Reffi Dhinar's Blog, page 5
January 16, 2024
Walking Tour Mengenang Sejarah Kawedanan Krian

Walking tour ini bikin candu. Makanya ketika Rumah Budaya Sidoarjo mengumumkan jadwal tamasya, saya gaspol aja daftar. Walking tour mengenang sejarah di Kawedanan Krian ini membuat saya jadi makin cinta kota kelahiran saya sendiri, Sidoarjo. Ternyata, banyak spot menarik yang bisa dijadikan bahan cerita.
Kawedanan Krian sekarang namanya menjadi Kecamatan Krian. Dahulu, daerah tersebut menjadi bagian dari Karisedenan Surabaya. Rombongan mengunjungi kecamatan Balongbendo, Krian, Prambon, Tarik, dan Wonoayu. Tentu saja persiapannya penting. Gunakan pakaian dan alas kaki nyaman, topi atau payung, dan kondisi fisik prima karena waktu itu di bulan Desember 2023, Sidoarjo masih jarang hujan diiringi panas menyengat.
Bagian Sejarah Bisnis Gula Zaman Kolonial
Tujuan jalan-jalan kali ini untuk menyusuri sisa masa peninggalan Hindia-Belanda di Kawedanan Krian. Pada masa Hindia-Belanda, ada sekitar 20-an pabrik gula berdiri. Pada era tersebut, daerah-daerah di Sidoarjo banyak dijadikan perkebunan gula. Tidak heran kalau daerah Krian ini sampai sekarang masih banyak tanaman tebunya, rupanya ini sudah sejak dulu kala.

Ekonomi Berkembang karena Pabrik Gula
Semasa pemerintahan Hindia-Belanda, di Sidoarjo memiliki banyak kebun tebu. Banyaknya pabrik gula tersebut menciptakan keramaian seperti pemukiman karena terdapat perputaran ekonomi di sana.
Bisa dibilang, pabrik gula ini menyerap tenaga kerja kaum pribumi juga. Meningkatnya kondisi ekonomi masyarakat, membuat pertambahan penduduk pun semakin cepat dan pemukiman semakin meluas.
Menurunnya Bisnis Gula
Bagaimana bisa saya tahu tentang sejarah kondisi ekonomi masyarakat di Kawedanan Krian? Tentu saja dari storyteller yang turut mendampingi kami. Di dalam bus mini, storyteller menceritakan sejarah. Apalagi peserta tamasya mendapat camilan mengenyangkan, air mineral, dan brosur yang berisi rangkuman sejarah tempat yang akan kami kunjungi.
Setelah bercerita tentang perkembangan ekonominya, saya juga tertarik dengan masa menurunnya bisnis gula di Sidoarjo pada masa penjajahan Jepang.
Banyak pabrik gula ditutup karena negara Jepang tidak punya pengalaman dalam menangani bisnis gula. Setelah Jepang kalah oleh Sekutu, Belanda berusaha kembali menguasai bisnis gula dan mengembangkannya.
Walaupun terlihat menjanjikan, bisnis gula juga sempat mengalami krisis. Dalam kurun waktu 1850-1940 itu banyak krisis terjadi, seperti Perang Dunia 1. Akibatnya, terjadi surplus gula karena permintaan gula menurun dan krisis malaise yang membuat bisnis gula hancur.

Bangunan Saksi Sejarah Bisnis Gula
Yang paling menarik dari sesi tamasya semi walking tour tentu saja mengunjungi objek bangunan historikalnya. Sedih sekali melihat sisa bangunan bersejarah di Sidoarjo berjumlah sedikit. Tidak seperti Malang dan Surabaya yang masih tetap dirawat atau minimal dijadikan bagian sejarah kota.
Rumah Ahli Kimia Pabrik Gula
Bangunan pertama yang kami kunjungi adalah rumah ahli kimia Pabrik gula Popoh. Pabrik Gula Popoh ini masih satu manajemen dengan Watoetoelis. Di Sidoarjo, pernah ada asosiasi Arsitek Hindia-Belanda yang memperbaiki struktur bangunan Hindia-Belanda.
Menurut para arsitek tersebut, selera dan pilihan desain bangunan awal di sekitar pabrik gula termasuk buruk karena pendirinya berasal dari militer. Para arsitek Hindia-Belanda di Sidoarjo pun merenovasi bangunan dengan lebih cantik.

Tidak diketahui siapa nama ahli kimia tersebut, tetapi kami bisa membayangkan situasi zaman dulu dengan khidmat. Salah satu ciri atap bangunan yang ada di Sidoarjo ini adalah atapnya yang curam karena curah hujan cukup banyak. Ketinggian atap juga berguna untuk membuat sirkulasi udara lancar dan lebih sejuk. Rumah tersebut sekarang menjadi Dinas Pendidikan Wonoayu
Pegadaian, Solusi Masalah Ekonomi Sejak Dulu
Tujuan kunjungan kedua adalah ke Pegadaian. Saya juga baru tahu kalau Pegadaian ini kehadirannya sudah sejak zaman kakek nenek buyut belum lahir, hahaha. Bangunan Pegadaian ini berdiri tahun 1912.

Tujuan dari pegadaian ini berdiri untuk mencegah dampak rentenir. Karena perkembangan ekonomi meningkat dan masyarakat semakin ramai, muncullah rentenir di pasar-pasar tradisional dengan bunga besar mencekik leher.
Pada 1912, ketika sedang jaya-jayanya pabrik gula, rentenir ini tumbuh seperti jamur. Dari sebuah pegadaian, lalu berkembanglah pada 1916 hingga muncul Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumiputra.

Kongres pegawai pegadaian akbar dilaksanakan tahun 1919 di Bandung. Diskusi dalam kongres termasuk membahas hak-hak pekerja. Selanjutnya, pada 1920, muncullah perkumpulan kaum buruh. Bisa dibilang perkumpulan tersebut menjadi cikal bakal serikat pekerja modern.
Bangunan Terbengkalai dan Kisahnya
Perjalanan tamasya memakan waktu seharian. Kami berangkat pukul 9 dan sampai Rumah Budaya Malik Ibrahim Sidoarjo sekitar pukul 5 sore. Ketika berpindah lokasi, kami naik mini bus, tetapi ada sesi jalan kakinya pasti. Ketika memasuki jam makan siang, kami mampir ke Kolega Cafe yang juga bangunannya bersejarah.

Spot menarik berikutnya adalah sebuah bekas tangsi Belanda. Sayangnya, sudah banyak yang hancur. Pada penjajahan Jepang, tempat itu dipakai untuk menyiksa tawanan tentara Belanda. Kawasan Krian ini dulu juga menjadi saksi tragedi G30S-PKI.

Jadi, bisa dimaklumi kalau ada cerita-cerita mistis yang menyertai. Saya saja merasa sesak dan sedih ketika masuk. Mungkin karena sisa memori yang cukup menyedihkan itu membuat hati jadi sedih.
Perjalanan kami selanjutnya menuju kantor Kawedanan Krian. Gedungnya sudah banyak mengalami perubahan dan kini jadi perpustakaan. Pada 1899, dibangun sistem telekomunikasi telegram dan dipasang di kantor kawedanan ini untuk berkomunikasi dengan karesidenan lainnya hingga gubernur jenderal.

Perjalanan ditutup di sebuah bangunan yang dulunya menjadi tempat manufaktur alat berat dan menjadi bagian dari dinas PU (Pekerjaan Umum). Saya mengunjungi rumah yang juga sudah terbengkalai tanpa catatan dan tertera tahun 1880.



Kemungkinan ini rumah orang penting dari bupati yang sedang mengecek wilayah irigasi. Bangunannya juga dekat saluran irigasi bersejarah Rolak Songo.

Perjalanan kali ini membuat saya semakin penasaran dengan bagian kota Sidoarjo lainnya. Walking tour mengenang sejarah Kawedanan Krian dan bisnis gula membuat saya seolah menjelajahi waktu kembali di awal abad 20-an. (Baca Juga: Wisata Sejarah Kota Malang)
lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right
December 31, 2023
Belajar Menulis Itu Penting Seperti Pelajaran Eksakta

Pernah tidak kamu mendapat pesan semacam ini dariorang asing di WhatsApp?
“P”
Padahal yang namanyaBBM itu sudah punah, tapi masih saja ada orang yang mengirim huruf ‘P’ lewatWhatsApp bukannya salam dan ucapan perkenalan. Yang berada di bawah levelnyaadalah hanya menyebut “Kak” tanpa ada lanjutan. Sudah dibalas pun tidak segera diresponssampai esok harinya. Padahal konteksnya belum kenal sama yang mengirim pesan.
Saya masih seringmenemukan opini bahwa menulis itu membuat pusing. Salah satu rekan kerja sayadulu bahkan sampai lembur berjam-jam hanya untuk menyusun laporan karenabingung menyusun kata-kata. Sedih saja melihatnya padahal Bahasa Indonesia itusudah menjadi bahasa nasional yang dipelajari di berbagai negara, kenapa kitawarganya sendiri malah senewen ketika diminta untuk menulis dalam bahasaIndonesia?
Eksakta Selalu Jadi Juara, Bahasa Indonesia Nomor Dua
Saya maumerujuk kembali ke pengalaman ketika masih SD hingga SMA. Dulu, nilaiMatematika dan Bahasa Inggris saya jauh lebih tinggi dibandingkan BahasaIndonesia ketika lulus Ujian Nasional SD. Orang tua pun sangat bangga ketikamelihat nilai Matematika saya hampir 100. Kalau tidak salah ingat, BahasaIndonesia dapat 8.
MenguasaiBahasa Inggris dan jago ngobrol sejak kelas 5 SD pun membuat banyak orangkagum. Teman-teman sekelas begitu salut dengan skill cas cis custersebut. Jujur saja, jauh di dalam lubuk hati, saya sangat bangga ketikacerita-cerita yang saya tulis dalam Bahasa Indonesia dibaca oleh guru hinggateman-teman mau antre untuk membeli cerita pesanan mereka.
Selainitu, saya sangat gembira ketika menjadi juara mendongeng dalam Bahasa Indonesiasaat masih Sekolah Dasar. Ketika duduk di bangku SMP, saya merasa istimewa saatmenjadi juara umum kedua di kompetisi resensi film. Lagi-lagi prestasi menulisdalam Bahasa Indonesia. Namun, gegap-gempitanya masih kalah gaungnya denganperaih prestasi lomba sains. Ditambah lagi pendapat orang tua saya ketika SMA,“Belajar yang rajin supaya bisa masuk kelas Sains, jangan Sosial.”
Dipikirlagi, kenapa, ya, Bahasa Indonesia seolah menjadi anak tiri dibandingkan matapelajaran eksakta atau bahasa asing? Saya akui, dulu saya menganggap pelajaranBahasa Indonesia itu membosankan. Makanya, ketika kuliah pun saya memilihSastra Jepang. Justru ketika saya mulai terjun sebagai penulis profesional,saya tahu jika saya harus belajar lebih banyak lagi soal penyusunan kalimat danejaannya dalam Bahasa Indonesia.
Logika Berantakan dalam Tulisan Bahasa Indonesia
Suatu hari, sayamendapat surel penolakan dari cerpen yang saya kirim. Saya tidak bisa melupakansurel tersebut karena editonya membuat catatan, “Pelajari cara membuat kalimatlangsung. Logika kalimat di paragrafnya juga perlu diperbaiki.”
Bertahun-tahunmenjadikan aktivitas menulis sebagai hobi ternyata tidak serta-merta membuatsaya langsung mendapat pujian. Prestasi zaman SD sampai SMP rasanya tidak jadiberharga. Saya sampai pada satu titik yaitu merasa perlu belajar banyak tentangBahasa Indonesia. Itulah sebabnya, saya mengikuti kelas-kelas menulis dariberbagai komunitas. Geli juga kalau memikirkan bahwa saya dianggap smartkarena bisa berbahasa Inggris dan Jepang, tetapi perlu ikut banyak kelasmenulis dalam Bahasa Indonesia
Saya harus belajar tentangsintaksis, mengutak-atik PUEBI, dan terus mencari tahu bagaimana cara menulisyang benar agar pembaca tidak bingung. Tanpa sadar, belajar menulis danmendalami lebih banyak mengenai Bahasa Indonesia, membuat pikiran saya lebihterstruktur.
Kemampuan menulisdalam Bahasa Indonesia ini terasa manfaatnya ketika saya bekerja. Lulus dariSastra Jepang, saya bekerja sesuai impian sejak masih SMA yaitu menjadipenerjemah Bahasa Jepang. Di kantor, saya bertugas untuk menerjemahkan secaralisan atau tertulis dari Bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia (berlaku jugasebaliknya). Tebak apa yang membuat kawan penerjemah saya harus bekerja lebihlama ketika menerjemahkan dokumen? Menyusun kalimatnya agar mudah dibaca dalamBahasa Indonesia.
Mengirim surel bisniskepada klien atau menyusun laporan juga menjadi bagian dari pekerjaan. Sayatidak menemui kendala berarti sampai akhirnya saya mengetahui beberapa rekankerja di divisi lain bilang kalau kepalanya mau meledak karena pusing menyusunkalimat untuk laporan bulanan. Menulis menjadi sebuah momok bagi beberapa orangdi kantor saya.

Kepalasaya pusing ketika harus membaca surel dari rekan bisnis kantor yang terlalubertele-tele. Saya juga sering dimintai pendapat oleh rekan kerja yang gugupmenekan tombol ‘kirim’ di surelnya jadi saya diminta untuk memeriksa kalimatyang diketik. Akhirnya, saya menemukan sebuah kesimpulan. Seharusnya, matapelajaran Bahasa Indonesia diberikan branding sama pentingnya denganpelajaran eksakta dan Bahasa Inggris.
Sekolahseharusnya mulai memikirkan tentang bagaimana cara yang asyik agar para siswatidak bosan ketika belajar Bahasa Indonesia. Misalnya, mereka diminta untukmembuat tulisan kepada atasan, guru, atau idola yang saat ini digemari. Kalaumelihat situasi yang ada di film Hollywood atau membaca pengalaman mahasiswa diluar negeri, menulis esai menjadi bagian penting aktivitas belajar di sana.
Dalampelajaran Sains atau Sejarah, siswa diminta untuk membuat esai tentang hasilpenelitian mereka. Kalau kita mau mendapat beasiswa LPDP contohnya, kita jugaperlu belajar menulis esai. Saya pernah iseng belajar menulis untuk percobaantes IELTS. 300 kata rasanya mudah sekali saya buat. Namun, mentor saya membuatcatatan merah dengan kalimat, “Kamu terbiasa menulis bertele-tele tanpa pesanutama. Ini memang kelemahan kita dalam Bahasa Indonesia. Jangan diterapkan buatesai Bahasa Inggris.”
Ternyatakemampuan saya menulis artikel Bahasa Indonesia ini masih banyak kurangnya.Karena kritik dari mentor IELTS, saya pun belajar teori ‘plain language’yang mengubah cara saya menulis artikel. Semakin mendalami, rasanya BahasaIndonesia semakin asyik untuk dipelajari.
Menulisadalah cara yang baik untuk merapikan struktur berpikir dan menyampaikan pesanyang sulit kita sampaikan secara verbal. Semoga saja kalau ada menteripendidikan yang baru, selain pilihan ganda tetap dipertahankan, tolongmurid-murid ini diajari cara menulis yang baik supaya tidak ada lagi yangmengetik “P” di chat WhatsApp.
(Baca Juga: Ini Hasil Menjadikan Hobi Membaca Buku Lebih Sedikit)
lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, rightDecember 2, 2023
Hidup Kita Itu Sangat Romantis

Hari ini saya menonton film 'Jatuh Cinta Seperti di Film-Film', tapi di sini saya tidak ingin menulis tentang reviewnya. Untuk review akan saya unggah nanti di Moviereffi.com.
Banyak dialog dari film komedi romantis ini yang membuat saya terharu sampai tertawa. Bukan karena saya punya kisah seperti tokoh Hana dan Bagus yang kembali jatuh cinta di usia menjelang 40 (karena usia saya juga yunior banget dibanding mereka), tetapi karena saya merasa semakin yakin jika hidup kita itu sebenarnya seperti di film-film.
Romantis itu bukan berarti penuh bunga. Namun, fluktuasi emosi dan kejadian-kejadian tidak terduga yang membuat kita mendewasa, itu juga romantis.
Menurut KBBI, arti 'romantis' adalah ''bersifat seperti dalam cerita roman (percintaan); bersifat mesra; mengasyikkan'. Nah, ada kata 'mengasyikkan' di sini. Hidup asyik tidak selalu gembira. Kita diuji lalu bangkit, kehilangan lalu mendapat ganti, bukankah ini juga seperti sekuen-sekuen pada film?
Waktu yang Selalu Maju, Bukan MundurAda satu dialog dari film 'Jatuh Cinta Seperti di Film-Film' yang sangat lengket di benak saya."Kalau hidup gue nggak bisa di-retake, ya udah bikin aja sekuelnya. Dilanjut.''
Begitu kuatnya dialog yang diucapkan sosok Bagus (Ringgo Agus) itu sampai saya ingat slogan hidup saya sendiri.
"Life is like a game. Fail? Just restart again, unless we die.''
Kita tidak bisa mengulang waktu karena gerakannya selalu maju. Namun, bukankah jumlah angka di arloji dan jam dinding tetap sama? Hanya angka 1 sampai 12 yang berputar dua kali hingga berjumlah 24 jam.
Jika di satu waktu kita gagal, maka di waktu lainnya kita bisa berusaha lagi. Saat di satu periode kita belum lulus ujian, di satu periode esok ujian yang sama akan berkunjung lagi.
Hidup tidak bisa diulang, hanya bisa dibuat sekuelnya, lanjutannya sampai Tuhan memanggil kita untuk berpulang.

Makanya, saya tidak pernah jenuh tiap berangkat-pulang kerja. Saya sengaja resign dari kantor pertama, memilih kota kecil tanpa mal. Dari keputusan inilah, praktik Mindfulness saya semakin kuat.
Banyak yang merasa romantis ketika berpasangan atau menikah, lalu lupa esensi mencintai diri sendiri. Saya dulu kira jika romantis hanya ada pada hubungan dua orang manusia, tetapi ternyata romantis itu bisa muncul dari diri sendiri.
Ketika kita merasa hidup kita romantis, rasanya merasa sia-sia jika berlama-lama menyimpan marah pada orang-orang menyebalkan.
Saya jadi menghargai waktu sendiri dan benar-benar fokus ketika waktunya bersama keluarga serta sahabat. Tidak perlu label pencapaian penuh kemilau untuk menciptakan hidup romantis.
(Baca Juga: Semua Jadi Bencana Ketika Menjadi Angka)
Kalau Sial Terus, Mana Romantisnya?Saya yakin ada yang berpendapat berbeda soal romantisasi hidup. Jika banyak utang dan merasa hidup ini kok selalu apes, lantas mana bagian romantisnya? Itu hanya utopia kosong.
Benar. Saya juga pasti susah merasa romantis kalau berada di situasi sulit. Saya pernah dirundung duka akibat kegagalan dan kesialan bertubi-tubi di usia dan otak yang belum dewasa. Waktu itu, tentu saya hanya bisa bersedih. Ya, yang bisa saya lakukan hanya memeluk kesedihan itu dan hidup berdampingan dengannya.
Lantas saya berpikir. Saya tidak akan bisa melupakan hal-hal menyakitkan dengan lihai karena untuk melupakan itu butuh pengulangan kejadian dalam otak. Yang saya lakukan adalah mengakui lalu menjahitnya menjadi sebuah catatan hingga ada yang lolos untuk seleksi buku. Sahabat-sahabat saya berkata, ''Ini lukamu, ya, kelihatan ada optimisme di akhir ceritanya.''
Seiring waktu berlalu, pengalaman sedih tersisih oleh fokus-fokus yang lain. Ada kegagalan-kegagalan baru lainnya dengan bentuk berbeda. Ya, ini hidup. Kalau tidak ada suka duka, berarti 'film' kita di dunia sudah masuk kata tamat.
Ah, saya jadi teringat satu dialog lagi dari film 'Jatuh Cinta Seperti di Film-Film'. Kali ini akan saya jadikan penutup. Tokoh Hana (Nirina Zubir) yang mengucapkan. Dialog persisnya saya lupa, tetapi intinya begini.
"Berduka itu nggak harus terus dialami dengan bersedih. Kita hidup seperti biasa walau saat bahagia, muncul perasaan nggak bisa bahagia berlebihan.''
(Baca Juga: Pembelajaran Hidup Dari Arung Jeram)
lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, rightNovember 29, 2023
Jalan-Jalan Seru Sambil Wisata Sejarah di Kota Malang

Walking tour bulan ini saya lakukan di Malang. Meskipun termasuk kota tetangga yang sering saya kunjungi, ketika Rumah Budaya Sidoarjo mengumumkan acara Uklam Uklam Kota Ngalam, saya gercep langsung daftar. Acara tersebut juga bekerjasama dengan teman-teman mahasiswa dari Universitas Negeri Malang.

Semenjak rajin ikut acara walking tour di Surabaya dan Sidoarjo, saya punya keinginan untuk mencoba di Malang. Namun, belum ada kesempatan. Alasan saya ingin sekali ke sana adalah udaranya lebih sejuk dan masih ada tempat-tempat yang belum saya kunjungi. Maklum, anak Sidoarjo sudah hampir menyerah sama cuaca panasnya, hiks.
Seru banget. Hanya dengan membayar biaya sebesar 150 ribu, peserta mendapat tote bag yang berisi snack dan air mineral, transportasi, serta makan siang. Kami juga pastinya mendapat asupan cerita dari storyteller di masing-masing tempat bersejarah. Tak lupa saya membawa topi dan payung untuk menghindari teriknya matahari serta jaga-jaga karena Malang sudah sering hujan. Yuk, saya ceritakan tujuan kami satu-satu.
Mengulik Cerita di Balik Kerajaan SingosariSiapa yang tidak kenal Ken Arok dan Ken Dedes? Kisah mereka termasuk sangat melekat di benak semenjak belajar mengenai Kerajaan Singosari di bangku SD. Saya ulas sedikit, ya, supaya segar lagi.
Ken Arok (1222-1227 M) adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Singosari. Sebagai raja, Ken Arok bergelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabhumi. Namanya juga kerajaan, pasti tidak lepas dari intrik politik dan perebutan kekuasaan. Kisah pendirian Singosari sampai masa pemerintahannya juga sangat dramatis dengan pertumpahan darah.
Yang saya kunjungi bukanlah tempat pendarmaan Ken Arok, melainkan dua tempat yang berkaitan dengan salah satu keturunannya dan juga tempat Ken Arok bertemu Ken Dedes pertama kali.
(Baca Juga: Jalan-Jalan Satu Hari di Kota Malang)Candi Singosari
Tujuan pertama acara Uklam-Uklam adalah Candi Singosari yang berlokasi di Kelurahan Candirenggo, Kecamatan Singosari, Malang. Jujur saja, ini pertama kalinya saya berkunjung ke sana. Pelataran candi tidak luas, tetapi kalau melihat patung Dwarapala yang seharusnya menjadi penjaga gerbang, mungkin dulunya area candi lebih luas.

Candi Singosari adalah tempat pendarmaan Raja Kertanegara yang membawa kerajaan Singosari ke masa kejayaan. Candi ini dibangun sekitar tahun 1300-an pada masa kerajaan Majapahit bersamaan dengan Candi Pari di Sidoarjo.


Pengunjung tidak boleh naik ke candi karena masih digunakan untuk ibadah. Untuk menyusun candi, para pendiri zaman dahulu menggunakan batu andesit. Di area yang terpisah dari candi Singosari ini terdapat arca Dwarapala raksasa. Biasanya Dwarapala ini ukurannya sedang, tetapi ini sangat besar.

Dwarapala letaknya tidak jauh dari Candi Singosari. Jumlahnya ada dua di lokasi berseberangan. Sebenarnya Dwarapala dibuat sebagai penjaga area candi, kelihatannya sekarang terpisah areanya, tapi dulu mungkin areanya sangat luas. Hanya tersisa arca dan candi utama. Setelah puas berkunjung di area candi, kami menuju lokasi berikutnya.
Pemandian WatugedeSebenarnya, kami tidak ada rencana ke pemandian ini. Hanya saja karena masih satu arah dan ada hubungannya dengan Kerajaan Singosari, panitia memutuskan untuk mampir ke sana. Pemandian Watugede disebut-sebut sebagai tempat Ken Dedes mandi. Ken Arok mengintip dan jatuh hati padanya.

Tidak ada tiket masuk saat kami ke sana. Lokasi petirtaan atau pemandian tidak bisa dilihat dari pinggir jalan. Kita harus menyusuri jalan menurun. Setelah saya sampai di tepi petirtaan, saya merasa seperti di dimensi lain. Suhu udaranya sejuk dengan pepohonan yang menghalangi sinar matahari.

Saya menyempatkan diri untuk duduk beberapa menit sambil mencelupkan kaki di kolam pemandian. Imajinasi saya melayang membayangkan situasi ratusan tahun lalu ketika dalam kisahnya dinyatakan jika Ken Dedes bertemu dengan Ken Arok pertama kalinya di sini.
Mungkin dulu kawasan pemandian dipenuhi pepohonan tinggi yang berjajar merapat. Lokasinya pasti agak jauh karena tempat pemandian para putri pasti tidak mudah diakses orang sembarangan. Setelah puas berfoto-foto, kami lanjut ke tempat berikutnya.
Tempat-tempat yang Menjadi Saksi Budaya Tradisional & Sejarah Kolonial
Di tiga tempat berikutnya, saya menikmati suasana budaya tradisional sekaligus kolonial yang punya kisahnya masing-masing. Adakah di antara kamu yang sudah mampir ke Wisma Tumapel dan Kambung Budaya Polowijen?
Kampung Budaya Polowijen
Gerimis kecil menyambut kami ketika turun dari mobil. Lokasi parkir dekat Kampung Budaya Polowijen ini menarik karena dekat dengan area pemakaman. Saya berjaga-jaga membawa payung mini kalau saja hujan menyapa di tengah jalan. Karena waktu itu di Sidoarjo belum hujan, disapa gerimis kecil membuat perasaan tenang.


Jarak antara tempat parkir dan gang menuju Kampung Polowijen tidak jauh. Yang paling memanjakan mata tentunya hantaran sawah hijau yang membuat saya serasa ada di Ubud. Hal yang menarik perhatian saya berikutnya adalah ketika storyteller bercerita jika kampung budaya tersebut juga dibangun untuk melestarikan budaya tari topeng khas Malang yang semakin surut peminat.

Rasanya tenang sekali ketika berjalan mendekati area kampung. Kadang ada pertunjukan tari topeng yang dipentaskan untuk pengunjung. Tidak jauh dari gerbang kampung, saya melihat foto-foto dan topeng tradisional yang menunjukkan ciri khas budaya Kampung Polowijen.
Di dekat area pemakaman tempat mobil rombongan saya parkir, terdapat makam Mbah Reni, seorang seniman dan tokoh tari topeng yang berjasa mempopulerkan kesenian tersebut pertama kali di Malang.
Kami berjalan melalui gang kampung lalu menyeberangi jalan yang diapit sawah hingga sampai situs Sumur Windu. Meskipun dikatakan sebagai sumur, kami tidak menemukan bentuk sumurnya karena sudah didirikan bangunan di atasnya hingga airnya bisa dinikmati dari keran.
Iseng saya mencari tahu sejarah Sumur Windu ini. Tempat tersebut juga disebut sebagai Petilasan Ken Dedes. Kampung Polowijen sendiri juga disebut sebagai daerah asal Ken Dedes yang dulunya dinamai Panawijen. Pendapat tersebut dikutip dari Buku Pararaton karya Drs. R. Pitono Hardjowardojo.
Mampir di Sisa Bangunan Kolonial
Malang punya banyak bangunan bersejarah yang terawat. Karena kawasan Malang berada di dataran lebih tinggi daripada Surabaya, makanya dulu banyak dibangun tempat peristirahatan. Kalau sekarang sih katanya termasuk lebih panas, ya (walau bagi saya tetap sejuk).

Ketika jalan-jalan sendirian ke Malang, saya sempat ingin ke Wisma Tumapel, tetapi kalau ke sana tanpa ada petunjuk atau pencerita, rasanya kok kurang pas. Makanya, ketika acara Uklam-Uklam Rumah Budaya Sidoarjo ini diumumkan dengan salah satu tujuannya ke Wisma Tumapel, saya jadi lebih bersemangat.



Meskipun Wisma Tumapel ini berdiri pada 1928, tempat ini buka tempat peristirahatan tertua di Malang. Hotel tertua di Malang yang berdiri sekitar tahun 1890-an adalah Hotel Niagara. Wisma Tumapel disebut sebagai tempat termegah di Malang pada era kolonial untuk orang-orang pejabat tinggi Hindia-Belanda.
Lalu setelah pemerintah Hindia-Belanda pergi, bangunan ini terbengkalai dan sempat dianggap angker. Satu ruangan sangat luas. Di dalamnya terdapat kamar mandi yang dilengkapi bath tube dan ruangan lain.
Bangunannya sempat terabaikan hingga super kumuh sampai sama Universitas Negeri Malang melakukan perbaikan sehingga bisa dikunjungi. Ketika di sini, saya bertemu banyak anak muda yang sedang hunting foto. Bangunan tua memang selalu punya pesona. Wisma Tumapel dulu diberi nama Splendid Inn dan nama tersebut digunakan di hotel seberang Wisma Tumapel.



Kami sempat mampir ke Hotel Tugu untuk melihat beberapa arca yang disimpan di bagian dalam hotel. Lalu sampailah kami di tujuan terakhir di kawasan Heritage Kajoetangan. Ini kali kedua saya kemari. Senangnya kalau pergi bersama rombongan tentu saja akan ada kawan yang mau mengambil foto.



Setelah beberapa kali berkunjung di kafe favorit saya yang ada di Kajoetangan, saya baru tahu kalau dulu di dekat jalan rayanya hanya ada 12 rumah. Rumah-rumah tersebut dibangun untuk anak-anak pejabat Tionghoa, sementara ketika masuk semakin ke dalam, sudah termasuk area kampung dan hutan zaman dulu. Setelah membayar tiket sebesar 5 ribu rupiah, kita akan mendapat satu photocard dari objek menarik di Kajoetangan.



Wisata sejarah di kota Malang sambil jalan-jalan begini memang sangat asyik. Keinginan kecil saya terpenuhi bulan ini. Semoga Rumah Budaya Sidoarjo mengadakan acara lain yang tidak kalah serunya. Let’s walk!
(Baca Juga: Menginap di Shanaya Resort Malang)
November 6, 2023
Jalan-Jalan Seru Menyusuri Dua Pabrik Gula di Sidoarjo

Pada 15 Oktober lalu, saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan seru menyusuri dua pabrik gula di Sidoarjo. Komunitas Sidoalce berkolaborasi dengan Rumah Budaya Malik Ibrahim dalam event yang bertajuk Tilik Mburi 2. Tentu saja saya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengulik sejarah Pabrik Gula Watoe Toelis (Watu Tulis) dan Candi Baru.
Walking tour atau jalan-jalan di dalam kota untuk mencari tahu sejarah di balik bangunan dan lokasi tertentu kini menjadi salah satu aktivitas hiburan yang saya lakukan. Biasanya, saya jalan-jalan di Surabaya. Ini kali kedua saya mengikuti program wisata sejarah dari Rumah Budaya Malik Ibrahim. Tentu saja, pengalaman di acara Tilik Mburi ini sangat menyenangkan.
Pabrik Gula Watoetoelis yang Tersisa Kenangan
Dengan hanya membayar 75 ribu, peserta yang dibatasi maksimal 40 orang berkumpul dari Rumah Budaya dan diantar berkeliling menggunakan mini bus. Selain itu, kami mendapat air mineral dan jatah makan siang setelah mengunjungi Pabrik Gula Candi Baru. Menurut saya, dengan harga segitu, saya bisa mendapatkan banyak sekali benefit. Saya juga tidak perlu memikirkan tip untuk storyteller. Semua biaya sudah mencakup konsumsi dan mini bus yang kami naiki.
Rute pertama adalah Pabrik Gula Watoetoelis. Pabrik tersebut sudah tidak beroperasi lagi karena mesin-mesin di dalamnya sangat tua. Namun, pabrik tersebut masih bisa dikunjungi untuk mendapatkan atmosfer sejarah perjalanan bisnis pabrik gula sejak zaman penjajahan.

Ketika sampai di halaman utama, saya dan rombongan terkesima dengan halaman luas dan gedung utamanya yang memiliki tulisan tahun 1838. Pabrik gula yang berdiri pada abad 19 tersebut terlihat megah. Tidak ada tiket masuk karena tempat ini belum benar-benar dibersihkan di bagian dalamnya.

Mesin Tua Saksi Banyak Kenangan
Kami masuk ke ruangan yang dulunya menjadi tempat penggilingan utama. Debu dan juga panas menyambut kami, jadi harus berhati-hati juga jalannya. Terlihat mesin semacam panci-panci raksasa untuk mengolah cairan tebu dan memisahkan sisa ampasnya. Mata saya tertarik pada mesin penarik lori tua bertuliskan Christoph Scottier. Kata storyteller, penarik lori tersebut dibuat dari Jerman pada 1973.
Tungku pemasak cairan gula yang saya bilang seperti panci raksasa tadi bertuliskan tahun 1880. Tua sekali, ya. Bayangkan jaraknya dari tahun 1880 ke 1973, itu saja sudah hampir satu abad. Lalu kalau ditambahkan ke tahun 90-an di saat saya baru lahir, rasanya lebih tua lagi. Pabrik ini baru berhenti beroperasi sekitar tahun 2018.


Mampir di Jajaran Bekas Rumah Dinas
Melawan terik matahari dan juga debu, kami melanjutkan perjalanan ke bagian paling dalam area pabrik. Berjajar bangunan-bangunan cantik yang dulunya menjadi rumah dinas pegawai. Desain arsitektur dan interiornya nampak jelas merupakan gabungan gaya Eropa dan Jawa. Ada juga yang bergaya tropis dengan warna krem dan kuning.


Saya bisa membayangkan bagaimana riuhnya suasana ketika pabrik ini masih berjalan. Pegawai yang tinggal di rumah dinas mengenakan seragam kerja dan petinggi yang berasal dari Belanda mengawasi jalannya pekerjaan. Ada wacana jika kawasan ini akan dijadikan museum. Semoga saja ini bisa terealisasi agar sisa bangunannya bisa direnovasi dan dikunjungi siapa saja.
Berteduh di Lodji 1839
Sebelum berpindah ke destinasi pabrik gula kedua, saya dan rombongan Tilik Mburi menyeberang jalan menuju kafe Lodji 1839. Lokasinya tepat di seberang pabrik gula Watu Tulis, Kecamatan Prambon, Sidoarjo. Kafe ini dulunya diperkirakan pernah digunakan oleh pejabat tinggi Pabrik Gula Watu Toelis.


Bangunannya terawat baik dan kalau melihat akun Instagramnya, di sini sering digunakan untuk sesi foto terutama prewedding. Bagi kamu yang suka bangunan cantik bersejarah, kamu bisa mampir ke sini sambil memesan makanannya. Karena waktunya tidak terlalu panjang, saya salat Zuhur sambil menikmati minuman limun lezat khas Lodji 1839. (Baca Juga: Melintasi Dua Masa di Georgetown, Penang)



Pabrik Gula Candi Baru yang Masih Beroperasi
Kami akhirnya mengunjungi Pabrik Gula Candi Baru. Pada hari tersebut, pabrik masih beroperasi sehingga kami hanya melihat dari luar saja. Karena masih berjalan, tentu saja mesin-mesinnya sudah diperbaharui dengan teknologi terkini. Pabrik gula biasanya berjalan selama enam bulan untuk menggiling gula nonstop lalu libur enam bulan untuk maintenance.

Sambil mendengarkan cerita mengenaik PG Candi Baru, rombongan berfoto di depan salah satu bagian bangunan paling tua yang masih dipertahankan. Tertera tulisan 1832 di atas bangunan yang menunjukkan jika pabrik tersebut merupakan pabrik gula tertua di Sidoarjo.
Usut punya usut, PG Candi Baru ini didirikan oleh pengusaha Tionghoa, bukannya Belanda. seperti PG Watu Tulis. Nama pendirinya The Goang Jin dan nama pabrik dulu disebut NV Suiker Fabriek Tjandi.

Selesai singgah di PG Candi Baru, saya dan teman-teman serombongan menyeberang jalan menuju tempat kantor direksi yang masih menggunakan bangunan sejak zaman kolonial. Kalau di seberang PG Watoetoelis diubah menjadi kafe, bangunan khusus di depan PG Candi Baru masih difungsikan sebagai tempat direktur bekerja dan ruang meeting. Kami makan siang di sana.

Menyenangkan sekali jalan-jalan menyusuri dua pabrik gula di Sidoarjo yang salah satunya dekat area rumah saya. Walking tour berikutnya pasti lebih asyik lagi, nih. Kamu bisa ikuti akun Instagram Rumah Budaya Malik Ibrahim Sidoarjo @rumahbudaya.sda untuk informasi tur budaya dan sejarah minggu ini di Malang. Kita akan mengunjungi Kajoetangan, Candi Singosari, dan lainnya. Segera meluncur, ya!
(Baca Juga: Perjalanan ke Daerah Ngapak)October 17, 2023
Perjalanan Ke Daerah Ngapak Ketika Lebaran

Jujur saja saya seharusnya menyelesaikan tulisan ini ketika April lalu. Namun, selain karena malas, banyaknya kelas yang harus saya tangani, utang menulis perjalanan di Penang, serta ingin segera mempublikasikan pengalaman selama walking tour, perjalanan ini malah sempat saya tulis sekarang.
Tahun ini saya dan kelaurga sengaja melakukan road trip ke Cilacap. Di sana banyak kenangan masa muda Papa dan Mama ketika masih pacaran LDR. Karena selama ini saya sudah bosan dengan daerah Jawa Tengah seperti Semarang, Yogyakarta, dan Magelang, saya dan keluarga pun sepakat untuk melakukan perjalanan panjang ke daerah Ngapak.
Mulai Di Malam Hari
Saya dan Papa sudah menyusun itinerary agar bisa mengunjungi tempat wisata sebanyak mungkin. Kami berencana singgah sebentar di Kebumen untuk mengunjungi Gua Jatijajar dan akan menginap di Cilacap setelah meluncur dari Kebumen.
Niatnya sih mau berangkat dini hari, tetapi Mama takut kalau nanti Papa dan adik saya mengantuk ketika harus meluncur dini hari. Jadi, kami memutuskan untuk berangkat pukul 8 malam. Mobil dijalankan dengan mode santai. Papa dan adik akan menyetir mobil bergantian. Kalau mulai mengantuk, mobil akan masuk ke rest area untuk beristirahat sejenak.
Kami berangkat pada H+3 lebaran. Mumpung libur kantor seminggu lebih, saya pun senang-senang saja dengan rencana road trip ini. Ini pertama kalinya kami berangkat malam hari. Kami sampai Kebumen pada sekitar pukul 8 pagi. Jadi, saya dan keluarga mencari rest area untuk sarapan sekaligus mandi pagi.
Menjelajah Wisata SejarahSaya sangat menyesal karena baru menulis bulan ini. Karena gawai saya eror, maka terpaksa deh harus reset factory sampai kehilangan semua foto berharga. Banyak sekali foto yang saya ambil di tempat wisata harus hilang dan mencomot beberapa saja dari sorotan story Instagram. Mohon dimaklumi juga jika kebanyakan foto ada saya, ya, hehe.
Gua Jatijajar Penuh PesonaPapa bilang kalau gua ini dulu masih perawan. Papa punya foto dengan teman-temannya semasa muda ketika berkunjung ke gua ini pada tahun 80-an. Gua Jatijajar adalah objek wisata yang sangat terkenal di Kebumen. Ketika akhirnya berkunjung lagi ke sana dengan keluarga, Papa kagum karena banyak perubahan di sini. Penerangannya juga cukup walaupun masih termasuk remang-remang.
Selain pesona dari stalaktit dan stalagmit, gua ini juga memiliki sendang. Ada total empat sendang yang ada di dalamnya antara lain, Puser Bumi, Sendang Jombor, Sendang Mawar, dan Sendang Kantil. Di salah satu sendang, kalau tidak salah di Sendang Kantil, ada mitos jika kita mandi atau cuci muka di sana, maka kita bisa awet muda atau mendapatkan hal yang diinginkan. Saya tidak terlalu percaya, tetapi saya cuci muka di sana karena gerah saja. Air sendang sangat segar ketika menyerap di pori-pori kulit saya.
Benteng Pendem Penuh Memori Memilukan
Di hari pertama, saya dan keluarga menginap di hotel Whiz Prime Cilacap. Ini pertama kalinya saya pergi ke daerah berbahasa Ngapak, jadi sesekali saya geli karena tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Cilacap cuacanya cukup panas, tidak jauh berbeda dengan Sidoarjo jadi tidak terlalu masalah. Papa terus bercerita mengenai kenangan ketika menjadi pekerja yang merantau dan keseruan selama tinggal di sana.
“Dulu Cilacap ini kota sepi. Kontrakan tempat Papa tinggal sama teman-teman satu kerjaan juga horor. Sekarang jadi serame ini, ya.”

Salah satu tempat horor yang Papa dulu datangi adalah Benteng Pendem Cilacap. Mungkin dulu karena tidak terlalu terawat, kesannya jadi horor. Namun, setelah sampai di sana, saya jadi bisa merasakan auranya yang memang tidak terlalu mengenakkan.
Benteng Pendem Cilacap ini adalah benteng yang dibangun Hindia Belanda dan baru ditemukan pada 1986. Wajar saja kalau Papa dulu bilang benteng ini belum terawat jadi terkesan horor. Benteng ini lokasinya dekat dengan Pantai Cilacap. Sebelum kami ke sana, kami sempatkan makan siang di warung seafood dekat pantai. Rasanya enak dan segar pastinya meskipun cuaca sedang sangat terik.
Harga tiket masuk hanya 7500/orang. Namun, ketika saya masuk ke dalam, wow, pemandangannya bagus banget. Lingkungannya sangat bersih dan tenang. Ada danau yang mengalir di sepanjang benteng dan bangunan-bangunan benteng yang masih berdiri kokoh. Sebagian besar tanahnya ditanami rumput hijau dan pepohonan sehingga cocok untuk piknik.

Nah, ketika kami mengunjungi salah satu bagian benteng, tercium bau anyir seperti darah. Saya pikir itu bau amis ikan karena lokasinya tidak jauh dari laut. Ternyata, pengunjung lainnya juga menyebutkan kalau ini mirip bau anyir darah.
Bulu kuduk saya merinding. Kami pun berpindah untuk menjelajahi bagian lain benteng. Terdapat papan-papan petunjuk yang memberi informasi fungsi masing-masing ruangan. Mulai dari ruang senjata, barak, sampai gudang.

Hanya saja, di beberapa bagian saya merasa sesak dan sedih mendadak. Konon, di halaman benteng ini terjadi pembunuhan massal para pekerja rodi atau pejuang kemerdekaan. Di tempat ini saya banyak merenung tentang perjuangan para pejuang masa lalu dan pengorbanan mereka. Benteng Pendem Cilacap juga tidak jauh dari Nusa Kambangan. Gosipnya, ada jalur terowongan yang bisa menghubungkan ke pulau tersebut meskipun belum terbukti kebenarannya.

Keseruan di Benteng Van Der Wijk, Gombong
Setelah menginap semalam di Cilacap sambil berkunjung ke beberapa tempat kenangan Papa, kami meluncur ke arah Gombong. Hotel kedua yang kami inapi adalah Hotel Wisata Benteng, Gombong yang berada di area Benteng Van Der Wijk.
Ketika memasuki halaman utama, adik dan Papa hampir saja enggan untuk masuk. Lokasinya cukup jauh dari jalan utama dan sepi. “Mbak, kok kaya tempat syuting film horor?” ujar adik saya.
Maklum, sih, sejak semalam sebelumnya, Cilacap diguyur hujan deras. Saat sampai di arean benteng pun mendung gelap sudah mulai muncul dan kabut membuat suasana horor tercipta. “Lho, emang aku milih ini soalnya benteng Van Der Wijk ini dipakai tempat syuting film Pocong 3,” sahut saya dengan tertawa terkekeh.

(Aku pecinta horor haha)
Hanya ada mobil kelaurga kami yang masuk dan proses check-in pun harus menunggu beberapa menit. Kami mendapat satu ruangan yang bisa diinapi 4 orang. Mama pun tenang karena kami akan tidur beramai-ramai. Hotelnya ini dulu masih menjadi bagian dari benteng. Entah karena kami menginap di hotel wisata atau hanya beruntung saja, kami tidak dimintai biaya tiket masuk ketika mengunjungi bagian utama benteng.
Sebelumnya, benteng ini dikenal sebagai Fort Cochius atau Benteng Cochius, dinamai sesuai dengan seorang Jenderal Belanda bernama Frans David Cochius (1787-1876). Cochius sendiri pernah bertugas di daerah Bagelen, yang merupakan bagian dari wilayah karesidenan Kedu, dan memimpin pasukan Belanda selama Perang Diponegoro.

Benteng Van der Wijck mulanya digunakan sebagai kantor Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Selang beberapa lama, benteng ini lantas digunakan untuk mengintai, benteng pertahanan, dan gudang logistik bagi tentara Belanda.
Pada 1856, terjadi perubahan dalam peran benteng ini ketika ia menjadi Pupillen School, sebuah lembaga pendidikan untuk calon militer yang berasal dari keturunan Eropa yang lahir di Hindia Belanda. Dampak dari perubahan ini mempengaruhi perkembangan lingkungan sekitar benteng, yang kemudian tumbuh menjadi sebuah pemukiman bagi anggota militer Belanda di Gombong.

Saya sangat suka dengan bangunannya yang menggunakan batu bata merah. Sayang, bagian dalamnya tidak sebersih Lawang Sewu, kesannya hanya beberapa bagian saja yang terawat. Bagi yang suka konten horor, lokasi ini pernah masuk kanal Youtube Jurnal Risa. Coba saja dicari, hehe.
Meluncur ke Yogyakarta
Dua hari di daerah Ngapak membuat saya sangat puas dengan cerita dan bangunan bersejarahnya. Kami akhirnya meluncur ke Yogyakarta sambil singgah sebentar di kawasan wisata Baturaden.
Tempat menginap ketiga kami di hotel Liberta yang sangat estetik dan terjangkau. Sayangnya, hotel ini belum dilengkapi lift, jadi adik membantu Mama untuk mengangkat koper di kamar kami yang ada di lantai tiga.

Di Yogyakarta pun kami hanya berkeliling untuk berbelanja kain dan pakaian serta mampir ke Merapi Park. Kami sudah pernah menginap di Yogyakarta ketika jelajah Prambanan, Kaliurang, dan Dieng, jadi kali ini hanya singgah untuk melepas rindu saja.
Perjalanan libur lebaran tahun ini sangat istimewa. Saya jadi semakin menghargai sejarah dan juga membuat Papa serta Mama yang gembira ketika mengenang masa muda mereka. Tahun depan jelajah ke mana lagi, ya?
(Baca Juga: Jelajah Sejarah di Georgetown, Penang)
September 27, 2023
Lima Jam Kulineran Kota Malang di Dua Lokasi

Malang sudah menjadi tempat jalan-jalan sendirian favorit di sela tanggal libur kecepit alias tanggal merah di sela hari kerja aktif. Hanya satu jam naik kereta dari Bangil atau satu jam setengah dari Sidoarjo, saya sudah bisa menikmati sepoi-sepoi sejuk kota Malang. Kulineran kota Malang memang sangat variatif. Kali ini saya ingin bercerita tentang dua lokasi yang baru saya kenal dan salah satunya sudah menjadi favorit.
Walau minggu ini kantor saya memberlakukan cuti bersama sehingga hanya butuh masuk 3 hari kerja, saya hanya bisa ke Malang sebentar. Ya, tidak masalah, sih, asal bisa healing sejenak menikmati udara yang cukup lebih sejuk dibandingkan kawasan Bangil dan Sidoarjo. Jadi, saya hanya berkunjung di dua tempat saja untuk makan-makan ringan.
Bubur Ayam Abah Odil yang Yahud
Pada liburan tanggal merah perayaan Maulid Nabi hari ini, saya memutuskan untuk mencoba alternatif sarapan selain Sego Sambel Cak Uut yang sering saya kunjungi. Nah, setelah browsing di internet, saya tertarik untuk mampir di Bubur Ayam Abah Odil.

Bubur Ayam Abah Odil sudah berdiri sejak 2004.
Menurut beberapa artikel yang saya baca, Abah Odil yang memiliki nama asli Ate Rushendy asalnya dari Tasikmalaya. Beliau merantau dan tinggal di kota Malang hingga bekerja sekitar dua dekade di Pasuruan hingga mencapai posisi sebagai kepala produksi. Setelah cukup lama berkarier dengan gaji mencukupi, Abah Odil ingin berganti haluan dan ingin lebih banyak beribadah.
Puluhan kali pula usaha Abah Odil gagal hingga akhirnya ia mendapat saran dari keluarganya yang di Tasikmalaya untuk membuka bisnis bubur khas Tasik yang belum populer di Malang. Makanya, pada 2004, Abah Odil mulai usaha berdagang bubur ayam dengan gerobak. Sempat beliau merasa cemas dan tegang karena berjualan dengan gerobak bukanlah rencana awalnya. Singkat cerita, Abah Odil menemukan lapak untuk membuka warung bubur pertamanya. Kini Bubur Ayam Abah Odil sudah punya beberapa cabang di kota Malang.

Cocok Banget Buat Sarapan Santai
Saya suka makan bubur ayam Jakarta di dekat tempat kerja yang lama. Makan bubur ayam di sini rasanya mirip-mirip sedikit dengan bubur ayam Jakarta. Saya memilih untuk datang di cabang Bubur Ayam Abah Odil yang ada di Ruko Griya Shanta Eksekutif, Jalan Soekarno-Hatta, Malang.


Bumbu dan potongan daging ayamnya enak sampai saya tidak menyisakan sama sekali. Oya, saya tim bubur diaduk jadi setelah mengaduk bumbu, kecap, dan saus, rasanya lezat sekali (fight me of you are Bubur Tidak Diaduk Team)😂. Tehnya disajikan tawar. Cocok juga di lidah saya dan ini ramah banget buat yang tidak suka makanan berat. Saya hampir setiap hari sarapan dengan sereal atau roti, jadi makan bubur ayam bisa jadi variasi.

Memasuki kedai, saya melihat ada banyak pigura penghargaan dan potongan artikel tentang Bubur Ayam Abah Odil. Pembeli bubur lewat ojol juga silih berganti datang terus. Tempat makannya tidak ramai, tetapi ada saja pengunjung yang datang untuk sarapan.
Tempat Nongkrong Favorit di ‘Momo Coffee and Bakery’
Teman-teman terdekat saya tahu kalau saya sedang kasmaran dengan kafe kecil ini. Saya menemukan tidak sengaja Momo Coffee and Bakery pada bulan Juli lalu saat sedang staycation di Malang dan Batu. Setelah lumayan capek berkeliling kawasan heritage Kajoetangan, Malang, saya mampir melepas lelah di kafe ini,

Menu Roti yang Membuat Jatuh Hati
Sebagai pecinta roti (ya, saya lumayan suka semua jenis masakan asal bukan daging), saya tidak menyangka kalau Momo ini punya olahan roti yang mantap banget di lidah saya. Akhirnya, saya terus berkunjung di tempat ini sampai tiga kali ketika ada waktu ke Malang. Menu terfavorit saya adalah pastel tutup.
Minuman cokelatnya juga lezat. Saya punya lambung sensitif akibat GERD dan sudah saya jaga lifestyle sehat dua tahunan ini, jadi saya tidak membeli kopi di Momo. Kopi adalah musuh utama lambung saya, bahkan makan permen kopi saja tidak bisa.


(Pribadi)
Roti cokelat dan Korean Ginger Bread buatan Momo juga enak banget. Bahkan, ketika makan keesokan harinya untuk sarapan juga rotinya tidak mengeras sama sekali. Korean Ginger Bread-nya lembut dan gurih sampai akhir. Saking enaknya, saya ingin sekali bisa sering ke sini dan sayangnya, Momo hanya membuka cabang kedua di Bali. Andai saja ada di Surabaya pasti saya akan sering mampir karena jaraknya jauh lebih dekat dari Sidoarjo.
Pastel tutup yang menjadi makanan kesukaan ketika di Momo ini isinya ada cream cheese, daging ayam, dan telur. Seperti kue pastel kering, tetapi penyajiannya lebih basah dan enak disantap setelah dihangatkan.
Kafe Roti Nyaman yang Instagrammable
Kafe ini didesain dengan nuansa vintage dan homey. Tempatnya memang tidak terlalu besar, tetapi cantik banget penataannya. Musik yang diputar juga easy listening, jadi saya suka sekali mengetik atau membaca santai sampai tidak terasa waktu berlalu.


Lampu-lampu bertali panjang, jendela mozaik, ubin cantik, dan perpaduan warna lembut yang khas vintage, cocok buat penggemar kafe instagrammable. Kalau mau duduk berjam-jam pun, hawanya sejuk sekali karena pendingin ruangan terasa di semua sudut. Jika kamu penyuka roti dan juga ingin hang out santai sendirian serta bersama teman di kota Malang, tempat ini bisa masuk dalam list-mu.

Beberapa jam kulineran di kota Malang tidak merugikan. Saya bisa makan bubur ayam yang terkenal di Malang dan mampir ke kafe favorit. Bagaimana dengan hari liburmu? Sudah makan atau masak apa hari ini?
(Baca Juga: Shanaya Resort, Kenikmatan Menginap Ala Negeri Dongeng)
lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right
September 23, 2023
Pentingnya Jasa Payroll Outsourcing dalam Meningkatkan Efisiensi Perusahaan

Pengelolaan gaji dan upah karyawan merupakan salah satu aspek terpenting dalam menjalankan sebuah perusahaan. Seorang staf atau manajer HR pun sering berjibaku menjelang penggajian untuk menjalankan tugas yang rumit dan memakan waktu. Menggunakan jasa payroll outsourcing, bisa membantu efisiensi prosesnya.
Alasan Pentingnya Jasa Payroll Outsourcing
Bukankah ini akan menjadi tugas seorang staf atau manajer HR, jadi buat apa pakai penyedia jasa? Pekerjaan di bidang HR ini tidak hanya soal payroll. Ada banyak tugas yang harus dijalankan mulai dari hubungan industrial, menjalankan budaya perusahaan, dan urusan eksternal lain.
Jadi, menggunakan jasa payroll outsourcing pasti akan cukup membantu efisiensi. Apakah kamu juga berkecimpung di bidang HR? Coba simak alasan-alasannya sebagai berikut:
Fokus pada Inti Bisnis
Keunggulan utama dalam penggunaan layanan payroll outsourcing adalah kemampuan perusahaan untuk dengan tuntas mengalihkan perhatian mereka ke aspek inti bisnis.

Dengan memberikan tanggung jawab mengelola gaji kepada pihak yang memiliki keahlian di bidang ini, perusahaan dan juga tim HR dapat memanfaatkan waktu dan sumber daya mereka dengan lebih leluasa untuk mengembangkan produk, layanan, dan strategi bisnis.
Akurasi dan Patuh Hukum
Payroll adalah salah satu area di mana kesalahan dapat berakibat serius, terutama dalam hal perhitungan pajak dan kepatuhan hukum. Bayangkan saja jika kamu sebagai staf HR harus mengurusi penggajian untuk 1000 orang karyawan, bisa saja ada human error dalam prosesnya.
Jasa payroll outsourcing memiliki software payroll dan tim yang terlatih dan ahli dalam memastikan perhitungan gaji, pemotongan pajak, dan kewajiban lainnya dilakukan dengan akurat. Hal ini mengurangi risiko kesalahan yang dapat mengakibatkan sanksi hukum atau sengketa dengan karyawan.
Penghematan Biaya
Jika dilihat secara sepintas, mungkin kamu merasa jika membayar jasa payroll outsourcing malah akan menambah beban perusahaan. Sebenarnya, investasi ini malah akan membantumu untuk terhindar dari biaya tambahan jika kamu melakukan kesalahan penghitungan.
Biaya yang terkait dengan perekrutan, pelatihan, dan pemeliharaan staf internal untuk mengelola payroll bisa sangat tinggi. Dengan outsourcing, perusahaan hanya membayar untuk layanan yang mereka butuhkan, dan ini seringkali lebih efisien dari segi biaya.
Aman dan Proses Lebih Sederhana
Data gaji dan informasi keuangan lainnya sangat sensitif. Layanan payroll outsourcing memiliki infrastruktur keamanan yang kuat untuk melindungi data sensitif ini. Mereka mengikuti standar keamanan tertinggi dan memiliki prosedur pemulihan bencana yang solid, yang dapat membantu melindungi perusahaan dari potensi kehilangan data.
Apakah perusahaan tempatmu bekerja memiliki banyak cabang di berbagai kota hingga dunia? Proses pengelolaan payroll dapat sangat rumit, terutama jika perusahaan memiliki cabang atau karyawan yang bekerja di berbagai negara. Jasa payroll outsourcing memiliki pengalaman dalam menangani situasi ini dan dapat menyederhanakan proses menjadi lebih efisien.
Perusahaan Seperti Apa yang Membutuhkan Jasa Payroll Outsourcing?
Setiap tahun, tim dari HR pasti akan diminta untuk membuat laporan biaya dan jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan di tiap bagian. Nah, ketika sedang melakukan presentasi, kamu bisa memasukkan pentingnya menggunakan jasa payroll. Gunakan poin berikut saat kamu sedang menyusun argumen.
Jumlah Karyawan Banyak
Kalau tempatmu masih dalam skala bisnis kecil dan menengah dengan jumlah karyawan di bawah 500 orang, mungkin kamu masih bisa menanganinya sendiri. Namun, di saat bisnis semakin kompleks dan beragam, mungkin akan sulit jika hanya mengandalkan satu orang saja.
Menggunakan perangkat lunak penggajian dapat mengurangi risiko kesalahan dalam proses perhitungan gaji karena tugas ini ditangani oleh sistem yang telah terbukti akurat. Bahkan jika terjadi kesalahan, proses penelusuran sumber permasalahan akan menjadi lebih sederhana.
Bisnis Berkembang PesatKetika bisnis semakin berkembang, mulai bermunculan kebutuhan yang membutuhkan biaya seperti CSR Terkadang karyawan maupun sumber daya perusahaan belum terlalu siap dengan perkembangan yang ada.

Memastikan bahwa beban kerja terdistribusi dengan seimbang dan mengadopsi layanan payroll dapat membantu mencegah potensi masalah di masa depan karena tingkat akurasi yang lebih terjamin.
Terlalu Banyak Menggunakan Dokumen CetakStaf atau manajer HR tugasnya tidak jauh-jauh dari bank data dan pengarsipan. Kalau saat ini perusahaanmu masih terus menggunakan dokumen cetak untuk menyimpan data karyawan, tentu ini bisa berisiko hilang atau rusak. Software payroll akan membantumu untuk menyimpan data dan membuat analisis untuk penghitungan gaji.
Mengumpulkan catatan manual untuk merujuk pada promosi dan perkembangan karir karyawan bisa sangat rumit dan memakan banyak waktu. Selain itu, melakukan pengecekan ulang bisa menjadi pekerjaan yang memusingkan dan dapat menghasilkan data yang tidak akurat.
Penggunaan tabulasi dari perangkat lunak payroll dapat membantu mengatasi masalah akurasi ini dan memastikan bahwa semua pihak mendapatkan perlakuan yang adil.
Sangat bermanfaat sekali, bukan, jika menggunakan jasa payroll outsourcing? Lakukan analisis beban kerja di departemen HR dan segera ubah metode payroll agar beban kerja dan efisiensi bisa terlaksana dengan baik.
(Baca Juga: Cara Memilih Apartemen Supaya Nggak Boncos)
September 12, 2023
Ikuti 4 Cara Memilih Apartemen Ini Supaya Nggak Boncos

Tinggal di kota besar itu membutuhkan tips dan trik agar bisa survive. Jika kamu tinggal di kota besar untuk bekerja terutama, maka memilih hunian tinggal seperti rumah atau apartemen juga membutuhkan strategi tersendiri. Kalau kamu masih hidup lajang, mungkin memilih tempat tinggal yang tak terlalu besar, asal bersih dan nyaman. Cara memilih apartemen dengan cerdas juga perlu kamu kuasai.
Padatnya perkotaan dan juga tanah yang terbatas seringkali membuat biaya kontrak atau membeli tempat tinggal menjadi melambung. Nah, kalau kamu berniat untuk memiliki hunian sekaligus ingin berinvestasi, maka membeli apartemen bisa menjadi salah satu pilihan.
Ada beberapa hal yang harus dicermati agar kamu bisa memilih apartemen dengan cermat.
1. Pelajari Track Record Penyedia ApartemenAkhir-akhir ini banyak terjadi kasus penipuan berkedok perumahan yang sudah merugikan pembeli. Tak hanya perumahan, apartemen juga umumnya menggunakan jasa developer untuk melakukan penjualan. Kamu wajib menyelidiki latar belakang dan track record developer apartemen sebelum deal soal pembelian.
Kamu bisa juga mengecek di Asosiasi Perhimpunan Penghuni Rumah Susun Seluruh Indonesia (APERSSI). Jika sebuah developer memiliki rekam kerja buruk seperti menelantarkan apartemen yang belum jadi misalnya, maka sebaiknya kamu berpikir ulang sebelum membeli.
Cari tahu juga dari berbagai media. Cek bagaimana review di media sosial dan riset mengenai bagaimana developer menangani proyek hunian sebelumnya. Saat ini, kamu bisa menggali lewat internet untuk mengetahui sepak terjang sebuah perusahaan dan developer.
2. Periksa Surat Kelengkapan BangunanSaat kamu hendak membeli apartemen untuk tempat tinggal, maka pastikan juga seluruh dokumen kepemilikan tak ada masalah. Baik ketika membeli rumah atau apartemen pada developer, perlu ditanyakan surat HGB (Hak Guna Bangunan), surat izin prinsip developer dalam membangun kompleks apartemen, IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dan SIPPT (Surat izin Penggunaan Peruntukan Tanah).
Jangan sampai setelah membeli, ternyata dokumen-dokumen tersebut bermasalah atau malah tidak diterima. Selain itu, kamu juga harus memastikan jika tanah dan bangunan tidak sedang dalam proses sengketa. Ada banyak kasus kerugian pembeli apartemen yang akhirnya mangkrak karena sengketa antara perusahaan penyedia hunian dan pemilik tanah sebelumnya. Tanyakan dengan detail, ya.
Kamu bisa mengajak teman atau anggota keluarga yang sudah berpengalaman dalam mencari rumah dari developer agar punya pertimbangan lebih matang. Orang yang sudah sering membeli rumah atau apartemen akan punya pandangan dan pertanyaan kritis kepada developer agar tidak sampai kena tipu.

3. Mengenali Kebutuhan Bagaimana jika dana yang dimiliki masih belum cukup untuk mencicil apartemen? Kamu bisa menyiasatinya dengan menyewa. Sewa apartemen murah sudah mudah ditemukan di dunia maya. Kamu juga bisa mencari informasi melalui iklan baris surat kabar.
Kenali kebutuhan sebelum menyewa apartemen, contohnya apakah lokasinya ingin dekat dengan tempat kerja, akses ke jalan raya seperti apa, dan fasilitas yang ingin didapat penghuni di dalam apartemen.
Pikirkan juga dengan rencana masa depan. Misalnya, kalau kamu saat ini memiliki calon pasangan dan akan segera menikah, kamu juga perlu memikirkan fasilitas yang akan disiapkan untuk anakmu kelak. Lihat akses menuju sekolah dan apakah kebersihan lingkungan tersebut terjamin? Cukupkah untuk menampung keluarga baru dengan barang-barangnya? Pilih hunian yang nyaman dan sesuai budget.

4. Faktor KeamananMenyewa apartemen tak hanya dalam hitungan bulan atau tahun. Fasilitas sewa apartemen harian juga disediakan oleh pihak ketiga atau agen apartemen. Jika kamu memiliki apartemen, maka menyewakan apartemen juga dapat menjadi bisnis yang menggiurkan.
Namun perhatikanlah tingkat keamanan apartemen baik di lingkungan dan di dalam. Cek sistem penjagaannya dan juga CCTV di area apartemen. Akan menjadi masalah kalau kamu memutuskan untuk membeli apartemen dan menyewakannya, tetapi keamanan kurang terjamin. Kamu berhak bertanya lebih lanjut kepada developer.
Cek juga tingkat keamanan untuk balita dan anak-anak. Misalnya, kamu sudah berencana membangun keluarga kecil, kamu juga perlu memeriksa bagian dalam apartemen ini sudah diberi balkon pelindung atau tidak. Seberapa besar risiko jika memiliki balita atau anak-anak yang sedang aktif. Diskusikan juga dengan developer segi keamanan desain di dalam apartemen.
Inilah 4 cara memilih apartemen yang kamu bisa gunakan agar terhindar dari kesalahan atau kasus dengan developer sampai boncos. Pintar-pintarlah sebelum menyetujui perjanjian dengan developer. Semoga bermanfaat!
lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right(Baca Juga: 5 Keindahan Alam yang Tersembunyi di Manado)
September 9, 2023
Piknik Mempesona di The Olive Branch Taman Dayu

Piknik mempesona di The Olive Branch Taman Dayu itu seperti apa? Menurut saya, piknik yang asyik itu bisa memandangi nuansa serba hijau, ada angin segar meskipun cuaca panas sekalipun, dan makanan enak. Inilah yang saya rsakan ketika berkunjung ke The Olive Branch.
Taman Dayu terkenal sebagai tempat untuk main golf. Adapun hunian yang tersedia di dalamnya termasuk hunian elit serba mewah. Ketika ingin healing sejenak dan malas bepergian jauh, saya dan keluarga suka mampir ke Taman Dayu.

Kami datang ke sana dua minggu lalu di pertengahan Agustus. Yang merekomendasikan tempat tersebut adalah adik saya yang baru saja menikah. Senang sekali akhirnya saya dan keluarga (plus satu anggota keluarga baru), menikmati acara makan siang di The Olive Branch sambil menikmati estetikanya.
Konsep Mirip Rustic Market di Trawas
Tahun lalu saya juga menuliskan artikel pengalaman ketika mengunjungi Rustic Market yang ada di Trawas, Mojokerto. Rustic terletak di padang rumput hijau luas, dekat dengan area persawahan, dan didesain seperti pedesaan Eropa. Tema bangunannya pun cenderung vintage dengan nuansa kayu-kayuan.
The Olive Branch adalah saudaranya Rustic. Makanya, sejak dari pintu masuk, sudah terlihat betapa cantik restoran tersebut. Dari papan penunjuk yang ada sebelum bagian depan restoran, tertera tulisan kalau tempat ini masih di bawah payung manajemen Rustic Market. Wajar kalau temanya hampir mirip.

Harga menu makanan dan minuman termasuk lebih mahal daripada kafe-kafe lain yang ada di Sidoarjo. Namun, ini wajar karena The Olive Branch, kan, juga menjual suasananya yang hijau dan estetik. Makan di Rustic dulu juga setiap orang perlu membayar 75 ribu per orang sebelum masuk. Nanti, jika jumlah menunya melebihi uang muka yang sudah dibayar, tinggal ditambahkan di kasir setelah selesai makan. The Olive Branch menetapkan harga 100 ribu per orang.
Piknik Singkat dengan Suasana Menyenangkan
Saking senanganya dengan tempat ini, saya sampai datang dua kali hanya dalam rentang waktu satu minggu. Yang pertama, saya berkunjung bersama keluarga untuk makan siang, berikutnya saya datang bersama adik, istrinya, dan dua orang teman lain kenalan adik saya untuk malam mingguan. Jadi, saya bisa menikmati dua suasana di The Olive Branch.

Suasana Pedesaan Eropa
Meskipun mempunyai suasana yang mirip dengan Rustic Trawas dengan desain bangunan serba kayu dan cokelat, saya tetap menemukan perbedaan. Rustic Trawas lebih luas sehingga tema pedesaan ala Eropa jelas terasa cukup lengkap.

The Olive Branch memadukan suasana vintage romantis dan desa. Di bangunan pertama, kita seolah disambut pada sebuah pondok tempat berburu dengan kayu-kayu bakar yang dipersiapkan untuk masak atau menghadapi musim dingin. Dinding warna abu-abu dan pondok kayu menjadi nilai estetik khas ala restoran tematik ini.

Tempat makan The Olive Branch disusun di wilayah bukit, jadi kalau di lokasi dekat pintu masuk sudah penuh, kita harus naik ke atas bukit. Di antara bukit pertama dan yang paling atas, ada lapangan datar kecil yang bisa dijadikan tempat makan ala piknik. Kita bisa menikmati makanan di atas alas. Mumpung suasana masih kemarau, lumayan juga kalau mau bersantai dengan makan lesehan cantik. Tenang saja kalau mau salat. Di bukit paling atas, kita bisa beribadah saat jam salat tiba.

Makanannya Juara
Seperti halnya, Rustic Trawas, restoran ini juga menyajikan variasi makanan Indonesia dan lebih banyak lagi olahan ala Western. Steak yang dibuat di Rustic itu dagingnya sangat juicy dan menjadi favorit adik saya, tetapi jelas sya tidak makan, kan, saya tidak doyan daging haha.

Menu favorit yang saya coba di The Olive Branch adalah Chicken Promegrana. Hmm, satu porsi makanan walaupun kelihatannya sedang, ternyata sangat mengenyangkan. Minuman teh hangat yang dipesan juga disajikan dalam satu teko beling ukuran sedang. Lumayan banyak juga isinya. Tidak ada makanan yang tidak enak. Burger yang Papa pesan juga lezat. Semua anggota keluarga saya puas dengan olahan masakan The Olive Branch.
Jangan Lupa Foto-Foto
Tak ketinggalan tentunya untuk foto-foto di beberapa spot menarik The Olive Branch. Salah satu tempat yang saya suka adalah bangunan di posisi paling atas bukit yang menyajikan tema serba putih. Kalau kamu suka dengan situasi yang romantis, bagian restoran ini bisa kamu pilih untuk bercengkerama bersama orang tersayang.


Saat malam mingguan di sini, ada penampilan akustik dengan penyanyi bersuara merdu yang membuat suasana semakin syahdu. Hanya saja, kalau datang ketika sore hari, ternyata pengunjungnya lebih banyak. Otomatis, kita tidak leluasa untuk memilih tempat duduk. Tenang saja, semua bagian The Olive Branch itu cantik-cantik, kok. (Baca Juga: Piknik di Rustic Market Trawas)

Piknik mempesona di The Olive Branch ini layak kamu coba agar bisa membuang penat sejenak dari daerah panas penuh polusi. Datang saja di lokasinya The Taman Dayu, Cluster Halimun Fajar RL2, Kecamatan Pandaan, Pasuruan, Jatim. Ajak orang-orang terdekatmu, ya!
(Baca Juga: Jalan-Jalan Satu Hari di Kota Malang)
lintasme.init('right'); // options : left, top, bottom, right