Reffi Dhinar's Blog, page 7

April 5, 2023

Melintasi Dua Masa di Georgetown, Penang



Hari kedua perjalanan semi backpacker saya dan Lita berlanjut. Kami berencana terbang dari Singapura ke Penang, Malaysia dengan maskapai Air Asia. Hujan deras mengguyur sekiar The Hive sejak subuh. Saya jadi agak-agak cemas membayangkan kalau kami harus jalan kaki dengan sedikit berlari-lari karena tidak memiliki payung. Uang saku kami juga sangat mepet kalau harus naik taksi lagi.


Syukurlah hujan mulai menjadi gerimis ketika pukul tujuh pagi. Kami harus berjalan kaki sekitar sepuluh menit dari stasiun Boon Keng menuju Changi dengan MRT. Perut saya mulai lapar. Maklum, ini waktunya sarapan apalagi saya yang sudah cukup sehat lambungnya setelah bertahun-tahun GERD cukup akut ini tidak bisa melakukan brunch. Saya hanya bisa makan berat dua kali saat puasa saja, hehe. 


Mata saya terus berkelana mencari restoran kecil atau pedagang kaki lima. Lalu saya ingat, ini, kan Singapura. Saat ke KL pada 2019, saya bisa sarapan roti canai di dekat hotel yang dekat dengan banyak penjaja makanan kaki lima atau tempat makan kecil. Saat saya sampai di Singapura, saya tidak menemukannya. Untungnya, mata saya yang seperti ada magnetnya kalau menemukan makanan hingga menemukan papan KFC. Saya menarik tangan Lita untuk menyeberang sambil menggeret koper kami. 


Kali ini saya dan Lita sudah lebih paham dengan jalur MRT yang pada awalnya membuat kami tersesat dan menghabiskan uang tunai untuk naik Grab Taxi. Bonusnya, sih, memang kami bisa naik mobil mewah. Kalau diingat-ingat lucu juga drama tersesat kami sebelumnya. Saya dan Lita naik MRT dari stasiun Boon Keng menuju Changi.


Beberapa kali ganti jalur, akhirnya kami menuju Stasiun Tanah Merah. Ada bonus lagi. Kami satu gerbong kereta dengan beberapa pemuda bule dan Asia yang super tinggi. Kelihatannya mereka ini anggota militer. Sepanjang perjalanan menuju Changi, saya dan Lita merasa senang karena ada wajah-wajah tampan seperti artis yang bisa dilirik sesekali. Lumayan, penyegaran, hahaha.



Terbang Menuju Pulau Penang

Penerbangan kedua kali ini menuju Pulau Penang atau Pinang. Oya, ada hal yang membuat saya sangat suka dengan sistem bandara Changi. Selain megah dan juga bisa jadi area jalan-jalan kece, sistem cek visanya juga bisa dilakukan mandiri, tanpa perlu petugas imigrasi. Saya takjub dengan prosesnya yang cukup singkat.


Saya dan Lita naik Scoot lagi menuju Penang. Tujuan kami nanti menginap di area Georgetown selama dua hari satu malam. Ya, sebenarnya kami ingin stay lebih lama, tetapi apa daya sebagai sesama budak korporat, saya dan Lita tidak bisa cuti lama-lama. Durasi dari Singapura ke Penang sekitar satu jam. Hampir sama seperti jarak Surabaya-Jakarta.


Ketika pengumuman akan mendarat diperdengarkan, saya kagum melihat pulau modern dengan bangunan-bangunan cantik dikelilingi laut. Cantik banget sampai saya bersyukur dalam hati, "Alhamdulilillah bisa menjadi saksi kebesaran Allah di mana saja."


Saya membeli kartu provider lokal sesampainya di bandara Penang International Airport. Hanya dengan 20 ringgit, saya bisa mendapatkan 15 GB untuk satu minggu. Jauh lebih murah daripada provider yang saya beli di Singapura. Karena besok lusanya saya akan pulang dari Kuala lumpur, maka kartu ini sudah lebih dari cukup. Saya bisa menggunakannya di seluruh wilayah Malaysia. 


In frame sahabat saya, Lita
Sejarah singkat Penang dan Georgetown

Pulau Penang terletak di sebelah Selat Malaka dan Georgetown didirikan sebagai sebuah pelabuhan oleh Francis Light dari East India Company pada tahun 1786. Area pulau ini pun berkembang sebagai pemukiman Inggris pertama di Asia Tenggara hingga tumbuh pesat di awal abad ke-19.


Menurut catatan yang saya baca dari Wikipedia, Jepang sempat menaklukkan kota ini hingga direbut oleh Inggris. Georgetown dinyatakan sebagai kota oleh Ratu Elizabeth II. Pada era modern, Georgetown merupakan pusat seni, budaya, manufaktur, transportasi, pendidikan, kesehatan, dan media yang penting di Malaysia. Kota ini masih menjadi pusat ekonomi Semenanjung Malaysia bagian utara, dan sejak tahun 1970-an, Kawasan Industri Bebas Bayan Lepas, sebuah pusat manufaktur berteknologi tinggi dijuluki sebagai "Sillicon valley di Timur", menjadi pusat industri manufaktur elektronik Malaysia. Georgetown juga dikenal sebagai kota pengobatan.


Memasuki area Armenian Street
Berpetualang di suasana Hongkong 60-an

Dari bandara, saya dan Lita menuju hotel Gerden Inn dengan mengendarai taksi bandara. Harganya sekitar 40 ringgit. Bisa saja, sih, kami naik bus, tetapi melihat rutenya yang sering berhenti, saya mengajak Lita untuk naik taksi saja agar lebih cepat. Kami hanya punya waktu dua hari di Georgetown.


Street Art

Sepanjang perjalanan, saya menikmati lalu lintas Penang yang cukup lancar. Saya tidak mendapati pengendara motor bonceng tiga apalagi sampai empat seperti di Indonesia. Tidak ada pengemudi mobil yang menekan klakson ketika lampu merah lalu lintas menyala. Cukup chill dan rileks suasananya.


Setelah membereskan barang dan bersih-bersih badan di hotel, saya dan Lita ingin pergi ke kawasan street art yang sangat populer bagi kaum wisatawan. Tujuan kami adalah Armenian Street. Sebelum itu, saya ingin membeli suvenir dan membuka Google untuk mencari rekomendasi. Tertera pasar di kawasan Lebuh Cecil. Saya dan Lita berani untuk keliling naik Grab Taksi di Georgetown karena ongkosnya tidak jauh beda dengan Indonesia. Untung kurs Ringgit dan Rupiah tidak semahal Dolar Singapura yang mencapai 11000 per rupiah. 


Harapan saya pupus ketika sampai di Lebuh Cecil. Ternyata itu semacam kawasan pasar tradisional yang baunya kurang ramah buat saya yang memang sangat sensitif di bagian penciuman dan pendengaran. Karena baru saja hujan, aroma sampah dan sayur-sayuran bercampur membuat perut saya mual. Suasana pasarnya juga penuh hiruk-pikuk. Saya tidak bisa makan siang di tempat dengan orang seramai itu dengan aroma khas pasar tradisional yang membuat kepala pusing.



Pemukiman ala Hongkong 60-an

Saya juga tidak menemukan suvenir yang saya maksud. Tidak ada makanan halal di Pasar Lebuh Cecil sehingga saya memesan Grab lagi untuk menuju Armenian Street. Benar saja, saya langsung jatuh cinta dengan kawasan tersebut. Selain mural-mural cantik di Armenian Street, saya juga suka dengan bangunan-bangunan khas yang membawa saya masuk ke film Hongkong 60-an. Saya jadi teringat dengan setting film Ip Man yang dibintangi Donnie Yen.

(Baca Juga: Menyusuri Peneleh dan Secuil Kisah Bung Karno)



Tidak sulit untuk menemukan tempat makan halal di Armenian Street. Sebelum keliling untuk foto-foto di daerah street art, saya mengisi perut dulu. Cuaca bulan November di Georgetown cukup lembab. Panas dan hujan datang bergantian. Saya dan Lita melipir sejenak ke toko cinderamata untuk membeli tas dan gantungan kunci khas Penang.




Sebagai pecinta bangunan bersejarah, saya juga menikmati momen ketika jalan kaki di sini. Rasanya cocok banget untuk slow living. Petualangan pertama ini berlanjut ke petualangan lebih seru lainnya yang akan saya ceritakan, ya. Keliling di Armenian Street ini membuat saya betah. Rupanya masih ada bagian-bagian yang nantinya membuat saya berdecak kagum lebih banyak lagi.

(Baca Juga: Satu Hari Jalan Kaki di Singapura dan Dramanya)



lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 05, 2023 16:31

March 12, 2023

Hidup Sebagai Seorang Wordpreneur

tips menjadi penulis



Saya sangat suka membaca sejak saya masih kecil. Mama mengajari cara membaca dengan mengeja koran dan menuliskannya di buku. Lalu, saya bisa membaca tanpa mengeja ketika saya hampir berumur 5 tahun. Suatu hari, saya menulis cerita fiksi pertama saya setelah merasa kesal dengan Mama. Mungkin, saya duduk di kelas dua SD waktu itu. 
Mama seperti halnya seperti Ibu Asia lainnya. Beliau memiliki banyak aturan dan disiplin (tetapi, berkatnya, sekarang sebagai seorang dewasa muda, saya dapat mencapai impian  karena kekuatan disiplin).
Saya menulis sebuah cerita bernama Rea yang sedih karena ibunya. Meskipun saya menggunakan nama fiktif, Mama bisa tahu apakah itu tentang dia. Beliau tidak marah dan malah tahu bahwa saya memiliki bakat menulis. Kemudian, saya menulis banyak cerita pendek di buku-buku tulis. Guru dan teman sekelas saya membacanya dan mereka menyukai bagaimana saya bisa menulis alur cerita yang unik.
Bocah Agak MatreSuatu hari, salah satu teman saya ingin saya menulis cerita berdasarkan genre favoritnya. Saya berkata, “Aku hanya menulis apa yang saya suka. Menulis membutuhkan energi dan waktu. Kalau kamu mau membayar, aku akan menulis cerita sesuai pesananmu.”
Sejujurnya, saya mengatakannya hanya untuk menolak permintaannya. Anehnya, dia berkata, “Oke, jadi berapa rupiah yang harus kubayar?”
Berikutnya, bisnis menulis saya pun dimulai ketika saya duduk di kelas tiga. Saya membuat katalog judul dan genre agar teman (atau pelanggan) saya dapat memilih. Saya memotong buku tulis saya menjadi bentuk persegi panjang dan menggunakan kertas kerbau warna-warni sebagai sampulnya. Saya menulis hampir setiap hari setelah  menyelesaikan pekerjaan rumah. Usaha ini berjalan hampir setahun, kemudian saya hentikan karena ingin fokus ke pendidikan.

tips menjadi penulis
Muncullah Sisi WordpreneurSingkat cerita, saya tertarik untuk belajar banyak bahasa. Saya memutuskan untuk belajar bahasa Jepang di universitas sambil membaca buku bahasa Inggris agar saya tidak melupakannya. Setelah lulus dari universitas, saya bekerja di sebuah perusahaan baja sebagai staf juru bahasa Jepang. Selain itu, saya menjadi finalis dalam kompetisi penulisan novel dan menerbitkan buku pertama. Saya jadi teringat mimpi masa kecil dulu.
Bagaimana jika saya mengejar impian saya sebagai penulis buku sambil belajar bahasa baru? Mengapa saya harus membatasi diri?

Akhirnya, saya mengambil keputusan. Saya belajar tentang bahasa Jepang dan budayanya di universitas sambil membaca banyak buku untuk latihan. Saya mempersiapkan diri sambil membuat rencana jangka panjang sejak saya lulus SMA. Saya menulis, “Saya ingin menjadi Penerjemah Bahasa Jepang dan menjadi penulis yang menginspirasi. “
Meskipun saya memiliki dua mimpi yang berbeda, saya dapat menemukan titik-titiknya. Ini tentang storytelling.
Saya belajar selangkah demi selangkah. Setelah menerbitkan novel pertama, saya belajar bagaimana menjadi penulis konten dan blogger. Tahun-tahun berlalu, dan sekarang saya bisa membuat brand pribadi untuk diri saya sendiri. Saya melabeli diri sebagai seorang Wordholic, seorang gadis yang suka membaca dan menulis kata-kata, dan sekarang saya menjadi seorang Wordpreneur. 
Sekitar enam bulan lalu, saya perlu memoles keterampilan berbicara di depan umum dalam bahasa Inggris. Bisa dibilang keputusan untuk bergabung dengan Eagle Toastmaster ini sudah saya pertimbangkan setahun sebelumnya sejak 2021. Makanya, saya mulai menabung.
Karena saya seorang Wordpreneur, saya ingin menyebarkan ide saya di komunitas yang tepat dan belajar membangun jiwa kepemimpinan serta komunikasi. Saya menemukan Eagle Toastmasters di Instagram, dan bulan September 2022 lalu saya memutuskan untuk bergabung dan memulai perjalanan baru saya sebagai Wordpreneur. Bagaimana denganmu, teman-teman?
Sudahkah kamu hidup dalam mimpi atau passionmu?
Menjalankan passion tetap butuh strategi dan seimbangkan antara idealisme serta apa yang kita sukai. Yang paling penting, jangan menjadi orang yang takut berlebihan sampai menyesal suatu hari nanti ketika melihat masa yang sudah ada di belakang.
(Tulisan ini merupakan terjemahan dari naskah pidato saya untuk level 1 di Eagle Toastmaster)
Baca Juga: Kamu Tidak Akan Kenyang Dari Passionlintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 12, 2023 00:35

February 27, 2023

Tips Menabung Cicilan Emas Antam Untuk Freelancer




Ketika baru mulai bekerja, saya sering merasa keuangan boncos. Padahal saya bekerja di kantor sekaligus menjadi freelancer, rasanya malu saja karena tidak punya investasi yang cukup. Setelah membaca tips menabung cicilan emas Antam emas untuk freelancer, saya jadi tertarik untuk mulai mencoba.

Saya pun punya rencana. Gaji dari kantor pun saya gunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan membantu orang tua sedikit-sedikit, sedangkan gaji sebagai freelance writeringin saya investasikan untuk masa depan. Sampai akhirnya saya mendapat informasi mengenai menabung cicilan emas Antam di Koperasi Hartanah. Bagaimana cara yang aman untuk mulai menabung cicilan emas Antam?

 

Tentukan Tujuan Menabung Emas

Sebelum mulai menabung emas, tentukan tujuan yang ingin dicapai. Apakah untuk mempersiapkan dana pensiun, membeli rumah atau kendaraan, atau untuk keperluan lainnya. Dengan mengetahui tujuan menabung emas, kamu dapat menentukan berapa banyak emas yang perlu ditabung dan dalam jangka waktu berapa lama.

Kalau saya, sih, ingin menjadikan Antam sebagai tabungan pensiun. Tujuan ini menjadi masuk akal karena emas Antam akan terasa manfaatnya kalau sudah melewati waktu lebih dari lima tahun. Koperasi Hartanah sangat cocok untuk kamu yang masih menjadi freelancer pemula dan belum bisa menabung dalam nominal besar.,



Tentukan Jumlah yang Ingin Ditabung

Setelah menentukan tujuan menabung emas, tentukan juga jumlah yang ingin ditabung. Jumlah tersebut dapat disesuaikan dengan kemampuan keuanganmu setiap bulannya. Kalau kamu seperti saya yang punya dua pekerjaan, maka kamu bisa fokus menggunakan uang dari upah freelancer untuk menabung.

Namun, tenang saja. Misalnya saat ini proyek freelancer kamu naik-turun, kamu bisa menabung ciiclan emas Antam mulai dari nominal terkecil seperti 2 gram dengan jangka waktu cicilan 6 bulan dan periode lain sesuai kesepakatan. Bahkan, ada mahasiswa yang menyicil emas meskipun belum punya pekerjaan. Masa kamu nggak mau mencoba? Jika kamu tertarik untuk bertanya lebih lanjut tentang menabung cicilan emas di Koperasi Hartanah, hubungi saja admin Hana melalui bit.ly/hubungihana.

 

Cek Kredibilitas Penyedia Cicilan Emas Antam

Harga emas naik dan turun sesuai dengan kondisi ekonomi global. Makanya, waktu terbaik untuk mulai menabung cicilan emas adalah sekarang juga. Dengan melakukan lock (penguncian) cicilan emas Antam, kamu sudah memiliki kepastian untuk menabung. Tidak perlu menunggu harga emas Antam menjadi semakin naik dan kamu semakin enggan untuk mulai menabung.

Cek saja pilihan besarnya cicilan emas di website www.koperasi.hartanahgroup.com. Koperasi Hartanah memiliki izin sesuai dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Selain itu, kamu juga tidak perlu takut dengan keamanannya karena koperasi tersebut diawasi Kementerian Koperasi & UKM RI dalam menjalan operasionalnya.

 


Pilih Waktu Menabung yang Tepat

Ada beberapa cara untuk menabung emas, seperti membeli fisik emas atau menggunakan produk investasi emas seperti reksadana atau logam mulia. Pilih cara menabung yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuanganmu. Saya sempat berkunjung ke website Koperasi Hartanah dan ternyata semua proses utama transaksinya dilakukan secara online.

Sistem online dari Koperasi Hartanah ini sangat cocok buat kum milenial seperti saya. Harga emas akan dibagikan setiap harinya jadi saya bisa tahu kapan kira-kira waktu yang pas untuk mulai memuka tabungan cicilan emas pertama.

 

Ketahui Tingkat Keamanan

Jangan lupa untuk menyimpan emas dengan aman. Emas termasuk benda berharga dan dapat menarik perhatian pencuri. Pastikan untuk menyimpan emas di tempat yang aman dan terkunci dengan baik.

Cari tahu kredibilitas penyedia layanan tabungan emas dan cek tingkat keamanan penyedia layanan tersebut.

 

Jangan Gunakan Emas untuk Kebutuhan Harian

Menabung emas sebaiknya tidak dijadikan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan harian. Gunakanlah uang dari penghasilan freelancing untuk memenuhi kebutuhan harian dan sisihkan sebagian untuk menabung emas.

Cicilan emas Antam itu murni untuk investasi jangka panjang. Saya melihat perubahan harga dari 500 ribu sekian ketika baru mulai mengenal emas. Beberapa tahun sesudahnya, 1 gram emas bernilai dua kali lipat dari harga.


Bagaimana? Tidak susah, kan, untuk mulai menabung cicilan emas Antam untuk investasi jangka panjang menguntungkan? Langsung saja mulai jalankan rencana tabungan emasmu di Koperasi Hartanahagar neraca keuangan pribadimu semakin sehat.

 

 

lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 27, 2023 04:49

February 24, 2023

Menyusuri Peneleh dengan Secuil Kisah Romansa Bung Karno

lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right

 

Pada 4 Februari lalu, saya mengikuti walking tour Bersukaria Surabaya lagi untuk kedua kalinya. Kali ini saya akan menyusuri Peneleh untuk berpetualang mencari tahu sejarah singkat yang belum pernah saya ketahui. Ternyata tidak seperti tur saya sebelumnya di Kraton Surabaya, pesertanya cukup banyak sampai harus dibagi dua regu. Dua tim dipandu storyteller Kak Laily dan Kak Moses.

Tur kali ini mempelajari sejarah Makam Peneleh dan juga berpetualang singkat mengintip secuplik kisah cinta Bung Karno dengan istri pertamanya. Yuk, baca sampai selesai, ya!

 

Makam Peneleh yang Tak Hanya Soal Mistis

Makam Peneleh, disebut Makam Belanda Peneleh adalah makam tertua kedua di Surabaya. Makam tertua pertama lokasinya di daerah Morokrembangan. Dahulu, banyak orang Eropa yang meninggal karena tidak bisa beradaptasi dengan cuaca panas Surabaya sehingga kasus kematian mendadak bisa terjadi beruntun.

Dok. pribadi

Makam orang-orang Belanda dan Eropa lain yang ada di Morokrembangan juga tanahnya ambles hingga banyak jenazah bermunculan. Lalu sebagian jenazah atau tulang-belulang mulai dipindahkan ke Peneleh. Selain orang Eropa, orang Jepang pun dimakamkan di Peneleh. Untuk orang Indonesia yang berkedudukan tinggi pun bisa dimakamkan di Pemeleh.

Bangunan dalam makam juga berbeda-beda tergantung dari profesi atau strata sosial. Seperti guru atau pastor punya jenis makam berbeda. Namun, kini banyak makam kosong karena keluarga  membawa jenazah ke Eropa untuk diabukan atau dipindah. Di dalam Makam Peneleh ini, terdapat Makam Dum  yang punya aura berbeda dan sering disebut angker karena ada ganggguan aneh yang dirasakan pengunjung atau peziarah saat berada di situ. Tempat kremasi di makam ini disebut Omah Balung.


Beautiful antique (Makam Peneleh)
                                                                            Dok. Pribadi

Salah satu tokoh terkenal masa penjajahan yang dimakamkan di Peneleh adalah fotografer terkenal Yohannes Kukjan dan makam Gubernur Jendral Belanda Peter Markus, yang menjadi satu-satunya gubernur jendral Hindia-Belanda yang dimakamkan di Surabaya karena tinggal di dekat Gedung Simpang (sekarang menjadi Balai Pemuda).


Dok. Pribadi

 Setelah memasuki zaman modern, sempat terjadi kasus vandalisme oleh penduduk sekitar dan mereka menjual batu marmer atau nisan serta menggali barang di makam. Kini, makam tersebut dijaga ketat sehingga saya dan peserta tur hanya bisa melihat dari luar pagar. Di kawasan pemukiman Peneleh, kadang ditemui makam yang lokasinya di depan rumah karena dulu kekurangan lahan. Wah, agak seram juga, ya. Rumah saya juga dekat dengan makam, tetapi tidak di samping jendela kamar juga, deh.

Warga di kampung Peneleh ramah dan terkenal gotong royongnya. Masih banyak rumah-rumah yang kokoh berdiri sejak  zaman penjajahan Belanda atau Jepang. Sertifikat tanah bangunan lama tersebut masih berbahasa Belanda.

 

Rumah Kos Milik HOS Cokroaminoto yang Penuh Romansa

Pasti kamu sudah tidak asing dengan Bapak HOS Cokroaminoto. Sebagai salah satu tokoh bersejarah di Indonesia, beliau juga menjadi bagian dari cerita hidup Bung Karno semasa muda di Surabaya. HOS Cokroaminoto memiliki putri bernama Utari. Dulu, rumah beliau menjadi rumah kos  Bung Karno dan kawan-kawannya ketika masih menjadi pelajar.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Di rumah itu juga  menjadi tempat cinlok Bung Karno dan Utari hingga menikah. Namun, ada rumor mengatakan jika Soekarno menikahi Utari bukan sepenuhnya dengan perasaan penuh romansa, tetapi lebih ke platonik di mana ia menganggap Utari sebagai sahabatnya. Pernikahan mereka ini berjalan hanya sebentar dan Soekarno punya firasat ketika menyalakan api rokok, tangannya tersulut sedikit. Firasat tidak menyenangkan soal pernikahan pertama tersebut muncul begitu saja.


Anak kos HOS Cokroaminoto
Dok. Pribadi

Di dekat rumah HOS Cokroaminoto, kita juga bisa berjalan ke toko buku Peneleh tempat Bung Karno suka membaca buku. Bangunan yang masih mempertahankan arsitektur lamanya itu masih berdiri hingga sekarang, tetapi buku yang dijual kini kebanyakan hanya berkaitan dengan agama atau Muhammadiyah.

Toko Buku Peneleh
(Dok. Bersukariawalk Sby)

Kampung Peneleh yang Penuh Cerita Perjuangan

Rute berikutnya adalah jelajah sekitar perkampungan daerah Peneleh. Pemberhentian kami selanjutnya di Masjid Jami Peneleh, masjid tertua kedua di Surabaya. Masjid tersebut menjadi tempat perundingan ulama dan menjadi salah satu lokasi penyebaran agama. Murid Sunan Ampel berkumpul di sini untuk berdiskusi, beribadah, dan memiliki sumur yang sangat dalam untuk menyembunyikan senjata rampasan Belanda.

Rumah cantik di Peneleh
(Dok. Pribadi)Uniknya, pasukan Belanda dikenal sungkan jika masuk tempat ibadah. Makanya, diskusi pergerakan para pejuang ini sangat aman jika dilaksanakan di dalam masjid atau tempat beribadah agama lainnya. Di dalam bangunnanya ada tiang soko guru. Dari cerita Kak Laily, Peneleh ini tanah yang diberikan kepada salah satu pangeran dari Kraton Surabaya. Jadi, masih nyambung, nih, dengan rute Kraton sebelumnya yang saya ikuti.  

Asal mula kata ‘Peneleh’ berasal dari ‘Panilih’ yang berarti ‘orang yang terpilih’ karena seorang Raden dari zaman Majapahit mendapat tanah ini. Tidak jauh dari Peneleh, terdapat juga kampung Pandean. Pada masa kerajaan, orang-orang kawasan Pandean dikenal pandai membuat kerajinan atau senjata seperti keris. Dulu, tanahnya terpisah dengan kota utama, penampakannya seperti daerah hutan belantara yang dipisahkan sungai sehingga dibangunlah Jembatan Peneleh.

Jembatan Peneleh menjadi jembatan pertama yang menghubungkan daerah Peneleh dengan Alun-Alun Contong dan pusat kota. Mulanya, daerah Peneleh seperti terisolasi. Tur lalu berlanjut ke rumah kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean Gang IV.

 

Rumah Bersejarah Orang Tua Sang Putra Fajar

Orang tua Bung Karno bernama Raden Sukemi dan Ida Ayu. Raden Sukemi bertemu Ida Ayu di Bali dan pernikahan itu tidak direstui karena keluarga Ida Ayu berasal dari keluarga ningrat yang terpandang. Selain itu, mereka memiliki agama yang berbeda.

Pasangan yang sedang dimabuk cinta tersebut akhirnya melakukan kawin lari dam berpindah ke Peneleh. Mereka mengontrak di kawasan Pandean karena ada komunitas orang Bali di sana. Pernikahan Ida Ayu dan Raden Sukemi dilaksanakan tanpa restu sehingga Ida Ayu dilarang kembali ke tanah Bali.

Bung Karno lahir saat Subuh dan matahari langsung masuk ke kamar sehingga ia dijuluki Putra Sang Fajar. Setelah ia lahir, ada beberapa tokoh atau sesepuh yang meramalkan jika ia akan jadi orang besar sekaligus juga butuh diarahkan. Raden Sukemi bekerja sebagai guru sekolah selama tinggal di sana.

Kawasan Peneleh dan Pandean ini memiliki rumah berbagai desain dari masjid sampai yang bercorak Bali. Oleh sebab itu, kawasan tersebut disebut sebagai daerah yang aman dan damai untuk berbagai suku dan agama. Perjalanan kami berlanjut hingga sampai ke sumur bersejarah yang disebut Sumur Jobong.

Sumur Jobong adalah sumur tertua di Surabaya, bahkan disebut sebagai sumur tertua sebelum zaman Majapahit. Lokasinya ditemukan secara tidak sengaja oleh Pak Agus,  satu warga  yang memimpin pembangunan  saluran air. Ketika tanahnya sedang digali, sekop milik tukangnya tertumbuk sesuatu. Setelah digali, ada tulang manusia sampai barang keramik dan genting. Air sumur masih dipakai untuk menyiram makam untuk berziarah hingga sekarang.


sumur Jobong
(Dok. Bersukariawalk Sby)

Mitos dari Sumur Jobong adalah airnya dijaga Dewi atau Dewa Air. Dan masyarakat setempat percaya jika airnya berkhasiat untuk menyembuhkan sakit kulit, lumpuh, sampai sakit mental. Kata Pak Agus, pernah ada anak kecil yang kakinya sakit dan tidak bisa jalan, lalu minum air sumur dan kaki dibasuh. Ajaibnya, bocah tersebut akhirnya bisa berjalan.

Para peneliti menilai jika bahan bangunan sumur tersebut sama seperti bangunan di Trowulan. Kisah unik lain dari sumur ini adalah setelah kerangkanya diteliti dalam uji karbon di Belanda, ternyata secara genetik, tulang-belulang tersebut memiliki kedekatan 90% secara gen dengan Pak Agus. Jadi, bisa disimpulkan jika itu adalah tulang-tulang leluhur Pak Agus, sehingga ia dipercaya menjaga Sumur Jobong. Sungguh sebuah kebetulan yang tidak bisa disangka-sangka.

Perjalanan kali ini pun penuh dengan canda tawa dan semangat baru mengulik sejarah yang tidak saya peroleh dari buku teks. Berikutnya, saya akan mengikuti tur rute Kota Eropa. Langganan blog ini, ya, supaya kamu tidak ketinggalan cerita.

(Baca Juga: Walking Tour Bersukaria Rute Kraton Surabaya)

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 24, 2023 06:44

February 1, 2023

Satu Hari Jalan Kaki di Singapura dan Dramanya

lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right



Perjalanan ke Singapura adalah perjalanan pertama yang saya lakukan setelah tiga tahun tidak berpergian sama sekali ke luar negeri. Saya dan Lita, sahabat saya sejak SMU, akhirnya bisa juga menggunakan tiket kami yang batal saat pandemi 2020 merebak.


Kami tidak berlama-lama di Singapura, hanya satu hari karena tujuan utama kami adalah Georgetown City, Penang, Malaysia. Proses imigrasi dari Indonesia ke Singapura tidak terlalu rumit meskipun destinasi pertama ini persiapannya cukup mengesalkan. Alhamdulillah, tidak ada masalah selama keberangkatan.


Hati Riang Akhirnya Bisa Terbang

Saya merasakan bahwa maskpai Scoot ini  cukup nyaman dan warna kuningnya lucu. Mengingat kami tidak memesan bagasi pesawat, maka koper yang saya dan Lita bawa adalah koper ukuran sedang yang pas diletakkan di dalam bagasi kabin. Rasa percaya diri juga sangat besar karena kami sudah melewati drama tiket sebelum berangkat,  jadi saya yakin jika ini hanyalah bagian kecil dari perjalanan yang belum dinilai.


Sesampainya kami di bandara Changi, saya sampai terpana melihat kemegahan bangunannya. Memang tidak salah jika bandara ini disebut-sebut sebagai salah satu bandara tercantik di dunia. Cuma karena saking besarnya, belum-belum saya berasa capek buat jalan sambil narik koper. 





Ditambah lagi, android saya tidak bisa mengakses wifi bandara. Saya belum screenshot dokumen untuk pengambilan Sim Card. Harga sim card selama di Singapura senilai SGD 30. Kerasa banget mahalnya karena saya dan Lita hanya satu hari di sana jadi kami sepakat untuk menggunakan satu Sim Card saja lalu pakai ponsel saya untuk tathering.


EZ Link untuk naik bus dan MRT
Sim Card di Singapore


Drama dimulai

Karena saya belum tahu lokasi pengambilan Sim Card, tentu saja saya harus berputar-putar sampai capek dan dongkol. Kepedean juga, sih, mengia kalau ponsel saya bisa mengakses wifi. Akhirnya, terpaksa saya menyalakan fitur Telkomsel roaming dan menghabiskan sisa pulsa hanya untuk download dokumen pemesanan di Traveloka dan sertifikat vaksin internasional.


Setelah berputar-putar hampir satu jam lebih, kami menemukan kios Sim Card yang bersebelahan dengan pembelian kartu EZ Link untuk akses bus dan MRT di Singapura. Lokasinya ada di Terminal 3 Changi. Tujuan berikutnya adalah Jewel. Oya, sebaiknya siapkan uang tunai sebelum berangkat ke Singapura untuk membeli EZ Link atau jaga-jaga misalnya kamu apes seperti saya sampai harus naik taksi Grab yang selangit harganya (nanti baca cerita ini lebih lanjut hahaha).


Penggemar drakor Little Women yang bahagia

Sebagai penggemar drakor, air terjun yang ada di Jewel tersebut menjadi salah satu tempat setting drama Korea favorit saya.  Kim Go Eun dan Wi Ha Joon  sempat syuting di sana bersama beberapa pemeran lainnya. Bucin banget saya sampai seolah sedang ikut main dramanya ketika di Jewel (ya, emang norak, maklum ngeship mereka di Little Women).



Salah satu tempat syuting 
Little Women 


Puas mengambil beberapa foto dan mengagumi aristektur air terjun dalam gedung yang sangat fantastis di Jewel, saya dan Lita sepakat untuk jalan-jalan ke Bugis Street sebelum pergi ke hostel. Dan akhirnya kami mulai petualangan naik MRT di SIngapura mengandalkan baca ulasan di berbagai artikel yang saya temukan di Google. Percayalah, saya lumayan terlatih membaca Google Map dan petunjuk arah semenjak sering traveling berdua dengan sahabat baik di luar kota maupun luar negeri. 


Sebagai manusia tidak bisa nyetir,
transportasi Singapura bagaikan surga
Tetap bermasker 
(Ini November 2022)


Saya lihat stasiun tempat kami menginap, Spacepod Lavender, tidak jauh dari Bugis Street. Ada sekitar jeda 2 sampai 3 stasiun hingga sampai nanti di jalan yang dekat dengan hotel tempat saya menginap. Ramai sekali stasiun-stasiun MRT dan meskipun waktu itu sedang ada info penyebaran varian baru Covid 19, pengawasan di stasiun tidak ketat dan semua orang tetap mengenakan masker. Stasiun Tanah Merah adalah pusat di mana saya perlu berpindah ke stasiun lain setelah dari Changi. Senang sekali akhirnya kesampaian juga berpetualang dengan MRT di Singapura.


Tanpa Nyasar Sepertinya Cerita Jadi Kurang

Tenaga mulai terkuras karena perut saya lapar. Lumayan capek juga badan saya, apalagi kopernya Lita sedikit bermasalah dengan salah satu rodanya. Rencananya kami mau keliling buat beli oleh-oleh di Bugis Street, tetapi perut kami sudah lapar.  Berbekal Google Map, kami jalan kaki mencari hawker (sejenis food court), tetapi malah ketemunya tempat makan chinese food yang tidak halal.


Sebelum nyebrang ke Bugis Street


Finally, we Found McDonald. Akhirnya saya menemukan McDonald dan terhibur sedikit sih karena di situ saya bisa melihat  ada grup penyanyi itu yang bernyanyi di halaman pelataran McDonald. Grup penyanyi ini terdiri dari bapak-bapak parlente dengan suara bagus. Di luar dugaan memang, energi kami terkuras banyak. Saya dan Lita pun sepakat akan ke hostel dulu baru jalan-jalan mencari oleh-oleh. Selesai makan siang, kami naik MRT dari Bugis Street menuju Farrer Park.


Salah turun stasiun

Kami sampai di Farrer Park dan di Google Map hanya butuh 15 menit untuk sampai Spacepod Hostel yang sudah kami pesan di Traveloka. Saya menikmati waktu jalan kaki tersebut karena udara Singapura sangat bersih meski cuaca panas. Udara November ternyata belum sejuk meskipun memasuki musim hujan. Saya juga jadi tahu jika ada sepeda listrik yang bisa dipakai bebas asal ada kartu untuk membayar sewa. 


Setelah hampir satu jam jalan kaki dan mendengar keluhan Lita, “Ref, kamu nggak kerasa aneh. Kok dari tadi kita nggak sampai-sampai?”, saya mulai yakin kalau kami tersesat. Sudah jelas saya menggunakan setting Google Map untuk jalan kaki. Saya tidak salah klik.


Kawasan pemukiman India 





Semua petunjuk dari Farrer Park ke Spacepod Hostel juga saya telaah. Tidak ada yang salah. Kami tetap jalan dengan optmisi sampai energi dari makan siang terkuras habis. Magrib menjelang sementara kami malah nyasar di pemukiman orang-orang India. Asyiknya, bangunan di sana sangat cantik dan tidak ada yang usil catcalling (coba kalau saya di Indonesia, pasti banyak yang salam-salam nggak jelas).


Terpaksa naik Grab

Karena terlalu lelah, saya dan Lita sepakat untuk memesan taksi Grab. Taksi online datang dan kami takjub karena mobil-mobil yang digunakan termasuk mewah. Saya naik mobil dengan sunroof karena pesan Grab, hehe. Saya tunjukkan alamat hostel dan driver membawa kami ke sana. Hanya naik 15 menit, ternyata kami harus membayar SGD 7. Kurs pada November 2022 adalah 11 ribuan. Saya menelan ludah, sadar kalau jarak dekat yang biasanya hanya 20 ribuan di Indonesia malah jadi 70 ribuan di Singapura. Mahal banget.


Sampai di depan hostel, saya dan Lita kembali bengong. “Lho, kenapa tempatnya kusam kaya bangunan lama, ya? Tapi ini bener alamatnya,” ujar saya. 


Ya sudah, karena ingin segera rebahan, saya dan Lita naik hostel yang ada di lantai 2 dengan tangan mulai kram akibat angkat-angkat koper. Jantung saya seperti berhenti ketika membaca pengumuman di pintu hostel jika kamar sudah penuh. Masa ada yang menempati kamar kami? 


Saya tunjukkan bukti pemesanan saya di Traveloka dan sialnya, resepsionis bilang kalau ternyata kami salah tempat. Hotel yang kami tuju itu disebut The Hive. Masalahnya, saya mengetik Spacepod The Hive Lavender, yang muncul alamat hostel tua yang kami kunjungi. Mana kami tahu kalau cukup mengetik The Hive saja?


“You can ride a train and arrive at Boon Keng station. 7 minutes from here,” kata resepsionisnya. Jadi, kami butuh turun satu stasiun lagi. Tentu saja saya dan Lita memilih naik taksi Grab lagi daripada jalan menggeret koper dan tersesat di malam hari.


Lagi-lagi saya dan Lita harus merogoh kocek lumayan mahal untuk 20 menit menuju The Hive. Untung saja hostelnya nyaman. Kami dapat kamar campuran, sih, tapi hanya untuk 3 bed yang berisi 2 orang masing-masing bed. Ini adalah hostel paling murah dengan rate 500 ribuan per malam, tanpa sarapan.


Foto: Agoda
Foto: Agoda


Saya memutuskan untuk tidak mencari oleh-oleh di Singapura. Haji Lane adalah tujuan berikutnya untuk menikmati suasana malam dan mencari makan. Taksi Grab menjadi pilihan karena saat kami keluar hostel, jam sudah menunjukkan waktu Isya. Rencana kami untuk jalan-jalan ke tempat lain pun gagal. Tidak masalah, sih, yang penting tujuan utama sudah tercapai. Haji Lane dan Jewel adalah list utama saya.


Suasana malam di Haji Lane sangat menghibur. Pengunjungnya ramai, tetapi tidak sampai terlalu padat berlebihan. Kami mencari makanan halal di jajaran restoran India dan Turki. Saya juga terperangah melihat harga makanan yang satu porsinya bisa sekitar 30 dolar 20 dolar Singapore. Mahal juga, makanya negara ini disebut wisata yang menguras kantong. Namun, mata saya sangat jeli soal memilih makanan atau restoran. Saya menemukan menu seharga SGD 12  dan itu juga bisa dibagi dua porsinya.


Ikon Haji Lane
Asyik suasana malam di Haji Lane



Don't forget to pose😄😄


Hati tenang setelah perut kenyang. Perjalanan di Singapura memberi pelajaran buat saya untuk bersiap-siap. Lebih baik membeli provider sendiri di Indonesia. Saya menemukan paket roaming terjangkau di aplikasi Blu (bukan sponsor ya). Saya juga perlu mempelajari rute dengan lebih cermat karena bepergian tanpa guide atau tur. Selain itu, tetap siapkan hati dan uang tunai cukup. Tulisan seri berikutnya menjelaskan petualangan saya di Georgetown, baca juga nanti, ya.


(Baca Juga: Persiapan Perjalanan Singapura-Penang-KL Penuh Drama)


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 01, 2023 15:05

December 31, 2022

Asyiknya Walking Tour Rute Kraton Bersama Bersukaria Surabaya



Surabaya punya event walking tour yang sangat keren. Awalnya, saya hanya iseng mencari kegiatan asyik di Surabaya sampai saya menemukan akun Instagram @bersukariawalksby secara tidak sengaja. Nah, berhubung penasaran, saya akhirnya mengikuti sesi walking tourdengan rute Kraton. Wah, posisi kraton di Surabaya itu di mana, ya?

 

Persiapan Walking Tour di Bersukaria

Ketika jadwal tur dari Bersukaria Surabaya keluar, saya pilih tanggal 25 Desember 2022 dengan jalur Kraton yang membuat penasaran. Setahu saya, Surabaya tidak punya kerajaan, jadi pengin tahu, nih, di mana letak keratonnya.

Oya, tur Bersukaria itu ada di tiga kota, yaitu Surabaya, Semarang, dan Malang. Tiap kota punya akun Instagramnya dan jadwal setiap bulan. Saya penasaran pengin ikutan ke dua kota lainnya, tapi mau menghabiskan rute yang ada di Surabaya dulu.

Booking

Ada beberapa pilihan tur mulai dari reguler, mini trekking, sampai privat. Jalur Kraton adalah tur reguler yang termasuk baru dibuka. Kita cukup melakukan booking dengan mengisi form registrasi dan membayar 10 ribu sebagai commitment fee. Nanti, pemandr/storyteller atau guide akan menghubungi H-1 acara untuk menginformasikan lokasi pertemuan awal dan apa saja yang harus dipersiapkan.

Persiapan alat

Karena namanya saja walking tour, maka kamu harus mempersiapkan alas kaki nyaman dan outfit yang membebaskan gerak. Kalau jalan kaki di kota sepanas Surabaya, pakailah baju yang menyerap keringat. Selain itu, pemandu juga menyarankan agar kita mengenakan celana atau rok panjang, topi, dan payung untuk jaga-jaga kalau turun hujan gerimis.

Bawa camilan

Rute jalan kakinya lumayan lama, bisa satu sampai dua jam jalan santai dan sesekali berhenti untuk mendengarkan pemandu atau storytellernya bercerita. Sesekali kita juga berhenti untuk berfoto bersama atau rehat sejenak jika ada teman tur yang capek. Bawa minum dan camilan kalau kamu mudah lapar dan haus seperti saya, hahaha.

 

Yang Saya Temukan di Jalur Kraton

Selama ini saya hanya melewati jalanan Surabaya dengan mengagumi beberapa gedung tua yang estetik. Sebagai penggemar wisata sejarah di kota atau negara manapun yang saya kunjungi, sangat sayang sekali kalau potensi wisata sejarah di Surabaya kurang diberdayakan. Makanya, saya bersyukur ada Bersukaria yang mau membuat event walking tour.

Saya mengetik dengan cepat setiap kali Kak Retno, selaku storyteller atau pemandu, sedang menceritakan sejarah di balik lokasi bersejarah yang kami lalui. Rasanya seperti sedang jalan-jalan ke Penang. Waktu saya ke Penang pada awal November lalu, saya ingin sekali bisa ke sana lagi untuk melihat bangunan kolonial sampai kampung Chinatown kunonya. Surabaya punya itu, hanya saja tidak dilestarikan seluruhnya. Kota Georgetown di Penang ditahbiskan sebagai salah satu warisan kota sejarah dunia oleh Unesco. Artikelnya nanti menyusul, ya.

 (Baca Juga: Persiapan Ke Singapura-Penang-KL Penuh Drama)

Nggak kalah unik dengan Penang
Rumah-rumah lama di Jl Kawatan Surabaya

Mengintip sejarah NU di Museum Jihad dan rumah bersejarah

Titik pertemuan kami adalah Museum Jihad NU. Bangunannya masih asli Belanda banget. Lantai tegel  warna-warni dan gaya bangunan yang khas Eropa membuat saya betah duduk di teras museum.Museum Jihad adalah tempat perjuangan para anggota NU ketika tentara NICA datang dan membuat sentimen negatif warga Surabaya.


Museum Jihad (Foto by IG @amjafar)


Setelah  terjadi peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, situasi Surabaya semakin memanas.  Akhirnya, berlandaskan dari peristiwa tersebut, Soekarno berdiskusi dengan salah satu pendiri NU, Hasyim Asyari serta pejuang lain untuk mencari solusi.

Dari diskusi itulah Hasyim Asyari mengeluarkan lima butir Resolusi Jihad yang intinya umat islam yang tergabung di NU diminta untuk mempertahankan  kedaulatan. Pada 22 Oktober 1945, resolusi  Jihad dikeluarkan. Hingga sekarang, Museum Resolusi Jihad masih dipakai untuk acara diskusi anggota NU se-Jatim dan Madura. Museum ini juga bisa dikunjungi umum.

 (Baca Juga: Wisata Air Terjun Madakaripura)

Berikutnya, rombongan diajak berjalan kaki dan sampai di rumah KH Ridwan Abdullah. Beliau adalah seorang ulama dan ahli kaligrafi yang suka kesenian. Dahulu, ia diminta Hasyim Asyari untuk membuat logo NU.  Semua desain ditolak hingga akhirnya ia salat istikharah sampai mendapat mimpi untuk logo. Desain inilah yang disuka dan dipilih.  Tahun 1926 logo NU diluncurkan secara resmi.


Logo Bersukaria dan Tegel Museum Jihad


Restoran terbengkalai yang dulunya panti asuhan dan rumah sakit

Kami sampai di depan bangunan eks Rumah Sakit Mardi Santoso di Jalan Bubutan. Dari puncak bangunan, saya bisa melihat atap khas gedung Eropa yang mengingatkan saya pada Lawang Sewu dan Balai Pemuda. Sayangnya, lahan dan bangunan tersebut jatuh ke tangan swasta dan bagian depannya sudah ditutupi pagar tertutup sehingga kami hanya bisa menikmatinya dari seberang jalan.

Dulunya panti asuhan

Hanya bisa melihat dari jauh



Awalnya, bangunan tersebut digunakan sebagai panti asuhan khusus anak perempuan Belanda, tetapi pada perkembangannya anak-anak pribumi pun diterima di sana. Gedung tersebut diberi nama Panti Asuhan Perempuan Weeshuis dan dikelola oleh Majelis Gereja pada 1913. Setelah sempat difungsikan sebagai rumah sakit, gedung tersebut digunakan sebagai restoran Halo Surabaya. Sayangnya, kejayaan dan ketenaran bangunan tersebut tidak berlangsung lama.

 (Baca Juga: Berlibur ke Bali Mode Santai)


Kawasan Kraton dan kisah punggawanya

Kampung Maspati adalah kawasan pemukiman para adipati dan senopati serta pegawai kraton. Terdapat makam Karyo Sentono dan Mbah Suruh, kakek dari Sawunggaling. Rombongan tidak berjalan ke kampung tersebut melainkan menyelusuri bagian dari rute Kraton lainnya sampai kami sampai di sebuah area pemakaman.

Jl Tembakan berhubungan
dengan Kyai Sedomasjid


Tempat tersebut juga menjadi makam Kyai Sedomasjid atau Badrudin. Dia berjasa juga menyebarkan agama Islam. Daerah tempat Kyai Sedomasjid ini disebut Jalan Tembakan karena pernah terjadi baku tembak untuk menentang pembangunan kantor gubernur dan menggusur masjid. Badrudin dan warga melawan,tetapi  ia meninggal karena baku tembak tahun 1770-an. Masjid digusur, kantor dibangun. Daerah kawasan keraton pun disebut sebagai di Jalan Kraton.




Dulu area Surabaya asalnya dikuasai Majapahit hingga Mataram mencoba mengakusisi karena posisi strategis sebagai daerah potensial perdagangan dengan bandar perdagangan. Surabaya punya area keraton utama yang yang dikelilingi dinding tembok tinggi dan parit. Mataram berusaha menjatuhkan kraton dengan membatasi debit air ke kraton dan mencemarinya dengan bangkai sehingga keraton Surabaya bisa dikuasai Mataram pada tahun 1600-an.

Daerah Kepatian adalah pemukiman para patih zaman dulu.  Posisinya dekat denganKalimas karena di sini bisa mendistribusikan barang atau berdagang lewat jalur sungai.  Kami terus berjalan sampai ke Jembatan Peneleh. Di jembatan tersebut, terdapat sejarah perjuangan para pemuda yang terlibat baku tembak dengan penjajah Belanda. Bekas tembakannya pun konon masih bisa diihat. Fakta unik lainnya, di Jembatan Peneleh ini Soekarno menyatakan cinta pada Utari. Dekat Jembatan Peneleh terdapat juga ada SPBU pertama di Surabaya.


Memang sudah tidak tersisa lagi bangunan utama keraton di Surabaya, hanya menyisakan satu gerbang tinggi yang disebut-sebut digunakan sebagai tempat pengawasan. Sayang sekali, ya. Andai saja bangunan dan sejarah tersebut bisa dipertahankan, mungkin Surabaya akan bisa menjadi Georgetown di Penang, Malaysia. Saya ingin kembali ke Penang karena wisata sejarahnya.

Sisa gerbang Kraton (Foto by IG @amjafar)


Saya jadi tertarik untuk bergabung di rute walking tourBersukaria lainnya. Siapa tahu ada hidden gem lain yang bisa saya ketahui dan menjadi bahan tulisan blog. Happy walking, Rek!




lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 31, 2022 00:57

December 20, 2022

Persiapan Perjalanan Singapura-Penang-KL Penuh Drama






Traveling menjadi sebuah hobi yang cocok dengan jiwa tipe MBTI saya. Ya, saya adalah seorang ENFP yang suka dengan hal-hal baru dan juga mudah sekali bosan. Namun, saya bisa menjadi penulis seperti sekarang karena berusaha konsisten dengan hal-hal yang saya gemari lalu saya tuliskan. 


Setelah traveling ke luar negeri pertama kali pada November 2019 yaitu ke Kuala Lumpur selama tiga hari, saya ingin menjelajah ke bagian Asia Tenggara lainnya. Saya belum kepikiran untuk pergi ke Asia Timur atau Eropa. Saya ingin menjelajah Asia Tenggara dengan paspor tanpa visa. Banyak tempat eksotik yang ingin saya datangi.


Makanya, saya dan Lita, sahabat saya sejak SMU yang juga sama-sama punya hobi traveling, memutuskan untuk berencana pergi ke Ho Chi Minh City. Tentu saja saya sangat bersemangat mengingat di sana saya ingin sekali menjajal makanna khas sekaligus berkunjung di tempat-tempat bersejarah khas Vietnam.


Ternyata, pandemi datang. Saya sampai menangis tersedu-sedu karena semua perjalanan kami dibatalkan. Saya pun merelakan uang saya. Yah, anggap saja ini untuk mencegah musibah.

(Baca Juga: Nyasar di KL Demi Buku)


Tiket Pengganti yang Mendadak Muncul

Saya memesan tiket pesawat lewat Traveloka. Ternyata, untuk mendapatkan refund berupa voucher tiket, saya harus menghubungi sendiri pihak maskapai. Untuk tiket dari Surabaya ke Singapura menggunakan Scoot, bisa saya klaim dengan mudah setelah melalui proses cancel di Traveloka.


Scoot mudah banget aplikasi vouchernya


Namun, ternyata batas waktu tiketnya hanya sampai 2021. Saya hanya berharap semoga pandemi segera berakhir (walau sudah punya feeling, sih, kalau pandemi bakalan lama). Yang membuat drama adalah tiket Malaysian Airlines/MH. Di website resmi maskapai MH, tertera jika pembtalan lewat aplikasi pihak ketiga itu tetap bisa berjalan, baru kami bisa memproses di website resmi. Namun, untuk prosesnya di Traveloka jadi sangat ruwet. 


Butuh kirim pesan dan bukti foto belasan kali sampai saya berhak mendapat refund berupa voucher tiket. Berikutnya saya memproses klaim voucher di website MH. Ternyata, ini hanya bisa saya gunakan sampai Desember 2020. Sangat pendek waktunya, mengingat kondisi pandemi yang semakin memburuk dua tahun lalu.


Akhirnya, saya dan Lita menganggap jika tiket MH ini seolah uang yang sudah hangus. Dan tibalah bulan Desember 2020. Pandemi semakin memburuk dan saya yakin jika masa berakhirnya entah sampai kapan. Saya mendapat tiket dengan masa waktu pemakaian lebih lama dari Scoot. Voucher baru tersebut bisa saya pakai sampai Maret 2023. 


Periode 2021-2022 hanya saya habiskan dengan staycation dan bepergian ke luar kota dengan menjaga prokes. Ya, tetap saja malah jadi pasien isoman di rumah karena terpapar di kantor. Untung gejalanya ringan dan saya hanya batuk-batuk kering saja. 


Januari 2022, pandemi semakin menurun kurva penularannya. Saya pun mulai bepergian luar pulau dan kejutannya, saya mendapat tiket dari MH yang bisa digunakan sampai Desember 2022. Itulah sebabnya saya dan Lita pun menyusun ulang rencana traveling kami dan mengubahnya ke Singapura serta Penang. Saya takut saja kalau sudah menyusun rencana ke Vietnam nanti malah batal.


Drama Baru Menjelang Keberangkatan

Voucher dari Scoot sudah bisa kami gunakan dengan hati gembira. Saya hendak menukarkan voucher MH. Sialnya, tiket tersebut tidak bisa kami gunakan dengan alasan kurs di voucher menggunakan USD sementara untuk booking tiket di web atau aplikasi Malaysian Airlines, kami harus menggunakan voucher Ringgit. 


Beneran ini bikin jengkel banget. H-4 minggu dari jadwal keberangkatan kami pada 4 November 2022, tiket tersebut bermasalah. Akhirnya, saya cek Twitter MH. Banyak sekali orang-orang yang komplain masalah voucher dan pembatalan sepihak. Duh, tentu saja saya jadi takut. Untuk mencegah vibrasi negatif, saya menulis ulang impian saya agar bisa berangkat bersama Lita tanpa hambatan. Saya pun mengirim DM di Twitter, menelepon call center, sampai mengirimkan surel.


Setelah beberapa hari, saya mendapat voucher baru dalam kurs Ringgit. Saya langsung gunakan dan bisa dong. Sayangnya, Lita masih belum memperoleh voucher pengganti. Drama berlanjut dengan kami berusaha dengan kirim surel, DM Twitter, dan telepon. Ya, kami lakukan sendiri-sendiri untuk memperjuangkan voucher milik Lita. 






H-10 hari masih saja belum terlihat hilalnya. Saya pun bilang sama Lita, kemungkinan terburuk dia harus merogoh kocek sendiri kalau mau naik Malaysian Airlines atau pilih maskapai yang lebih terjangkau. Lita sudah menabung untuk biaya pesawat dan dia pun pasrah. H-7 keberangkatan ada surel masuk di email yang jarang saya pakai. Rupanya saya pernah kirim surel keluhan pada MH lewat email tersebut.






Yeey, bahagia banget. Drama panjang plus membuat hati kesal akhirnya bisa kami lewati. Intinya harus yakin, positive thinking, berusaha maksimal, lalu pasrah. Cerita selanjutnya adalah pengalaman kami ketika nyasar di Singapura sampai menikmati keindahan Penang. Tunggu artikel selanjutnya, ya!






lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 20, 2022 18:52

December 2, 2022

Elizabeth Setiaatmadja, Womenpreneur Indonesia Ahli Networking






Elizabeth Setiaatmadja adalah seorang womenpreneur Indonesia yang memiliki jiwa bisnis sejak masih belia. Networking adalah skill khusus yang dimiliki Elizabeth hingga ia bisa melesat dengan banyak brand yang ia kelola.

Kisah hidup bisa terjun di dunia bisnis diawali sejak masih sangat belia. Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari pengalaman hidupnya. Bagaimanakah cara Elizabeth mengejar impian dan strategi hingga menjadi womenpreneur sukses?

 

Berusaha Untuk Selalu Maksimal

Sejak masih anak-anak, Elizabeth Setiaatmadja mempunyai ketertarikan dengan banyak hal. Rasa ingin tahunya yang tinggi membuat Elizabeth belajar keras untuk belajar berbisnis sekaligus menjalin relasi. Bakat Elizabeth juga sangat beragam, salah satunya di bidang musik. Ia akan belajar sampai tuntas dan paham betul sampai sering dimintai menjadi oleh gurunya untuk menjadi asisten pengajar.

Ketika masih bersekolah, Elizabeth suka sekali menggunakan barang yang ia beli dari temannya, seperti kalung contohnya. Kalung tersebut dikenakan saat sedang hang out dan ternyata teman-temannnya ingin juga punya kalung yang sama. Dari sinilah akhirnya ia mulai melakukan bisnis pertamanya dari menjual lagi jenis barang yang pernah ia beli. Semudah itu Elizabeth telah menerapkan prinsip seorang entrepeneur.


Foto: ObsessionNews


Elizabeth tidak pernah setengah-setengah. Ketika dia belajar musik, maka ia akan menekuni dengan sangat serius sampai merencanakan bisnis sekalipun. Dalam berbisnis, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan layanan terbaik. Kini Elizabeth menjadi pebisnis sekaligus ahli dalam bidang public speaking  yang sangat peduli dengan kegiatan sosial.

Networking adalah Kunci

Kuliah di luar negeri dan fokus belajar tidak menyurutkan jiwa bisnis Elizabeth. Selepas lulus, ia bekerja sebagai auditor di sebuah perusahaan ternama. Banyak teman-teman Elizabeth yang akhirnya memilih resign karena tidak sanggup dengan tuntutan pekerjaan yang sangat tinggi. Elizabeth tetap bertahan dengan menjadi staf yang sangat diandalkan.

Networking punya andil besar untuk berbisnis. Elizabeth semakin dekat dengan orang-orang yang memberinya dampak positif sehingga bisnisnya pun cukup menjanjikan. Chronicle adalah production house yang dibuat bersama suaminya. Dari networking dan selama bekerja dengan banyak orang secara profesional, bisnis Elizabeth  berkembang secara fantastis.

Sekali lagi, ia berhasil melariskan dagangan atau produk temannya. Dan kini ia bergabung di jejaring bisnis BNI Amplify yang kegiatannya saling mendukung keberlangsungan bisnis sesama anggota. Bisa dibilang jika Elizabeth adalah networking expertyang inspiratif.                                             

Mengasah Kemampuan Visioner

Tidak bisa dipungkiri jika networking membawa banyak perubahan besar dalam hidup perempuan multitalenta ini. Alumni kelas kepribadian di John Robert Powers ini sesekali diundang sebagai pakar komunikasi yang membahas public speaking, table manner, dan topik lainnya yang terkait dengan self development. Bergaul dengan banyak orang mampu mengasah intuisi Elizabeth.

Pebisnis perlu berlatih menjadi orang yang visioner. Elizabeth tidak segan menutup lini bisnisnya jika ia tahu kalau target market atau potensi pasar di masa yang akan datang bisa saja mengalami penurunan. Bisnis seharusnya juga dipikirkan mengenai cashflow bulanan, tren psar, jumlah manpower (karyawan), dan segudang hal detail lainnya.


Foto: cerryku.com

Mendukung Aktivitas Sosial

Hal paling menarik dari Elizabeth selain dari kemampuan networking dan visionernya adalah jiwa sosial yang sangat tinggi. Ia bergabung dalam program Raise Up, sebuah program yang membantu jemaat terdampak pandemi. Pemasukan dari donasi kemudian disalurkan kepada jemaat dalam bentuk pelatihan atau kebutuhan pokok lainnya.

Pengalaman yang sulit dilupakan oleh Elizabeth adalah ketika kodisi pandemi sedang buruk-buruknya, ia membuka program fund raising untuk pengadaan APD. Di luar dugaan, video promosi fund raising tersebut viral dan donasi yang terkumpul berlimpah ruah. Elizabeth membantu banyak paramedis yang berjuang di garda terdepan untuk melawan pandemi. Ia pun  sangat bersyukur dengan perannya sebagai seorang sociopreneur.


Baik sebagai womenpreneur, networking expert, atau sociopreneur, Elizabeth Setiaatmadja mengajarkan kita untuk terus berkembang dan tidak menyerah untuk mencapai impian. Ikuti rasa ingin tahu, pelajari, dan jangan lupa berbagi agar hidup menjadi jauh lebih bermakna.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 02, 2022 07:28

November 25, 2022

Forever Sweet, Baju Tidur Cantik Cocok Untuk Hang Out

lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right



Baju tidur cantik identik dipakai perempuan untuk beristirahat malam hari sambil tetap gaya. Tahukah, kamu? Forever Sweet hadir sebagai brand yang menyulap baju tidur menjadi busana hang out keren. 


Brand yang sudah berdiri sejak 2002 ini membuat desain pakaian perempuan dengan visi ingin membuat pemakainya selalu tampil muda dan menarik. Kali ini kamu bisa mengintip beberapa ide baju tidur cantik Forever Sweet yang bisa kamu kenakan ketika hang out. Oya, selain itu, kamu juga harus tahu alasan Forever Sweet bisa kamu masukkan di dalam daftar brand lokal favoritmu. 


Baju Tidur Cantik untuk Hang Out

Motif, warna, dan potongan model baju tidur Forever Sweet didesain secara khusus agar membuat perempuan terlihat anggun dan muda. Berikut ini ide busana yang bisa kamu contek ketika hendak jalan-jalan santai, ya!


Santai di taman

Daster atau dress santai biasa dipilih untuk menjadi baju tidur paling nyaman bagi para ibu. Forever Sweet meluncurkan dress ini tidak hanya untuk dipakai tidur. Kalau kamu ingin foto-foto di kafe bernuansa alam atau di taman, gunakan dress daster ini bersama sahabatmu. 




Warna hijau lembut dan krem dengan motif kotak-kotak, membuatmu tampil manis dengan tema preppy look. Bawa bekal lezat sambil menikmati suasana sore di taman bersama kawan tersayang. 


Berkunjung ke rumah teman

Ingin mengulang masa-masa sekolah atau buatmu perempuan yang sudah berkeluarga, acara pajamas party pasti bikin kangen. 





Forever Sweet juga menyediakan baju tidur yang fashionable, jadi saat acara pajamas party alias menginap seru dengan teman pun bisa sekalian memotret momen bersama. Dress hitam ini bisa membuat tubuhmu terlihat lebih langsing. Kamu berhijab? Tenang saja. Forever Sweet juga punya banyak desain yang santun untuk perempuan berhijab.


Hang out ke mal

Kamu suka dandanan vintage yang manis dan juga nyaman? Dress Forever Sweet ini juga cocok dikenakan dengan dandanan vintage favorit. Warna-warna kalem dengan motif bunga kecil-kecil atau corak floral lainnya sangat pas dipakai hang out ke mal. Kamu bisa tambahkan sabuk kecil agar siluet tubuh terlihat lebih bagus. 




Selain bentuk dress, Forever Sweet juga memiliki desain celana kain yang sangat nyaman. Celana panjangnya bisa kamu pakai jalan-jalan dengan nuansa ceria karena warna yang lucu-lucu.



Alasan Forever Sweet Harus Kamu Lirik

Sejak November 2022, Forever Sweet melakukan proses rebranding dan mendesain baju-baju perempuan karena brand ini ingin menjadi merek lokal yang dicintai perempuan Indonesia. Tentu saja jika melihat pakaian tidur yang bagus-bagus dari Forever Sweet membuat saya yakin jika brand ini juga cocok untuk dandanan kasual feminin sehari-hari.


Target market menengah, kualitas mewah

Selain desainnya, Forever Sweet juga dikenal sebagai podusen baju tidur cantik dengan kualitas premium. Meskipun sasaran market Forever Sweet adalah kelas menengah, semua desain Forever Sweet sangat lembut dan nyaman. Apalagi kamu bisa mendapatkan produknya di Shopee dan Tokopedia. Pemilihan benang dan kain dilakukan secara cermat oleh tim Forever Sweet.


Kualitas tetap terjaga meski bisnis ini sudah dua dekade. Dulu, Forever Sweet hanya menjual dalam bentuk grosir dan membina puluhan reseller. Kini baju-bajunya bisa dipesan eceran. Jadi jka kamu ingin menjadi reseller, tanya dulu dengan tim Forever Sweet.


Menjawab kebutuhan gaya perempuan

Warna-warna cerah, lembut, dan jauh dari kata norak ini menjawab kebutuhanmu untuk tetap stylish di berbagai kesempatan. Namun, kamu tidak perlu khawatir soal harga. Forever Sweet mematok harga produk dari 35 ribu sampai 140 ribu rupiah. Dengan harga terjangkau, kamu bisa tampil memesona mengikuti tren. 


Terdiri dari berbagai size

“Kalau badannya lagsing atau sedang sih, nggak masalah. Baju lucu itu nggak ada yang buat cewek berisi.” Mungkin ini muncul di pikiranmu setelah melihat desain Forever Sweet yang oke punya. Tenang saja, Forever Sweet menyediakan baju dari ukuran M sampai XL.


Pelanggan yang dulunya saaat remaja dibelikan orang tuanya baju Forever Sweet, masih betah menjadi pelanggan sampai jadi ibu-ibu anak satu dan kondisi badan pun agak melar.


Sudahkah kamu menemukan baju tidur cantik yang cocok buat jalan-jalan? Cek saja di akun-akun resmi Forever Sweet supaya nggak ada salah pilih, ya! Salah satu akun resminya di. https://shopee.co.id/foreversweetconcept.





 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 25, 2022 07:33

November 11, 2022

Wisata Dadakan ke Air Terjun Madakaripura



Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Saya percaya itu. Jadi, September lalu, sahabat saya sejak di kantor pertama mendadak memberikan kabar. Dia dan teman kantornya akan melakukan wisata air terjun Madakaripura. Dia ingat akan melewati daerah rumah saya di Sidoarjo jika hendak ke Probolinggo. Alhasil, setelah dihubungi, tentu saja saya bersedia ikut. Sebelumnya, saya gagal menjelajahi Madakaripura. Ini saatnya utuk pergi.

Madakaripura disebut-sebut sebagai air terjun tertinggi se-Asia Tenggara. Keindahannya masih bisa dinikmati hingga kini. Meskipun sudah banyak pengunjung yang datang ke sana, suasana alamiahnya masih relatif terjaga. Untuk pengunjung yang datang ke wisata air terjun Madakaripura, harus mempersiapkan baju yang nyaman dipakai untuk trekking selama 1,5 jam, jas hujan pelindung ponsel, tas anti air, dan alas kaki yang nyaman serta aman.

Sebelum perjalanan panjang
Perjalanan Menuju Air Terjun Madakaripura

Beruntung saya terbiasa berolahraga di kos atau rumah, jadi meskipun mendadak, saya tidak kehabisan napas di sepanjang perjalanan. Mobil yang kami tumpangi berangkat melalui tol dari Sidoarjo ke Probolinggo dan lewat Tongas. Jalurnya relatif lebih aman tanpa kelokan yang terlalu tajam. Sesampainya di area Madakaripura, kami masih harus menyewa ojek dengan membayar 30 ribu untuk perjalanan pulang-pergi. Tiket masuk kawasan air terjun sebesar 22 ribu.



Saya mengisi perut terlebih dahulu di warung sebelum naik ojek. Sejak dibonceng oleh Pak Ojek, saya bisa mencium aroma pepohonan dan suara gemericik sungai. Kami tiba pukul 11 dan mulai trekking pukul 12 setelah saya selesai salat.




Trekking menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam, tetapi itu juga karena kami sesekali berhenti untuk mengambil foto. Beruntungnya lagi, suasana sangat cerah sampai saya bisa merayapi tebing menuju air terjun utama yang debit airnya paling besar. Kami menyewa jasa seorang pemandu untuk menunjukkan rute yang aman dan mengambil foto serta video secara berkelompok. Rasa lelah terbayar lunas setelah sampai area air terjun. Semenjak pandemi menghantam, baru pertama kali ini saya


Menikmati Perjalanan Alam dan Mitos Air Terjun Madakaripura

Saya sangat suka dengan yang namanya wisata alam dan sejarah. Sesuatu yang terlihat kuno atau vintage, itu seperti memberi energi baru dalam pikiran dan energi saya. Berkunjung ke tempat seunik Madakaripura tentu saja tidak lupa saya cari tahu soal sejarahnya.

Menurut cerita penduduk sekitar, nama Madakaripura berarti “tempat terakhir”. Konon Patih Gajah Mada, patih legendaris dari Majapahit, menghabiskan sisa akhir hidupnya di air terjun tersebut. Ia bersemadi di dalam gua air terjun utama. Kamu bakal bisa melihat patung Gajah Mada di depan loket masuk.

Pemandu mengatakan jika kami tidak boleh sampai terlalu sore di sana. Sore biasanya hujan deras turun dan ini bisa menambah debit air sungai. Kalau sampai terjadi banjir saat kami masih di bawah tebing, ini bisa membahayakan nyawa. Kamu harus berhati-hati ketika melangkah.



Area air terjun utama ada di bagian paling dalam. Pengunjung harus sedikit merayap dinding tebing. Mumpung belum hujan, saya dan teman-teman memilih untuk menikmati air terjun bagian dalam. Tidak ada sinyal telepon dan internet. Saya merasakan udara sejuk dan segar. Cipratan air terjun membuat tubuh saya senang.



Setelah hampir tiga jam di wilayah air terjun, hujan mulai turun. Kami berjalan melalui jalur trekking dengan lebih perlahan karena curah hujan semakin deras. Oya, pemandu menunggu di tempat sebelum masuk ke air terjun utama. Mereka tidak mematok harga, tetapi rata-rata pengunjung memberi fee 50 ribu.

Wisata air terjun Madakaripura sama indahnya dengan Coban Sewu, tetapi jalur trekkingnya tidak terlalu menyulitkan. Saya masih ingat ketika harus melalui arus sungai deras dan berjalan naik turun tangga kayu licin saat berkunjung ke Coban Sewu. Bahagia sekali rasanya bisa berkunjung ke dua air terjun terkenal di Jawa Timur ini. Kapan kamu mau ke sini?

Baca Juga: Trekking Menantang di Air Terjun Coban Sewulintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 11, 2022 20:15