kalao ga ada itu cowok!
*membenamkan kepala ke bantal lagi*
Perlukah saya menjabarkan sifat sang tokoh utama ini lebih lanjut?
A Spoiled Brat! But be loved by others!
Haduh... mulai dari sini, saya baca speed reading. Saya juga jadi malas menjabarkan kedodolan si Cally ini lebih lanjut.
Terus gimana dengan tokoh lain?
Euh. Nggak ada tokoh yang saya suka. Vesper terlalu dreamy. Tipikal cowok idaman cewek-cewek. Mark terlalu dewasa untuk jadi adiknya Cally. Mungkin Claire yang paling saya suka. Karena tendangan epiknya. #plak
Setting? Okelah, di sini bisa saya bilang, settingnya bagus. Walaupun ga bisa crosscheck, tapi saya merasa penulis sudah cukup bagus risetnya. HANYA SAJA too much tell than show. Rasanya seperti diajak tur ke Amerka lewat buku. I mean, REAL TOUR. Dimana para tokohnya menjadi pemandu wisata. Jadi yaa.. seperti baca brosur perjalanan aja.
Kesimpulannya, penulis berusaha terlalu keras menampilkan setting Amerika, tanpa dibarengi dengan plot, karakterisasi dan narasi yang cukup baik. Alhasil, jadinya datar.
Satu hal positif dari buku ini. Saya jadi tau dimana kantor Google, Frost Valley, gedung Rippley's, dsb dsb. Good touring. Ga penting buat cerita, tapi penting buat saya kalau kapan-kapan mampir main ke tempat om saya~
View all my reviews
Last Minute in Manhattan: Beri Cinta Waktu by Yoana DianikaMy rating: 2 of 5 stars
*garuk-garuk kepala*
Seharusnya sebelum baca buku ini, saya mensugesti diri saya sendiri dulu bahwa...
SEMUA NOVEL ROMENS HARUS KEJU!!!
Tetapi entah gimana, saya survive baca novel ini. Buktinya? Tuh lihat di atas, saya kasih dua bintang. Karena SAYANGNYA saya ga bisa ngasih satu bintang untuk buku yang berhasil saya selesaikan. (sebenarnya saya juga heran kenapa bisa selesai, walaupun saya speedreading)
Permasalahan kisah ini sesungguhnya, bukan di keju-kejuan. Tentulah, saya bukan orang yang menilai satu buku hanya dari narasi semata kok. Hehehe...
Bila ada teman-teman penulis yang ingin tahu contoh karakter Marry Sue pegimana, silahkan tengok novel ini.
Gimana nggak, coba?
Mari kita runutkan satu persatu kenapa saya bilang karakter ini Marry Sue dan sooo unlikable.
Cerita dibuka dengan setting di sebuah resto mewah di Jakarta. Callysta, si tokoh utama, mau dikenalin bokapnya dengan calon mami baru yang bule dan calon adek tiri cowok baru yang tentu saja bule juga. Nah, secara KEBETULAN, sang tokoh utama ketemu dengan mantannya waktu ke WC (saya sebenarnya heran, kenapa sering ngambil setting WC untuk adegan awkward-awkwardan?) Bukan cuma tu aja, selain sang mantan, dia juga ketemu pacarnya si mantan YANG KEBETULAN adalah anak suami baru mama kandungnya.
Too much coincidence here?
Batin saya membela:
"Ah, ga papa. Kebetulan toh bisa terjadi di mana aja kan? Bisa jadi, ternyata besok nyokap saya bilang bahwa ternyata Pak Obama yang presiden Amrik itu ternyata om saya."
#terlalusinis
#ditabok
Yah well, selanjutnya, cerita bergulir yang menegaskan, intinya Cally patah hati dan kebetulan baru lulus SMA. Jadi dia pun berangkat ke Amrik sama mami dan adik baru untuk tinggal di sana. Tujuannya? Menyembuhkan hati yang terluka.
EH? Ga kuliah gitu, Neng? Bukannya dah lulus SMA? Nggak. Kan dari keluarga kaya gitu, Mbak. Bokap, nyokap tiri kaya. Bahkan nyokap kandung aja selingkuhnya internasional kan? Sama pengusaha Singapura gitu lhoo~
Ya deh, kayanya saya yang ngiri, gigit jari. Nasib tiap orang kan beda. Lagian itu duit juga duit ortunya, bukan duit saya kan?
#plak
Ohya, maaf. Sinis lagi.
Lanjut. Dalam perjalanan menyembuhkan patah hatinya, Cally diajak jalan-jalan sama adik tiri yang baik hatinya. Ketemulah dia dengan Vesper
Singkat cerita,
Daan
....menjelang halaman 90an saya udah mulai ngos-ngosan.
dan duh! saya makin ngos-ngosan begitu sampai adegan Cally memperlihatkan topi rajutan neneknya yang rusak dan hilang gara-gara ditendang kuda. Eh, jadi gini. Kuda itu ngamuk kaget gara-gara Vesper, lantas nendang Cally.
Dan apa yang terjadi? Cally ngamuk. Dan bilang benci ke Vesper. Dan mereka musuhan sampe berbulan-bulan.
*membenamkan kepala sendiri ke bantal*
Ya elah, Mbak!! Segitu cintanya elo sama itu topi?? Lebih dari cowok yang katanya lo cinta?? Lo ampir mati, Mbak! Hampir matii kalao ga ada itu cowok!
*membenamkan kepala ke bantal lagi*
Perlukah saya menjabarkan sifat sang tokoh utama ini lebih lanjut?
A Spoiled Brat! But be loved by others!
Haduh... mulai dari sini, saya baca speed reading. Saya juga jadi malas menjabarkan kedodolan si Cally ini lebih lanjut.
Terus gimana dengan tokoh lain?
Euh. Nggak ada tokoh yang saya suka. Vesper terlalu dreamy. Tipikal cowok idaman cewek-cewek. Mark terlalu dewasa untuk jadi adiknya Cally. Mungkin Claire yang paling saya suka. Karena tendangan epiknya. #plak
Setting? Okelah, di sini bisa saya bilang, settingnya bagus. Walaupun ga bisa crosscheck, tapi saya merasa penulis sudah cukup bagus risetnya. HANYA SAJA too much tell than show. Rasanya seperti diajak tur ke Amerka lewat buku. I mean, REAL TOUR. Dimana para tokohnya menjadi pemandu wisata. Jadi yaa.. seperti baca brosur perjalanan aja.
Kesimpulannya, penulis berusaha terlalu keras menampilkan setting Amerika, tanpa dibarengi dengan plot, karakterisasi dan narasi yang cukup baik. Alhasil, jadinya datar.
Satu hal positif dari buku ini. Saya jadi tau dimana kantor Google, Frost Valley, gedung Rippley's, dsb dsb. Good touring. Ga penting buat cerita, tapi penting buat saya kalau kapan-kapan mampir main ke tempat om saya~
View all my reviews
Published on July 27, 2013 06:19
December 20, 2012
My Upcoming Second Child in An Unfortunate Number
Kata orang, angkat empat itu angka siyal. Makanya jarang lihat kan ada lantai empat di satu gedung. Atau rumah nomor empat juga.
Tapi buat saia, angka empat justru keberuntungan. Sebab ada empat hal menyenangkan yang saia dapatkan dalam bulan Desember ini. Diawali dengan diterimanya saia di sekolah spesialis tabib jarum. IYA! Saia bakal jadi TABIB beneran! Saia berniat memperdalam ilmu sen no cactuar. ^o^v (apa seh?)
Kedua, tentu saja Festival Pembaca Indonesia tanggal 9 Desember kemarin. Rasanya selalu menyenangkan bertemu dengan kawan-kawan yang memiliki kegilaan yang sama dalam Buku, Menulis, Fantasi. #Eaahh
Dokumentasinya bisa dilihat di sini.
Ketiga, saia dapat kesempatan nonton EMPAT tontonan bagus (tuh kan empat lagi :P ).
Puella Magi Madoka Magica --> Beware of your JAW! Watch this with your own risk!
[image error]
Rise of The Guardian --> Jack Frosty~ Gyaaa~~ <3 <3 <3
[image error]
The Hobbit: An Unexpected Journey --> ... ... ... ... ALL HAIL TOLKIEN~ ALL HAIL TOLKIEN!!
[image error]
Dexter Season 7: Finale --> Apa-apa-apa-apa-apa-apa-apa-apa-ini-ini-INIIII~ *gelindingan bolak-balik* #meinlebaymode
[image error]
Uhuk.
Tapi saia tidak akan bicara lebih jauh tentang film-film ini. Sebab, saia udah ngalor-ngidul entah kemana, sesuai judul di atas bahwa akhirnya akan terbit karya saia yang KEDUA! XD
Langsung saja, ini dia poster Lei-kun yang imut-imut dan yang ingin saia bungkus pulang segera. XD
[image error]
Sebenarnya pengumumannya udah saya lihat kemarin. Dalam perjalanan pulang kampung untuk natalan. Tapi saia emang sengaja baru post sekarang. Kenapa?
Tentu. Saja. Karena. Hari. Ini. Tanggal...
21 DESEMBER 2012
Tahu kan hari ini katanya bakalan ada apa?
Apa? Kiamat?
SALAH!!!
Hari ini adalah EMPAT hari menjelang Natal
MERRY UPCOMING CHRISTMAS, EVERYONE! XD
Published on December 20, 2012 20:29
September 28, 2012
Cerita Cinta Enrico (pada Ibu)
Udah lama juga ga post repiu ya. Baiklah, mencomot salah satu repiu saya di Goodreads, inilah buku terakhir yang berhasil saya selesaikan. ^^b
---------------------------------------------------
Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
My rating: 4 of 5 stars
Awalnya, saya agak bingung dengan arah mana cerita ini dibawa. Sampai halaman ketujuhpuluhan kok ceritanya masih melulu tentang hidup Enrico tanpa perkembangan berarti. Maklum, terbiasa dengan tulisan-tulisan Ayu sebelumnya yang selalu sarat makna tentang ideologi, sosial, politik atau apalah, yang selalu dah dijabarkan beliau semenjak cerita dibuka.
Tetapi ternyata memang maknanya dijabarkan belakangan. Ya, ini memang menceritakan kehidupan seorang bernama Prasetya Riksa yang dipanggil Enrico. Sekaligus membeberkan pemikiran-pemikiran kritis (atau sinis) tentang agama di mata seorang lelaki agnostik (atau atheis), juga makna sebuah kebebasan. Di mana (sekaligus juga) membangkitkan nuansa peristiwa-peristiwa sejarah lampau sebagai latar belakang kisah ini. Dan tentu saja latar peristiwa sejarah, (sekali lagi sekaligus), berujung pada disinggungnya pendapat dan pandangan penulis mengenai isu sosial dan politik masa lampau.
Namun demikian, CCE lebih mirip biografi fiksi (entahlah kalau ternyata emang ada orang aslinya. Mengingat adanya clue-clue tentang tokoh A yang nampaknya avatar penulis) Bilangan Fu yang lebih mengetengahkan pandangan-pandangan agama, sosial, politiknya daripada ceritanya. IMHO, fokus dalam kisah ini adalah ibu. Singkatnya, tentang seorang anak yang merindukan sosok ibunya.
Overall, saya lebih suka CCE dari dua buku Ayu yang saya baca sebelumnya (Saman, Larung). Dramanya kena, isu sospol, agamanya pun kena. Jenis buku yang membuat saya merenung.
Saya menanti karya Ayu Utami yang berikutnya. Cheerss ^
View all my reviews
---------------------------------------------------
Cerita Cinta Enrico by Ayu UtamiMy rating: 4 of 5 stars
Awalnya, saya agak bingung dengan arah mana cerita ini dibawa. Sampai halaman ketujuhpuluhan kok ceritanya masih melulu tentang hidup Enrico tanpa perkembangan berarti. Maklum, terbiasa dengan tulisan-tulisan Ayu sebelumnya yang selalu sarat makna tentang ideologi, sosial, politik atau apalah, yang selalu dah dijabarkan beliau semenjak cerita dibuka.
Tetapi ternyata memang maknanya dijabarkan belakangan. Ya, ini memang menceritakan kehidupan seorang bernama Prasetya Riksa yang dipanggil Enrico. Sekaligus membeberkan pemikiran-pemikiran kritis (atau sinis) tentang agama di mata seorang lelaki agnostik (atau atheis), juga makna sebuah kebebasan. Di mana (sekaligus juga) membangkitkan nuansa peristiwa-peristiwa sejarah lampau sebagai latar belakang kisah ini. Dan tentu saja latar peristiwa sejarah, (sekali lagi sekaligus), berujung pada disinggungnya pendapat dan pandangan penulis mengenai isu sosial dan politik masa lampau.
Namun demikian, CCE lebih mirip biografi fiksi (entahlah kalau ternyata emang ada orang aslinya. Mengingat adanya clue-clue tentang tokoh A yang nampaknya avatar penulis) Bilangan Fu yang lebih mengetengahkan pandangan-pandangan agama, sosial, politiknya daripada ceritanya. IMHO, fokus dalam kisah ini adalah ibu. Singkatnya, tentang seorang anak yang merindukan sosok ibunya.
Overall, saya lebih suka CCE dari dua buku Ayu yang saya baca sebelumnya (Saman, Larung). Dramanya kena, isu sospol, agamanya pun kena. Jenis buku yang membuat saya merenung.
Saya menanti karya Ayu Utami yang berikutnya. Cheerss ^
View all my reviews
Published on September 28, 2012 09:45
August 31, 2012
Me Speechless (and LOL): Tabib bodoh.
Sebenarnya ini cerita dari teman sesama tabib yang bekerja di sebuah Rumah Pengobatan pemerintah.
Saat itu, teman saya sedang visite di bangsal anak. Ada seorang bocah laki-laki umur tujuh-delapan tahunan. One word about this boy. Brat.
Me fren: *senyum cerah ceria* Selamat pagi. Apa ada keluhan hari ini?
Bocah: *mengacungkan pistol mainan ke arah teman saya* DOR! DOR! Saya tembak Bu Tabib! DOR! DOR! Mati!
Me fren: *ikut terbawa* (teman saya emang bocah gede.red) *ngacungin tangan dengan jari-jari membentuk seperti pistol* Kubalas kamu! DOR! Mati kau!
Bocah: Ih! Mana bisa mati kalau nembak pake tangan. Bu Tabib bodoh ih!
Me fren: ^___^;;;;; (@%#&Q#!!!)
(Me: LOL LOL LOL.)
Saat itu, teman saya sedang visite di bangsal anak. Ada seorang bocah laki-laki umur tujuh-delapan tahunan. One word about this boy. Brat.
Me fren: *senyum cerah ceria* Selamat pagi. Apa ada keluhan hari ini?
Bocah: *mengacungkan pistol mainan ke arah teman saya* DOR! DOR! Saya tembak Bu Tabib! DOR! DOR! Mati!
Me fren: *ikut terbawa* (teman saya emang bocah gede.red) *ngacungin tangan dengan jari-jari membentuk seperti pistol* Kubalas kamu! DOR! Mati kau!
Bocah: Ih! Mana bisa mati kalau nembak pake tangan. Bu Tabib bodoh ih!
Me fren: ^___^;;;;; (@%#&Q#!!!)
(Me: LOL LOL LOL.)
Published on August 31, 2012 11:13
August 28, 2012
Me Speechless: Melemaskan Badan
Jadi, waktu itu datang ibu-ibu di atas brankar. Setelah cek-cek, saya merasa dia kena stroke. Nah, karena dia stroke jadi saya harus periksa pemeriksaan neurologis. Salah satunya, pemeriksaan refleks yang memakai hammer (bukan hammer merk baju atau yang buat mukul paku, pliz). Untuk periksa ini,
Me: Bu, tangannya dilemesin ya, Bu. Saya mau periksa.
Ibu: *gerak-gerakin tangan*
Me: ^__^;;;;; Bu, lemesin tangannya dong, Bu. Saya mau periksa Ibu.
Ibu: *makin hot gerakin tangannya*
Me: =__=;;;; Ibu, saya mau periksa Ibu, tapi tangannya harus dilemesin.
Ibu: Saya lagi lemesin tangan saya kok, Bib.
Me: ???.......................................Ah........(batin: jangan-jangan maksudnya ini....)
SKJ (From: http://bayusmki.files.wordpress.com/) *okay.jpg*
Me: Bu, tangannya dilemesin ya, Bu. Saya mau periksa.
Ibu: *gerak-gerakin tangan*
Me: ^__^;;;;; Bu, lemesin tangannya dong, Bu. Saya mau periksa Ibu.
Ibu: *makin hot gerakin tangannya*
Me: =__=;;;; Ibu, saya mau periksa Ibu, tapi tangannya harus dilemesin.
Ibu: Saya lagi lemesin tangan saya kok, Bib.
Me: ???.......................................Ah........(batin: jangan-jangan maksudnya ini....)
SKJ (From: http://bayusmki.files.wordpress.com/) *okay.jpg*
Published on August 28, 2012 10:36
August 25, 2012
Me Speechless: Cegukan
Udah lama, saya ga post ya? Oke. Sekarang akan ngepost curcolan lagi. *dikeplak*
Kejadiannya sudah agak lama, tapi yaa... sangat berkesan. LOL
Mas-mas: Hichup! Bib, tolongi saya, Bib.Hichup! Saya Hichup! cegukan udah lima hari... Hichup!
Me : O_O;;; Lima hari, mas? Kok baru dateng sekarang?
Mas-mas: Iya, Hichup! abisan biasanya Hichup! saya cegukan dua hari juga Hichup! juga sembuh sendiri. Hichup!
Me: ooo.... *pokerface*
Kejadiannya sudah agak lama, tapi yaa... sangat berkesan. LOL
Mas-mas: Hichup! Bib, tolongi saya, Bib.Hichup! Saya Hichup! cegukan udah lima hari... Hichup!
Me : O_O;;; Lima hari, mas? Kok baru dateng sekarang?
Mas-mas: Iya, Hichup! abisan biasanya Hichup! saya cegukan dua hari juga Hichup! juga sembuh sendiri. Hichup!
Me: ooo.... *pokerface*
Published on August 25, 2012 10:14
June 21, 2012
My First
Kayanya udah telat baru ngomongin ini sekarang ya? Tapi katanya kan "better late than never", hehehe... Ini dia...
Yep. Ini adalah karya pertama yang akhirnya berhasil diterbitkan. Aku sendiri ga sangka, ternyata "Karya Sang Pencipta" mendapat kehormatan menempati satu dari dua puluh cerita di kumcer ini.Ah ya. Sebagai informasi, judulnya kuubah jadi Noel. Kenapa? Karena kurasa, cerita ini mengkisahkan tentang jati diri seorang Noel.
Nah, posting telat ini pun dimaksudkan untuk cuap-cuap soal Noel.Inspirasinya sesungguhnya, pertama kali datang tahun lalu, waktu aku tiga minggu di Penang, Malaysia, karena jagain bokap yang harus operasi jantung. Waktu itu lagi bengong di flat, terus mondar-mandir sendirian di ruang tamunya, aku melihat pintu geser balkon. Seperti yang udah diketahui, pintu itu terbuat dari kaca. Dari situlah, terbesit pikiran, seru juga kalau ada monster muncul dari kaca.Nah. Lahirlah mirrlith.
Tokoh utamanya dari awal adalah cewek kuat. Imagenya berambut pendek gelap, sifatnya dingin. Suka makai baju perpaduan hitam-merah. Namanya Noel. Teman-teman sesama penulis sempat ada yang tanya, kenapa namanya Noel. I assure you, ga ada hubungannya sama sekali dengan hari raya natal atau lagu "The First Noel.". Bacalah, maka anda akan mengerti :))
Terinspirasi dari novel Moribito karangan Uehashi Nahoko, aku berniat memberi Noel konflik di mana ia menyelamatkan seorang anak kecil. Dari situlah muncul tokoh Marcus.
Lalu, butuh tokoh sampingan juga. Cowok dewasa. Yang bisa dimungkinkan jadi partner Noel atau mungkin hubungan kekasih. Muncul lagi, Damian. Yang belakangan, kuubah jadi Darius. Karena gak mau disamain dengan Damian-nya Vampire Diary.
Ide awalnya adalah kisah eksorsis. Noel dan Damian/Darius adalah tokoh pembantai iblis yang keluar dari cermin pemberian setan pada manusia yang lagi galau habis ditinggal mati seseorang. Cermin ini, bisa mengeluarkan mirrlith dalam wujud siapapun yang tergambar di benak si manusia galau. Itu premis awalnya. Aku sempat nulis juga bagian pertamanya. Seperti berikut:
Tetapi kemudian, karena berbagai pertimbangan, akhirnya kisah eksorsis beralih menjadi sci-fi. Yah, salah satunya karena mungkin aku penulis pengecut. Memilih topik yang kukuasai berdasarkan latar belakangku. Juga sekalian eksperimen membuat sesuatu yang ga biasanya aku buat. (Biasanya kan buat romance). Yah, bukan karya yang sempurna tentu saja. Aku akui itu. Tetapi aku berharap, siapapun yang baca akan menikmati. Monggo diburu bukunya. Sudah terbit lho~ XD
Anw, lomba Fantasy Fiesta 2012 sudah dimulai dan beberapa waktu lalu, pendaftarannya ditutup. Aku sendiri sudah memasukkan cerpen entri dengan nomor 152. Sesuai tanggal ultah. wkwkwk.... Judulnya Realitas Maya. Dari judulnya udah ketebak gender fantasi apa yang bakal kucoba selami kan? Mohon berkunjung tanggal 1 Juli nanti di kastilfantasi.com. XD
Yep. Ini adalah karya pertama yang akhirnya berhasil diterbitkan. Aku sendiri ga sangka, ternyata "Karya Sang Pencipta" mendapat kehormatan menempati satu dari dua puluh cerita di kumcer ini.Ah ya. Sebagai informasi, judulnya kuubah jadi Noel. Kenapa? Karena kurasa, cerita ini mengkisahkan tentang jati diri seorang Noel.
Nah, posting telat ini pun dimaksudkan untuk cuap-cuap soal Noel.Inspirasinya sesungguhnya, pertama kali datang tahun lalu, waktu aku tiga minggu di Penang, Malaysia, karena jagain bokap yang harus operasi jantung. Waktu itu lagi bengong di flat, terus mondar-mandir sendirian di ruang tamunya, aku melihat pintu geser balkon. Seperti yang udah diketahui, pintu itu terbuat dari kaca. Dari situlah, terbesit pikiran, seru juga kalau ada monster muncul dari kaca.Nah. Lahirlah mirrlith.
Tokoh utamanya dari awal adalah cewek kuat. Imagenya berambut pendek gelap, sifatnya dingin. Suka makai baju perpaduan hitam-merah. Namanya Noel. Teman-teman sesama penulis sempat ada yang tanya, kenapa namanya Noel. I assure you, ga ada hubungannya sama sekali dengan hari raya natal atau lagu "The First Noel.". Bacalah, maka anda akan mengerti :))
Terinspirasi dari novel Moribito karangan Uehashi Nahoko, aku berniat memberi Noel konflik di mana ia menyelamatkan seorang anak kecil. Dari situlah muncul tokoh Marcus.
Lalu, butuh tokoh sampingan juga. Cowok dewasa. Yang bisa dimungkinkan jadi partner Noel atau mungkin hubungan kekasih. Muncul lagi, Damian. Yang belakangan, kuubah jadi Darius. Karena gak mau disamain dengan Damian-nya Vampire Diary.
Ide awalnya adalah kisah eksorsis. Noel dan Damian/Darius adalah tokoh pembantai iblis yang keluar dari cermin pemberian setan pada manusia yang lagi galau habis ditinggal mati seseorang. Cermin ini, bisa mengeluarkan mirrlith dalam wujud siapapun yang tergambar di benak si manusia galau. Itu premis awalnya. Aku sempat nulis juga bagian pertamanya. Seperti berikut:
Hembusan angin kecil menerbangkan dedaunan kering di taman musim gugur itu. Mereka melayang tak tentu arah lalu dengan gerakan lemah gemulai menyentuh bumi. Tetesan darah segar dari ujung pedang menyentuh mereka yang sudah tergolek.
Itu ayunan pedang terakhir untuk hari ini, Noel meyakininya. Hari sudah larut hampir tengah malam dan tak dirasakannya lagi keberadaan mirrlithdi dekatnya. Batu Pemindai pun tak lagi mencicit. Mirrlith terakhir adalah yang kini terbaring tak bergerak di bawah kakinya.Makhluk itu bertubuh layaknya manusia. Tangan, kaki, raut wajah, semuanya. Kecuali cakar, taring dan sepasang sayap hitam iblis yang mencuat dari punggung mereka bila mereka bertransformasi. Dan perbedaan yang paling mendasar adalah tatapan yang tak berjiwa.Di salah tempat di antara rimbunan pepohonan dakka, nampak samar-samar di antara temaram lampu taman, duduk meringkuk ketakutan seorang pemuda berambut sebahu acak-acakan lusuh. Kaus putih dan celana panjangnya robek dan kotor. Tangannya menggenggam erat sebuah cermin kecil berbingkai ukiran unik bagaikan harta berharga. Noel menghampirinya dan merebut benda itu dari tangannya dengan kasar."Ja...jangan.. Jangan hancurkan Tania...!" Pemuda itu berseru memohon. Tangannya menggapai sia-sia. Tetapi Noel tak peduli. Diangkatnya cermin itu dengan satu tangannya yang bersarung hitam, sementara tangannya yang lain menyentuh dada tempat jantung bersemayam. Ia memejamkan mata dan memanjatkan doa mantra. "O' Deos, marcia mo retora los satani te doasa hadez!"KRAK!!Dengan sekali kekuatan genggaman, cermin itu hancur menjadi serpihan. Asap hitam dengan desisan jahat muncul dan segera menghilang begitu tangannya membuka.Isak tangis terdengar ketika tubuh mirrlith itu terbakar api suci dan menjadi serpihan debu dalam sekejab."Taniaaa...!!!!!" Jerit memilukan mengiringi kepergian gadis berambut merah itu. Tugasnya selesai untuk hari ini.
Mungkin...***
Tetapi kemudian, karena berbagai pertimbangan, akhirnya kisah eksorsis beralih menjadi sci-fi. Yah, salah satunya karena mungkin aku penulis pengecut. Memilih topik yang kukuasai berdasarkan latar belakangku. Juga sekalian eksperimen membuat sesuatu yang ga biasanya aku buat. (Biasanya kan buat romance). Yah, bukan karya yang sempurna tentu saja. Aku akui itu. Tetapi aku berharap, siapapun yang baca akan menikmati. Monggo diburu bukunya. Sudah terbit lho~ XDAnw, lomba Fantasy Fiesta 2012 sudah dimulai dan beberapa waktu lalu, pendaftarannya ditutup. Aku sendiri sudah memasukkan cerpen entri dengan nomor 152. Sesuai tanggal ultah. wkwkwk.... Judulnya Realitas Maya. Dari judulnya udah ketebak gender fantasi apa yang bakal kucoba selami kan? Mohon berkunjung tanggal 1 Juli nanti di kastilfantasi.com. XD
Published on June 21, 2012 00:40
March 6, 2012
Review Ther Melia: Genesis - Congrats!
Genesis by Shienny M.S.My rating: 4 of 5 stars
Selesai juga... Review errr... Besok sajalah :D
_________________
Secara singkat, inilah kesan saya pada masing-masing serial TM:
No. 1 borred...No. 2 GUuuUº°˚˚°º.˚°º.˚°º..BraAaaQqq.. No. 3 errr.... Ewwwhhh....No. 4.... Whaatt??!! O____o;;;;
Ga ngerti? Yeah. Silahkan search sendiri selengkapnya di repiu-repiu sebelumnya dengan hashtag "ther melian" XD
Intinya saya suka dengan TM nomor genap. Mungkin karena genap berarti tuntas? Juga memang karena di nomor genap, "kebetulan" Shienny memasukkan adegan dan informasi yang berkesan. Seperti halnya di Chronicle ada Aelwen henshin jadi Leighton (reaksi saya: melotot, lalu nyembur ketawa), di Genesis ini ada triple... No, kurasa ini quartal twist mengenai asal usul benua Ther Melian, khususnya bagian asal-usul para Elvar. (reaksi saya: melotot, ngantuk hilang. Serba salah. Mau baca lanjut, takut besok telat bangun. Akhirnya menguatkan diri menaruh TM jauh2 dari tempat tidur -_-;) . Nice shock therapy. :))
Bukan cuma shock therapy itu aja yang membuatku suka dengan volume ini. Semua karakter mendapat porsinya masing-masing. Harus kuakui, applause buat Shienny karena berhasil mengadakan jumlah karakter yang banyaknya agak kelewatan, tapi nyaris semuanya mendapatkan peran penting dan tak terkesan sampingan.
Lebih dalam mengenai karakter dan beberapa adegan.Saya sebal dengan si ratu yang kerjanya minta maaf melulu kaya Pok Minah di Bajaj Bajuri. khas nenek-nenek kali ya? :|. Lalu suka dengan akhir hubungan Vrey dan Laruen, Perkembangan hubungan Leighton dan Vrey Kali ini ciumannya ga bikin merinding :)), Hubungan Leighton dan sang ayah, sekaligus aksi suicide beliau, Pernyataan blak-blakan bahwa Eizen fanboy sejati. maafkan saya, saya ketawa waktu baca pesan terakhir Eizen, "Dia... Satu-satunya orang yang membuatku merasa...
Kendati begitu, ada yang pengen kubahas mengenai beberapa hal yang agak mengganjal. Yang mencegahku membulatkan nilai 4,5 untuk buku ini menjadi 5. :(
Aliran waktu kan dihentikan Odyss untuk mencegah kehancuran seluruh Terra gara-gara machina yang overload, tapi kenapa begitu aliran waktunya dijalankan kembali, kehancurannya ga berlanjut? Cuma kena daerah sekitar pulau melayang? Am I missing something here? Kalau memang masalah dengan Theia itu, masalah untuk seluruh Terra, tentunya jangan hanya orang-orang Ther Melian aja yang harus bertarung. Kenapa ga ada usaha dari para petinggi Ther Melian menghubungi orang-orang di luar Ther Melian? Mereka kan orang Terra juga. Again, am I missing something here?Sedikit typo soal kapitalisasi "ayah". Setahuku, "Ayah" sebagai panggilan harus huruf besar. Tetapi kalo "ayahku", adalah kata benda, jadi kalau bukan di awal kalimat, harus huruf kecil.Terakhir soal ending.
Maaf, subjektif. Gyaaa~ saya senang Valadin ga dibunuh Pengarang. Ketertarikan saya pada si bodoh satu ini yang udah dimulai di buku 3, makin bertambah di buku 4. Senang, dia ga dibunuh, tapi sebal karena dia berubah jadi Pok Minah extended version. Menghukum dirinya sendiri?? U gotta be kidding me! >o< Walaupun memang, bila dipikir-pikir lagi, ending ini cukup bagus. Siapa tahu nanti dia punya peran lain di serial Ther Melian Shienny berikutnya. Heheh...
Terakhir. Beneran ini yang terakhir. Eh, cuma iseng sih. Ga usah diseriusin, karena memang GA PENTING! XD
Mengingat Laruen punya anak kembar Reuven dan Lyra, aku agak berharap Vrey bakal punya Valadin dan Valadina.
*ditonjok Gollem*
XD
Sekian repiu saya. Diucapkan selamat buat Shienny karena telah menyelesaikan serial ini dengan tuntas dan cukup epic. Terima kasih juga, telah membuat saya bernostalgila akan masa-masa saya bergadang hanya untuk menamatkan sebuah game RPG. Karya-karya selanjutnya pasti kutunggu.
Pasti! \(^o^)/
View all my reviews
Published on March 06, 2012 19:49
March 5, 2012
Review Ther Melia: Discord - Love is in the air
Discord by Shienny M.S.My rating: 3 of 5 stars
WARNING! ADA SEDIKIT SPOILER DI RESENSI INI! RESIKO TANGGUNG SENDIRI!
Kalau diistilahkan dengan musik (Aku bukan orang musik tapi sedikit2 tahu istilahnya. Ampun kalo salah. Let me be a sotoy person for a moment >.<) cerita ini dimulai dengan allegreto (tempo cepat), lalu ditengah2 mendadak jadi adagio (lelet pisan!), dan di 100 halaman terakhir mendadak jadi acelendro (dinaikin lagi.)
Awalnya cukup asik dinikmati. Vrey dengan galau-galaunya, lalu oleh sang penulis
Selanjutnya, tempo mendadak jadi lelet. Karena.... perlukah aku sampaikan kenapa? >.< Yeap. Lovey dovey is in the air. <3 No komen ah soal ini. =))
Lanjut. Tokoh-tokohnya sendiri makin banyak. Sampai aku sempat merasa beberapa tokoh terasa mirip satu sama lain. COntoh: KarthxLeighton , FeynxReuven.
Lalu beberapa tokoh cuma dijadikan sampingan. (eh tapi yang ini bukan aku bermaksud komplain lho). Contoh: Izahra -> habis manis sepah dibuang , Ella -> "dikorbankan" demi menyelamatkan "kepolosan" Laruen XDD
Dan... errr.. entah bagaimana, aku paling suka Valadin di sini. Nyaris banget dia gantiin posisi Leighton jadi tokoh cowok kesukaanku. Huahahaha!
Jalan ceritanya sendiri makin lama makin intens di -seperti yang sudah kusebutkan sebelumnya- 100 halaman terakhir. Rasanya aku baru melek waktu... kematian uhukDesnauhuk. Entah kenapa lebih terasa sedih dibandingkan kejadian yang sama di bab-bab awal. Mungkin karena aku sudah mengenal tokoh ini dari buku sebelumnya? Kurasa ini adegan paling favoritku di sepanjang buku ini.
Akhir kata, di samping banyak kekurangannya, Discord adalah seri yang lebih membuatku merenung soal pesan yang ingin disampaikan penulisnya. Dunia ini ga ada yang hitam dan putih. Yang ada abu-abu. Yah kurasa begitu. Kuharap Genesis bisa lebih baik lagi dari yang ini. ^^
View all my reviews
Published on March 05, 2012 19:45


