Eko Nurhuda's Blog, page 64
February 7, 2011
Sepeda Lipat
Oleh: Eko Nurhuda - Bung Eko dotcom
SEMAKIN digalakkannya sarana transportasi massal di kota-kota besar membuat sepeda lipat kembali naik daun. Sepeda yang sejatinya sudah ada di pasaran Indonesia sejak lebih dari sepuluh tahun lalu ini menjadi pilihan para pengguna angkutan umum.
Bagi pengguna bus transJogja atau transJakarta, misalnya. Jauhnya letak shelter dari tempat tinggal atau kantor dapat diakali dengan menggunakan sepeda lipat. Dari rumah ke shelter naik sepeda lipat, lalu begitu sampai di shelter sepeda bisa dilipat dan dibawa ke atas bis. Turun dari bis perjalanan bisa dilanjutkan dengan bersepeda lipat lagi.
Tidak hanya untuk angkutan umum dalam kota, sepeda lipat juga dapat dibawa dalam perjalanan luar kota. Seperti Sri Kahana, penggagas komunitas Jogja Folding Bike (JFB). Karyawan Penerbit Kanisius ini sering membawa sepeda lipat kesayangannya bila mendapat tugas keluar kota.
"Dari rumah ke stasiun naik sepeda lipat, kemudian sepeda dilipat dan dinaikkan ke atas gerbong. Setelah sampai di tujuan, sepeda bisa dibuka lagi," cerita Kahana saat saya temui di rumahnya pertengahan April 2009 lalu.
Sepeda lipat dapat pula dibawa bepergian dengan pesawat. Bobotnya yang hanya 11 kg membuatnya bisa ditaruh di bagasi.
Banyak pilihan
KIAN banyaknya peminat sepeda lipat membuat produsen semakin kreatif dalam menciptakan produk-produknya. Kalau dulu pilihannya sangat terbatas, kini terdapat bermacam-macam model.
Menurut Sonny, pemilik toko sepeda Adi Mitra di bilangan Jl. Kol. Sugiono, Jogja, bentuk sepeda lipat sangat dipengaruhi oleh ukuran rodanya. Ada sepeda lipat dengan roda berukuran 16, 20 dan 26 inci. Semakin kecil ukuran rodanya, semakin ringkas sepeda tersebut dapat dilipat.
"Kalau mencari yang semakin ringkas lipatannya, berarti harus mencari yang ukuran rodanya kecil," jelas Sonny saat saya temui di tokonya, Kamis, 14 Mei 2009, lalu.
Sisi minusnya, sepeda lipat dengan roda kecil keseimbangannya kurang baik jika dikendarai orang dewasa. Meminjam istilah Sonny, perasaan seperti limbung lebih terasa di sepeda lipat dengan roda kecil. Selain itu, daya jangkaunya juga pendek sehingga tidak bisa dipakai kebut-kebutan.
Sepeda lipat dengan ukuran roda 26 inci tidak dianjurkan bagi para commuter alias pengguna transportasi massal. Pasalnya, dengan ukuran roda sebesar itu sepeda masih tetap berukuran besar kendati sudah dilipat.
"Memilih sepeda lipat harus disesuaikan dengan keperluannya," kata Sonny lagi. Dan yang perlu dicatat, sepeda lipat bukanlah sepeda untuk perjalanan jarak jauh. Kalau dipaksakan bisa saja sepeda lipat dipakai bepergian jauh, namun hal ini akan membuatnya lebih cepat rusak.
Karena itu Sonny menyarankan agar sebelum memutuskan membeli, konsumen harus tahu dulu kenapa dia memerlukan sepeda lipat. Banyak orang kecewa setelah membeli sepeda lipat karena ternyata tidak bisa dipakai bepergian jauh.
Sesuaikan kebutuhan
Di Jogja sudah cukup banyak toko sepeda yang menjual sepeda lipat. Toko-toko seperti Adi Mitra atau Tri Jaya bahkan menyediakan beragam pilihan model dan harga.
"Rentang harganya sangat beragam. Tergantung pembeli, mau memilih merek atau memilih harga," kata Halim, pemilik toko sepeda Tri Jaya, ketika saya temui di tokonya, Rabu, 13 Mei 2009 lalu.
Bagi pembeli dengan anggaran terbatas, terdapat beberapa model sepeda lipat dari Cina dengan harga bersahabat. Contohnya merek Forever yang hanya dibanderol Rp500.000. Hanya saja modelnya kurang menarik karena masih menggunakan desain lama yang mirip sepeda mini.
Ada pula sepeda lipat bermerek Gekko yang dijual mulai harga Rp1.350.000. Ini juga buatan Cina. Modelnya sudah menarik seperti sepeda lipat pada umumnya. Namun ukurannya terlalu kecil untuk dikendarai orang dewasa.
"Mau yang mahal juga ada, seperti Dahon atau Giant," kata Halim lagi.
Kalau mau sepeda lipat berkualitas baik namun dengan harga terjangkau, merek lokal seperti Polygon bisa jadi pilihan. Kelebihan merek lokal, garansinya lebih jelas dan pengajuan klaimnya lebih mudah dilakukan. (bungeko)
Peta sepeda lipat (lihat gambar):
1. Stang, bagian yang bisa ditarik
2. Pengatur tinggi-rendah stang
3. Stang bagian bawah
4. Panel pengunci lipatan stang
5. Batang sadel yang bisa diturunkan
6. Pengatur tinggi-rendah sadel
7. Panel lipatan rangka
8. Pedal
9. Gir rantai
10. Rantai
11. Front fender
12. Tempat pengaturan gigi/speed
13. Pelek roda
14. Bagasi
15. Roda
16. Sadel
17. Tempat botol minuman
Catatan: Dikopi dengan penyesuaian dari hasil liputan saya sewaktu magang di Harian Jogja, dimuat di edisi Minggu, 24 Mei 2009.
SEMAKIN digalakkannya sarana transportasi massal di kota-kota besar membuat sepeda lipat kembali naik daun. Sepeda yang sejatinya sudah ada di pasaran Indonesia sejak lebih dari sepuluh tahun lalu ini menjadi pilihan para pengguna angkutan umum.
Bagi pengguna bus transJogja atau transJakarta, misalnya. Jauhnya letak shelter dari tempat tinggal atau kantor dapat diakali dengan menggunakan sepeda lipat. Dari rumah ke shelter naik sepeda lipat, lalu begitu sampai di shelter sepeda bisa dilipat dan dibawa ke atas bis. Turun dari bis perjalanan bisa dilanjutkan dengan bersepeda lipat lagi.
Tidak hanya untuk angkutan umum dalam kota, sepeda lipat juga dapat dibawa dalam perjalanan luar kota. Seperti Sri Kahana, penggagas komunitas Jogja Folding Bike (JFB). Karyawan Penerbit Kanisius ini sering membawa sepeda lipat kesayangannya bila mendapat tugas keluar kota.
"Dari rumah ke stasiun naik sepeda lipat, kemudian sepeda dilipat dan dinaikkan ke atas gerbong. Setelah sampai di tujuan, sepeda bisa dibuka lagi," cerita Kahana saat saya temui di rumahnya pertengahan April 2009 lalu.
Sepeda lipat dapat pula dibawa bepergian dengan pesawat. Bobotnya yang hanya 11 kg membuatnya bisa ditaruh di bagasi.
Banyak pilihan
KIAN banyaknya peminat sepeda lipat membuat produsen semakin kreatif dalam menciptakan produk-produknya. Kalau dulu pilihannya sangat terbatas, kini terdapat bermacam-macam model.Menurut Sonny, pemilik toko sepeda Adi Mitra di bilangan Jl. Kol. Sugiono, Jogja, bentuk sepeda lipat sangat dipengaruhi oleh ukuran rodanya. Ada sepeda lipat dengan roda berukuran 16, 20 dan 26 inci. Semakin kecil ukuran rodanya, semakin ringkas sepeda tersebut dapat dilipat.
"Kalau mencari yang semakin ringkas lipatannya, berarti harus mencari yang ukuran rodanya kecil," jelas Sonny saat saya temui di tokonya, Kamis, 14 Mei 2009, lalu.
Sisi minusnya, sepeda lipat dengan roda kecil keseimbangannya kurang baik jika dikendarai orang dewasa. Meminjam istilah Sonny, perasaan seperti limbung lebih terasa di sepeda lipat dengan roda kecil. Selain itu, daya jangkaunya juga pendek sehingga tidak bisa dipakai kebut-kebutan.
Sepeda lipat dengan ukuran roda 26 inci tidak dianjurkan bagi para commuter alias pengguna transportasi massal. Pasalnya, dengan ukuran roda sebesar itu sepeda masih tetap berukuran besar kendati sudah dilipat.
"Memilih sepeda lipat harus disesuaikan dengan keperluannya," kata Sonny lagi. Dan yang perlu dicatat, sepeda lipat bukanlah sepeda untuk perjalanan jarak jauh. Kalau dipaksakan bisa saja sepeda lipat dipakai bepergian jauh, namun hal ini akan membuatnya lebih cepat rusak.
Karena itu Sonny menyarankan agar sebelum memutuskan membeli, konsumen harus tahu dulu kenapa dia memerlukan sepeda lipat. Banyak orang kecewa setelah membeli sepeda lipat karena ternyata tidak bisa dipakai bepergian jauh.
Sesuaikan kebutuhan
Di Jogja sudah cukup banyak toko sepeda yang menjual sepeda lipat. Toko-toko seperti Adi Mitra atau Tri Jaya bahkan menyediakan beragam pilihan model dan harga.
"Rentang harganya sangat beragam. Tergantung pembeli, mau memilih merek atau memilih harga," kata Halim, pemilik toko sepeda Tri Jaya, ketika saya temui di tokonya, Rabu, 13 Mei 2009 lalu.
Bagi pembeli dengan anggaran terbatas, terdapat beberapa model sepeda lipat dari Cina dengan harga bersahabat. Contohnya merek Forever yang hanya dibanderol Rp500.000. Hanya saja modelnya kurang menarik karena masih menggunakan desain lama yang mirip sepeda mini.
Ada pula sepeda lipat bermerek Gekko yang dijual mulai harga Rp1.350.000. Ini juga buatan Cina. Modelnya sudah menarik seperti sepeda lipat pada umumnya. Namun ukurannya terlalu kecil untuk dikendarai orang dewasa.
"Mau yang mahal juga ada, seperti Dahon atau Giant," kata Halim lagi.
Kalau mau sepeda lipat berkualitas baik namun dengan harga terjangkau, merek lokal seperti Polygon bisa jadi pilihan. Kelebihan merek lokal, garansinya lebih jelas dan pengajuan klaimnya lebih mudah dilakukan. (bungeko)
Serbaneka sepeda lipat:
1.Sepeda lipat hanya untuk jalan rata yang beraspal. Karena itu jangan sekali-kali memakai sepeda lipat di medan-medan berat (offroad) atau untuk freestyle.
2.Sepeda lipat umumnya tidak memiliki shock depan, sehingga sangat disarankan untuk sebisa mungkin menghindari jalan berlubang atau tidak rata seperti polisi tidur.
3.Tidak disarankan mencuci sepeda lipat dengan semprotan air yang keras/deras. Hal ini untuk menghindari masuknya air ke sela-sela komponen yang dapat menyebabkan karat. Cukup siram perlahan dan bersihkan dengan lap.
4.Sebelum membeli, perhatikan baik-baik ukuran roda dan dimensi sepeda setelah dilipat. Kalau sepeda lipat akan sering dibawa bepergian, cari yang dimensi lipatannya kecil.
5.Harga sangat berpengaruh pada kerapian detil, kemudahan melipat, tingkat presisi, dan kelengkapan tambahan.
6.Bila dipakai dengan baik dan dijaga kebersihannya, sepeda lipat bisa awet dalam waktu sangat lama. (bungeko)
Peta sepeda lipat (lihat gambar):1. Stang, bagian yang bisa ditarik
2. Pengatur tinggi-rendah stang
3. Stang bagian bawah
4. Panel pengunci lipatan stang
5. Batang sadel yang bisa diturunkan
6. Pengatur tinggi-rendah sadel
7. Panel lipatan rangka
8. Pedal
9. Gir rantai
10. Rantai
11. Front fender
12. Tempat pengaturan gigi/speed
13. Pelek roda
14. Bagasi
15. Roda
16. Sadel
17. Tempat botol minuman
Catatan: Dikopi dengan penyesuaian dari hasil liputan saya sewaktu magang di Harian Jogja, dimuat di edisi Minggu, 24 Mei 2009.
Published on February 07, 2011 14:30
February 4, 2011
Panjat Tebing (Wall Climbing)
ADIK kedua saya,
Maulana Tri Surya Candra
aka Anda (di kalangan keluarga) aka Borok
(di kalangan Vetpagama FKH UGM),
sangat menyukai kegiatan panjat-
memanjat tebing. Setiap kali
melihat tebing curam, yang di-
bicarakan pasti keinginan dan
rencana untuk memanjatnya.
Adik saya ini juga suka mendaki gunung.
Entah sudah berapa gunung yang ia daki,
yang jelas ia rela ber-backpacking ria
dengan ongkos seadanya menuju ke
gunung yang hendak dipanjat. Tahun
2009, ia berangkat berdua saja
dengan seorang temannya ke
Lombok, NTB, untuk mendaki
Gunung Rinjani. Lebaran 2010 lalu,
ia seminggu di Bali. Rencananya
mau naik Gunung Agung, tapi
entah kenapa batal.
Saya sendiri hampir menjadi
pendaki gunung. Bukan
sekedar pendaki gunung
biasa, tapi tracking guide
alias pemandu wisata spe-
sialis rute-rute wisata
gunung. Bayarannya
terhitung besar saat
itu (tahun 2005),
bersihnya $100
sehari. Sekali
memandu paling
tidak 7 hari,
sehingga $100 x
7 = $700, belum
lagi tip dari tamu yang total-
nya bisa mencapai ratusan
dolar juga. Sayang, saya lebih
tertarik menekuni dunia tulis-
menulis, dan ngeblog. ^_^

aka Anda (di kalangan keluarga) aka Borok
(di kalangan Vetpagama FKH UGM),
sangat menyukai kegiatan panjat-
memanjat tebing. Setiap kali
melihat tebing curam, yang di-
bicarakan pasti keinginan dan
rencana untuk memanjatnya.
Adik saya ini juga suka mendaki gunung.
Entah sudah berapa gunung yang ia daki,
yang jelas ia rela ber-backpacking ria
dengan ongkos seadanya menuju ke
gunung yang hendak dipanjat. Tahun
2009, ia berangkat berdua saja
dengan seorang temannya ke
Lombok, NTB, untuk mendaki
Gunung Rinjani. Lebaran 2010 lalu,
ia seminggu di Bali. Rencananya
mau naik Gunung Agung, tapi
entah kenapa batal.
Saya sendiri hampir menjadi
pendaki gunung. Bukan
sekedar pendaki gunung
biasa, tapi tracking guide
alias pemandu wisata spe-
sialis rute-rute wisata
gunung. Bayarannya
terhitung besar saat
itu (tahun 2005),
bersihnya $100
sehari. Sekali
memandu paling
tidak 7 hari,
sehingga $100 x
7 = $700, belum
lagi tip dari tamu yang total-
nya bisa mencapai ratusan
dolar juga. Sayang, saya lebih
tertarik menekuni dunia tulis-
menulis, dan ngeblog. ^_^
Published on February 04, 2011 14:30
January 30, 2011
Eh, Ternyata Saya Menang Kontes blogDetik..!
Oleh: Eko Nurhuda - Bung Eko dotcom
HIDUP benar-benar penuh rahasia. Barusan saya ngenet selama 4 jam di warnet. Yang 2 jam bayar Rp5.000, yang 2 jam lagi bonus karena sudah main paket 2 jam sebanyak 8 kali. Nah, menjelang 2 jam pertama habis, saya dapat bonus lain hari itu: ternyata saya salah satu dari 10 Pemenang Blogdetik Writing Contest "Inspiring Woman".
Sebagai salah satu pemenang kontes, saya berhak atas sebuah hape Nokia Flexi Chatting. Sebuah benda yang sangat saya butuhkan untuk ngenet saat modem Huawei E220 yang saya punya susah mendapat sinyal di tengah Desa Banjardawa, Kec. Taman, Pemalang. Sayangnya, berita baik ini saya peroleh 8 bulan setelah pengumuman pemenang, dan batas konfirmasi pemenang sekaligus klaim hadiah tanggal 31 Mei 2010. Ini tanggal 30 Januari 2011!!!
Gara-gara Alexa
Nokia Flexi Chatting: Akankah hape keren ini menjadi milikku?Ceritanya, kemarin saya lagi iseng-iseng memeriksa peringkat blog ini. Dimulai dari Google PageRank (lumayan, dapat PR2), lalu ke Alexa. Nah, waktu melihat daftar backlink, kok saya lihat ada link http://blogdetik.com/2010/05/20/10-pemenang-blogdetik-writing-contest-inspiring-woman/. Saya langsung ingat posting tentang Eni Kusuma yang saya ikutkan ke kontes tersebut, judulnya
Eni Kusuma, Kisah TKW Luar Biasa
.
Tanpa menunggu lama, saya langsung membuka halaman blogDetik tersebut. Lihat punya lihat, ada nama saya di urutan ke-9 dari 10 pemenang kontes yang berhak mendapat sebuah hape Nokia Flexi Chatting. Bukannya senang, saya malah bingung bukan main. Bagaimana tidak? Batas akhir konfirmasi pemenang tanggal 31 Mei 2010! Sekarang tanggal 30 Januari 2011, sudah 8 bulan lebih!
Hal pertama yang saya lakukan adalah meninggalkan komentar di halaman pengumuman pemenang. Lalu saya susulkan sebuah email ke alamat yang tertera di halaman pengumuman tersebut. Meski sudah telat 8 bulan, tapi saya berharap ada keajaiban. Ya, siapa tahu hape Nokia Flexi Chatting itu masih rejeki saya, hanya waktu pemberiannya saja yang tertunda. Saya harap ada keajaiban, dan blogDetik-lah yang paling bisa memberikan keajaiban itu. ^_^
Kado Kelahiran Anak Pertama?
Sebagai informasi, 19 Mei 2010 adalah hari kelahiran anak pertama saya, Fadhiil Akbar Damar Panuluh. Anak saya lahir sekitar pukul 12.30 WIB, dan saya masih di Jogja saya istri saya melahirkan. Penuh kegugupan, saya langsung berangkat ke Pemalang sore itu juga. Dan, 20 Mei 2010 adalah hari pertama saya menjadi seorang bapak.
"...saya hanya berharap ada keajaiban. Kalau memang hape Nokia Flexi Chatting itu rejeki saya, tentu panitia kontes akan tetap menyerahkannya pada saya sekalipun sudah terlambat 8 bulan lamanya. Kalau ternyata bukan rejeki, setidaknya saya masih bisa berbangga hati karena menjadi salah satu dari 10 Pemenang Blogdetik Writing Contest "Inspiring Woman""Karena masih repot-repotnya punya anak, plus sejumlah adaptasi dengan peran baru dan kebiasaan baru, saya tidak sempat ke warnet sampai beberapa lama. Posting bungeko.com sendiri semenjak 19 Mei 2010 adalah scheduled post alias posting terjadwal. Saya baru bisa memaksakan diri ke warnet pada 4 Juni 2010, itupun karena harus mengumumkan pemberi komentar terbanyak di bungeko.com periode Mei 2010 yang berhak mendapat 2 eksemplar buku dari saya. Sepanjang Juni, posting di blog ini juga masih scheduled post. Saya baru mulai update manual sejak 8 Juli 2010.
Nah, mungkin itulah sebabnya saya tidak tahu kalau ada pengumuman 10 Pemenang Blogdetik Writing Contest "Inspiring Woman". Kontes ini sendiri diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Kartini 2010, periode lombanya 21 April 2010 - 15 Mei 2010. Pengumuman tanggal 20 Mei 2010, tapi anak saya yang lahir mendadak tanggal 19 Mei 2010 membuat saya lupa sama sekali dengan kontes ini.
Well, saya hanya berharap ada keajaiban. Kalau memang hape Nokia Flexi Chatting itu rejeki saya, tentu panitia kontes akan tetap menyerahkannya pada saya sekalipun sudah terlambat 8 bulan lamanya. Kalau ternyata bukan rejeki, setidaknya saya masih bisa berbangga hati karena menjadi salah satu dari 10 Pemenang Blogdetik Writing Contest "Inspiring Woman".
Mohon doanya, Bung. Saya akan menulis kelanjutan cerita ini setelah mendapat respon dari panitia kontes atau blogDetik.
HIDUP benar-benar penuh rahasia. Barusan saya ngenet selama 4 jam di warnet. Yang 2 jam bayar Rp5.000, yang 2 jam lagi bonus karena sudah main paket 2 jam sebanyak 8 kali. Nah, menjelang 2 jam pertama habis, saya dapat bonus lain hari itu: ternyata saya salah satu dari 10 Pemenang Blogdetik Writing Contest "Inspiring Woman".
Sebagai salah satu pemenang kontes, saya berhak atas sebuah hape Nokia Flexi Chatting. Sebuah benda yang sangat saya butuhkan untuk ngenet saat modem Huawei E220 yang saya punya susah mendapat sinyal di tengah Desa Banjardawa, Kec. Taman, Pemalang. Sayangnya, berita baik ini saya peroleh 8 bulan setelah pengumuman pemenang, dan batas konfirmasi pemenang sekaligus klaim hadiah tanggal 31 Mei 2010. Ini tanggal 30 Januari 2011!!!
Gara-gara Alexa
Nokia Flexi Chatting: Akankah hape keren ini menjadi milikku?Ceritanya, kemarin saya lagi iseng-iseng memeriksa peringkat blog ini. Dimulai dari Google PageRank (lumayan, dapat PR2), lalu ke Alexa. Nah, waktu melihat daftar backlink, kok saya lihat ada link http://blogdetik.com/2010/05/20/10-pemenang-blogdetik-writing-contest-inspiring-woman/. Saya langsung ingat posting tentang Eni Kusuma yang saya ikutkan ke kontes tersebut, judulnya
Eni Kusuma, Kisah TKW Luar Biasa
.Tanpa menunggu lama, saya langsung membuka halaman blogDetik tersebut. Lihat punya lihat, ada nama saya di urutan ke-9 dari 10 pemenang kontes yang berhak mendapat sebuah hape Nokia Flexi Chatting. Bukannya senang, saya malah bingung bukan main. Bagaimana tidak? Batas akhir konfirmasi pemenang tanggal 31 Mei 2010! Sekarang tanggal 30 Januari 2011, sudah 8 bulan lebih!
Hal pertama yang saya lakukan adalah meninggalkan komentar di halaman pengumuman pemenang. Lalu saya susulkan sebuah email ke alamat yang tertera di halaman pengumuman tersebut. Meski sudah telat 8 bulan, tapi saya berharap ada keajaiban. Ya, siapa tahu hape Nokia Flexi Chatting itu masih rejeki saya, hanya waktu pemberiannya saja yang tertunda. Saya harap ada keajaiban, dan blogDetik-lah yang paling bisa memberikan keajaiban itu. ^_^
Kado Kelahiran Anak Pertama?
Sebagai informasi, 19 Mei 2010 adalah hari kelahiran anak pertama saya, Fadhiil Akbar Damar Panuluh. Anak saya lahir sekitar pukul 12.30 WIB, dan saya masih di Jogja saya istri saya melahirkan. Penuh kegugupan, saya langsung berangkat ke Pemalang sore itu juga. Dan, 20 Mei 2010 adalah hari pertama saya menjadi seorang bapak.
"...saya hanya berharap ada keajaiban. Kalau memang hape Nokia Flexi Chatting itu rejeki saya, tentu panitia kontes akan tetap menyerahkannya pada saya sekalipun sudah terlambat 8 bulan lamanya. Kalau ternyata bukan rejeki, setidaknya saya masih bisa berbangga hati karena menjadi salah satu dari 10 Pemenang Blogdetik Writing Contest "Inspiring Woman""Karena masih repot-repotnya punya anak, plus sejumlah adaptasi dengan peran baru dan kebiasaan baru, saya tidak sempat ke warnet sampai beberapa lama. Posting bungeko.com sendiri semenjak 19 Mei 2010 adalah scheduled post alias posting terjadwal. Saya baru bisa memaksakan diri ke warnet pada 4 Juni 2010, itupun karena harus mengumumkan pemberi komentar terbanyak di bungeko.com periode Mei 2010 yang berhak mendapat 2 eksemplar buku dari saya. Sepanjang Juni, posting di blog ini juga masih scheduled post. Saya baru mulai update manual sejak 8 Juli 2010.
Nah, mungkin itulah sebabnya saya tidak tahu kalau ada pengumuman 10 Pemenang Blogdetik Writing Contest "Inspiring Woman". Kontes ini sendiri diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Kartini 2010, periode lombanya 21 April 2010 - 15 Mei 2010. Pengumuman tanggal 20 Mei 2010, tapi anak saya yang lahir mendadak tanggal 19 Mei 2010 membuat saya lupa sama sekali dengan kontes ini.
Well, saya hanya berharap ada keajaiban. Kalau memang hape Nokia Flexi Chatting itu rejeki saya, tentu panitia kontes akan tetap menyerahkannya pada saya sekalipun sudah terlambat 8 bulan lamanya. Kalau ternyata bukan rejeki, setidaknya saya masih bisa berbangga hati karena menjadi salah satu dari 10 Pemenang Blogdetik Writing Contest "Inspiring Woman".
Mohon doanya, Bung. Saya akan menulis kelanjutan cerita ini setelah mendapat respon dari panitia kontes atau blogDetik.
Published on January 30, 2011 01:19
January 29, 2011
Kali Progo Jadi Pantai
Oleh: Eko Nurhuda - Bung Eko dotcom
MASIH ingat Kali Progo yang saya ceritakan di posting ini? Silakan baca dulu posting tersebut kalau Bung lupa atau belum membacanya. Di sana, dapat Bung lihat sungai tersebut dipenuhi batu-batu besar. Pertama kali melihatnya, saya langsung menebak kalau Kali Progo adalah salah satu sungai yang biasa dilewati lahar dingin Gunung Merapi ketika meletus.
Dugaan saya benar. Belum lama ini teman saya yang tinggal di Desa Sendang Sari, Kec. Apa Ya, Kab. Sleman, Yogyakarta (cerita tentang Sendang Sari bisa Bung baca di sini), mengirim pesan singkat ke hape saya. "Kang, Kali Progo saiki koyo pantai," katanya. Saya kaget. "Difoto ora?" tanya saya kemudian. "Yo, wis tak foto. Tapi nembe iso ngenet sesok," sahutnya lagi.
Besoknya, foto-foto tersebut sudah diunggah ke akun Facebook teman saya itu. Kebetulan sekali beberapa foto diambil tepat atau setidaknya berdekatan dengan tempat-tempat di mana sebelumnya kami dulu sempat berfoto. Saya jadi bisa membandingkan kondisi dan pemandangan sungai sebelum dan sesudah banjir lahar dingin Merapi.
Wow, benar-benar sebuah perubahan drastis. Sungai itu kedalaman airnya antara 1-3 meter, sedangkan jarak ketinggian bibir sungai dengan permukaan air sekitar 2-3 meter. Jadi, Kali Progo saat ini berisi pasir dan batu setinggi 5-6 meter. Kalau Bung mengikuti berita jalan lintas Jogja-Magelang yang tertimbun lahar dingin setinggi 7 meter—membuat jalan itu ambles sedalam 3 meter, tidak ada alasan untuk tidak mempercayainya.
Well, mau lihat foto-fotonya? Ini dia, saya tampilkan foto sebelum dan sesudah lahar dingin. Enjoy..! ^_^

Saya iseng "mengangkat" kelapa di pinggir sungai.

Lihat, kelapa yang saya "angkat" terbenam lahar dingin.

Hamidi, teman saya, mandi di sungai.

Sungai tempat mandi Hamidi sudah jadi "sungai lahar dingin".

Hamidi ngobrol dengan seorang pemancing.

Tempat mancingnya jadi "pantai".
MASIH ingat Kali Progo yang saya ceritakan di posting ini? Silakan baca dulu posting tersebut kalau Bung lupa atau belum membacanya. Di sana, dapat Bung lihat sungai tersebut dipenuhi batu-batu besar. Pertama kali melihatnya, saya langsung menebak kalau Kali Progo adalah salah satu sungai yang biasa dilewati lahar dingin Gunung Merapi ketika meletus.
Dugaan saya benar. Belum lama ini teman saya yang tinggal di Desa Sendang Sari, Kec. Apa Ya, Kab. Sleman, Yogyakarta (cerita tentang Sendang Sari bisa Bung baca di sini), mengirim pesan singkat ke hape saya. "Kang, Kali Progo saiki koyo pantai," katanya. Saya kaget. "Difoto ora?" tanya saya kemudian. "Yo, wis tak foto. Tapi nembe iso ngenet sesok," sahutnya lagi.
Besoknya, foto-foto tersebut sudah diunggah ke akun Facebook teman saya itu. Kebetulan sekali beberapa foto diambil tepat atau setidaknya berdekatan dengan tempat-tempat di mana sebelumnya kami dulu sempat berfoto. Saya jadi bisa membandingkan kondisi dan pemandangan sungai sebelum dan sesudah banjir lahar dingin Merapi.
Wow, benar-benar sebuah perubahan drastis. Sungai itu kedalaman airnya antara 1-3 meter, sedangkan jarak ketinggian bibir sungai dengan permukaan air sekitar 2-3 meter. Jadi, Kali Progo saat ini berisi pasir dan batu setinggi 5-6 meter. Kalau Bung mengikuti berita jalan lintas Jogja-Magelang yang tertimbun lahar dingin setinggi 7 meter—membuat jalan itu ambles sedalam 3 meter, tidak ada alasan untuk tidak mempercayainya.
Well, mau lihat foto-fotonya? Ini dia, saya tampilkan foto sebelum dan sesudah lahar dingin. Enjoy..! ^_^

Saya iseng "mengangkat" kelapa di pinggir sungai.

Lihat, kelapa yang saya "angkat" terbenam lahar dingin.

Hamidi, teman saya, mandi di sungai.

Sungai tempat mandi Hamidi sudah jadi "sungai lahar dingin".

Hamidi ngobrol dengan seorang pemancing.

Tempat mancingnya jadi "pantai".
Published on January 29, 2011 14:30
January 26, 2011
Crop Circle Made in Indonesia
Oleh: Eko Nurhuda - Bung Eko dotcom
BAGI yang sudah lama tertarik dengan hal-hal misterius,crop circle> bukanlah hal asing. Tapi, bagi sebagian masyarakat Indonesia yang lebih sering dipusingkan dengan berita-berita korupsi dan ricuh hasil Pemilukada, cerita tentang crop circle adalah barang baru. Lebih dari itu, ini bisa jadi hiburan tersendiri.
Sebelum crop circle di Sleman, dan kemudian di Bantul, sudah ada sekitar 10 ribu crop circle yang muncul di seluruh dunia. Paling banyak, sekitar 8 ribu, terdapat di Inggris. Sebagian besar diantaranya dibuat manusia, dan sudah diakui sendiri oleh pembuatnya. Namun, masih ada ribuan crop circle yang misterius, entah dibuat oleh siapa dan bagaimana cara membuatnya.
Alien-kah yang membuat crop circle di Sleman itu? LAPAN berpendapat bukan. Begitu juga astronom, ahli dari ITS Surabaya, seorang mantan rektor ISI Yogyakarta, juga Komunitas UFO Indonesia. Situs Okezone.com bahkan sudah menurunkan berita pengakuan seorang mahasiswa UGM yang menyatakan diri sebagai pembuat crop circle di Jogotirto, Kec. Berbah, Sleman. Siapapun dia, saya harap dia tahu kalau di KUHP ada pasal pidana terkait tindakan pengrusakan atau merugikan orang lain. Paling tidak, polisi bisa menjeratnya dengan pasal perbuatan tidak menyenangkan.
Saya yakin Pak Ngadiran (dan teman-temannya sesama pemilik 7 petak sawah tempat crop circle itu berada) merasa tidak senang sawahnya yang siap panen dirusak. Benar, bukan? Jika memang benar pembuatnya mahasiswa UGM, menarik ditunggu apa reaksi pihak kampus biru.
14 September 2009, Google sempat menghebohkan pengguna internet saat menampilkan
doodle
berupa gambar crop circle yang membentuk tulisan "Google" dengan sebuah UFO melayang di atasnya. Belakangan diketahui kalau doodle itu untuk mengenang hari kelahiran pengarang novel sains-fiksi Herbert George Wells, yang terkenal berkat novel The War of the Worlds (1898) dan difilmkan dengan judul sama pada 2005 lalu.
Rabu, 26 Januari 2011, sebuah koran nasional terbitan Jakarta (saya gak sempat lihat nama korannya, tahu dari program Apa Kabar Indonesia di tvone) menampilkan karikatur bergambar crop circle yang membentuk wajah Gayus Tambunan. Sebuah sindiran halus, seolah hendak mengatakan, "Jangan alihkan perhatian publik terhadap kasus Gayus dengan berita-berita crop circle dong…" Koran itu mungkin benar, isu crop circle bisa saja sengaja ditampilkan untuk mengalihkan perhatian publik terhadap pengungkapan kasus super-mafia-pajak di lingkup Ditjen Pajak dan Kementerian Keuangan.
Ah, betul kata Deddy Mizwar, negeri ini memang benar-benar lucu.
BAGI yang sudah lama tertarik dengan hal-hal misterius,crop circle> bukanlah hal asing. Tapi, bagi sebagian masyarakat Indonesia yang lebih sering dipusingkan dengan berita-berita korupsi dan ricuh hasil Pemilukada, cerita tentang crop circle adalah barang baru. Lebih dari itu, ini bisa jadi hiburan tersendiri.
Sebelum crop circle di Sleman, dan kemudian di Bantul, sudah ada sekitar 10 ribu crop circle yang muncul di seluruh dunia. Paling banyak, sekitar 8 ribu, terdapat di Inggris. Sebagian besar diantaranya dibuat manusia, dan sudah diakui sendiri oleh pembuatnya. Namun, masih ada ribuan crop circle yang misterius, entah dibuat oleh siapa dan bagaimana cara membuatnya.
Alien-kah yang membuat crop circle di Sleman itu? LAPAN berpendapat bukan. Begitu juga astronom, ahli dari ITS Surabaya, seorang mantan rektor ISI Yogyakarta, juga Komunitas UFO Indonesia. Situs Okezone.com bahkan sudah menurunkan berita pengakuan seorang mahasiswa UGM yang menyatakan diri sebagai pembuat crop circle di Jogotirto, Kec. Berbah, Sleman. Siapapun dia, saya harap dia tahu kalau di KUHP ada pasal pidana terkait tindakan pengrusakan atau merugikan orang lain. Paling tidak, polisi bisa menjeratnya dengan pasal perbuatan tidak menyenangkan.Saya yakin Pak Ngadiran (dan teman-temannya sesama pemilik 7 petak sawah tempat crop circle itu berada) merasa tidak senang sawahnya yang siap panen dirusak. Benar, bukan? Jika memang benar pembuatnya mahasiswa UGM, menarik ditunggu apa reaksi pihak kampus biru.
14 September 2009, Google sempat menghebohkan pengguna internet saat menampilkan
doodle
berupa gambar crop circle yang membentuk tulisan "Google" dengan sebuah UFO melayang di atasnya. Belakangan diketahui kalau doodle itu untuk mengenang hari kelahiran pengarang novel sains-fiksi Herbert George Wells, yang terkenal berkat novel The War of the Worlds (1898) dan difilmkan dengan judul sama pada 2005 lalu.Rabu, 26 Januari 2011, sebuah koran nasional terbitan Jakarta (saya gak sempat lihat nama korannya, tahu dari program Apa Kabar Indonesia di tvone) menampilkan karikatur bergambar crop circle yang membentuk wajah Gayus Tambunan. Sebuah sindiran halus, seolah hendak mengatakan, "Jangan alihkan perhatian publik terhadap kasus Gayus dengan berita-berita crop circle dong…" Koran itu mungkin benar, isu crop circle bisa saja sengaja ditampilkan untuk mengalihkan perhatian publik terhadap pengungkapan kasus super-mafia-pajak di lingkup Ditjen Pajak dan Kementerian Keuangan.
Ah, betul kata Deddy Mizwar, negeri ini memang benar-benar lucu.
Published on January 26, 2011 14:30
January 25, 2011
Jualan Dolar Zimbabwe
Oleh: Eko Nurhuda - Bung Eko dotcom
BEBERAPA waktu lalu, mata uang ini sempat jadi primadona di pasar numismatik. Kata-kata bombastis yang jadi andalan dalam mempromosikan uang ini di forum-forum seperti FJB Kaskus atau toko-toko online biasanya adalah, "Milikilah bukti sejarah!", atau "Dapatkan mata uang bernominal tertinggi di dunia!", atau yang agak kocak "Mau jadi triliuner?". Ya, tebakan Anda benar, yang saya maksud memang dolar Zimbabwe nominal 100 triliun.
Saya sempat ikut berjualan uang fenomenal ini di FJB Kaskus. Hasilnya lumayan, apalagi saya memasang harga yang menjadi harga paling murah waktu itu: Rp50.000/lembar, sudah termasuk ongkos kirim ke manapun di Indonesia. Bandingkan dengan penjual lain yang mematok harga sampai Rp250.000/lembar. Gila!
Nah, berhubung stok masih ada 8 lembar, saya coba-coba menawarkannya pada Bung sekalian yang berkunjung ke bungeko.com ini. Ini adalah sisa dari yang saya beli di eBay, setelah lebih dari 30 lembar lainnya habis terjual sepanjang awal 2010. Kondisi masih sangat bagus (kolektor uang lama bilang UNC alias uncirculated; lihat gambar), dijamin asli, dan yang jelas murah meriah.
Berapa harganya? Bung cukup bayar Rp50.000/lembar, harga sudah termasuk ongkos kirim. Tapi saya harus jujur bahwa budget ongkir yang saya sisihkan hanya Rp10.000/transaksi. Jadi, bila biayanya cukup saya akan mengirim pesanan lewat Tiki, tapi jika ongkos yang dipatok Tiki melebihi Rp10.000 saya akan mengirimnya lewat pos tercatat.
Mau beli? Kalau Bung tidak tertarik memiliki 'bukti sejarah', atau 'uang bernominal tertinggi di dunia', atau menjadi 'triliuner', saya yakin Bung tidak keberatan membantu saya membelikan susu untuk Damar—jagoan kecil saya. Ya, uang hasil penjualan 8 lembar 100 triliun dolar Zimbabwe ini akan saya gunakan untuk membeli susu Damar yang stoknya sudah mulai menipis.
Well, just text me to 0813 28 813933 if you wanna buy one (or maybe two). ^_^
BEBERAPA waktu lalu, mata uang ini sempat jadi primadona di pasar numismatik. Kata-kata bombastis yang jadi andalan dalam mempromosikan uang ini di forum-forum seperti FJB Kaskus atau toko-toko online biasanya adalah, "Milikilah bukti sejarah!", atau "Dapatkan mata uang bernominal tertinggi di dunia!", atau yang agak kocak "Mau jadi triliuner?". Ya, tebakan Anda benar, yang saya maksud memang dolar Zimbabwe nominal 100 triliun.
Saya sempat ikut berjualan uang fenomenal ini di FJB Kaskus. Hasilnya lumayan, apalagi saya memasang harga yang menjadi harga paling murah waktu itu: Rp50.000/lembar, sudah termasuk ongkos kirim ke manapun di Indonesia. Bandingkan dengan penjual lain yang mematok harga sampai Rp250.000/lembar. Gila!Nah, berhubung stok masih ada 8 lembar, saya coba-coba menawarkannya pada Bung sekalian yang berkunjung ke bungeko.com ini. Ini adalah sisa dari yang saya beli di eBay, setelah lebih dari 30 lembar lainnya habis terjual sepanjang awal 2010. Kondisi masih sangat bagus (kolektor uang lama bilang UNC alias uncirculated; lihat gambar), dijamin asli, dan yang jelas murah meriah.
Berapa harganya? Bung cukup bayar Rp50.000/lembar, harga sudah termasuk ongkos kirim. Tapi saya harus jujur bahwa budget ongkir yang saya sisihkan hanya Rp10.000/transaksi. Jadi, bila biayanya cukup saya akan mengirim pesanan lewat Tiki, tapi jika ongkos yang dipatok Tiki melebihi Rp10.000 saya akan mengirimnya lewat pos tercatat.
Mau beli? Kalau Bung tidak tertarik memiliki 'bukti sejarah', atau 'uang bernominal tertinggi di dunia', atau menjadi 'triliuner', saya yakin Bung tidak keberatan membantu saya membelikan susu untuk Damar—jagoan kecil saya. Ya, uang hasil penjualan 8 lembar 100 triliun dolar Zimbabwe ini akan saya gunakan untuk membeli susu Damar yang stoknya sudah mulai menipis.
Well, just text me to 0813 28 813933 if you wanna buy one (or maybe two). ^_^
Published on January 25, 2011 00:32
January 24, 2011
Koin untuk Presiden SBY
Oleh: Eko Nurhuda - Bung Eko dotcom
APA yang dilakukan seorang warga negara yang baik saat mendengar presidennya mengeluhkan gaji tidak naik-naik? Alangkah mulianya hati warga negara itu jika bersedia menyisihkan sebagian rejekinya untuk gaji sang presiden. Wah, Bapak Presiden tentu senang sekali. Tapi, kalau yang disisihkan koin bagaimana?
Koin untuk Presiden SBY, geli hati saya sewaktu pertama kali melihat beritanya di tivi. Alamak, sudah sedemikian gerahnyakah rakyat Indonesia mendengar keluhan demi keluhan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono? Tak heran jika ada sebagian orang memelesetkan akronim SBY menjadi "Suka Berkeluh-kesah Ya?"
Take home pay (gaji plus tunjangan resmi) Presiden SBY saat ini sekitar 150 juta rupiah per bulan, demikian kata Kepala Badan Anggaran DPR Harry Azhar Aziz yang saya kutip dari VIVAnews.com , 6 Mei 2010 lalu. Bila gerakan Koin untuk Prita beberapa waktu lalu bisa menghasilkan milyaran rupiah, saya rasa Koin untuk Presiden SBY bisa lebih banyak. Karena Presiden berkeluh gajinya tidak naik, maka yang harus dikumpulkan setidaknya 200 juta rupiah sebulan.

Presiden SBY: Duh, pusiiiiing...Yang menarik diamati tentu saja reaksi dari orang-orang, terutama lingkaran dalam SBY. Fraksi Partai Demokrat di DPR mengatakan gerakan Koin untuk Presiden SBY ini sebuah penghinaan. Sedangkan Ahmad Mubarok, politisi nyentrik Partai Demokrat yang suka bikin merah kuping lawan-lawan politik partainya, mengatakan aksi ini adalah guyonan yang tidak lucu.
Pendapat Bung Eko?
Ada yang bertanya begitu? Saya jawab, ini memalukan! Rakyat Indonesia, janganlah menghina dirimu sendiri! Masa iya rakyat Indonesia cuma bisa menyisihkan koin sih? Apa tidak bisa menyisihkan lebih banyak? Alih-alih koin, kenapa tidak menyumbangkan uang kertas Rp2.000 bergambar Pangeran Antasari? Saya rasa rakyat Indonesia mampu dan mau kok menyisihkan Rp2.000, atau malah Rp5.000/orang untuk membantu membayar gaji Presiden SBY yang tidak naik-naik.
Pendapat Bung?
APA yang dilakukan seorang warga negara yang baik saat mendengar presidennya mengeluhkan gaji tidak naik-naik? Alangkah mulianya hati warga negara itu jika bersedia menyisihkan sebagian rejekinya untuk gaji sang presiden. Wah, Bapak Presiden tentu senang sekali. Tapi, kalau yang disisihkan koin bagaimana?
Koin untuk Presiden SBY, geli hati saya sewaktu pertama kali melihat beritanya di tivi. Alamak, sudah sedemikian gerahnyakah rakyat Indonesia mendengar keluhan demi keluhan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono? Tak heran jika ada sebagian orang memelesetkan akronim SBY menjadi "Suka Berkeluh-kesah Ya?"Take home pay (gaji plus tunjangan resmi) Presiden SBY saat ini sekitar 150 juta rupiah per bulan, demikian kata Kepala Badan Anggaran DPR Harry Azhar Aziz yang saya kutip dari VIVAnews.com , 6 Mei 2010 lalu. Bila gerakan Koin untuk Prita beberapa waktu lalu bisa menghasilkan milyaran rupiah, saya rasa Koin untuk Presiden SBY bisa lebih banyak. Karena Presiden berkeluh gajinya tidak naik, maka yang harus dikumpulkan setidaknya 200 juta rupiah sebulan.
Mari kita hitung-hitungan sejenak.
Untuk mengumpulkan 200 juta rupiah, dibutuhkan 2 juta keping koin pecahan Rp100, atau 1 juta keping koin pecahan Rp200, atau 400 ribu keping koin pecahan Rp500. Kalau sumbangannya dinaikkan menjadi Rp1.000 (sekalian mencoba koin baru pecahan Rp1.000), maka dibutuhkan sebanyak 200 ribu keping koin. Karena gaji presiden dibayar setiap bulan, maka koin juga harus disisihkan setiap bulan.
Banyak? Tidak juga. Kalau untuk pengamen saja kita mau memberi Rp500, masa iya untuk presiden tidak mau memberi lebih banyak? Saya yakin seyakin-yakinnya, rakyat Indonesia bersedia dengan sukarela menyisihkan Rp1.000/bulan untuk membantu gaji Presiden SBY. Bayangkan, Rp1.000 x 230 juta jiwa = Rp230.000.000.000,- (BACA: DUA RATUS TIGA PULUH MILYAR RUPIAH). Kalau ini terwujud, rasanya SBY boleh menyombongkan diri sebagai presiden bergaji tertinggi sedunia, mengalahkan gaji PM Singapura yang "hanya" 3,04 juta dolar Singapura atau sekitar 20 milyar rupiah.

Presiden SBY: Duh, pusiiiiing...Yang menarik diamati tentu saja reaksi dari orang-orang, terutama lingkaran dalam SBY. Fraksi Partai Demokrat di DPR mengatakan gerakan Koin untuk Presiden SBY ini sebuah penghinaan. Sedangkan Ahmad Mubarok, politisi nyentrik Partai Demokrat yang suka bikin merah kuping lawan-lawan politik partainya, mengatakan aksi ini adalah guyonan yang tidak lucu.
Pendapat Bung Eko?
Ada yang bertanya begitu? Saya jawab, ini memalukan! Rakyat Indonesia, janganlah menghina dirimu sendiri! Masa iya rakyat Indonesia cuma bisa menyisihkan koin sih? Apa tidak bisa menyisihkan lebih banyak? Alih-alih koin, kenapa tidak menyumbangkan uang kertas Rp2.000 bergambar Pangeran Antasari? Saya rasa rakyat Indonesia mampu dan mau kok menyisihkan Rp2.000, atau malah Rp5.000/orang untuk membantu membayar gaji Presiden SBY yang tidak naik-naik.
Pendapat Bung?
Published on January 24, 2011 14:30
January 14, 2011
Cari Duit Apa Cari Kerja?
Oleh: Eko Nurhuda - Bung Eko dotcom
"DARIPADA nggak dapet-dapet kerja, mending nggak dapet-dapet gelar." Kalimat ini sempat mewarnai televisi beberapa tahun lalu. Ini sebenarnya iklan rokok, tapi muatannya sangat menyentil sekali buat para pemuja gelar. Dalam iklan itu digambarkan bahwa kebanyakan orang lebih suka mengejar gelar. Hanya segelintir saja yang berani menyimpang dari kelaziman dan merasa dapat hidup (layak) tanpa gelar.
Sungguh satu gambaran yang pas sekali dengan realita di sekeliling kita sekarang. Saya jadi ingat sewaktu mengantar istri tes CPNS di Slawi, Kab. Tegal. Posisi guru bahasa Inggris SMP yang diincar istri saya cuma membutuhkan 2 tenaga, tapi pendaftarnya sekitar 500 orang! Dan, ke-500 orang itu adalah sarjana karena syarat yang diminta memang harus seorang sarjana.
Saya juga jadi ingat komentar salah seorang pengunjung blog lama saya, ekonurhuda.com, saat saya menyatakan ingin menjadi fulltime blogger selepas kuliah. Komentarnya pedas, dan tanpa meninggalkan identitas sama sekali alias anonym. Katanya, "Ngapain kuliah kalau lulus cuma mau jadi blogger?" Saya hanya tertawa saja waktu itu, sambil menjawab dalam hati, "Yah, paling tidak blogger lebih berduit daripada job hunter alias pencari kerja." Hehehe…
Kini, ketika saya bertekad bulat untuk menjadi fulltime writer alias menggantungkan hidup sepenuhnya dari menulis, lingkungan yang mayoritas para pemuja gelar dan pekerjaan tetap menentang. Beruntung istri dan orang tua saya mendukung penuh pilihan saya ini, sedangkan mertua masih belum sepenuhnya menerima meskipun tidak protes. Maklum, penulis semenjana seperti saya penghasilannya tidak tetap, dan (lebih parahnya lagi) tidak besar.
Mental Kuli
Mungkin sudah sejak jaman penjajahan Belanda dulu dalam otak bangsa Indonesia tertanam pemikiran bahwa orang harus menjadi pekerja untuk dapat hidup. Entah itu bekerja di sektor swasta (menjadi karyawan) atau di lembaga milik negara (PNS). Dan, sejak jaman penjajahan dulu masyarakat memandang PNS sebagai satu profesi terhormat. Menjadi PNS adalah suatu kebanggaan karena selain memperoleh jaminan pensiun, seorang PNS juga memiliki strata sosial lebih tinggi di masyarakat. Maka tak heran jika banyak orang tua mendambakan anaknya menjadi PNS, atau setidaknya memiliki menantu.
Demikian juga dengan si anak yang selalu mendambakan diangkat jadi PNS, meskipun harus menunggu puluhan tahun lamanya. Istri saya sudah ikut tes CPNS sebanyak 4 kali. Ketika saya tanya, hanya tes pertama saja yang ia jalani karena keninginan sendiri, sedangkan yang 3 lagi karena tidak enak dengan orang tua.
Kalau tidak bisa menjadi PNS, pilihan selanjutnya adalah bekerja di perusahaan bonafid. Kalau ini juga tidak terkabul, bekerja di mana saja tidak jadi masalah. Yang penting bekerja dan dapat gaji tetap untuk hidup. Agar memperoleh pekerjaan bagus orang harus berbekal ijasah dan gelar. Semakin tinggi ijasah dan gelar yang dimiliki, semakin bagus posisi yang mungkin didapat sekaligus semakin besar pula gaji yang akan dikantongi.
Inilah pola pikir umum masyarakat kita. Jadi, jangan heran kalau begitu lulus kuliah kebanyakan sarjana di Indonesia kerjanya hanya memelototi iklan lowongan kerja di koran setiap hari. Jangan heran juga kalau setiap kali ada job fair atau tes CPNS, pesertanya bisa jauh lebih banyak dari audisi Indonesian Idol.
Antara Penghasilan dan Pekerjaan
Bekerja untuk hidup, salahkah pola pikir ini? Tidak salah memang, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Kalau yang dimaksudkan adalah bahwa kita harus "melakukan sesuatu" untuk memperoleh uang, maka pendapat ini benar. Tapi kalau maksudnya kita harus jadi karyawan/pegawai untuk mendapat penghasilan, ini jelas-jelas tidak benar. Catat baik-baik, kita tidak harus jadi karyawan/pegawai untuk mempunyai penghasilan!
Menjadi fulltime blogger atau fulltime writer adalah salah 2 pilihan untuk memperoleh penghasilan. Bukan sekedar penghasilan standar upah minimum (UMP) yang hanya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup, seorang fulltime blogger atau fulltime writer bahkan bisa berpenghasilan sebesar gaji menteri. Coba tengok penghasilan bulanan Cosa Aranda (fulltime blogger) atau Habiburahman El Shirazy (fulltime writer).
Menjadi fulltime blogger atau fulltime writer rasanya jauh lebih baik daripada terus bermimpi menjadi PNS atau memperoleh posisi bagus di perusahaan multinasional terkemuka. Menariknya lagi, Anda tidak membutuhkan ijasah apapun untuk menjadi seorang fulltime blogger atau fulltime writer. Yang Anda butuhkan hanyalah keyakinan dan tekad yang kuat untuk maju.
So, mana yang Anda cari, duit atau kerja? Kalau Anda memilih duit, maka saya katakan pada Anda bahwa banyak jalan dapat ditempuh untuk memperoleh duit (baca: penghasilan). Tapi kalau Anda keras kepala ingin bekerja untuk memperoleh duit, saya hanya bisa mendoakan semoga Anda senantiasa diberikan kesehatan dan kesabaran. Saya pernah bekerja di banyak tempat, mulai dari warung sate kambing sampai hotel bintang 4. Semuanya saya tinggalkan karena saya tidak rela sudah kuliah mahal-mahal hanya jadi "pesuruh". Mana penghasilannya dibatasi lagi. Huh!
Bagaimana pendapat Anda, Bung?
"DARIPADA nggak dapet-dapet kerja, mending nggak dapet-dapet gelar." Kalimat ini sempat mewarnai televisi beberapa tahun lalu. Ini sebenarnya iklan rokok, tapi muatannya sangat menyentil sekali buat para pemuja gelar. Dalam iklan itu digambarkan bahwa kebanyakan orang lebih suka mengejar gelar. Hanya segelintir saja yang berani menyimpang dari kelaziman dan merasa dapat hidup (layak) tanpa gelar.
Sungguh satu gambaran yang pas sekali dengan realita di sekeliling kita sekarang. Saya jadi ingat sewaktu mengantar istri tes CPNS di Slawi, Kab. Tegal. Posisi guru bahasa Inggris SMP yang diincar istri saya cuma membutuhkan 2 tenaga, tapi pendaftarnya sekitar 500 orang! Dan, ke-500 orang itu adalah sarjana karena syarat yang diminta memang harus seorang sarjana.
Saya juga jadi ingat komentar salah seorang pengunjung blog lama saya, ekonurhuda.com, saat saya menyatakan ingin menjadi fulltime blogger selepas kuliah. Komentarnya pedas, dan tanpa meninggalkan identitas sama sekali alias anonym. Katanya, "Ngapain kuliah kalau lulus cuma mau jadi blogger?" Saya hanya tertawa saja waktu itu, sambil menjawab dalam hati, "Yah, paling tidak blogger lebih berduit daripada job hunter alias pencari kerja." Hehehe…
Kini, ketika saya bertekad bulat untuk menjadi fulltime writer alias menggantungkan hidup sepenuhnya dari menulis, lingkungan yang mayoritas para pemuja gelar dan pekerjaan tetap menentang. Beruntung istri dan orang tua saya mendukung penuh pilihan saya ini, sedangkan mertua masih belum sepenuhnya menerima meskipun tidak protes. Maklum, penulis semenjana seperti saya penghasilannya tidak tetap, dan (lebih parahnya lagi) tidak besar.
Mental Kuli
Mungkin sudah sejak jaman penjajahan Belanda dulu dalam otak bangsa Indonesia tertanam pemikiran bahwa orang harus menjadi pekerja untuk dapat hidup. Entah itu bekerja di sektor swasta (menjadi karyawan) atau di lembaga milik negara (PNS). Dan, sejak jaman penjajahan dulu masyarakat memandang PNS sebagai satu profesi terhormat. Menjadi PNS adalah suatu kebanggaan karena selain memperoleh jaminan pensiun, seorang PNS juga memiliki strata sosial lebih tinggi di masyarakat. Maka tak heran jika banyak orang tua mendambakan anaknya menjadi PNS, atau setidaknya memiliki menantu.Demikian juga dengan si anak yang selalu mendambakan diangkat jadi PNS, meskipun harus menunggu puluhan tahun lamanya. Istri saya sudah ikut tes CPNS sebanyak 4 kali. Ketika saya tanya, hanya tes pertama saja yang ia jalani karena keninginan sendiri, sedangkan yang 3 lagi karena tidak enak dengan orang tua.
Kalau tidak bisa menjadi PNS, pilihan selanjutnya adalah bekerja di perusahaan bonafid. Kalau ini juga tidak terkabul, bekerja di mana saja tidak jadi masalah. Yang penting bekerja dan dapat gaji tetap untuk hidup. Agar memperoleh pekerjaan bagus orang harus berbekal ijasah dan gelar. Semakin tinggi ijasah dan gelar yang dimiliki, semakin bagus posisi yang mungkin didapat sekaligus semakin besar pula gaji yang akan dikantongi.
Inilah pola pikir umum masyarakat kita. Jadi, jangan heran kalau begitu lulus kuliah kebanyakan sarjana di Indonesia kerjanya hanya memelototi iklan lowongan kerja di koran setiap hari. Jangan heran juga kalau setiap kali ada job fair atau tes CPNS, pesertanya bisa jauh lebih banyak dari audisi Indonesian Idol.
Antara Penghasilan dan Pekerjaan
Bekerja untuk hidup, salahkah pola pikir ini? Tidak salah memang, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Kalau yang dimaksudkan adalah bahwa kita harus "melakukan sesuatu" untuk memperoleh uang, maka pendapat ini benar. Tapi kalau maksudnya kita harus jadi karyawan/pegawai untuk mendapat penghasilan, ini jelas-jelas tidak benar. Catat baik-baik, kita tidak harus jadi karyawan/pegawai untuk mempunyai penghasilan!
Menjadi fulltime blogger atau fulltime writer adalah salah 2 pilihan untuk memperoleh penghasilan. Bukan sekedar penghasilan standar upah minimum (UMP) yang hanya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup, seorang fulltime blogger atau fulltime writer bahkan bisa berpenghasilan sebesar gaji menteri. Coba tengok penghasilan bulanan Cosa Aranda (fulltime blogger) atau Habiburahman El Shirazy (fulltime writer).
Menjadi fulltime blogger atau fulltime writer rasanya jauh lebih baik daripada terus bermimpi menjadi PNS atau memperoleh posisi bagus di perusahaan multinasional terkemuka. Menariknya lagi, Anda tidak membutuhkan ijasah apapun untuk menjadi seorang fulltime blogger atau fulltime writer. Yang Anda butuhkan hanyalah keyakinan dan tekad yang kuat untuk maju.
So, mana yang Anda cari, duit atau kerja? Kalau Anda memilih duit, maka saya katakan pada Anda bahwa banyak jalan dapat ditempuh untuk memperoleh duit (baca: penghasilan). Tapi kalau Anda keras kepala ingin bekerja untuk memperoleh duit, saya hanya bisa mendoakan semoga Anda senantiasa diberikan kesehatan dan kesabaran. Saya pernah bekerja di banyak tempat, mulai dari warung sate kambing sampai hotel bintang 4. Semuanya saya tinggalkan karena saya tidak rela sudah kuliah mahal-mahal hanya jadi "pesuruh". Mana penghasilannya dibatasi lagi. Huh!
Bagaimana pendapat Anda, Bung?
Published on January 14, 2011 14:30
January 11, 2011
Suatu Malam Bersama Audy...
Oleh: Eko Nurhuda - Bung Eko dotcom
AWAL tahun 2002, tepatnya bulan Februari saya dan 2 teman dari Pendidikan Profesi Pariwisata YP UNY atau biasa disingkat Profeta (sudah bubar) magang kerja di Hotel Novotel Solo. Saya magang di Front Office Department (FOD) sebagai bellboy, teman saya yang bernama Lubis Zakaria(ya, namanya memang begitu) di House Keeping Department, sedang yang bernama Areis di Food and Beverages Department.
Awalnya anak-anak Profeta yang berangkat mengikuti tes magang ada 20-an orang. Bareng-bareng kami naik KA Prambanan Ekspres dari Jogja. Turun di Stasiun Purwosari terus naik bis kota arah Gladak dan turun di Jl. Slamet Riyadi. Kebetulan sekali Hotel Novotel Solo terletak di sebelah jalan poros kota Solo itu. Setelah tes demi tes dijalani, akhirnya cuma tersisa kami bertiga: saya, Lubis, dan Areis. Tepat sejak tanggal 1 Februari 2002 kami mulai magang di hotel berbintang empat tersebut.
Waktu itu saya magang sebagai syarat kelulusan dari Profeta, di mana kami diharuskan magang kerja selama minimal 3 bulan. Tempatnya bebas, boleh di hotel, restoran, tempat-tempat wisata, atau travel agent. Karena saya pernah magang di tempat wisata (Candi Prambanan) pertengahan tahun 2001, maka kali itu saya ingin coba-coba cari pengalaman di hotel. Saya tidak mau tanggung-tanggung, makanya saya incar posisi favorit: bellboy! Bellboy menjadi favorit karena selain berada paling depan (tantangannya lebih besar), peluang mendapat tip dari tamu juga paling banyak.
Sesuai harapan saya, di posisi bellboy saya benar-benar memperoleh banyak pengalaman berharga. Hal pertama yang musti saya hadapi adalah sikap kurang bersahabat dari senior-senior bellboy . Mereka nampaknya tidak suka dengan kehadiran saya, mungkin karena saya dianggap 'merebut' lahan rejeki mereka. Paling tidak, dengan adanya saya peluang mereka untuk memperoleh tip jadi lebih kecil. Seorang senior bahkan tak malu-malu meminta separuh dari tip yang saya hasilkan setiap hendak berganti shift. Saya tak kalah cerdik. Sebelum dia minta, sebagian tip sudah saya 'selamatkan' terlebih dahulu di kantong yang lain. Hehehe...
Pengalaman tak kalah menarik adalah pertemuan dengan tamu-tamu hotel yang tingkahnya macam-macam. Saya sering dimintai tolong mencari 'selimut' atau 'bantal yang bisa kentut' oleh tamu-tamu nakal. Berhubung saya orang alim (huehehe...), permintaan mereka tidak pernah saya turuti. Eh, tapi pernah ding saya dengan seorang teman mengantar tamu hotel berkeliling tempat-tempat prostitusi di Solo dalam rangka mencari 'kupu-kupu malam'. Mungkin karena kami masih disayang Allah (hoeks), malam itu tak satupun wanita penjaja seks yang nampak oleh kami. Pulanglah kami dengan tangan hampa.
Gadis Manis Itu Bernama Audy
Magang di hotel (waktu itu) terbesar di Solo juga membuat saya berkesempatan bertemu orang-orang terkenal. Mulai dari artis-artis ibukota sampai pejabat negara. Di antara para pejabat yang pernah saya temui adalah Sri Edi Swasono (ekonom sekaligus suami Ibu Meutia Hatta) dan Pak Nabiel Makarim (waktu itu masih menjabat menteri). Kalau artis jauh lebih banyak lagi. Mulai dari Audy, Krishna Mukti, Dorce Gamalama, Jamrud, Base Jam, Titik Puspa, Aa Gym, dan beberapa nama lagi yang tidak saya ingat betul. Sayangnya waktu itu saya tidak punya kamera, jadi tidak bisa mengabadikan momen-momen bersama orang-orang terkenal itu deh.
Oya, perjumpaan dengan Audy ini terbilang luncang bambang (= lucu banget). Waktu itu gadis pelantun tembang Menangis Semalam ini baru saja meluncurkan album pertamanya dan show ke Solo untuk promosi. Nah, malam saat dia mau show saya kebetulan dapat giliran masuk. Dasar rejeki, saya berkesempatan melihat artis tersebut dalam jarak sangat dekat. Ceritanya waktu itu Audy keluar dari kamar dengan beberapa orang menggunakan kaos seragam dan tanda pengenal. Setelah berbincang-bincang sebentar, orang-orang berseragam kaos itu pergi. Tinggallah Audy sendirian di teras lobi hotel, tepat di depan saya yang berada di belakang meja bellboy.
Waktu itu saya tidak tahu kalau si gadis manis tersebut Audy. Selain namanya baru mulai mengorbit waktu itu, saya juga tidak mengikuti perkembangan dunia musik. Iseng-iseng saya tanya saja dia, "Mau ke mana, Mbak?" Eh, kok dia tertawa kecil sambil tersipu. Waktu saya tanya lagi, "Temannya tadi ke mana, kok Mbak ditinggal sendiri?" Lagi-lagi dia cuma tersenyum. Saya jadi malu sendiri sambil garuk-garuk kepala. Gadis aneh, kata saya dalam hati. Tak lama sebuah mobil berhenti di depan lobi. Saya buru-buru mendekat dan membukakan pintu. Ternyata eh ternyata itu mobil jemputan Audy. Sambil tersenyum dia mengucapkan terima kasih dan masuk ke mobil.
Sampai keesokan harinya saya belum juga tahu kalau gadis manis yang saya ajak ngobrol malam itu adalah Audy, penyanyi yang segera terkenal dengan beberapa lagu hits. Ketika saya baca koran Solo Pos edisi hari itu, secara tidak sengaja mata saya membaca berita tentang konser Audy. Entah mengapa pikiran saya kok langsung terbayang pada gadis semalam. Reflek saya mengecek daftar tamu yang menginap, tapi ternyata tak ada yang bernama Audy. Didorong rasa penasaran sayapun bertanya ke resepsionis. Mbak resepsionis bilang Audy memang menginap di Novotel malam itu. "Lho, saya kok gak tahu ya?" tanya saya penasaran. Eh, lha koq si Mbak resepsionis itu bilang, "Lho, itu yang semalam kamu ajak ngobrol di depan pintu itu lho..." Oalah, saya jadi tertawa sendiri.
Saya hanya 5 bulan di Solo, dari 1 Februari sampai 30 Juni 2002. Tapi kenangan 5 bulan di kota bersejarah ini tak akan pernah saya lupakan. Kotanya yang asri, penduduknya yang bersahabat, malamnya yang tenang. Ah, kapan ya bisa main ke Solo lagi? Mumpung Bung Darin masih tinggal di sana nih. (^_^)
AWAL tahun 2002, tepatnya bulan Februari saya dan 2 teman dari Pendidikan Profesi Pariwisata YP UNY atau biasa disingkat Profeta (sudah bubar) magang kerja di Hotel Novotel Solo. Saya magang di Front Office Department (FOD) sebagai bellboy, teman saya yang bernama Lubis Zakaria(ya, namanya memang begitu) di House Keeping Department, sedang yang bernama Areis di Food and Beverages Department.
Awalnya anak-anak Profeta yang berangkat mengikuti tes magang ada 20-an orang. Bareng-bareng kami naik KA Prambanan Ekspres dari Jogja. Turun di Stasiun Purwosari terus naik bis kota arah Gladak dan turun di Jl. Slamet Riyadi. Kebetulan sekali Hotel Novotel Solo terletak di sebelah jalan poros kota Solo itu. Setelah tes demi tes dijalani, akhirnya cuma tersisa kami bertiga: saya, Lubis, dan Areis. Tepat sejak tanggal 1 Februari 2002 kami mulai magang di hotel berbintang empat tersebut.
Waktu itu saya magang sebagai syarat kelulusan dari Profeta, di mana kami diharuskan magang kerja selama minimal 3 bulan. Tempatnya bebas, boleh di hotel, restoran, tempat-tempat wisata, atau travel agent. Karena saya pernah magang di tempat wisata (Candi Prambanan) pertengahan tahun 2001, maka kali itu saya ingin coba-coba cari pengalaman di hotel. Saya tidak mau tanggung-tanggung, makanya saya incar posisi favorit: bellboy! Bellboy menjadi favorit karena selain berada paling depan (tantangannya lebih besar), peluang mendapat tip dari tamu juga paling banyak.
Sesuai harapan saya, di posisi bellboy saya benar-benar memperoleh banyak pengalaman berharga. Hal pertama yang musti saya hadapi adalah sikap kurang bersahabat dari senior-senior bellboy . Mereka nampaknya tidak suka dengan kehadiran saya, mungkin karena saya dianggap 'merebut' lahan rejeki mereka. Paling tidak, dengan adanya saya peluang mereka untuk memperoleh tip jadi lebih kecil. Seorang senior bahkan tak malu-malu meminta separuh dari tip yang saya hasilkan setiap hendak berganti shift. Saya tak kalah cerdik. Sebelum dia minta, sebagian tip sudah saya 'selamatkan' terlebih dahulu di kantong yang lain. Hehehe...
Pengalaman tak kalah menarik adalah pertemuan dengan tamu-tamu hotel yang tingkahnya macam-macam. Saya sering dimintai tolong mencari 'selimut' atau 'bantal yang bisa kentut' oleh tamu-tamu nakal. Berhubung saya orang alim (huehehe...), permintaan mereka tidak pernah saya turuti. Eh, tapi pernah ding saya dengan seorang teman mengantar tamu hotel berkeliling tempat-tempat prostitusi di Solo dalam rangka mencari 'kupu-kupu malam'. Mungkin karena kami masih disayang Allah (hoeks), malam itu tak satupun wanita penjaja seks yang nampak oleh kami. Pulanglah kami dengan tangan hampa.
Gadis Manis Itu Bernama Audy
Magang di hotel (waktu itu) terbesar di Solo juga membuat saya berkesempatan bertemu orang-orang terkenal. Mulai dari artis-artis ibukota sampai pejabat negara. Di antara para pejabat yang pernah saya temui adalah Sri Edi Swasono (ekonom sekaligus suami Ibu Meutia Hatta) dan Pak Nabiel Makarim (waktu itu masih menjabat menteri). Kalau artis jauh lebih banyak lagi. Mulai dari Audy, Krishna Mukti, Dorce Gamalama, Jamrud, Base Jam, Titik Puspa, Aa Gym, dan beberapa nama lagi yang tidak saya ingat betul. Sayangnya waktu itu saya tidak punya kamera, jadi tidak bisa mengabadikan momen-momen bersama orang-orang terkenal itu deh.Oya, perjumpaan dengan Audy ini terbilang luncang bambang (= lucu banget). Waktu itu gadis pelantun tembang Menangis Semalam ini baru saja meluncurkan album pertamanya dan show ke Solo untuk promosi. Nah, malam saat dia mau show saya kebetulan dapat giliran masuk. Dasar rejeki, saya berkesempatan melihat artis tersebut dalam jarak sangat dekat. Ceritanya waktu itu Audy keluar dari kamar dengan beberapa orang menggunakan kaos seragam dan tanda pengenal. Setelah berbincang-bincang sebentar, orang-orang berseragam kaos itu pergi. Tinggallah Audy sendirian di teras lobi hotel, tepat di depan saya yang berada di belakang meja bellboy.
Waktu itu saya tidak tahu kalau si gadis manis tersebut Audy. Selain namanya baru mulai mengorbit waktu itu, saya juga tidak mengikuti perkembangan dunia musik. Iseng-iseng saya tanya saja dia, "Mau ke mana, Mbak?" Eh, kok dia tertawa kecil sambil tersipu. Waktu saya tanya lagi, "Temannya tadi ke mana, kok Mbak ditinggal sendiri?" Lagi-lagi dia cuma tersenyum. Saya jadi malu sendiri sambil garuk-garuk kepala. Gadis aneh, kata saya dalam hati. Tak lama sebuah mobil berhenti di depan lobi. Saya buru-buru mendekat dan membukakan pintu. Ternyata eh ternyata itu mobil jemputan Audy. Sambil tersenyum dia mengucapkan terima kasih dan masuk ke mobil.
Sampai keesokan harinya saya belum juga tahu kalau gadis manis yang saya ajak ngobrol malam itu adalah Audy, penyanyi yang segera terkenal dengan beberapa lagu hits. Ketika saya baca koran Solo Pos edisi hari itu, secara tidak sengaja mata saya membaca berita tentang konser Audy. Entah mengapa pikiran saya kok langsung terbayang pada gadis semalam. Reflek saya mengecek daftar tamu yang menginap, tapi ternyata tak ada yang bernama Audy. Didorong rasa penasaran sayapun bertanya ke resepsionis. Mbak resepsionis bilang Audy memang menginap di Novotel malam itu. "Lho, saya kok gak tahu ya?" tanya saya penasaran. Eh, lha koq si Mbak resepsionis itu bilang, "Lho, itu yang semalam kamu ajak ngobrol di depan pintu itu lho..." Oalah, saya jadi tertawa sendiri.
Saya hanya 5 bulan di Solo, dari 1 Februari sampai 30 Juni 2002. Tapi kenangan 5 bulan di kota bersejarah ini tak akan pernah saya lupakan. Kotanya yang asri, penduduknya yang bersahabat, malamnya yang tenang. Ah, kapan ya bisa main ke Solo lagi? Mumpung Bung Darin masih tinggal di sana nih. (^_^)
Published on January 11, 2011 14:30
January 6, 2011
Jadwal Piala Asia 2011
Oleh: Eko Nurhuda - Bung Eko dotcom
PENGGILA sepak bola benar-benar dimanjakan awal tahun ini. Setelah Piala AFF 2010 yang berujung pada kekecewaan masyarakat Indonesia, Piala Asia 2011 telah siap dinikmati. Meski Indonesia absen tahun ini, pertama kalinya sejak tahun 1996, tetap saja pesta sepak bola terakbar se-Asia ini menarik ditonton. Apalagi Qatar 2011 ini disebut-sebut sebagai ajang percobaan Qatar 2022 alias Piala Dunia 2022.
Bukan saja Indonesia, negara-negara anggota ASEAN Football Federation (AFF) lainnya juga absen di Qatar tahun ini. Vietnam yang membuat kejutan dengan lolos ke babak knock out di edisi 2007, saat menjadi tuan rumah bersama Indonesia, Malaysia, dan Thailand, juga tidak lolos ke putaran final.
Siapa saja peserta Piala Asia 2011? Ini dia drawing-nya:

Grup A
1. Qatar
2. Kuwait
3. China
4. Uzbekistan
Grup C
1. Korea Selatan
2. India
3. Australia
4. Bahrain
Grup B
1. Arab Saudi
2. Jepang
3. Yordania
4. Suriah
Grup D
1. Irak
2. Korea Utara
3. Uni Emirat Arab
4. Iran
Oya, jangan lupa pantengin layar kaca RCTI sejak Jumat (7/1) malam, karena laga pertama antara Qatar vs Uzbekistan bakal dihelat mulai pukul 23.30. Jadwal pertandingan berikutnya bisa dilihat di bawah ini:
Grup A
07 January 2011 19:15
08 January 2011 16:15
12 January 2011 16:15
12 January 2011 19:15
16 January 2011 19:15
16 January 2011 19:15
QATAR-UZBEKISTAN
KUWAIT-CHINA P.R.
UZBEKISTAN-KUWAIT
CHINA P.R.-QATAR
QATAR-KUWAIT
CHINA P.R.-UZBEKISTAN
Grup B
09 January 2011 16:15
09 January 2011 19:15
13 January 2011 16:15
13 January 2011 19:15
17 January 2011 16:15
17 January 2011 16:15
JAPAN-JORDAN
SAUDI ARABIA-SYRIA
JORDAN-SAUDI ARABIA
SYRIA-JAPAN
SAUDI ARABIA-JAPAN
JORDAN-SYRIA
Grup C
10 January 2011 16:15
10 January 2011 19:15
14 January 2011 16:15
14 January 2011 19:15
18 January 2011 16:15
18 January 2011 16:15
INDIA-AUSTRALIA
KOREA REPUBLIC-BAHRAIN
AUSTRALIA-KOREA REPUBLIC
BAHRAIN-INDIA
KOREA REPUBLIC-INDIA
AUSTRALIA-BAHRAIN
Grup D
11 January 2011 16:15
11 January 2011 19:15
15 January 2011 16:15
15 January 2011 19:15
19 January 2011 19:15
19 January 2011 19:15
DPR KOREA-UNITED ARAB EMIRATES
IRAQ-I.R. IRAN
I.R. IRAN-DPR KOREA
UNITED ARAB EMIRATES-IRAQ
IRAQ-DPR KOREA
UNITED ARAB EMIRATES-I.R. IRAN
Quarterfinal
21 January 2011 16:25
21 January 2011 19:25
22 January 2011 16:25
22 January 2011 19:25
Winner Group B-Runner Up Group A
Winner Group A-Runner Up Group B
Winner Group C-Runner Up Group D
Winner Group D-Runner Up Group C
Semifinal
25 January 2011 16:25
25 January 2011 19:25
Winner QF2-Winner QF4
Winner QF1-Winner QF3
Perebutan Tempat #3
28 January 2011 18:00
Loser SF1-Loser SF2
Final
29 January 2011 18:00
Winner SF1-Winner SF2
NB: Dicuplik dari www.the-afc.com

PENGGILA sepak bola benar-benar dimanjakan awal tahun ini. Setelah Piala AFF 2010 yang berujung pada kekecewaan masyarakat Indonesia, Piala Asia 2011 telah siap dinikmati. Meski Indonesia absen tahun ini, pertama kalinya sejak tahun 1996, tetap saja pesta sepak bola terakbar se-Asia ini menarik ditonton. Apalagi Qatar 2011 ini disebut-sebut sebagai ajang percobaan Qatar 2022 alias Piala Dunia 2022.
Bukan saja Indonesia, negara-negara anggota ASEAN Football Federation (AFF) lainnya juga absen di Qatar tahun ini. Vietnam yang membuat kejutan dengan lolos ke babak knock out di edisi 2007, saat menjadi tuan rumah bersama Indonesia, Malaysia, dan Thailand, juga tidak lolos ke putaran final.
Siapa saja peserta Piala Asia 2011? Ini dia drawing-nya:

Grup A
1. Qatar
2. Kuwait
3. China
4. Uzbekistan
Grup C
1. Korea Selatan
2. India
3. Australia
4. Bahrain
Grup B
1. Arab Saudi
2. Jepang
3. Yordania
4. Suriah
Grup D
1. Irak
2. Korea Utara
3. Uni Emirat Arab
4. Iran
Oya, jangan lupa pantengin layar kaca RCTI sejak Jumat (7/1) malam, karena laga pertama antara Qatar vs Uzbekistan bakal dihelat mulai pukul 23.30. Jadwal pertandingan berikutnya bisa dilihat di bawah ini:
Grup A
07 January 2011 19:15
08 January 2011 16:15
12 January 2011 16:15
12 January 2011 19:15
16 January 2011 19:15
16 January 2011 19:15
QATAR-UZBEKISTAN
KUWAIT-CHINA P.R.
UZBEKISTAN-KUWAIT
CHINA P.R.-QATAR
QATAR-KUWAIT
CHINA P.R.-UZBEKISTAN
Grup B
09 January 2011 16:15
09 January 2011 19:15
13 January 2011 16:15
13 January 2011 19:15
17 January 2011 16:15
17 January 2011 16:15
JAPAN-JORDAN
SAUDI ARABIA-SYRIA
JORDAN-SAUDI ARABIA
SYRIA-JAPAN
SAUDI ARABIA-JAPAN
JORDAN-SYRIA
Grup C
10 January 2011 16:15
10 January 2011 19:15
14 January 2011 16:15
14 January 2011 19:15
18 January 2011 16:15
18 January 2011 16:15
INDIA-AUSTRALIA
KOREA REPUBLIC-BAHRAIN
AUSTRALIA-KOREA REPUBLIC
BAHRAIN-INDIA
KOREA REPUBLIC-INDIA
AUSTRALIA-BAHRAIN
Grup D
11 January 2011 16:15
11 January 2011 19:15
15 January 2011 16:15
15 January 2011 19:15
19 January 2011 19:15
19 January 2011 19:15
DPR KOREA-UNITED ARAB EMIRATES
IRAQ-I.R. IRAN
I.R. IRAN-DPR KOREA
UNITED ARAB EMIRATES-IRAQ
IRAQ-DPR KOREA
UNITED ARAB EMIRATES-I.R. IRAN
Quarterfinal
21 January 2011 16:25
21 January 2011 19:25
22 January 2011 16:25
22 January 2011 19:25
Winner Group B-Runner Up Group A
Winner Group A-Runner Up Group B
Winner Group C-Runner Up Group D
Winner Group D-Runner Up Group C
Semifinal
25 January 2011 16:25
25 January 2011 19:25
Winner QF2-Winner QF4
Winner QF1-Winner QF3
Perebutan Tempat #3
28 January 2011 18:00
Loser SF1-Loser SF2
Final
29 January 2011 18:00
Winner SF1-Winner SF2
NB: Dicuplik dari www.the-afc.com
Published on January 06, 2011 02:12


