Benny Rhamdani's Blog, page 42
May 11, 2014
Mencicipi Minuman Pilihan Cafe de Fino di d'Lumboenk

Gerimis mulai jatuh ketika siang itu saya menjejakkan kaki di Jalan Cieumbeuleuit, Bandung. Bergegas saya menyeberangi jalan menuju d 'Lumboenk Cafe Bar & Resto karena dari arah Cihampelas letaknya berada di kanan jalan.
Begitu masuk, saya langsung disambut lounge dan bar dengan interior bergaya klasik. Mungkin inilah persamaannya dengan Yamaha Fino yang juga bergaya klasik. Ada belasan pengunjung yang menyebar di beberapa sudut yang dindingnya dihiasi tulisan logo Cafe de Fino. Nah, berarti saya tidak salah masuk. Dengan alasan ingin lebih menikmati menu di d'Lumboenk, saya memilih tempat di lantai atas. Hanya ada lima pengunjung yang sedang asyik makan dan chit-chat di balkon cafe yang berdiri 1 Januari 2011 ini.

Seorang waiter datang menyodorkan daftar menu. Saya langsung mencari minuman yang direkomendasikan cafe de Fino. Ada tiga pilihan, dan saya memutuskan memilih chai latte. Chai adalah teh susu dicampur rempah yang merupakan minuman klasik India. Sebagai Bollywood mania, saya sejak dulu memang menggemari minuman satu ini. Untuk makanan saya sengaja mencari makanan yang lebih ringan karena baru dua jam lalu saya brunch. Karena tidak menemukan rekomendasi untuk makanan dari cafe de Fino, akhirnya pilihan saya jatuh ke kudapan klasik volcano risoles.
Sambil menunggu pesanan, seperti biasa saya mengamati atmosfir cafe untuk mengetahui keunikan dibandingkan cafe lainnya. Di lantai atas, berdiri pojok live music yang menganggur. Menurut informasi waiter, biasanya digunakan pada malam hari.
Di lounge dan bar di bawah, saya melihat aneka beberapa tempat duduk yang dikhususkan untuk kongkow bersama teman-teman. Kendati dekat dengan universitas swasta ternama di Bandung, tamu yang saya lihat saat itu justru sedikit yang berusia muda. Mungkin baru di malam hari cafe ini banyak didatangi anak-anak muda.

Saya paling suka tulisan yang ada di pilar berbunyi, "Always believe something wonderful is going to happen". Bisa jadi kalimat penyemangat untuk tamu galau yang datang ke sini.
Ketika saya kembali ke meja, waiter pun mengantarkan pesanan saya. Tidak sabar rasanya ketika melihat volcano risoles yang diplating dengan cantik. Saya pun mulai mengiris risoles dan memasukkan ke mulut. Hmm, enaknya. Risoles dengan isi daging sapi asap dan keju itu membuat saya seperti melayang saking nikmatnya mencicipi ledakan keju dan smooked beef. Rasanya istimewa karena tidak terasa gurih-gurih maksa dengan MSG. Ya, kekhasan menu di d'Lumboenk memang karena semua masakannya di sini tidak memakai bumbu penyedap kimiawi.

Setelah beberapa potong masuk ke perut, saya mulai beralih mencicipi chai latte hangat. Ada brown sugar dan gula putih di sampingnya. Tapi saya tak begiu suka minuman yang terlalu manis. Saya pun meneguknya. Rasanya kurang hanya seteguk. Dua teguk, tiga teguk ... Yaaaa, habis! Saya memang mencatat kekurangan chai latte di d'Lumboenk adalah takarannya yang kecil. Lha, saya biasa minum chai dengan ukuran gelas mug.

Lantaran masih haus, saya memesan cappucinno. Ini minuman lain yang saya suka karena saya pernah ke Italia dan amat menyukainya. Tapi selalama di Italia, saya selalu minum cappucinno hangat. Kali ini saya memesan yang dingin.

Saya terus menghabiskan risoles, termasuk garnis wortelnya. Buat saya, semua yang ada di atas piring berarti bisa dimakan. Dan alhamdulillah, perut saya langsung kenyang. Bersamaan dengan itu cappucinno pun datang dan langsung saya teguk membasahi tenggorokan. Segar! Untuk standar Indonesia, asalkan cappucinno yang dihidangkan bukan dari bungkus sachet instant, bagi saya sudah cukup menyenangkan.
Gerimis siang pun reda. Saya bergegas membayar ke kasir untuk belanjaan saya sekitar Rp60.000-an. Saya puas dengan minuman pilihan cafe de Fino. Terutama chai latte-nya.
***foto-foto Benny Rhamdani
Published on May 11, 2014 18:58
May 9, 2014
Keunggulan Printer Canon PIXMA E400, Irit dan Mudah

Like Father Like Son. Ayah penulis, haruskah anaknya jadi penulis juga? Saya tentunya tidak akan seotoriter itu. Namun demikian saya merasa berkewajiban melatih keterampilan menulis kepada Akhtar (9 tahun). Bahkan sejak tahun lalu, karya tulisnya sudah berhasil menembus media cetak. Bagi saya, apapun profesi pilihannya kelak, tidak ada salahnya jika dibelaki dengan skill menulis.
Salah satu langkah yang saya lakukan untuk menyemangatinya menulis adalah memberikan Akhtar fasilitas menulis, yakni komputer dan tentu saja printer. Printer diperlukan agar Akhtar bisa membaca ulang karyanya di atas kertas, bukan di layar monitor. Sebab, rasanya beda dengan membaca di atas kertas. Apalagi jika dia mendadak ingin membaca karyanya. Dengan adanya naskah yang dicetak, dia tidak perlu lagi mengambil waktu menghidupkan komputernya.
Sejak kehadiran printer Canon PIXMA E400 di rumah, minat Akhtar menulis semakin meningkat. Mulai bangun tidur atau malam selepas belajar, dia langsung menyalakan komputer dan menulis.
“Printernya keren,” kata Akhtar bertambah semangatnya.

Cara mencetak hasil ketikan di komputer sangat mudah dikuasai Akhtar. Kemarin, Akhtar mengerjakan tugas mengarangnya dari sekolah. Dia langsung mengetik ide yang ada di kepalanya. Setelah dirasa rapi ketikannya, Akhtar langsung menyalakan printer PIXMA E400. Tidak lupa Akhtar membuka penutup atas printer dan memasang kertas HVS dengan permukaan cetak menghadap ke depan. Langkah berikutnya, dia langsung mengarahkan kursor komputer ke perintah ‘print’. Dalam beberapa detik, printer Canon tersebut bekerja mencetak karangan Akhtar. Dan …! Akhtar pun memperlihatkan hasil karangannya yang sudah tercetak di kertas.
Dengan adanya printer di rumah, Akhtar tidak perlu lagi minta tolong saya untuk mencetak tugas sekolahnya di kantor saya. Tapi, lantaran saya pelupa berat, sering kali tugas itu telat dikumpulkan. Dia bahkan sudah bisa mencetak foto-foto dirinya.
Karena Akhtar ingin membagi-bagikan tulisannya kepada teman-teman sekelas, dia juga menggandakan ceritanya beberapa halaman. Tidak perlu ke tukang fotocopy, PIXMA E400 juga bisa melakukannya. AKhtar juga pandai menggandakan sendiri tanpa bantuan saya.
Caranya mudah sekali. Setelah menyiapkan kertas, Akhtar kemudian membuka penutup atas printer, lalu meletkkan kertas yang hendak dicopynya. Lantas, tombol pilihan menggandakan dipilih. Ada yang berwarna dan hitam putih. Kali ini cukup hitam putih.
Nah, bagi orangtua yang memiliki anak berbakat menulis, bisa juga meniru langkah saya ini. Termasuk merk printernya juga, kah? Ya, sebab PIXMA E400 ini punya banyak keunggulan. Biar tidak ragu, yuk kenalan dulu dengan printer keluaran baru dari Canon ini.
Seri printer All in One (AIO) terbaru ini mampu memberikan kualitas cetak sempurna dan lebih efisien dalam penggunaan tinta, tepat untuk kebutuhan cetak mencetak dokumen maupun foto. PIXMA E400 merupakan printer baru pelengkap di seri PIXMA Ink Efficient, yang memiliki kapasitas mencetak lebih banyak. Printer ini bisa mencetak hingga 400 halaman dokumen hitam putih dan 300 lembar dokumen warna.
Selain irit penggunaan tinta, PIXMA E400 dilengkapi dengan fitur unik Auto Power ON/OFF sehingga ramah lingkungan dengan konsumsi energi yang lebih sedikit. Fitur ini membuat printer secara otomatis menyala ketika mendeteksi perintah untuk mencetak . Setelah beberapa saat printer tidak melakukan aktivitas, maka akan secara otomatis mati hingga muncul perintah cetak berikutnya. Fitur ini mengurangi konsumsi energi ketika printer tidak sedang mencetak atau memindai. Terbukti Canon PIXMA Ink Efficient, hemat dan hebat.
Bagi yang suka mengedit foto seperti Akhtar, bisa juga berkreasi dengan aplikasi My Image Garden. Aplikasi ini membantu pengguna ngotak-ngatik koleksi foto ke dalam bentuk kolase maupun kalender. Foto-foto tersebut juga bisa dibuat jadi lebih menarik dengan Fun Filter Effects seperti fish eye atau miniatur.
Berapa harga printer Canon PIXMA E400 ini? PT. Datascrip selaku authorized distributor Canon di Indonesia memasarkan PIXMA E400 dengan harga Rp. 875.000,-. Sedangkan harga Kartrid untuk E400 PG-47 (Hitam) dengan harga Rp. 95.000,- dan CL-57 (warna) dengan harga Rp. 175.000,-
Dibandingkan komputer lainnya, terbilang irit operasional. Dan manfaatnya yang besar membuat spirit berkreasi Akhtar makin meningkat. Sebagai orangtua tentu saja saya bangga.
Published on May 09, 2014 00:55
Ada '3Pria Bugil' di Markas Tentara

Minggu pagi, kami sekeluarga membiasakan diri ke Lapangan Saparua, Bandung. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan warga Bandung di sini , mulai dari olahraga, sarapan, cari pasangan, sampai melihat bangunan lama di sekitarnya.
Lapangan Saparua merupakan bagian dari komplek Gelanggang Olahraga Saparua yang berlokasi di Jalan Ambon no 9, Bandung. Bangunan gedung olah raganya sendiri sering dijadikan tempat pertandingan basket dan bulutangkis. Bahkan di era kejayaan musik metal pada tahun 1990-an, dengan kapasitas 4000 penonton, GOR Saparua tidak akan kesepian setiap minggunya oleh penikmat musik cadas.
Saya beserta keluarga biasanya menghabiskan waktu dengan jogging di track atletik. Cukup padat jika ke sana sebelum pukul 08.00. Di bagian tengahnya, terkadang dipakai untuk senam aerobik masal. Ada juga sebagian yang dipakai untuk berlatih sepatu roda, biking BMX, atau 'tetepakan' (latihan bulutangkis).
Pengunjungnya dari anak-anak sampai lansia. Dari pengunjung yang berpostur atletis sampai yang penuh lemak komplet bisa ditemui. Jadi, jangan nggak pede dulu untuk datang ke tempat ini. Sering kali teman-teman yang bertubuh gemuk minder duluan kalo diajak ke sarana olahraga. Woles aja.
Tiga Pria Bugil

Seperti diceritakan di atas, kita bisa melihat bangunan-bangunan lama di sekitar Lapangan Saparua. Salah satunya adalah bangunan yang kini dijadikan markas KODIKLAT TNI AD. Di sanalah kita bisa melihat 'tiga pria bugil' dalam wujud patung.
Siapa tiga pria bugil itu? Kabarnya, tiga patung torso bugil di atas tulisan Jaarbeurs adalah Atlas, tokoh dari mitologi Yunani kuno yang dihukum memanggul langit di pundaknya untuk selamanya. Patung tersebut sempat ditutup beberapa tahun silam. Khawatir mengundang protes warga Bandung yang agamis.
Sementara itu, markas KODIKLAT sendiri merupakan bangunan bersejarah terkait dengan perkembangan kota Bandung. Kalau di Batavia ada Pasar Gambir, di Bandung ternyata juga ada. Namanya Jaarbeurs atau Annual Trade Fair. Acara ini mulai diadakan pada tahun 1920 pada bulan Juni sampai Juli atas prakarasa Comite tot Behartiging van Bandoeng's Belangen (Komite guna mengurus kota Bandung) yang pada tahun 1920 berubah namanya menjadi Bandoeng Vooruit (Bandung maju). Jaarbeurs dibuka oleh Walikota Bandung saat itu - B. Coops yang juga sebagai pemrakarsa. Dari tahun 1920 sampai 1924 Jaarbeurs dilaksanakan di kawasan Gelora Saparua.
Baru pada tahun 1925 gedung utama Jaarbeurs di Menadostraat 50 (kini Jalan Aceh) didirikan oleh kontraktor G.J. Bel berdasarkan karya arsitek C.P. Wolff Schoemaker (1882-1949). Gedung Jaarbeurs bergaya arsitektur Art Deco. Pada masa itu penyelenggaraan Jaarbeurs pada bulan Juni-Juli merupakan titik puncak kemeriahan kota Bandung.
Suasana Jaarbeurs amat meriah. Selain panggung-panggung pertunjukan, juga banyak stand yang menempati bangunan semi permanen untuk mempromosikan berbagai produk industri dan perkebunan dari Bandung. Kegiatan ini sekaligus menjadi promosi pariwisata Bandung saat itu. Pengunjung bukan hanya masyarakat Bandung saja. Bahkan wisatawan dan pengusaha dari daerah lain dan mancanegara banyak yang datang. Sehingga hotel-hotel dan villa-villa di Bandung kebanjiran tamu.
Acara bursa dagang tahunan ini berakhir pada tahun 1941 karena pada tahun 1942 Jepang keburu masuk Indonesia. Bagaimana kalau sekarang dihidupkan kembali?
***Referensi: Semerbak Bunga di Bandung Raya- Haryoto Kunto
Published on May 09, 2014 00:31
May 8, 2014
Khusus Muslim, Hati-hati Makan di Lie Tjay Tat

Pagi itu saya sengaja datang ke kawasan GOR KONI Padjadjaran, Bandung, untuk mencari sekretariat pendaftaran klab basket. Kami berencana memasukkan Akhtar ke sebuah klab basket untuk anak-anak. Tapi belum sempat dengan urusan itu, kami kepincut mampir ke jajaran kedai kuliner di sampaing dan belakang GOR.
Ini bukan pertama kali kami ke sini. Jadi sudah tahu bahwa harga jajanan kulinernya pun sedikit di atas kebanyakan tempat kuliner. Yang berjualan dan pembeli pun mayoritas keturunan Tionghoa. Akhirnya, saya kepincut untuk mencicipi Cakwe Lie Tjay Tat karena kedainya tampak penuh. Saya juga langsung meneteskan air liur ketika melihat pengunjung yang asyik menikmati cakwe.
Selain cakwe, ada beberapa menu pilihan seperti bubur ayam, kwetiaw, bakmi, dan hidangan khas chinese food. Saya langsung memesan bubur ayam, khawatir tidak cukup kenyang hanya makan cakwe. Isteri saya memutuskan memakan bakmi. Sebenarnya saya ingin mengingatkan isteri saya karena tidak ada tulisan halal di kedai tersebut.
Pelayan keburu datang menghampiri. Saat isteri saya berkata ingin bakmi bakso dengan kulit, pelayan itu langsung berkata," Tapi kulitnya ini kulit babi. Nggak apa-apa?"
Tentu saja isteri saya langsung menggelengkan kepala dan membatalkan pesanan. Saya juga heran, mengapa pelayan itu masih bertanya 'nggak apa-apa' sedangkan isteri saya berjilbab.
Akhirnya, isteri saya hanya menyantap cakwe yang dapurnya terpisah dari menu lainnya. Saya sendiri tetap memesan bubur ayam, sebab paling nikmat jika disandingkan dengan cakwe. Cakwe Lie Tjay tat sangat terkenal di Bandung karena sudah berdiri sejak 1934 di Pasar Baru, Bandung. Tentunya yang mengelola saat ini keturunannya.

Published on May 08, 2014 23:59
May 4, 2014
Korban Penipuan Scammer Berseragam Polisi/TNI Enggan Melapor

para scammer untuk menipu dengan modus memakain foto orang lain (catfish).
Belakangan, kian banyak scammerbergentayangan di Facebook dengan foto profil berseragam dinas TNI dan kepolisian. Entah mengapa, modus penipuan ini jauh lebih mudah mendapatkan korban ketimbang dengan foto-foto pria ganteng tak jelas.
Bisa disimpulkan bahwa pria berseragam TNI maupun polisi lebih mudah memincut hati wanita ketimbang sipil. Tampak gagah, walau terkadang dari sisi wajah tak jauh beda dengan kebanyakan orang.
Beberapa korban yang saya temukan curhat di Facebooknya, mengaku terpesona dengan penampilan keren scammer. “Saya senang lihat polisi atau tentara. Pengen sekali punya suami berprofesi tentara atau polisi. Eh, sekalinya kenalan ternyata penipu. Uang saya sampai ludes puluhan juta,” aku seorang buruh migran Indonesia di Hongkong yang minta disembunyikan namanya.
Mawar (sebut saja begitu) mengaku berkenalan di Facebook. Dia sudah waspada sebelumnya. Makanya dia mengawasi dulu Facebook scammer tersebut. Ternyata fotonya tidak hanya satu. Ada foto pria tersebut dengan berpakaian biasa dan dinas. “Sepertinya scammer itu memakai foto orang yang benar-benar polisi di facebook,” ungkap Mawar.
Bahkan Mawar melihat di halaman muka Facebook scammer itu aktif dengan banyaknya percakapan. “Beberapa malah polisi juga,” katanya yang kemudian sadar sepertinya scammer itu bersindikat.
Mawar tak berani melapor ke polisi karena merasa itu kesalahannya sendiri juga. Apalagi dia tidak tahu betul dengan polisi jadi-jadian yang dikenalnya itu. “Saya belum pernah ketemu. Tapi sering telepon-teleponan. Dia minta uang untuk ongkos biaya pendidikan, adiknya menikah, sampai ingin liburan ke Hongkong. Pokoknya saya benar-benar ditipu,” katanya.
Mawar berharap teman-teman wanita berhati-hati dengan orang asing di Facebook. “Jangan terpesona dengan seragam,” tandasnya.
Saat ini, informasi daftar nama dan foto yang sering dijadikan penipuan (catfish) sudah banyak tersebar di Internet. Untuk selalu up-date aktivitas dan modus terbaru scammer bisa pula gabung di https://www.facebook.com/WaspadaPenipu.
Beberapa tips yang harus diwaspadai menghadapi scammer berseragam polisi dan TNI adalah:
1. Ambil foto lalu analisis melalui google image, untuk mengetahui sumber aslinya.
2. Cari tahu tempat dinasnya, lalu coba telepon kantornya untuk mengetahui keaslian. Jangan minta nomor telepon kantornya dari dia.3. Perhatikan teman-teman di Facebooknya. Jika terlalu banyak perempuan atau hal mencurigakan lainnya, segera tinggalkan.4. Hati-hati bila sudah meminta uang.
Intinya memang semua harus waspadai di mana pun berada.
Published on May 04, 2014 21:19
May 3, 2014
Menikmati Menu Istimewa di Potluck Kitchen

Once upon a time but not long ago when there was no rapstars on tv-shows, no moviedeal, commercials ….
Suara kolaborasi Bob Sinclar feat Master Gee & Wonder Mike menyanyikan LaLa Song menyambut aku bersama isteri dan anakku ketika melangkah memasuki Potluck Kitchen di Jalan H Wasid 31, Bandung. Semula agak ragu mengajak anakku yang berusia 9 tahun karena yang aku ingat café ini dulu bernama Potluck Coffee Bar & Library . Adakah makanan yang cocok untuk anak-anak?
Isteriku mengambil tempat yang dianggapnya terang di dekat jendela. Beberapa tempat memang terlihat temaram meskipun di siang hari. Seolah sengaja dibiarkan begitu agar suasan tenang tercipta. Beberapa pengunjung Potluck tampak asik ngobrol, mengerjakan tugas kuliah, dan ada juga yang sedang membuat proyek fotografi.
Aku dan isteriku segera menuju bar. Melihat daftar menu, lalu memilih yang paling cocok untuk disantap untuk anakku.Ternyata banyak pilihan menu yang cocok untuk anak. Mulai dari pasta sampai makanan berat lokal lainnya. Akhirnya, isteri dan anakku memilih pisang bakar keju, chocohazell, dan lemon tea. Aku memilih penganan gurih dengan nama istimewa yang tidak kutemui di cafe lain, yakni Potluck cheese kroket dan hot caputeano.

Sembari menunggu pesanan hadir di meja, aku mengamati interior Potluck yang tampak 'homie'. Sekelebat aku bertanya-tanya tentang nama Potluck yang diberikan kepada café ini. Seingatku, ‘potluck’ adalah kegiatan berkumpul di mana setiap yang datang membawa makanan untuk dinikmati bersama. Di tempat ini, tentunya yang datang tidak diperkenankan membawa makanan dari luar. Mungkin penekanannya lebih kepada makan bersama. Sebab dari jumlah kursi yang mengitari setiap meja lebih dari empat,menyiratkan tempat ini memang untuk makan sambil kumpul bareng.
Karena bangunan awal adalah sebuah rumah, terdapat beberapa ruangan terpisah yang bisa dipakai kumpul bareng di Potluck. Dari yang kecil untuk 6-8 orang, hingga yang bisa menampung lebih dari 10 tamu. Setiap ruang disekat oleh rak-rak buku dan majalah. Suasana inilah yang membuat Potluck tampak nyaman untuk para mahasiswa di area tersebut belajar maupun mengerjakan tugas. Bahkan Potluck menyediakan wifi gratis dengan password yang terpampang di bar. Jadinya, pengunjung bisa berselancar gratis di dunia Internet sambil makan maupun minum. Bahkan tersedia pula ruang mushola yang nyaman.

Suara grup band Behind Sapphire terdengar melantunkan Last Night ketika pesanan kami berdatangan satu per satu. Karena ini konsep makan bareng, kami pun saling berbagi makanan pesanan kami. Aku mencomot pisang bakar keju yang diplating dengan cantik. Benar-benar menggoda. Termasuk di mata anakku.

Pesananku kemudian datang. Aku takjub melihat bentuk kroket yang diplatingdengan cantik. Bahkan isteri dan anakku langsung tergiur untuk mencicipinya. Akhirnya,kami menghabiskan kroket itu bersama-sama. Mau tahu rasanya? Menurutku, ini adalah kroket paling enak yang pernah kumakan. Bahkan isteriku sampai mengorek-ngorek kroket kehijau-hijauan itu untuk mencari tahu bahan-bahannya. Sepintas memang adonan kroket bersampur dengan sayur yang diblender.

(foto dokpri)
Perlahan tapi pasti, pesanan kami akhirnya ludes tanpa sisa. Sebenarnya aku masih ingin menambah dengan menu lainnya. Namun di luar cuaca terlihat sangat mendung. Kami pun bergegas membayar pesanan yang sudah pindah ke perut kami.

Saat itulah aku berkenalan dengan Decil Christianto, owner Potluck Kitchen, dan mengajaknya bercakap sebentar. Menurut Decil, pada tahun 2003 Potluck dibuka dengan sasaran mahasiswa, apalagi posisinya dekat dengan kampus Universitas Padjadjaran. Decil mengatakan, Potluck adalah salah satu pelopor kafe dengan konsep perpustakaan.
"Di sini banyak yang nongkrong sambil mengerjakan tugas. Mungkin lebih enjoy. Sampai kadang malam minggu juga tamu datang dengan membawa makalah. Itulah yang terjadi di Potluck," terang Decil.
Dua tahun terakhir, Potluck sedikit mengalami perubahan. Mulai dari penggantian nama, jumlah makanan diperbanyak dan renovasi untuk memperluas ruangan."Kami sudah memperluas target. Dulu kan Potluck itu identik mahasiswa. Sekarang bisa dikunjungi keluarga," ungkap Decil. Sebagai gimmick, Potluck memiliki berbagai agenda yang menarik untuk pelanggannya. Siapapun bisa membuat acara di sana, seperti peluncuran buku, pameran mainan hingga gelaran musik. “Kegiatan apa saja asalkan positif,” tegas Decil.
Dan salah satunya tentu Review Blog Contest Café de Fino.
Gerimis pun akhirnya jatuh. Aku bergegas meninggalkan Potluck diiringi lagu Trying To Be Cool - Breakbot Remix by Phoenix, seiring janji akan kembali lagi satu hari nanti.

Published on May 03, 2014 07:02
April 20, 2014
Salah Kaprah 'Menulis dengan Hati'

Seseorang memberikan link tulisannya di blog kepada saya. “Tolong dilihat tulisan saya. Menurut saya ini bagus banget. Tapi kenapa banyak yang bilang ini jelek?” katanya.
Saya pun membacanya sekilas. “Ya, tulisan ini jelek. Tidak bisa dimengerti. Tata bahasanya acak-acakan. Kamu harus belajar lagi teknik menulis,” saran saya.
“Buat apa belajar teknik menulis. Saya ini menulis dengan hati. Benar-benar seperti yang ada di hati saya,” dia membela diri.
“Menulis dengan hati itu berbeda dengan menulis seenak hati. Menulis dengan hati itu jauh hebih sulit dari cara mengucapkannya,” jelas saya.
Karena orang itu kepo, saya pun harus menjelaskan beberapa hal terkait dengan menulis dengan hati.
Tata Bahasa. Tentu saja perlu menulis dengan memerhatikan tata bahasa yang baik. Agar pesan yang dituliskan mudah dimengerti pembaca. Beberapa penulis masih menyepelakan hal ini. Bahkan menyusun kalimat sederhana ‘SPOK’ pun masih berantakan. Akibatnya dalam satu paragraf bisa ditemukian tiga subyek sekaligus. Bagaimana tidak membingungkan? Tidak usah sampai menulis kalimat bertingkat dulu. Sekali lagi, pelajari tata bahasa dengan baik, agar kalimat yang ditulis pada akhirnya benar-benar tertata. Belajar tata bahasa juga akan membuat kita mahir menulis secara efisien dan efektif. Sebab sering kali saya masih menemukan tulisan yang bersayap-sayap hingga memusingkan, padahal cukup ditulis dalam satu baris kalimat.
Diksi. Sering kali tulisan itu menjemukan lantaran penulisnya miskin diksi. Penyebab pertama, tentu saja penulisnya malas membaca. Sebab membaca akan memperkaya kosakata. Kedua, penulis itu suka membaca tapi menemukan kesulitan memilih diksi. Ini yang berbahaya. Padahal keasyikan menulis adalah ketika kita mencoba mengotak-atik diksi dan berhasil menemukan yang sesuai. Ini berlaku untuk segela jenis tulisan dan media. Menulis itu memerlukan keberanian hati untuk memilih dan menentukan diksi.
Logika. Pernah membaca tulisan yang tidak nyambung, satu kalimat dengan kalimat berikutnya? Padahal kalimatnya tertata dengan baik. Sebagian lagi, ada yang berusaha membuat kesimpulan ataupun mengaitkan sebab musabab, tapi yang pembacanya pusing sendiri. Tidak jelas itu merupakan deduksi ataukah induksi. Itulah yang terjadi jika menulis seenak hati, tanpa menggunakan akal pikiran. Padahal menulis merupakan pekerjaan intelektual. Asal-asalan berlogika, malah dikira otak kita dangkal.
Rasa. Ini yang tak kalah penting. Menulis tak hanya urusan otak. Menulis juga sedapat mungkin melibatkan panca indera sehingga tulisan bisa terasa ‘hidup’. Menulis perlu juga memepertimbangkan empati dan simpati. Tidak mudah, tapi bisa dilatih dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan mengasah kepiawaian memilih diksi. Dengan melibatkan rasa juga akan mencegah kita menulis hal-hal yang akan melukai pembaca.
Manfaat. Ini yang selalu saya tekankan kepada teman-teman yang belajar menulis. Menulis hendaknya didasari untuk memberikan yang terbaik kepada pembaca. Hal terbaik itu adalah manfaat. Manfaatnya bisa dalam bentuk afeksi, kognisi, hingga behavioral. Syukur bila bisa mengubah dunia. Manfaat paling kecil menurut saya adalah bisa menghibur pembaca.
Mengedit. Saya sendiri kerap alpa mengedit tulisan sebelum dirilis ke publik (blog). Bisa karena tergesa-gesa, mumpung Internet lancar, atau DL lomba. Alhasil, tulisan pun belepotan. Padahal proses mengedit tulisan adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari menulis itu sendiri. Dengan mengedit kita benar-benar bisa meyakinkan hati bahwa semua yang sudah kita tata dalam tulisan adalah baik. Oh iya, jangan malas membuka kamus bahasa. Sekarang sudah tersedia on-line kok.
Saya pun sesungguhnya masih terus belajar menulis dengan baik. Dan di Kompasiana ini, saya menemukan sumur ilmu untuk menjadi penulis yang mampu menulis dengan hati secara benar.
***Cinambo, 17 April 2014
Published on April 20, 2014 18:07
April 19, 2014
Karimun Wagon R, Mobil Super Pilihan Keluarga Indonesia

Bertahun-tahun kami mengumpulkan uang demi memiliki mobil pribadi unuk keluarga. Tapi kebutuhan demi kebutuhan yang harus menjadi prioritas membuat kami harus lebih bersabar memiliki mobil pribadi. Beruntunglah, kini ada mobil Low Cost Green Car ( LCGC) yang lebih terjangkau harganya untuk keluarga dengan penghasilan terbatas seperti kami.
Belum lama ini, kami mendatangi pameran mobil dan mulai memilih mobil yang tidak hanya sesuai budget yang kami miliki, namun juga memiliki kelebihan dibandingkan mobil sejenis. Salah satu mobil pilihan kami adalah Karimun Wagon R.
Saat menelisik Karimun Wagon R kami langsung menangkap kesan SUPER (Spacious, Useful, Practical, Efficient, Reasonable) seperti yang diiklankan. Mengapa demikian?

SPACIOUS. Saat mencoba masuk, saya merasakan interior yang lega dan sangat cocok untuk keluarga karena dapat memuat lima penumpang dewasa. Untuk keluarga kecil seperti kami yang hanya bertiga tentu lebih dari cukup. Kaki saya yang panjang tetap nyaman untuk posisi mengemudi dengan sudut pandang yang luas dan tinggi. Seperti pengalaman, kalau jalanan macet dan jarak mobil yang satu dengan lainnya rapat, sangat penting memiliki sudut pandang yang baik, ke sisi maupun ke depan. Mobil ini juga memiliki bagasi yang bisa diperluas dengan melipat jok belakang untuk menyimpan barang yang lebih panjang. Tentu saja hal ini penting karena setiap keluarga biasanya perlu bagasi luas saat belanja bulanan. Dan jarak bagasi 725 mm dari tanah, membuat saya hemat tenaga saat harus mengangkat belanjaan ke dalam kendaraan.

USEFUL. Desain body yang menurut saya simple, membuat KARIMUN WAGON R akan membantu saya yang bukan pengemudi handal. Setiap akhir pekan saya harus ‘Ternak Teri’ alias Anter Anak isteri, dan sering pusing mencari parkir karena di Bandung selalu padat jika harus berkunjung ke tempat makan, arena wisata, atau area belanja. Dengan mobil ini, nyelap-nyelip di area parkir tidak akan jadi masalah. Dan yang jelas, ukurannya cocok untuk garasi mobil kami yang tak seberapa luas. Malah lebih cukup karena ada ruang untuk kami lewat atau menyimpan sepeda motor.


EFFICIENT. Memilih mobil yang juga penting bagi kami adalah irit bahan bakar dan irit perawatan. Ketimbang buat bolak-balik bengkel, mendingan untuk menambah cantik tampilan. Nah, kelebihan Karimun Wagon R dilengkapi dengan Intake Manifold berbahan plastik yang dapat meminimalisir penguapan bahan bakar dari radiasi mesin dan ditunjang bahan yang terbuat dari plastik sehingga membuat bobot mesin lebih ringan dan menghasilkan bahan bakar yang lebih efisien serta mesin lebih responsif. Selain itu untuk mendapatkan efisiensi bahan bakar yang maksimal, KARIMUN WAGON R dilengkapi dengan Gear Shift Indicator yang memudahkan pengemudi untuk memindahkan gigi perseneling. Penggunaan Metal Timing Chain dimana mesin digerakkan dengan rantai besi yang menekan biaya perawatan yang lebih murah dan tahan lama dibanding berbahan belt karet.

REASONABLE. Sejumlah fitur matap yang dimiliki oleh KARIMUN WAGON R dan harga yang terjangkau membuat mobil ini sungguh lebih dari cukup. Apalagi mobil ini meraih gelar Best LCGC pada Automotif Award 2014. Belum lagi sejumlah testimoni yang kami baca di Internet, membuat kami tidak ragu-ragu lagi memilih KARIMUN WAGON R sebagai pilihan keluarga Indonesia.



Dan bagaimana saya tidak memilih KARIMUN WAGON R karena bisa 'dioprek' sedemikian rupa seperti para pemilik KARIMUN WAGON R berikut ini:



referensi:http://www.suzuki.co.id/cars_prods_karimun_wagon_r.phpFoto-foto capture: www.facebook.com/groups/ SUZUKI KARIMUN WAGON R

Published on April 19, 2014 21:32
March 30, 2014
Inspirasi Kesetiaan bersama Cap Kaki Tiga

Sebagai anak seorang tentara, saya selalu kagum dengan kesetiaan prajurit memegang janjinya terhadap lima butir sumpah prajurit. Saya mengalaminya saat kecil dulu. Begitu Ayah mendapat tugas untuk berjuang ke Vietnam dan Kongo bergabung dengan Pasukan Garuda, maka Ayah harus menunaikan tugasnya.
Padahal Ayah harus meninggalkan aku dan kakakku yang masih kecil. Begitu juga Ibu. Bukan hanya satu atau dua hari, tapi berbulan-bulan.
Aku membayangkan Ibu yang harus menanggung rindu. Masa itu belum ada SMS atau e-mail. Sehingga kabar Ayah tidak bisa diterima setiap saat. Jangankan semenit, bahkan kadang berminggu-minggu tiada kabar. Tapi Ibu percaya sepenuhnya dengan kesetiaan Ayah. Kesetiaan terhadap cinta dan kesetiaan kepada Negara.
Peluh dan keluh senantiasa Ibu sembunyikan dari kami. Sebagai isteri parajurit, Ibu mengasuh kami dengan penuh cinta kasih. Itulah salah satu tanda kesetiaan isteri prajurit kepada suaminya.
Aku pun masih ingat beberapa tugas Ayah sebagai prajurit yang tidak harus melulu berhubungan dengan peperangan. Beberapa kali, Ayah kulihat tidak pulang berhari-hari karena harus apel siaga jika berlangsung kegiatan besar nasional. Kadang Ayah juga harus terjun ke lapangan saat terjadi demonstrasi atau kerusuhan. Itu semua sering membuat saya was-was.
Bahkan ketika Ayah kemudian mengikuti pendidikan miiliter lanjutan, lalu … tidak pernah kembali lagi ke rumah, aku tahu itulah bukti kesetiaan Ayah sebagai prajurit.
Dari sanalah aku banyak mendapat inspirasi kesetiaan. Bahwa setia itu luas. Setia kepada Negara, setia kepada pekerjaan, terlbih kepada keluarga. Meskipun saya bukanlah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia, tetapi inspirasi kesetiaan itu terus melekat dalam langkah saya.
Menemani Isteri Belanja Bulanan
Menurut saya, kesetiaan bukan hanya pada hal-hal besar, seperti menjaga perdamaian dunia. Kesetiaan adalah menjaga janji-janji kita, sekecil apapun janji itu. Apalagi janji tersebut punya makna baik untuk keharmonisan keluarga saya.

Mulanya, memang mengantar isteri belanja bulanan asyik-asyik saja. Lama kelamaan, saya merasakan hal tersebut agak membosankan. Terutama ketika harus bolak-balik membandingkan harga merk satu dan lainnya. Cuman kalau memilih larutan penyegar saja isteri saya tidak pernah tergoda merk lain selain Cap Kaki Tiga Asli. Soalnya, Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga yang paling setia dan memiliki manfaat memerangi panas dalam.
Terkadang saya tergoda untuk menghindari acara mengantar isteri belanja bulanan ini. Beberapa teman di kantor, malah sudah bisa lepas dari ritual tersebut. Namun setelah dipikir-pikir, manfaat mengantar isteri belanja bulanan sangat besar selain karena memegang janji, saat belanja kita akan banyak berdialog untuk menentukan satu pilihan. Bukankah itu suatu bentuk komunikasi yang diusung-usung sebagai kunci sukses pernikahan? Lagi pula, hampir sebagian besar yang dibelanjakan isteri adalah juga untuk kepentingan saya juga. Jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk menghindari rutinitas mengantar isteri belanja bulanan.
Berdasarkan garis hidup Ayah yang hidup dalam waktu singkat itu, saya berpikir, selagi saya masih hidup akan sangat bermakna jika diisi waktu saya dengan banyak mendampingi isteri. Jika waktu hidup saya berakhir, tidak mungkin lagi, kan?
Untuk yang ingin lebih jelas tentang Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga yang 75 tahun setia memberi manfaat, silakan masuk ke:
http://www.capkakitiga.com http://www.facebook.com/kakitigaasli http://www.youtube.com/watch?v=RX0Ch8GmsnA
Published on March 30, 2014 22:28
Pengalaman Menginap di Villa Kembar Dago Bandung

Saya dan tim memilih ruang rapat yang lebih casual, terutama untuk rapat perencanaan produksi yang biasanya butuh tempat yg lebih casual. Agar rapat kami lebih informal dan ide-ide pun berdatangan dengan lancar.
Villa Kembar merupakan dua buah villa berwarna putih yang bersisian. Keduanya memiliki bentuk yang mirip dari luar. Bedanya, salah satunya terdapat kolam renang. Kami pun memilih villa tersebut.


Letaknya yang berada di daerah perbukitan utara kota Bandung sendiri sebenarnya sudah sangat membuat kami nyaman. Apalagi begitu masuk ke dalam villa tersebut. Setelah memarkir mobil, kami harus naik tangga menuju ruang utama. Begitu regol kayu saya buka langsung terlihat kolam renang dan ruang keluarga yang luas. Lengkap dengan dapur kering dan ruang makan. Terdapat satu kamar utama yang luas lengkap dengan kamar mandi.
Di loteng, masih ada dua kamar berukuran sedang dan satu kamar besar lainnya. Untuk peserta rapat di bawah 10 orang, tempat ini cukup representatif.
Karena villa, makanan tentu saja kami harus pesan sendiri. Tidak usah khawatir karena jaraknya yang tak begitu jauh dari kota Bandung, kita bisa memesan makanan apapun untuk diantar.Malam harinya kita bisa memanggil organ tunggal (tanpa penyanyi) untuk mengiringi kami refreshing setelah berkutat rapat.
Published on March 30, 2014 21:15
Benny Rhamdani's Blog
- Benny Rhamdani's profile
- 7 followers
Benny Rhamdani isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.
