Muhamad Rivai's Blog, page 2
November 8, 2015
Basa-Basi Tentang Cuaca
Sudah cukup lama saya tidak menulis di blog ini. Saya ingin beralasan bahwa saya sedang terkena writer’s block, tapi itu pasti akan terdengar lucu, sebab selama ini saya memang bukan orang yang produktif menulis. Meski banyak teman-teman yang berpesan agar saya lebih rajin menulis, kenyataannya, motivasi menulis saya malah semakin menurun belakangan ini.
Banyak hal yang berubah dalam hidup saya, mulai dari pekerjaan baru, tempat tinggal baru, ritme hidup baru, dan status baru sebagai calon ay...
July 1, 2015
Ayam Saja Bisa Hidup
Pak Ade bingung. Pengeluaran keuangannya terasa tidak terkendali. Baru saja satu minggu pasca-gajian, tapi saldo di rekeningnya tinggal seujung kuku. Ia tidak tahu ke mana saja uangnya ia belanjakan. Sebagian untuk jajan, sebagian untuk hura-hura, sebagian lagi untuk menunjang gaya hidup, tapi tak ada alokasi untuk tabungan, apalagi investasi.
Ia pun duduk di depan rumahnya, memakai sarung dan kaos oblong, sambil mengobrol dengan anak dan istrinya. Istrinya berkeluh kesah mendengar kondisi ke...
June 16, 2015
Diam Berarti Membeli
Bayangkan skenarioberikut.
Kamu adalah seorang gadis muda yang cantik jelita. Suatu hari, ada seorang laki-laki yang meneleponmu dan mengungkapkan perasaannya dengan begitu bersemangat.
“Sudah lama aku suka sama kamu. Kalau kamu jadi pacarku, aku pasti akan mencintaimu dengan sepenuh hati. Aku akan memberi kamu kado, bunga, surat cinta, puisi. Aku juga akan mengantar jemput kamu setiap hari dan mengajakmu kencan ke restoran, bioskop, atau karaoke semingu sekali. Asik, kan? Oh, ya, rumah kamu...
June 4, 2015
Obrolan Rasis di Kereta
Bulan Mei baru saja berlalu. Setidaknya ada dua hal yang selalu saya ingat mengenai bulan Mei. Pertama, adalah hari ulang tahun adik saya dan istri saya. Kedua, adalah kerusuhan Mei 98 yang berujung pada pelengseran Soeharto.
Saya bukan mahasiswa yang ikut berdemonstrasi, bukan pula korban kerusuhan tersebut. Saat itu, saya masih sangat kecil, tidak suka menonton berita, apalagi berita politik. Saya cuma ingat bahwa pada suatu siang, orang tua saya buru-buru mengumpulkan dokumen-dokumen pent...
May 22, 2015
Extreme Commuting
Sudah sekitar dua minggu ini saya menjalani sebuah rutinitas baru: pulang-pergi Karawang-Jakarta setiap hari. Awalnya, saya melakukan ini sebagai solusi masalah finansial dan rumah tangga. Biaya kos di Jakarta terlalu mahal untuk sekadar dipakai tidur dan saya ingin bisa bertemu istri setiap hari. Selain itu, ada pula alasan lain: saya ingin mencari suasana baru … dan saya suka naik kereta.
Awalnya saya selalu menggunakan WB Travel untuk pulang ke Karawang seminggu sekali. Namun, sejak saya...
April 27, 2015
Iklan Audio: Ujian Kewarasan di Halte Busway
Sore itu, sudah hampir satu jam saya berada di ruangan yang panas, berdesakan dengan puluhan orang yang bau keringat, dan mendengarkan suara perempuan bernada menjengkelkan yang diputar secara looping dari pengeras suara. Napas mulai sesak, tubuh terasa lelah, dan celakanya, saya lupa membawa earphone. Tidak pernah sebelumnya saya merasa begitu menyesal telah lupa membawa earphone, kecuali pada saat itu, saat ketika saya harus menunggu bus di haltebusway sambil mendengarkan iklan kartu kredit...
April 22, 2015
Township dan Indahnya Bertani di Layar Sentuh
Beberapa bulan belakangan ini, saya sering bermain game Township diponsel Android. Game ini memang bukan game baru, tapi kebetulan hasrat bermain game manajemen saya bangkit kembali setelah sadar bahwa sayatidak berbakat bermainCandy Crush. Awalnya, sayasempat mencobaClash of Clans, karena konon game “tawuran” ini lebih manly daripada game bercocok tanam. Namun, berhubung saya malas bergabung dengan clan dan menyesuaikan waktu main saya dengan pemain-pemain lain yang terdiri dari ABGhingga o...
February 18, 2015
Tamu Terakhir
Organ tunggal sudah tak terdengar sejak satu jam yang lalu dan tamu-tamu mulai surut. Ningrum menahan diri untuk tak menggosok matanya yang terasa perih, lalu melirik ke arah Dimas, suaminya, yang juga tampak tak kalah lelah. Di halaman rumahnya, orang-orang sudah mulai membereskan kursi, sementara hidangan resepsi sudah hampir habis. Tak ada lagi yang datang dari arah gerbang kecuali angin dingin dan nyamuk-nyamuk.
“Nggak akan ada tamu lagi, kan?” gerutu Dimas.
“Mungkin masih,” ucap Ningrum pe...
December 24, 2014
Jam Tua yang Menolak Waktu
Orang bilang, jam yang rusak akan tetap menunjukkan kebenaran, minimal dua kali dalam sehari. Namun hal itu tidak berlaku pada jam tua di rumahku. Kedua jarumnya berhenti di angka dua belas. Anehnya, setiap kali pukul dua belas tiba, jarum panjang jam itu akan mundur satu menit, lalu kembali lagi ke tempat semula satu menit kemudian. Seolah-olah jam itu selalu menolak untuk menjadi benar.
Sejak diwariskan oleh almarhum kakekku dua tahun yang lalu, jam itu menjadi bangkai yang berdiri menjulang...
November 27, 2014
Sakit
Ada perasaan lega yang muncul saat aku melangkahkan kaki ke kamar kos. Irama lagu itu, yang seharian tadi nonstop diputar di kantor, akhirnya bisa pudar juga dari memori otakku. Lagu itu benar-benar menimbulkan trauma. Aku bisa membayangkan, seandainya tahun depan perang dunia ketiga meletus, lagu itu pasti akan menjadi alat interogasi yang cukup ampuh.
Kututup pintu kamar erat-erat, lalu kuletakkan sebungkus empek-empek yang kubeli di perempatan jalan. Malam ini aku berencana untuk makan mala...