Benny Rhamdani's Blog, page 41

June 24, 2014

Menikmati Ayam Rarang, Kuliner Khas Lombok Timur




Pernah mendengar kuliner ayam rarang? Pasti belum, kan? Sebab untuk mencicipi ayam bakar satu ini harus datang langsung ke Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Dalam perjalanan darat saya bersama teman-teman dari Pelabuhan Kahyangan menuju Bandara Internasional Lombok,  supir travel menghentikan mobilnya di Desa Rarang, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Kami pun masuk ke halaman parkir  sebuah rumah makan yang menyajikan khas kuliner setempat. Tepatnya di samping SPBU Rarang. Ya, makan siang telah tiba!
Rumah makan ini menyediakan saung-saung khusus untuk tamu yang ingin makan sambil lesehan,  di belakang warung mereka di pinggir jalan. Meskipun saungnya tak terlalu istimewa dibandingkan saung lesehan di tempat saya tinggal (Bandung) namun saya tetap penasaran mencicipi salah satu unggulan rumah makan ini, yakni ayam rarang.
Sambil menunggu pesanan datang saya mampir ke dapurnya. Dan bertanya-tanya kepada pelayan warung. Ayam rarang merupakan ayam bakar  berlumur bumbu cabai merah yang mengkilat dengan tambahan jeruk limau di atasnya. Air liur saya langsung menetes melihatnya. Saya membayangkan rasanya sepedas ayam taliwang.


Proses membuat ayam rarang dimulai dengan membakar ayam di tungku menggunakan kayu bakar. Kalau melihat bentuknya, tampak ayamnya adalah ayam kampung yang masih sangat muda. Ayam tidak disajikan utuh seperti ayam taliwang, tapi potongan kecil-kecil. Setelah itu dibumbui seperti halnya bumbu pelecing,  yakni ulekan cabe merah besar, kemiri, bumbu besar, ketumbar, dan merica.
Cara penyajiannya unik karena bebeda dengan penyajian ayam taliwang.  Ayam rarang disajikan dengan kacang kedelai goreng, sayur bening, ati empela goreng yang ditusuk seperti sate.  Kalau ada yang tidak suka boleh disingkirkan kok. Saya sih suka dengan sayur beningnya karena hitung-hitung pengganti lalab sebagai makanan wajib saya.

Mau tahu rasanya? Rasa pedas langsung membakar mulut. Tapi tenang, pedasnya bisa dinetralisir dengan nasi putih.  Jadi, setelahnya tidak terasa mulas. Bumbunya juga terasa gurih, dan bagi lidah saya aroma kemiri sangat terasa. Yang paling nikmat adalah daging ayamnya yang tidak kenyal dengan aroma sangit kayu bakar. Maklum, ayam ABG. Dan kemungkinan besar jenis ayam inilah yang membedakan dengan ayam taliwang.
Saya merasa puas dengan ayam rarang ini. Bahkan habis beberapa potong. Hanya sedikit kekurangan dalam penyajian hidangan, yakni tidak ada buah-buahan pencuci mulut.  Tapi tak apalah. Yang penting sudah bisa mencicipi makanan khas Lombok Timur.
Sampai saat saya dan teman-teman meneruskan perjalanan menuju Bandara Internasional Lombok, rasa bumbu ayam rarang masih terasa di lidah. Nggak percaya. Coba sendiri deh.

Foto-foto: Benny Rhamdani
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 24, 2014 00:19

Menikmati Ayam Rarang, Kuliner Khas Lombok Timur




Pernah mendengar kuliner ayam rarang? Pasti belum, kan? Sebab untuk mencicipi ayam bakar satu ini harus datang langsung ke Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Dalam perjalanan darat saya bersama teman-teman dari Pelabuhan Kahyangan menuju Bandara Internasional Lombok,  supir travel menghentikan mobilnya di Desa Rarang, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Kami pun masuk ke halaman parkir  sebuah rumah makan yang menyajikan khas kuliner setempat. Tepatnya di samping SPBU Rarang. Ya, makan siang telah tiba!
Rumah makan ini menyediakan saung-saung khusus untuk tamu yang ingin makan sambil lesehan,  di belakang warung mereka di pinggir jalan. Meskipun saungnya tak terlalu istimewa dibandingkan saung lesehan di tempat saya tinggal (Bandung) namun saya tetap penasaran mencicipi salah satu unggulan rumah makan ini, yakni ayam rarang.
Sambil menunggu pesanan datang saya mampir ke dapurnya. Dan bertanya-tanya kepada pelayan warung. Ayam rarang merupakan ayam bakar  berlumur bumbu cabai merah yang mengkilat dengan tambahan jeruk limau di atasnya. Air liur saya langsung menetes melihatnya. Saya membayangkan rasanya sepedas ayam taliwang.


Proses membuat ayam rarang dimulai dengan membakar ayam di tungku menggunakan kayu bakar. Kalau melihat bentuknya, tampak ayamnya adalah ayam kampung yang masih sangat muda. Ayam tidak disajikan utuh seperti ayam taliwang, tapi potongan kecil-kecil. Setelah itu dibumbui seperti halnya bumbu pelecing,  yakni ulekan cabe merah besar, kemiri, bumbu besar, ketumbar, dan merica.
Cara penyajiannya unik karena bebeda dengan penyajian ayam taliwang.  Ayam rarang disajikan dengan kacang kedelai goreng, sayur bening, ati empela goreng yang ditusuk seperti sate.  Kalau ada yang tidak suka boleh disingkirkan kok. Saya sih suka dengan sayur beningnya karena hitung-hitung pengganti lalab sebagai makanan wajib saya.

Mau tahu rasanya? Rasa pedas langsung membakar mulut. Tapi tenang, pedasnya bisa dinetralisir dengan nasi putih.  Jadi, setelahnya tidak terasa mulas. Bumbunya juga terasa gurih, dan bagi lidah saya aroma kemiri sangat terasa. Yang paling nikmat adalah daging ayamnya yang tidak kenyal dengan aroma sangit kayu bakar. Maklum, ayam ABG. Dan kemungkinan besar jenis ayam inilah yang membedakan dengan ayam taliwang.
Saya merasa puas dengan ayam rarang ini. Bahkan habis beberapa potong. Hanya sedikit kekurangan dalam penyajian hidangan, yakni tidak ada buah-buahan pencuci mulut.  Tapi tak apalah. Yang penting sudah bisa mencicipi makanan khas Lombok Timur.
Sampai saat saya dan teman-teman meneruskan perjalanan menuju Bandara Internasional Lombok, rasa bumbu ayam rarang masih terasa di lidah. Nggak percaya. Coba sendiri deh.

Foto-foto: Benny Rhamdani
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 24, 2014 00:19

June 11, 2014

Tokyo Banana Asal Bandung






Bagi penggemar kuliner Jepang, tentu tidak asing dengan nama Tokyo Banana. Bahkan banyak yang menjadikannya oleh-oleh saat ke Jepang dan kembali ke Indonesia. Tapi belakangan, orang membeli Banana Tokyo tak perlu lagi jauh-jauh ke Jepang lantaran di Bandung sudah ada yang menekuni bisnis kuliner ini.
Bagi yang belum kenal, Tokyo Banana adalah cake sponge berbentuk seperti  pisang yang di dalamnya berisi fla pisang. Tapi belakangan isi dan warna pun berkembang mengikuti selera, seperti strawberry, cokelat, keju, melon, dan lainnya. Tapi bentuknya tetap pisang.
Saya sendiri baru mengetahuinya belum lama ini. Lantaran kian banyak penggemar kuliner yang membicarakannya, saya pun menyambangi Tokyo Banana di Bandung. Kebetulan sekali letak Tokyo Banana di Bandung sangat dekat dengan tempat tinggal saya.
Tidak sulit untuk menemuka tempat penjualan Tokyo Banana di kawasan Margahyu ini. Begitu masuk komplek tersebut tinggal lurus terus, sampai nanti akan melihat rumah dengan spanduk Tokyo Banana di sisi kanan.
Rumah itu masih tampak baru ditempati karena segalanya masih kosong. Seorang pria kemudian keluar dan menyambut kami ramah. Setelah saya bertanya informasi seputar produk Tokyo Banana, saya diizinkan untuk masuk dapur. Ternyata ada beberapa anak muda tengah berkresi membuat Tokyo Banana. Beberapa tampak sibuk mengantar pesanan.
Akhirnya saya memutuskan untuk membeli satu box dulu yang berisi campuran rasa. Begitu saya merasakannya, akhirnya saya bisa memutuskan, rasa original dan melon adalah favorit saya.

Dari Pisang IjoSaya pun mencari-cari siapa pemilik usaha ini. Ternyata seorang entrepreuneur muda bernama Riezka Rahmatiana yang sebelumnya berkecimpung dalam bisnis penganan, yakni pisang ijo. Selama ini, orang sudah mengenal pisang ijo. Banyak pelanggannya yang meminta dibuatkan kudapan yang lebih praktis tanpa es seperti pisang ijo itu. Oleh karena itu, Riezka pun membuat Tokyo Banana.
Riezka memulai usahany sejak Oktober 2013 dengan modal  Rp500.000. untuk kebutuhan bahan baku. Agar lebih unggul dari produk sejenis lainya Rizka menciptakan enam varian rasa, yaitu melon, stroberi, durian, cokelat, vanila, dan pisang ambon. Keenam rasa ini dihasilkan dari fla dan pasta makanan.


Dalam waktu 3 bulan saja, produk Riezka bisa memikat konsumen. Jika awalnya Riezka hanya bisa menjual 20 kotak, pada awal 2014 dia berhasil menjual sekitar 100 kotak dalam sehari. Tokyo Banana dibanderol Rp40.000 per kotak berisi 6 cake. Harga stauan tentunya lebih mahal.
Tokyo Banana pun menggaet reseller untuk mendongkrak penjualannya. Ketika saya berkunjung pun saya ditawari. Sayangnya formulir sedang habis. Jadi saya menjajal saja dulu seadanya. Ketika di test di laman Facebook saya dan isteri saya, ternyata banyak orang yang tertarik dan ingin membeli. 
Hmm, boleh juga nih ikut bisnis Tokyo Banana. Tak hanya lezat rasanya, tapi juga omsetnya :)
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 11, 2014 22:51

June 9, 2014

Belanja Habis-habisan di Milan




 

Saat mendapatkan kesempatan berkunjung ke Milan, Italia, yang pertama ada di kepala ketika hendak berangkat adalah barang-barang fashion dengan brand ternama dan harga yang gila-gilaan. Terbayang pula lalu lalang warga Milan dengan busana trendi dan wangi parfum yang semerbak. Ternyata, tidak semua bayangan saya benar.
Sebelum berangkat ke Italia, saya dikenalkan oleh seorang teman dengan seorang  resellertas branded di Jakarta. Dia mengajak saya bisnis sebagai kurir tas branded. Saya pun dititipkan sejumlah uang dan kartu kredit. Di Milan saya bertemu dengan orang Indonesia yang sudah menjadi warga Milan bernama Dian. Dialah yang akan membeli tas-tas mahal itu sesuai orderan yang masuk.

Karena tidak punya rencana lain, akhirnya saya memilih ikut  belanja di kota Milan. Jarang-jarang kan bisa keluar masuk toko tas ternama dan belanja dengan uang puluhan hingga ratusan juta rupiah untuk sebuah tas. Ya, walaupun uang dan barangnya punya orang lain.
Saya pun dibawa ke kawasan Duomo.  Dian bercerita tentang bisnis tas branded ini. Caranya, temannya di Jakarta yang mencari pembeli, lalu mereka kasak-kusuk mencari orang Indonesia yang akan mampir di Milan. Terkadang, Dian sendiri merangkap kurir kalau sekalian pulang kampung.

Menurut Dian, meskipun di Indonesia bisa ditemukan outlet-outlet tas branded, tapi belum tentu koleksinya sekomplet di Milan. Harganya pun berlipat karena sudah kena biaya distribusi, pajak, dan tentu saja display toko. Keuntungan yang diambil Dian dan patner diambil dari selisih harga jual, juga diskon turis saat pembelian dengan menunjukkan paspor, termasuk kartu diskon tertentu. Belum lagi pengembalian pajak pembelian di bandara yang jumlahnya cukup lumayan.
Bisnis ini memang tergantung orang yang mau dititipkan tas. Sementara soal order tas dari Jakarta, tidak pernah kesulitan mencarinya. ” Orang Indonesia memang gila belanja. Setiap musim mereka selalu ganti tas bermerk. Padahal orang Milan sendiri belum tentu punya tas branded itu. Kalaupun mereka beli, hanya satu untuk seumur hidup,” ucap seorang teman di Italia.
Saya yang akhirnya jadi kurir freelance ini pun kebagian fee yang lumayan. Cukup untuk akomodasi saya jalan-jalan ke Venesia di akhir petualangan saya di Italia.
Trip Belanja

Agar tak kelimpungan saat belanja di Milan, sebaiknya sudah mengetahui betul barang yang hendak dibeli, karena harus disesuaikan dengan lokasi belanjanya.
Bagi penggemar Armani, bisa mengunjungi butiknya yang elegan di Via Manzoni, yakni Spazio Armani No.31. Selain bisa berbelanja koleksi terbaru seluruh lini Armani, mulai dari Giorgio, Emporio hingga Casa dan Fiori, kita  bisa  juga menikmati suasana santai di Armani Cafe atau restoran Nobu, yang dimiliki oleh aktor Robert de Niro.  Program sale di butik ini berlangsung pada Januari dan Juli.
Tempat belanja yang saya suka adalah di  Corso Vittorio Emanuele  karena menyajikan berbagai  merek busana siap pakai, seperti Max Mara, Moreschi, Bruno Magli dan Pollini. Ingin yang lebih murah? Di sini terdapat berbagai butik yang juga ada di Indonesia seperti  H&M, Zara dan Furla. Ironisnya, saya melihat sejumlah pengemis berkeliaran di antara butik-butik itu.
Saya juga diajak melihat gerai-gerai busana sporty yang mengutamakan kenyamanan di  Via Torino yang menghubungkan Duomo dan Corso di Porta Ticinese. Sesungguhnya, ada satu kawasan yang cocok untuk orang yang suka produk dengan harga miring seperti saya, yakni Fidenza Village Factory Outlet. Sayangnya, waktu saya tak cukup karena harus memakan waktu satu jam perjalanan ke luar Milan. Di tempat tersebut terdapat 50 outlet besar dari produk busana hingga perabotan rumah tangga.
Pastinya, di Milan saja saya  sudah cukup merasakan suasana belanja yang benar-benar diperlakukan sebagai raja oleh para pelayan. Mereka tidak terlihat kesal ketika kita minta dilihat barang seri-seri tertentu yang tidak ada di display. Kita bisa menunggu proses  ditemani minuman yang mereka sediakan. Satu kali, ketika saya kebelet ke toilet di sebuah butik … wow, saya diminta masuk ke sebuah ruangan yang serba Kristal. Benar-benar bikin saya enggan mengotori ruangan tersebut.

Wisata Arsitektur
Jangan bilang saya hanya buang waktu ke luar masuk toko saja saat di Milan. Sambil belanja, saya
menikmati wisata arsitektur karena lokasi belanja berdekatan dengan banguna-bangunan tua yang megah.Sebut saja gereja San Carlo al Corso yang merupakan bangunan neoklasik di pusat Milan. Gereja yang dibangun pada 1847 ini berdiri di tengah pusat perbelanjaan. Di  kanan kiri  gereja dan seberang jalan berderet  butik-butik terkenal. Padahal, gereja ini dulunya dikaitkan dengan wabah kolera dan pes di Milan pada abad 16.
Yang menakjubkan di ujung jalan setelah melewati gereja San Carlo al Corso, saya melihat gereja Katedral Milan yang kabarnya gereja katedral terbesar ke empat di dunia. Katedral Milan dibangun berdasarkan ide bangsawan Milan bernama Gian Galeazzo Visconti, pengusaha marmer. Dia bertekad membuat katedral  yang seluruhnya terbuat dari marmer. Pembangunan dimulai pada 1368. Marmernya diambil dari tambang marmer milik Visconti di Gunung Candoglia yang berjarak 50 km dari Milan. Karena sulit diangkut lewat darat, maka digunakanlah kanal-kanal di Milan untuk mengangkut marmer.
Ketika melihat gereja yang memiliki ornamen menarik, langsung terbayang kehebetan orang-orang Italia di masa lalu. Entah arsiteknya maupun kuli-kuli bangunan yang mengerjakannya. Betapa mereka merancang sebuah bangunan yang kokoh agar bisa dinikmati orang hingga ratusan tahun kemudian.
Di depan gereja ini terbentang alun-alun yang biasanya dipakai wisatawan berfoto-foto atau bercanda dengan sekumpulan merpati. Mirisnya, di alun-alun depan gereja inilah kita harus waspada dengan para pencopet. Tidak hanya pencopet, juga sejumlah orang yang berusaha memeras. Caranya, mereka menawarkan turis memakai gelang persaudaraan, tapi kemudian kita harus membayar gelang dari benang itu dengan harga tak wajar. Yang saya saksikan sendiri ada turis yang harus membayar 10 euro.
Masih di sekitar gereja Katedral, kita bisa menikmati keindahan arsitektur Galleria Vittorio Emanuele II salah satu pusat perbelanjaan tertua di dunia. Nama Vittorio Emanuele II  merupakan raja pertama dari Kerajaan Italia. Bangunannya Ini dirancang Giuseppe Mengoni pada tahun 1861 dan dibangun antara 1865 dan 1877.Struktur Galleria terdiri dari dua arcade kaca berkubah di oktagon (segi delapan), menghubungkan jalan Piazza del Duomo ke Piazza della Scala. Jalan ini ditutup atapnya dengan lengkungan kaca dan baja seperti Burlington Arcade di London , yang merupakan prototipe untuk pusat perbelanjaan.
Di tengah segi delapan, terlukis empat mosaik menggambarkan Lambang dari tiga Ibukota dari Kerajaan Italia (Turin, Florence dan Roma ) ditambah Milan. Tradisi mengatakan jika seseorang  berputar dengan tumit kanan pada gambar testikel banteng (Turin Coat of Arms), ini akan membawa keberuntungan. Ada yang mengatakan, jika bisa berhasil berputar di atas testikel banteng itu tanpa jatuh dan menghadap ke arah yang sama akan kembali ke Milan tahun berikutnya. Percaya? Tentu saja tidak.

Di ujung senja saya tiba di Castello Sforzesco. Sebenanya saya ingin masuk ke kastil tua yang kini menjadi museum itu. Namun pintu masuk baru saja ditutup. Akhirnya saya hanya duduk beristirahat di fountain besar di depannya. Saya pikir hanya di Roma  terdapat air mancur yang indah. Di Milan pun ada, tapi tak memiliki mitos lempar koin terpenuhi keinginan.




Masjid Milan

Sebelum berbelanja, saya menyempatkan diri  ke destinasi wisata favorit saya setiap berkunjung ke kota di luar negeri, yakni masjid.
Berdasarkan informasi yang saya peroleh di Internet, akhirnya saya  mengunjungi sebuah masjid di Segrate, Milan. Hampir setengah jam perjalanan ke luar pusat kota. Masjid bernama Al Rahman ini merupakan mesjid dengan kubah dan menara pertama di itali setelah mesjid terakhir dirobohkan di Lucera pada abad ke14.  Masjid yang diresmikan 28 Mei 1988 ini sekaligus menjadi pusat kegiatan umat muslim di Milan.
Bahagia sekali ketika bisa wudhu dengan air keran superdingin dan shalat ashar di Al Rahman. Apalagi ketika bertemu belasan muslim belia Italia yang tengah belajar  di salah satu ruangan bangunan masjid. Al Rahman memang menjadi pusat belajar agama islam, dan bahasa Arab.
Menurut Ali Abu Syaima, Imam Al Rahman, jamaah masjid dari kota Milan berjumlah 200 orang. Tidak hanya imigran, tapi juga penduduk asli.  Jumlah ini terus meningkat karena di Italia selama tiga tahun terakhir saja sudah bertambah 2000 pemeluk baru agama Islam. Dan kebanyakan para mualaf adalah dari kaum muda yang ingin memeluk agama Islam karena kemauannya sendiri.
Dijelaskan pula, bahwa warga muslim, khususnya muslimah di Milan juga berpakaian mengikuti perkembangan mode di Milan. Mereka kebanyakan tidak mengeksklusifkan diri dengan  hijab warna serbagelap. “Yang pasti masih sesuai ajaran islam,” ucapnya.
Naik Apa?
Untuk berkeliling di Milan, jika hanya memiliki budget terbatas, bisa naik subwayatau trem. Tak perlu bingung, cukup datang saja dari stasiun utama kereta Milan. Dari sana, sangat mudah menjangkau semua jurusan.
Jika bepergian sendiri dan tidak menguasai bahasa Italia, sebaiknya sudah browsing duluan di Internet kereta yang akan ditumpangi dan stasiun yang akan dituju.  Sebab, informasi dalam bahasa Inggris minim sekali. Juga tak mudah menemukan warga Milan yang pandai berbahasa Inggris. Jika tetap kebingungan, langsung datangi pusat informasi wisata yang ada di stasiun. Mereka akan memberi informasi yang sejelas-jelasnya dalam bahasa Inggris.
Bila pergi rombongan  dan memiliki uang saku lebih, sebaiknya menyewa mobil rental. Cari saja di Internet pasti mudah menemukannya. Cara ini lebih efektif untuk mengelilingi Milan sekehendak hati.
Soal makanan di Milan tidak usah khawatir. Restoran halal cukup mudah ditemukan karena di Milan banyak pendatang dari  negara mayoritas muslim. Jangan berspekulasi memesan pizza atau pasta, karena kebanyakan dicampur daging atau lemak babi. Mengapa babi? Karena harganya lebih murah ketimbang sapi.

Grazie.foto2: Benny Rhamdani
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 09, 2014 20:08

May 26, 2014

Menikmati Wisata Sejarah Kota Bandung Modal Goban


Mau ikut naik Fino baru?

Hari gini jalan-jalan keliling Bandung menikmati wisata sejarah dengan uang goban alias Rp50.000 doang? Bisa kok. Tenang aja. Walaupun disebut kota belanja dan kuliner, Bandung masih boleh terbilang ramah kantong. 
Ada tiga hal yang bikin touring di kota Bandung ngirit. Pertama, jangan gampang ngiler belanja-belenji di setiap outlet. Sekadar windows shopping aja sih silakan.  Kedua, jangan malu makan di kakilima. Yang penting bersih dan enak. Eh, juga halal tentunya. Ketiga,  pakai angkot memang bisa sih ngirit ketimbang naik taksi, tapi dijamin nggak efektif dalam hal waktu. Soalnya, sopir angkot di Bandung itu terkenal Raja Ngetem. ah, saran saya mah ya pakai sepeda motor. Apalagi di Bandung banyak jalan satu arah dan jalan tikus. 
Okay, kebetulan saya baru punya Yamaha Fino nih. Joknya aja masih diplastikin. Apa? Mau ikut? Bayar!


Yuk, keliling Bandung dengan duit Goban.
Oke deh, sambil siap-siap, saya ceritakan dulu ya alasan saya memilih Yamaha Fino. Gini ya, sekarang tuh orang lagi senang banget CLBK alias Cinta Lama Bersemi Kembali. Nah, saya sebagai orang yang lahir dari era skuter, pengen banget nyicipin skuter lagi dengan polesan sedikit modern. Nah, Yamaha Fino mewakili banget keinginan saya ini.  Lagian, seru banget kalo kita keliling Bandung menikmati wisata sejarahnya sambil pake kendaraan yang desainnya retro kayak Yamaha Fino ini.
Sekarang kita isi bensin dulu, yuk. Walaupun tankinya bisa memuat 4,1 liter nggak usah full tank kok. Soalnya kan Yamaha Fino ini irit. Jadi cukuplah diisi 2 liter dulu. Cling! Saldo saya berkurang menjadi Rp.37.000,-
Karena masih pagi, ayo kita ke GOR Saparua di Jalan Ambon. Kita mulai wisata sejarah kita sambil jogging di sana. Pasalnya, sekitar lapangan Saparua banyak bangunan bersejarah yang bisa kita lihat. Misalnya saja Markas Kodiklat TNI AD yang menempati bangunan bersejarah terkait dengan perkembangan kota Bandung. 


Kalau di Batavia ada Pasar Gambir, di Bandung ternyata ada Jaarbeurs atau Annual Trade Fair. Acara ini mulai diadakan pada tahun 1920 pada bulan Juni sampai Juli atas prakarasa Comite tot Behartiging van Bandoeng's Belangen (Komite guna mengurus kota Bandung) yang pada tahun 1920 berubah namanya menjadi Bandoeng Vooruit (Bandung maju). Dari tahun 1920 sampai 1924 Jaarbeurs dilaksanakan di kawasan  GOR Saparua.

Baru pada tahun 1925 gedung utama Jaarbeurs di Menadostraat 50 (kini  Jalan  Aceh) didirikan oleh kontraktor G.J. Bel berdasarkan karya arsitek C.P. Wolff Schoemaker (1882-1949). Acara bursa dagang tahunan ini berakhir pada tahun 1941 karena pada tahun 1942 Jepang keburu masuk Indonesia


Ada yang unik dari bangunan bersejarah itu, yakni kita bisa melihat patung tiga pria bugil. Pada masa orde baru, tiga patung itu pernah ditutup papan lho. Mungkin dianggap tabu.

Patung Tiga Pria Bugil



GOR Saparua sendiri pada era 1990 terkenal sebagai tempat manggung konser musik metal. Belum disebut band metal kalau belum pernah manggung di GOR Saparua. Sekarang dikhususkan buat olahraga. Buat saya, olahraga pagi itu penting sebelum keliling Bandung. Lagian, buat yang masih jomblo bisa cari gebetan yang sehat dan bugar di sini. 
Aneka kegiatan olahraga yang bisa dilakukan di Gor SaparuaHabis olahraga 1-2 jam pengin sarapan? Okay kita bayar parkir dulu Rp1000 ya sebelum meninggalkan GOR Saparua. Cling! Saldo menjadi Rp36.000. 
Saya akan mengajak ke kuliner bersejarah di GOR KONI Padjadjaran. Namanya Cakwe Lie Tjay Tat. Dari GOR Saparua hanya menempuh waktu 15 menit kurang dengan Yamaha Fino. Cakwe ini Cakwe Lie Tjay sangat terkenal di Bandung karena sudah berdiri sejak 1934 di Pasar Baru, Bandung. Paling maknyus saat kita makan sambil dicocol ke saus masam yang khas. Kalo teh tawarnya tentu saja bisa kita minta gratis. Cling! Saldo berkurang Rp.8000 menjadi Rp 28.000. Dikurangi lagi parkir Rp.1000. menjadi Rp.27.000.


Kedai Cakwe Lie Tjay Tat di GOR Padjadjaran selalu ramai. (dokpri)

Nah, sekarang yok kita telusuri Jalan Braga. Kurang 10 menit dari GOR KONI Padjadjaran kita bisa mencapai Jalan Braga yang kanan kiri jalannya dipenuhi bangunan tua. Sebaiknya kita parkir motor di dekat reruntuhan Sarinah saja, lalu jalan kaki biar bisa foto-foto.


Sayap timur Gedung Merdeka, tempat penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika



Toko kue dan roti Sumber Hidangan berdiri sejak 1929. 


New Majestic, bioskop pertama di Bandung
Display lukisan di pinggir Jalan Braga

Jika beruntung bisa membuat foto dengan latar seperti di Eropa
Jalan Braga menyimpan sejarah panjang kota Bandung. Salah satu yang terpenting di saan ada Gedung Merdeka tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika. Kita bisa masuk ke museum tanpa bayar. Di Jalan Braga sendiri kita bisa melihat banyak bangunan peninggalan Belanda. itu sebabnya jalan ini begitu terkenal dan sering dijadikan latar untuk pemotretan. dari foto narsis sampai pre-wedding.
Tanpa terasa waktu shalat dhuhur hampir tiba. Yuk kita shalat di Masjid  Raya Bandung yang juga bersejarah. Letaknya masih satu area dengan Jalan Braga, jadi kita simpan saja Yamaha Fino di sana, biar nggak bayar parkir lagi.
Masjid Raya Bandung
Sehabis shalat, bisa buka internet pake Wifi gratis lho.
Kubah terbaru

Bisa melihat sekeliling Bandung dari menara.
Masjid ini didirikan pada 1812 bersamaan dipindahkannya pusat kota Bandung dari Krapyak, sekitar sepuluh kilometer selatan kota Bandung ke pusat kota sekarang. Awalnya dibangun dengan bentuk bangunan panggung tradisional yang sederhana, bertiang kayu, berdinding anyaman bambu, beratap rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhlu.
Menjelang konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, Masjid Agung Bandung mengalami renovasi besar-besaran. Atas rancangan Presiden Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total diantaranya kubah dari sebelumnya berbentuk “nyungcung” menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang. Keberadaan Masjid Agung Bandung yang baru waktu itu digunakan untuk shalat para tamu peserta Konferensi Asia Afrika.
Kubah berbentuk bawang hanya bertahan sekitar 15 tahun. Setelah mengalami kerusakan akibat tertiup angin kencang dan pernah diperbaiki pada tahun 1967, kemudian kubah bawang diganti dengan bentuk bukan bawang lagi pada 1970.
Pada 1973, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai masjid semakin diperluas dan dibuat bertingkat, atap kubah masjid dibuat berbentuk Joglo.

Perubahan total terjadi lagi pada tahun 2001, dan selesai pada 13 Januari 2006, bersamaan dengan pergantian nama dari Masjid Agung Bandung menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat serta menyandang predikat sebagai masjid provinsi, namun masyarakat Bandung kebanyakan masih menyebutnya sebagai Masjid Agung Bandung.
Usai shalat  ada baiknya menaiki menara di sebelah utara dengan tarif naik lift Rp3000 untuk dewasa.

Dari menara masjid saya bisa melihat sekeliling Bandung, walau sebagian terhalangi gedung bertingkat di sekitar masjid. Jika cuaca cerah, cukup banyak dan jauh yang bisa kita lihat. 

Sekarang kita cari makan siang dulu yuk. Duit sudah berkurang Rp.1000 untuk parkir dan Rp3000 naik menara masjid. Jadi tinggal Rp23.000

Isi bensin dulu 1 liter lagi Rp.6.500. Maka sisa saldo menjadi Rp16.500.
Bu Eni penjualan warung nasi Barokah bisa membiayai anaknya 
sampai kuliah. 


Mau makanan yang murah meriah? Cari saja makanan kaki lima di Bandung.  Salah satunya seperti Warung Barokah milik Bu Eni ini lho. Dengan Rp10.000 aja kita bisa makan segala macam sampai kenyang. Makanannya juga klasik. Minumnya gratis. 

Habis kenyang makan, kita teruskan yuk wisata sejarah di Bandung. Hampir semua museum di Bandung gratis. Ada Museum Geologi, Museum Pos, dan sebagainya. Jadi kita bisa menikmati sepuas-puasnya.Haus? Beli minuman dalam botol Rp3000.

Nah, masih ada sisa Rp.3500 kan. Ngggg, kasih tau ga ya? soalnya kan nggak enak bilang-bilang tadi uang itu udah dimasukkan ke kencleng masjid.

Cukup kan uang Rp.50.000 untuk wisata sejarah di Bandung? Kalo nggak percaya coba aja deh. Dan jangan lupa shalat dan sedekah ya buat yang muslim/muslimah.Soalnya, seringkali dapat mukjizat yang nggak kita kira lho. Misalnya mendadak ketemu teman dan ditraktir makan, atau parkir nggak bayar karena belum datang tukang parkirnya. Oh iya, dilihat juga video ini ya. Siapa tahu dapat ide yang lebih gokil.




Foto-foto: Benny Rhamdani
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 26, 2014 22:24

May 25, 2014

Apa Pentingnya 'Book Signing' sih?

Pidi Baiq menjalani ritual book signing untuk ratusan penggemarnya
 saat launching novel terbarunya Dilan.


Book signing  merupakan aktivitas pembubuhan tanda tangan ke halaman sebuah buku oleh penulisnya. Book signing biasanya dilakukan pada acara peluncuran buku ataupun kegiatan promosi buku di  toko buku atau perpustakaan.Biasanya seorang penulis duduk untuk membubuhkan tandatangannya pada periode tertentu.
Penandatanganan buku populer lantaran tanda tangan penulis meningkatkan nilai buku tersebut, terutama untuk kolektor buku . Penulis dapat menambahkan pesan singkat kepada pembaca , yang disebut dedikasi , untuk setiap buku . Tentunya, dedikasi itu bisa bersifat personal dengan menyertakan nama pemilik buku.  Bagi beberapa kolektor, tanda tangan penulis saja tanpa dedikasi sering dianggap lebih berharga.
Banyak penulis saat ini menghabiskan banyak waktu untuk  book sigining. James Ellroy  pernah menandatangai sebanyak 65.000 eksemplar  cetakan pertama bukunya My Dark Places (1996)
Acara book signing memungkinkan penulis untuk berhubungan dengan fans mereka . Bagi penggemar,  juga memberikan kesempatan untuk melihat dan bertemu penulis favoritnya. Juga, tentunya bertanya langsung hal-hal yang ingin mereka ketahui. Untuk mendongkrak promosi buku, sebaiknya acara book sigining secara waktu. Misal, sebaiknya dibatasi pada satu bulan pertama saja.
Tanda tangan Jostein Gaarder di buku Dunia Sophie menjadi koleksi pribadi saya

Bagi saya pribadi, memiliki buku dengan tanda tangan penulis menjadikan keinginan saya untuk merawat buku itu dengan lebih baik menjadi semakin besar. Karena saya memiliki kisah lain dibalik buku itu, selain konten bukunya.
Saya pun mulai mengajarkan anak saya untuk berburu tanda tangan penulis dari koleksi buku-bukunya. Hal ini ternyata menambah kecintaannya untuk membaca dan mengoleksi buku.
Karena saya penulis, ada beberapa hal yang saya ingin bagikan kepada para penulis, terutama pemula perihal penting seputar book signing ini.
Bawa Pulpen. Bawalah pulpen atau alat tulis lainnya sendiri ketika akan digelar acara launching buku atau acara berhubungan dengan buku kita atau kegiatan kepenulisan. Usahakan membawa pulpen cadangan, khawatir pulpen yang dipakai hilang atau diminta juga oleh penggemar kita.
Berwarna. Ketimbang pulpen berwarna hitam, sebaiknya bawa pulpen berwarna. Dengan begitu tanda tangan itu akan terlihat lebih mencolok ketimbang tinta cetak pada buku itu. Pulpen warna juga berkesan lebih manual karena pulpen hitam hampir seperti tanda tangan digital. Pilihlah warna favorit kita atau yang senada dengan warna dominan pada kaver buku.
Permanen. Gunakan pulpen dengan tinta permanen. Pastikan dengan melihat label produknya. Sebab tak jarang pulpen yang dipakai mudah pudar atau gampang terhapus jika dibubuhkan pada jenis kertas tertentu yang tak menyerap tinta.
Tanda Tangan Beda. Jangan samakan tanda tangan untuk kepentingan book sigining dengan tanda tangan resmi. Hal ini untuk menghindari terjadinya peniruan. Latih terus tanda tangan untuk penggemar dengan baik dan cepat.
Tiga kata. Siapkan beberapa kalimat dengan panjang tiga kata untuk ditulis beserta tanda tangan. Semisal: Semoga suka bukunya, Trims sudah memilih, Happy reading, friend dan lain-lain.

Nama Pemilik. Pastikan menulis nama pemilik buku dengan benar. Mintalah mereka menuliskan nama mereka sendiri di kertas  post-it sebelumnya.

Mei 2014, Cipamokolan, Bandung.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 25, 2014 22:04

May 13, 2014

May 12, 2014

Meningkatkan Keterampilan Menulis Sang Buah Hati



Keterampilan menulis (kreatif), seperti yang sudah diteliti banyak pakar, memiliki segudang manfaat bagi individu yang bersangkutan. Saya tidak pernah mendengar  penelitian tentang dampak negatif keterampilan menulis. Itu sebabnya, sangat disarankan keterampilan menulis dibekalkan kepada anak-anak, terutama di bangku sekolah dasar.
Keterampilan menulis ini bisa dirasakan manfaatnya oleh anak-anak pada saat itu pula, maupun saat dia beranjak rema dan dewasa sekalipun. Apalagi hampir semua kegiatan akademis selalu berhubungan dengan kegiatan menulis, seperti mengarang, menulis essay, menulis skripsi, dan lain sebagainya. Di luar pendidikan formal, keterampilan menulis bisa dipakai untuk ngeblog, mengisi buku diary, atau menulis pesan ke seseorang.
Sayangnya, pendidikan keterampilan menulis ini tidak banyak diberikan di bangku sekolah. Hanya selingan di mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berbeda dengan sekolah-sekolah di negara maju, yang memberi bekal keterampilan menulis begitu padat.
Beberapa sekolah yang tahu kegunaan keterampilan menulis untuk siswanya, akhirnya memutuskan untuk membuat kegiatan ekstra kurikuler penulisan kreatif. Hingga saat ini, saya mendengar banyak sekolah-sekolah favorit mengadakan kegiatan ekskul tersebut. Bahkan pengajarnya adalah diambil dari praktisi, bukan guru pelajaran sekolah.
Bagaimana yang tidak ada ekskul tersebut? Sudah seharusnya, tanpa beralasan lagi, orangtua yang harus turun tangan langsung. Orangtua bisa membawa buah hatinya ke sanggar-sanggar dengan pendidikan keterampilan menulis, atau jika sulit menemukannya, ya orangtua sendiri yang turun tangan. Tidak usah panik. Saya akan sajikan beberapa langkahnya.
Membangun Keluarga Suka Membaca


Anak akan meniru orang di sekitarnya. Termasuk kebiasaan membaca. Jika orangtuanya tidak suka membaca, jangan paksakan anaknya akan suka membaca.  Karena itulah orangtua harus jadi panutan yang baik dalam budaya membaca di keluarga. Orangtua jangan membaca terpisah dari anak-anak. Perlihatkan bahwa orangtua selalu menyediakan waktu untuk membaca. Bahkan jika orangtua tidak suka membaca, dia bisa bersikap pura-pura membaca buku selama setangah jam di dekat anak-anaknya.�Sediakan buku bacaan untuk anak. Usahakan yang disukai anak-anak. Bila anak susah membaca, carilah tema yang disukainya. Misalnya anak suka sepakbola, belikan buku-buku tentang sepakbola.Jangan lupa untuk me�luangkan waktu untuk ikut membaca buku yang anak baca. Dengan begitu, orangtua bisa berdiskusi dengan anak, baik tentang cerita, sampul buku, maupun tentang pengarangnya.

Bermain Kata
Untuk meningkatkan keterampilan menulis, anak harus kaya kosakata. Membaca adalah salah satu cara yang manjur. Tapi banyak cara lain yang bisa dilakukan sambil bermain-main, misalnya �melalui permainan scrable, teka-teki silang, atau puzzle kata.
Saya sendiri biasanya melakukan permainan kata saat dalam perjalanan dengan main tebak-tebakan lawan kata maupun sinonim. Terkadang juga saya main berbalas pantun-pantun jenaka. Apapun yang dilakukan sambil bemain, akan membuat anak bahagia dan tidak mengira dia sedang belajar ’sesuatu’.
Sediakan Fasilitas
Seperti keterampilan lainnya, tentu membutuhkan tempat dan fasilitas. Jika anak ingin semakin berkembang kemampuan menulisnya, sediakan tempat agar anak bisa berkreasi dengan kemampuan menulisnya. Jauhkan tempat itu dari dari televisi agar buah hati bisa tetap fokus saat berkarya.
Sediakan fasilitas lain seperti alat tulis manual dan komputer. Saat ini komputer bukan agi barang mewah, sehingga orangtua bisa mengupayakannya untuk sang anak. �Simpan di dekatnya buku-buku referensi untuk menulis, termasuk kamus (KBBI) dan ensiklopedi.
Disiplin
��Cara terbaik untuk meningkatkan keterampilan menulis, tidak peduli usia penulis adalah melalui latihan yang teratur. Bantulah anak mengatur waktu agar mengimbangi waktu untuk menulis dengan waktu belajar materi sekolah. �Disiplin bisa dimulai dengan membuat jurnal harian.Usahakan agar anak menulis setiap hari, walaupun tidak harus sama secara kuantitas. Aak bisa menulis lebih panjang dan lama di akhir pekan. Dengan agenda ini, orangtua harus bijak menysuaikan waktu acara keluarga agar anak tetap disiplin menulis.
Menyusun Proyek
�Tantanglah anak membuat sebuah proyek jangka pendek. Semisal, mengisi blognya selama sebulan tanpa berhenti. Jika berhasil diberi reward mingguan dan bulanan.�Contoh lain adalah yang dilakukan orangtua penulis pionir KKPK Izzati yang mendapat tugas meresensi buku setiap selesai membaca satu buku. Stiap meresensi Izzati akan mendapat hadiah buku baru. Selain bisa mengatur keungan untuk membeli buku, anak juga dilatih menulis dan menangkap keungggulan buku yang dibacanya.
Menulis Bersama
�Jangan harapkan anak disiplin menulis, sementara orangtua tidak ikut menulis. Berdasarkan pengalaman saya, anak yang orangtuanya juga menulis berkembang jauh lebih pesat ketimbang yang orangtuanya tidak menulis juga. Karena itu, bBuatlah rencana menulis bersama. Semisal, dengan membuat blog keluarga.
Menilai Progres

�Cobalah untuk mengevaluasi perkembangan keterampial menulisnya. Saat berdiskusi dengan anak-anak, berikan penilaian atas karyanya. Benahi kekurangannya, jangan lupa memuji kemajuannya.
�Bisa melibatkan guru di sekolahnya untuk penilaian. Tak jarang saya menemukan anak yang lebih percaya kepada gurunya untuk menilai kemampuan menulisnya.
Tingkatkan Target
�Setelah minat anak tumbuh, terus tingkatkan kemampuannya. Ajaklah anak ke pameran buku, toko buku dan acara launching buku anak agar motivasinya terus menyala. Dengan melihat langsung penulis cilik yang melaunching bukunya, si anak akan merasa ‘cemburu’ sehingga motivasinya akan terbakar. Begitu pula bila ke toko buku dan melihat anak-anak seusianya sudah menerbitkan buku.
�Gabunglah dengan komunitas penulis cilik. Karena anak akan banyak mendapat amsukan dari sesama usinya. Pelajaran dari teman sebaya terkadang lebih efektif untuk mempercepat progres kemampuan menulisnya.
Setelah menulis untuk lingkungan terbatas, Pancing keinginannya agar karyanya mau dipublikasikan lebih luas. Baik ke media cetak maupun penerbitan buku.
Sekadar tambahan, ini poin-poin yang harus diingat juga:
1.Membiarkan anak membaca buku yang bukan untuk usianya tanpa diskusi.2.Memancing ide anak, bukan memaksakan menulis ide Anda.3.Mengedit tulisan anak tanpa mendiskusikannya lebih dulu.4.Membiarkan atau malah meminta anak menjiplak karya orang lain.5.Menyepelekan karya tulis anak secara verbal maupun nonverbal.
selamat mencoba.
***
Materi ini disampaikan pada Seminar  di SDIT Aulady Serpong, Sabtu, 5 April 2014.
Untuk penyemangat menulis ikuti saja kultwit saya setiap hari di@bennytopmodel
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 12, 2014 22:57

Buku 'Republished' Apa itu?




Jangan pernah heran ketika ke toko buku melihat sebuah buku dalam format ‘soft cover‘ padahal beberapa bulan sebelumnya buku dengan judul yang sama telah terbit dalam format ‘hard cover‘. Jangan juga bingung ketika tiga tahun lalu kita membeli buku X dengan  ilustrasi kaver warna biru, lalu tahun ini buku berjudul X itu terbit lagi dengan  kaver warna hitam.
Dalam dunia penerbitan buku, hal-hal semacam itu disebut ‘republished’.  Intinya, republished adalah upaya menerbitkan ulang sebuah buku dengan format yang berbeda dari terbitan terdahulu. Bahkan, terkadang berbeda penerbit pula.
Ada beberapa alasan sebuah penerbit melakukan republished, antara lain;
Trend. Tiba-tiba saja muncul sebuah  tren  sebuah genre di pasar buku yang menggairahkan pemasaran. Katakan saja, trend genre buku fiksi islami. Akhirnya, para penerbit berusaha mengejar trend tersebut. Karena yang namanya trend terkadang waktunya singkat, maka penerbit pun melakukan langkah cepat yakni mencari stok naskah yang pernah terbit sesuai trend. Dalam hal ini penerbit yang berumur lebih beruntung ketimbang penerbit baru karena memiliki stock naskah lebih banyak. Konten pun biasanya sudah tergarap dengan baik. Namun penerbit baru masih ada peluang dengan menghubungi penulis karena siapa tahu hak terbit judul yang sesuai trend tersebut sudah habis. Bagi penulis tentunya ini menguntungkan, karena naskahnya yang sudah ‘tergeletak’ bisa mendatangkan uang kembali.
Penulis Membuat Hit.  Seorang penulis yang sudah malang melintang di dunia penerbitan tiba-tiba namanya meroket karena buku baru yang diluncurkannya. Semua orang memuja karyanya dan ingin terus membaca karyanya. Padahal, penulis itu sudah punya beberapa judul buku yang sudah diterbitkan. Karena penulisnya sedang digemari, biasanya penerbit akan mengeksploitasi terus karya penulis tersebut. Termasuk dengan republished karya-karya lamanya. Tentu saja kaver dan formatnya diubah menyesuaikan dengan desain buku terbarunya yang laris.
Pernah Laris. Sebuah buku yang pernah menyandang predikat best seller dapat diprediksi dengan mudah akan di-republished pada tahun-tahun berikutnya. Baik fiksi maupun non-fiksi punya peluang yang sama. Buku fiksi biasanya yang bernilai sastra, sedangkan non-fiksi umumnya buku pemikiran maupun referensial.
Public Domain. Kecenderungan lain penerbit adalah mengambil naskah-naskahpublic domain untuk di-republished karena akan mengurangi biaya produksi. Penerbit tak perlu membayar royalti kepada penulis, terkadang tak perlu juga mengeluarkan biaya promosi terlalu besar karena naskah public domain yang diambilnya cenderung sudah populer di kepala masyarakat. Ambil contoh karya-karya Shakespeare.
Penasaran. Ada juga penerbit yang me-republished buku karena penasaran. Edisi pertamanya buku tersebut tidak laku. Padahal semua internal penerbitan yakin buku tersebut akan laku karena edisi luar negerinya sukses. Setelah dievaluasi, akhirnya penerbit yakin kesalahan tersebut adalah pada kaver. Beberapa bulan kemudian buku tersebut dirilis ulang dengan kaver yang berbeda sama sekali. Hasilnya? Menurut pengamatan saya ada beberapa yang berhasil. Contohnya adalah versi bahasa Indonesia buku The Kite Runner.
Poster film. Biasanya, ketika sebuah buku laris diangkat ke film, pihak penerbit akan menerbitkan ulang dengan cover poster film. Mengapa? Karena akan saling mendukung promosi. Poster film di toko buku akan menggiring konsumen ke bioskop, begitu juga sebaliknya.
Tentunya masih banyak alasan lain dari sebuah penerbit untuk me-republished. Terkadang alasan itu bisa saja datang dari penulisnya. Ada beberapa aturan main yang harus diperhatikan penerbit saat me-republish sebuah buku. Salah satunya yang penting adalah bila ada perubahan di luar format, misalnya judul dan  penambahan konten, maka penerbit harus memberi disclaimer yang terbaca oleh pembeli. Jangan sampai pembeli terkecoh mengira buku itu terbitan pertama, padahal dia sudah memilikinya di rumah hanya karena judul yang diubah.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 12, 2014 22:45

Empat Alasan ke Inacraft




Pernah ke Inacraft?
Sebagai praktisi di dunia perbukuan yang menuntut ide-ide kreatif segar, saya senantiasa mendapat semangat baru setiap kali menginjak ajang pameran  yang diselenggarakan oleh Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) itu. Ada beberapa hal yang saya catat dari Inacraft 2014, yang mendorong saya untuk kembali datang ke perhelatan Inacraft 2015 nanti.


Wirausahawan Muda. Jika pada pameran awal-awal Inacraft lebih banyak stand yang ditongkrongi bapak-bapak dan ibu-ibu, kali ini saya menemukan beberapa stand yang digagas dan ditongkrongi anak muda. Sebut saja salah satunya stand I Wear Banana. Produk-produk yang dijajakan juga selera anak muda, mulai dari sepatu, t-shirt, hingga tas jinjing. Sebagai wirausahawan muda, mereka tentu punya cara yang gaul untuk mendesain stand mereka. Bahkan, ada gimmick menarik untuk pengunjung yang membeli produk mereka, yakni diberikan pisang gratis. Saya berharap untuk tahun ke depan, diberi blok khusus untuk para wirausahawan muda di ajang Inacraft. Dengan kehadiran mereka, segmen pengunjung bisa diperluas dan juga turut mengembangkan minat wirausaha di kalangan anak muda.

Ramah Anak dan Pria. Mayoritas pengunjung Inacraft 2014 yang saya lihat masih ibu-ibu, muda maupun senior. Saya berharap tahun-tahun berikutnya pameran ini bisa dijadikan ajang pameran untuk dikunjungi keluarga.  Saat ini pun sudah ada upaya ke arah sana. Misalnya, dengan hadirnya stand-stand yang menyajikan produk untuk anak, mulai dari mainan anak hingga perlennkapan sekolah. Bahkan, di lantai bawah disediakan ruangan workshop mini untuk anak-anak yang ingin belajar kerajinan tangan. Bagaimana dengan sang bapak/suami? Walaupun produk kerajinan khusus pria masih terbatas, tapi saya lihat stand-stand batu alam banyak diminati. Saya berharap nantinya ada stand kerajinan senapan angin dari Cipacing peralatan mancing, dan kerajinan berdasarkan hobi kaum pria lainnya.

Harga Ramah. Jangan heran bila di Inacraft 2014 menemukan produk dengan harga lebih dari tujuh digit. Bahkan Inacraft sering diangap hanya cocok untuk kalangan atas dan ekspatriat. Bisa saya maklumi jika banyak stand berusaha menjajakan produk mahal lantaran biaya sewa stand seluas 9 meter itu pada 2011 saja sudah Rp13 juta. Jadi mereka harus bisa menebus uang sewa stand selama 23 - 27 April 2014. Tapi jangan khawatir, saya masih bisa menemukan barang-barang seharga Rp5.000 seperti magnet kulkas. Bahkan beberapa teman berhasil memborong kerudung cantik dengan harga di bawah Rp.100.000. Kalau memang dirasa overpriced mungkin bisa membelinya ke outlet mereka di luar pameran. Makanya, jangan lupa mengambilbussiness card atau katalog mereka. Tips lain adalah datang saat menjelang penutupan. Biasanya, ada sale besar-besaran di banyak stand.


Variasi Produk. Yang membedakan produk massal/pabrik dan kerajinan tangan adalah sentuhan seni. Itulah nilai kepuasan lain yang saya temukan dengan menghadiri Inacraft. Dan di Inacraft 2014 ini makin bervariasi. Yang tradisional, seperti karya  tenun daerah masih banyak ditemui. Yang modern juga tak kalah menarik. Atau kombinasi tradisional dan modern. Pecinta berbagai seni bisa terpuaskan, dari lukis sampai ukir. Dan saya pikir, Indonesia sangat kaya dengan ragam seni unik. Tak heran bila di Inacraft ini banyak berseliweran ekspatriat dari Eropa, Amerika, dan Asia timur. Bahkan bila sampai seluruh stand  di Inacraft ini dibawa pameran ke luar negeri, pasti akan menyita banyak perhatian dunia.  Di Inacraft 2014 saya juga menemukan stand dari Iran di luar stand-stand produk nasional. Artinya, ajang ini juga diminati produsen kerajinan luar negeri.


Tentu saja di luar kelebihan di atas, masih ada yang mengganjal di mata saya. Misalnya saja, desain stand dari daerah (pemda dan pemkot) yang dari tahun ke tahun begitu-begitu saja. Satu-satunya yang mengesankan saya adalah paviliun Jawa Tengah. Selebihnya, seperti layaknya bazar kerajinan di tingkat provinsi. Padahal ini ajang nasional dengan pengunjung Internasional. Yang menyebalkan adalah seolah ada kewajiban untuk memajang foto pemimpin daerah/kota di setiap stand mereka. Apakah foto itu ikutan dijual? Lainnya, adalah soal kebersihan yang menurut saya belum sepenuhnya dijaga pengunjung. Padahal tempatnya sudah jelas keren. Tapi tetap saja budaya menjaga kebersihan sangat kurang.



1290 Stand
Pameran kerajinan terbesar di Indonesia Inacraft 2014 dibuka secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga didampingi Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Rabu (23/4).Inacraft   diikuti sekitar 1.600 peserta dengan 1.290 stand yang tersedia. Barang-barang kerajinan yang dipamerkan antara lain berbagai bentuk kerajinan tekstil, seperti batik, tenun, bordir, ikat dari berbagai daerah di Indonesia. Ada juga berbagai furnitur unik khas daerah Indonesia, seperti Lombok, NTB dan lain-lain. Di antaranya kerajinan berupa patung, ukiran kayu, dan kaca patri. Bisa juga ditemukan aneka perhiasan dari mutiara, emas, perak, batuan permata dan lainnya.
Pengunjung diberlakukan tiket masuk Rp 20 ribu/orang. Namun bagi anak-anak dan orang tua yang sudah berusia 60 tahun ke atas, tidak dipungut bayaran dan cukup menunjukan KTP di pintu masuk.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 12, 2014 22:42

Benny Rhamdani's Blog

Benny Rhamdani
Benny Rhamdani isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Benny Rhamdani's blog with rss.