Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku Quotes
Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
by
Dian Nafi33 ratings, 3.12 average rating, 9 reviews
Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku Quotes
Showing 1-21 of 21
“Bukan untuk siapa–siapa kupikir. Mungkin aku melakukannya untuk diriku sendiri pada akhirnya. Karena aku menikmatinya, menikmati melayani dan melihat senyum kebahagiaan orang – orang di sekitarku.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“kelinci yang terluka pun bisa berubah menjadi singa”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Tidak ada yang mencurigakan apapun darinya. Tidak tampak ada tanda – tanda bahwa dia punya perempuan lain. Tidak kelihatan sedang jatuh cinta. Tidak kelihatan sedang menyimpan dan menyembunyikan sesuatu. Jadi, aku bisa apa?”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Apakah cinta selalu menyediakan air mata?”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Ada orang-orang yang menerima perjodohan hanya demi melangsungkan kehidupan dan bisa berketurunan.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Segala sakit, keluh, tangis, dendam, amarah, entah di mana. Aku tidak yakin telah meninggalkannya di suatu tempat. Tapi meski aku juga tidak mau membawanya lagi, aku tak bisa memastikan bahwa semua rasa itu pergi begitu saja. Aku antara kosong dan tiada.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Memang laki–laki yang tergoda perempuan hampir pasti sudah tidak punya otak lagi.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Sehingga aku kadang melupakan kebahagiaanku sendiri. Sama seperti berbelas tahun lalu saat aku mengorbankan diriku sendiri demi membuat bapak ibu kandungku senang dan ridlo.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Aku menyimpannya sendiri. Karena belum punya keberanian untuk menanyakannya pula. Kuatir kalau jawabannya malah membuatku sakit dan terluka.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Aku harus kuat, tekadku. Apapun yang terjadi dan tengah menimpaku saat ini tidak boleh membuatku lemah.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Tapi lama–lama aku mulai membiasakan diri, sehingga akhirnya terbiasa. Belakangan ini malah kemudian meningkat menjadi rela.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Ibu pasti bisa menangkap getar sayang saat aku mengucapkan kata ‘ayah’ itu. Kuharap dia tidak terlalu cemburu karena kasihku terbagi juga untuknya.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Aku melihatnya kesakitan, dan itu membuatku tambah sakit. Merutuki ketidakberdayaanku”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Aku ingin mengabu saja, menyublim, bahkan kalau mungkin moksa, menghilang tanpa jejak. Sehingga tidak perlu mengalami seluruh kesakitan dan kelukaan ini.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Mengapa setelah semua pengorbananku, aku harus menerima pengkhianatan ini?”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Selama lebih tujuh tahun aku terpenjara tugas ini. Seperti bom yang hanya menunggu waktu”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Apa yang kamu lakukan&katakan jika suami yang berkhianat berlaku seolah tidak terjadi apa-apa, tenang&tak ada raut bersalah.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Ah, bahagianya membaca tulisannya yang meski hanya pendek tapi menurutku sangat istimewa. Seringkali aku yang meminta dan menanyakan, jadi ketika kabar dan berita itu datang dari diri dan inisiatifnya, sangat berarti untukku. Sederhana ya bahagiaku.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Bukanlah yang terjadi pada Anda yang penting dan menentukan apakah Anda bisa bahagia atau tidak, tetapi reaksi Anda terhadap kejadian itulah yang penting.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Mereka berbeda dan unik. Iya. Karenanya kadang–kadang mereka agak tersisih dari pergaulan, karena terlalu asyik dengan diri sendiri dan sesuatu yang mereka geluti.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Mereka yang tidak bisa menghargai profesi ibu rumah tangga dan bahkan memandang sebelah mata, semestinya mengalami dan menjalani sendiri bagaimana rasa riweuh dan berat bebannya.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
