Muhamad Rivai's Blog, page 6

July 2, 2013

Resensi: Doa Ibu


Judul : Doa Ibu

Penulis: Sekar Ayu Asmara

ISBN:9792248048

Jumlah halaman: 266

Published August 2009 by PT Gramedia Pustaka Utama


Sinopsis:http://www.goodreads.com/book/show/6652300-doa-ibu


Saya membaca novel ini jauh setelah saya membaca dan menonton Pintu Terlarang, oleh karena itu sulit untuk tidak membandingkan kedua novel tersebut. Sepertinya, Sekar Ayu Asmara memiliki formulanya sendiri dalam membuat cerita misteri/horor psikologis semacam ini. Ia membuat dua buah plot yang berjalan secara par...

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 02, 2013 05:07

June 5, 2013

Audio “Petunjuk Sebelum Kembali Membaca Buku Komedi Hantu”

Pada suatu siang, seorang teman bernama Aria me-mention Twitter saya dan mengatakan bahwa semalam ia membacakan salah satu bab buku Setelah Gelap Datang. Saya segera meminta file-nya dan mendengarkan. Menarik juga. Akhirnya, malam ini saya sempatkan untuk menyunting file tersebut dan menambahkan suara latar menggunakan Fruity Loops. Berhubung saya memang tidak pandai menyunting suara, saya cuma menggunakan teknik coba-coba. Lumayan, berhasil menghilangkan noise, tetapi entah kenapa di beberap...

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 05, 2013 12:58

May 30, 2013

Setelah Gelap Datang: Aneka Ria Kengerian Selepas Senja

Oleh:Adit Bujbunen Al Buse

Disalin dari REB Magazine


Coba hitung berapa banyak novel bertema horor buatan lokal yang bagus saat ini. Kalau ‘radar’ saya sendiri jujur saja selama ini hanya bisa menangkap di kisaran karya-karya Abdullah Harahap dantribute-nya (Kumpulan Budak Setan) saja. Selebihnya, entah mengapa, selalu gagal. Mungkin ‘radar’ saya yang kurang canggih.


Jejeran buku novel (yang maunya) bertema horor di rak toko buku-toko buku besar yang saya temui selama ini sepertinya tidak perna...

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 30, 2013 03:06

April 4, 2013

Sekilas Malam

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 04, 2013 09:52

January 26, 2013

Melihat Hantu?

Beberapa orang yang membaca cerita pendek saya bertanya apakah saya “bisa melihat”. “Melihat” yang mereka maksud tentu bukanlah melihat dalam pengertian harfiah, melainkan melihat makhluk halus.


Jawabannya adalah tidak, saya tidak bisa melihat jin atau makhluk halus lainnya.


Hanya karena saya menulis beberapa cerpen yang bertema supernatural, bukan berarti saya punya keahlian khusus untuk melihat hal-hal gaib. Kenyataannya, tidak semua penulis horor bisa melihat hantu, sebagaimana tidak semua p...

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 26, 2013 05:45

December 30, 2012

Jembatan Surga

Untuk Adriane yang kiriman bukunya tersesat di Cimahi




Foto: Innah Wulandari


Seumur hidup, Adrian hanya pernah dua kali memberikan bunga kepada wanita dan ia menyesali keduanya. Bunga pertama adalah bunga mawar merah yang ia berikan kepada gadis cinta pertamanya saat SMP. Mawar itu diberikannya saat pulang sekolah dengan tangan yang gemetar karena gugup, tapi segera ditepis secara kasar oleh sang gadis. Sejak saat itu, Adrian menjadi trauma terhadap bunga mawar dan juga terhadap gadis populer ya...

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 30, 2012 07:17

December 18, 2012

Setelah Gelap Datang

IMG00997-20121215-0902


Buku ini adalah kumpulan cerita yang saya buat dalam kurun waktu yang lumayan lama, tapi memiliki gaya penceritaan dan tema yang tidak jauh berbeda. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar cerita dalam buku ini adalah cerita-cerita suram, tragis, atau mengerikan. Ini bukan buku cerita tentang persahabatan, motivasi, atau hal-hal yang indah (tentunya sejak melihat judul dan cover-nya, tidak mungkin ada orang yang salah paham).



Ada banyak hal yang menginspirasi saya saat menulis kisah-kisah d...

1 like ·   •  6 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 18, 2012 02:58

December 14, 2012

Tentang "Setelah Gelap Datang"

Buku ini adalah kumpulan cerita yang saya buat dalam kurun waktu yang lumayan lama, tapi memiliki gaya penceritaan dan tema yang tidak jauh berbeda. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar cerita dalam buku ini adalah cerita-cerita suram, tragis, atau mengerikan. Ini bukan buku cerita tentang persahabatan, motivasi, atau hal-hal yang indah (tentunya sejak melihat judul dan cover-nya, tidak mungkin ada orang yang salah paham).

Ada banyak hal yang menginspirasi saya saat menulis kisah-kisah dalam buku ini. Mulai dari pengaruh karya penulis-penulis lain yang sudah terkenal (Stephen King, R.L. Stine, Sekar Ayu Asmara, dan penulis-penulis cerpen di koran yang terlalu banyak untuk disebutkan), hingga karya lintas media seperti foto dan musik. Tentu saja semua itu tidak lepas dari pengalaman saya sehari-hari, tempat-tempat yang saya kunjungi, dan orang-orang yang saya temui. Komunitas dunia maya (Kemudian.com, LCDP, FDKH, BLC, Nanowrimo, dll.) juga memberikan sumbangsih yang sangat besar.

Menyebutkan kekurangan produk sendiri bukanlah hal yang disarankan dalam marketing, tapi saya harus mengarang sebuah peribahasa "hakimi bukumu sebelum bukumu dihakimi oleh pembaca". Buku ini tidaklah sempurna. Proses pra-produksi yang agak terburu-buru (lebih tepatnya, "sudah kebelet") menimbulkan adanya kesalahan teknis di beberapa bagian. Masih ada typo di buku ini (silakan cari sendiri). Tidak banyak, tapi bagi saya agak memalukan. Saya teringat dengan perkataan seseorang di twitter yang saya tidak ingat siapa, bahwa "kamu tidak bisa mengedit tulisanmu sendiri".

Saya memilih menggunakan jasa penerbit indie dan tidak mengirimkan naskahnya ke penerbit konvensional, sebab saya menyadari bahwa genre yang saya tulis ini bukanlah genre yang akan digilai remaja-remaja histeris dan penggemar fanatik yang membuatnya laku jutaan eksemplar. Penerbit [konvensional] pada dasarnya hanyalah investor yang menanamkan modalnya pada tulisan kita, sehingga wajar bila mereka mengutamakan penjualan dan laba yang besar. Akhirnya saya putuskan untuk menggunakan uang tabungan sendiri meski hanya bisa mencetak 100 eksemplar. Oleh karena itu, saya meminta maaf karena tidak bisa membagi-bagikan buku gratis kepada banyak orang, mungkin hanya untuk beberapa orang peresensi saja (sebagaimana orang yang berjualan baju di online shop juga tidak membagi-bagikan baju gratis).

Tak ada taring yang tak retak. Sepandai-pandainya pocong melompat, sesekali pasti terjatuh juga. Dengan segala kekurangannya, saya sangat bahagia dengan dicetaknya buku ini. Saya harap buku ini bisa diterima oleh orang-orang yang selama ini kesulitan menemukan bacaan sejenis. Saya sangat mengharapkan kritik dan ulasan dari para pembaca. Bagi saya, perjalanan masih panjang, buku ini hanyalah permulaan. Sebab setelah gelap datang, ia tak lantas pergi begitu saja.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 14, 2012 10:13 Tags: pengantar

December 26, 2011

Warung Kopi Mpok Indah

Katanya Pak Ijul melihat pocong di warung kopi Mpok Indah. Semua orang menertawainya, terutama karena wajah Pak Ijul mirip sekali dengan Bokir, aktor lawas yang sering bermain di film-film Suzanna. Bapak-bapak yang biasa nongkrong di warung kopi itu mulai menerka-nerka kejadian yang dialami Pak Ijul kemarin malam; bagaimana ia mampir ke warung kopi Mpok Indah untuk merayu janda beranak satu itu, lalu berharap akan diberi cemilan atau rokok gratis. Tak lama kemudian, ketika warung sudah sepi d...

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 26, 2011 22:57

June 2, 2011

Himejikuhibiniu

Feni anak yang aneh, atau lebih tepatnya, anak yang bebal. Begitulah yang selalu diutarakan oleh guru-gurunya sewaktu SD. Feni memang bukan anak yang bodoh atau malas, ia bahkan selalu masuk dalam peringkat tiga besar di kelasnya. Makanya, saat itu orangtuanya tidak benar-benar merasa khawatir meskipun ada satu kejanggalan pada diri Feni.


Ia bisa melihat apa yang tidak dilihat oleh orang lain.


“Me-ji-ku-hi-bi-ni-u. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila ungu. Itulah warna pelangi,” ucap Bu Ti...

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 02, 2011 03:18