Benny Rhamdani's Blog, page 52
June 25, 2013
Antara ‘Ibu’ dan ‘Bunda’: Lagu Paling Menyentuh Hati
Sejak kecil saya paling mudah menyukai dengan lagu-lagu bertema 'Ibunda'. Ingat lagu Kasih Ibu? Lirik akhirnya membuat saya tersentuh: Hanya memberi | Tak harap kembali |Bagai sang surya menyinari dunia.
Lagu tentang Ibunda lain di masa kecil yang mampu membuat saya meneteskan air mata adalah berjudul Mama dan dipopulerkan oleh penyanyi Eddy Silitonga. Lirik lagu yang nelangsa, irama musik mendayu dan suara lirih penyanyinya benar-benar membuat saya dengan mudah meresapi pesan lagunya. Beberapa teman masa kecil saya juga mengaku paling gampang menangis dengan menghayati lagu Mama itu. Betapa sedihnya membayangkan ditinggal seorang mama.
Lagu di masa kecil saya tentang Ibunda yang juga membuat saya tersentuh adalah Tabahlah Mama yang dinyanyikan grup vocal bersaudara D’Jollies dengan leader Julius Sitanggang. Tabahlah Mama menjadi lagu anak-anak terpopuler di era 1980-an setelah tenggelamnya angkatan Adi Bing Slamet.
Semakin beranjak usia, semakin banyak lagu-lagu bertema Ibunda yang saya temukan. Bahkan saya menyukai lagu musikdangdut Muara kasih Bunda yang dipopulerkan Errie Suzan. Namun, hanya dua lagu tentang Ibunda yang benar-benar membuat saya tersentuh: Ibu yang dinyanyikan Iwan Fals dan Bunda yang dinyanyikan oleh Melly Goeslow.
Ibuku Pedagang Keliling

seperti masa kecil dulu.
(Foto: Benny Rhamdani)Mendengar lirik ‘Ribuan kilo jarak yang kau tempuh …’ saya segera membayangkan Ibu saya yang harus berjuang menghidupi tiga anaknya setelah ayah saya meninggal. Ibu saya setiap hari harus berjualan keliling beberapa komplek perumahan di kawasan Cijantung, Jakarta, menawarkan dagangannya berupa sepatu dan kain. Kebanyakan masih kenalan Ibu saya, dan barang-barang itu dibeli dengan cara mencicil.
Ibu saya membeli barang dagangannya dari pertokoan Kings di Bandung. Dan saya tahu hal itu tidak mudah karena beberapa kali saya menemani Ibu saya. Memilih sandal atau sepatu dengan warna dan ukuran sesuai pesanan. Apalagi begitu diberikan kepada teman ibu, belum tentu mau menerima. Ada yang ukurannya kekecilan sedikit, atau warna beda saja, pasti Ibu saya harus menyimpannya untuk ditukar bulan depannya.
Saya juga tahu siapa saja pelanggan ibu saya yang baik hati dan lancar dalam pembayaran, karena kadang saya diminta Ibu menagih kepada para mereka. Terutama bila Ibu merasa letih, karena juga harus mengurus tiga anaknya yang kecil-kecil, termasuk saya. Ada juga beberapa pelanggan Ibu yang susah ditagih, sampai Ibu kelihatan pusing memikirkannya.
“Uangnya harus dipake buat beli barang pesanan yang lain,” kata Ibu yang masih terus berjalan menjinjing barang dagangannya di tangan kanan dan kiri.
Kadang saya cemas bila menjelang magrib Ibu saya tak pulang. Khawatir ada sesuatu terjadi pada Ibu. Khawatir juga adik saya merengek minta makan karena di atas meja makan tak ditinggalkan makanan apapun.
Bila mengingat saat-saat itu saya sering merasa sedih. Tapi seperti kata lagu Iwan Fals … Seperti udara kasih yang engkau berikan | Tak mampu kumembalas …. Ibu.
Bunda Tak Punya Album Foto
Satu lagu tentang ibu yang bisa membuat saya sedih adalah Bunda nyanyian Melly Goeslow. Dari lirik awal: Kubuka album biru … sungguh saya langsung merasa miris. Terus terang, ibu saya tidak pernah memiliki album foto keluarga. Apalagi yang menyimpan foto masa kecil saya.
Setelah meninggalnya Ayah, kami kemudian harus meninggalkan rumah dinas. Pada saat pindahan itulah, barang-barang penuh kenangan tercecer tidak jelas. Apalagi kami pindah ke rumah yang lebih sempit, sehingga banyak barang yang harus disortir. Dalam waktu tiga tahun kami pindah tiga kali rumah kontrakan. Dan setiap kali pindah, banyak barang yang harus ditinggal. Termasuk buku-buku koleksi kesayangan saya..
Biasanya saya menemukan foto-foto masa kecil saya di album foto saudara. Dari sanalah saya bisa mengingat kisah di masa kecil saya.
Sekarang, saya tinggal terpisah kota dengan ibu. Tapi saya selalu mengirim doa untuknya. Karena seperti yang dinyanyikan Melly: … ada dan tiada dirimu| Kan selalu ada di dalam hatiku.

Published on June 25, 2013 10:05
5 Soundtrack Film Nasional yang Asyik
Apa jadinya film tanpa musik?
Film yang berkesan di hati belum tentu soundtrack-nya enak didengar. Sebaliknya, beberapa soundtrack film yang menjadi favorit masyarakat, tak menjadikan filmnya laris manis. Namun ada beberapa film dan soundtracknya sama-sama laris, sama-sama abadi pula. Bahkan bukunya pun disukai masyarakat.
Berikut adalah 5 soundtrack film yang soundtracknya abadi didengar hingga kini, setidaknya di telinga saya.
Badai Pasti Berlalu

Saya memasukan lagu ini bukan karena albumnya masuk ke peringkat #1 di dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik" majalah Rolling Stone Indonesia bulan Desember 2007. Tapi sungguh, suara Berlian Hutahuruk yang tinggi hingga ke langit, membuat pesan dalam lirik tersampaikan dengan jelas. Dalam beberapa pentas ajang lomba menyanyi, lagu karya Eros Djarot dan Jockie Soerjoprajogo ini sering dinyanyikan dan tetap sesuai dengan telinga masyarakat Indonesia masa kini.
Lagu Badai Pasti Berlalu diambil dari album dengan judul yang sama, merupakan soundtrack film Badai Pasti Berlalu (1977). Filmnya sendiri diangkat dari novel berjudul Badai Pasti Berlalu (1974) karya Marga T. Versi kedua badai Berlalu dinyanyikan oleh Chrisye (1999) yang menurut saya sama enaknya. Lagu soundtrack ini sangat cocok untuk momen cinta yang lebih dewasa.
Ada Apa dengan Cinta

Banyak soundtrack film remaja yang enak di telinga, tapi saya paling suka dengan Ada Apa dengan Cinta? (2002). Suara Melly Goeslow berpadu dengan Erick seperti melekatkan kisah romantis film yang dibintangi Nicholas Saputra dan Dian Sastro di benak kita.
Setiap mendengar lagu itu, langsung yang terlintas karakter Rangga dan Cinta. Range vocal keduanya yang tinggi dan khas, membuat lagu ini jadi tak enak bila dinyanyikan orang lain. Hingga sekarang, saya belum menemukan lagu roman remaja yang hits-nya melampaui Ada Apa dengan Cinta?
Ayat-Ayat Cinta

Filmnya diangkat dari novel laris Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Dengan cerita berlatar Kairo, Mesir, novel dan filmnya sama-sama disukai masyarakat Indonesia. Apalagi dengan balutan kisah religi romantis. Tidak heran jika soundtracknya kemudian ikut menjadi monumental.
Dirilis pada tahun 2008, hingga kini soundtrack Ayat-Ayat Cinta belum tergantikan untuk lagu kategori roman religi. Suara Rossa yang sangat cocok dengan lagu karya Melly Goeslow ini, semakin memantapkan Rossa sebagai diva di percaturan musik Indonesia.
Laskar Pelangi

Tidak melulu tentang cinta lagu soundtrack yang abadi dan enak didengar terus menerus. Lagu tentang persahabatan dan cita-cita pun bisa abadi. Contohnya adalah soundtrack film Laskar Pelangi yang dinyanyikan oleh Nidji (2008). Lagu ini bisa sangat popular, sama dengan filmnya yang diangkat dari novel laris Laskar Pelangi karya Andrea Hirata (2005).
Melodi yang riang gembira, membuat lagu ini sangat disukai anak-anak. Di tengah pacekliknya lagu anak-anak, soundtrack ini sangat membantu masyarakat untuk mencari lagu yang cocok di acara-acara pentas anak-anak.
Garuda di Dadaku

Nada lagu ini mengingatkan saya pada lagu daerah ‘Apuse’, namun di tangan band Netral, dibalut lebih ngerock dan cocok untuk tema filmnya yakni olahraga sepakbola. Garuda di Dadaku (2009) merupakan lagu yang akan abadi sepanjang waktu karena di setiap pertandingan sepakbola nasonal senantiasa dinyanyikan di tribun penonton. Belum ada soundtrack film bertema sport yang bisa sefenomenal Garuda di Dadaku. Bahkan anak-anak pun menyukai lagu ini.
Alasan lain saya suka lagu ini, karena novelnya saya yang menulisnya :)
(sumber foto-foto: wikipedia.co.id)
-ben-

Published on June 25, 2013 03:34
June 12, 2013
[KKPK] MINMIE TERBIT JULI 2013



Published on June 12, 2013 20:46
[KKPK] Terbit Juni 2013
Semuanya ...Masih setia dengan KKPK, kan?
KKPK (foto: Benny Rhamdani)
KKPK (foto: Benny Rhamdani)
KKPK (foto: Benny Rhamdani)
KKPK (foto: Benny Rhamdani)
KKPK (foto: Benny Rhamdani)
KKPK (foto: Benny Rhamdani)






Published on June 12, 2013 19:41
May 12, 2013
[KELAS] Serunya Bikin Blog Bareng Pembaca Majalah NooR

Bada shalat subuh, saya beserta Isteri dan anak sudah harus meninggalkan Bandung pada Sabtu, 4 Mei 2013. Tujuan utama ke Jakarta. Ngapain week-end ke Jakarta? Sementara orang Jakarta malah ke Bandung. Ya, week-end kali ini saya akan mengajar cara membuat blog (yang menarik) untuk para pembaca majalah Noor yang bertajuk be Smart Blogger. Saya ngajak isteri juga sebagai peserta (dan bayar lho). Anak saya ikut, karena sekalian liburan.
Saya nyupir sendiri ke Jakarta, walau sebenarnya saya bukan driver tangguh untuk perjalanan panjang. Tapi untunglah sessi saya memberi materi bukan pagi hari. Jadi bisa istirahat dulu. Pukul 8 pagi, kami sudah tiba di Arion Swiss Bell Hotel, kemang, Jakarta. Sempat mutar dua kali karena hotelnya terlewat. Sambil istirahat, saya ikutan acara awalnya dulu deh.
Dandan Dulu, Ngeblog Kemudian
Acara dimulai sekitar pukul 9.30 lebih dikit. Mau tahu acara pertama? dandan. Yiay! Jangan heran. Soalnya kan sponsor acara ini dari Sari Ayu MT. So, berdirilah Mbak Dewi, seorang pakar kecantikan, memberi wejangan. Mulai dari profil ibu Martha Tilaar, sejarah berdirinya Sari Ayu, sampai tips-tips dandan. Peserta juga diajak praktik membersihkan dan berdandan lho.

Saya? Nggaklah. Udah keren kok!
Setelah pelajaran dandan sebanyak 2 SKS, datanglah mantan model beken waktu saya kuliah dulu. Mbak Ratih Sang. Tentunya kali ini nggak bakalan ngajar jalan di catwalk. Mbak Ratih yang piawai menulis puisi ini membaca puisi-puisi dari buku kumpulan pusinya. Sebrnarnya, saya pengen banget pnya buku kumpulan puisinya. Tapi ditahan-tahan deh. So, akhirnya isteri saya memutuskan untuk membeli.
Eh, puisi mbak Ratih keren pisan. Tentang dialog ibu dan anaknya. Cara membacanya juga keren. Langsung kerasa banget menyentuh hati. Cieee. Tapi nggak sampai nangis bombay kok.

Beres baca puisi, karena takut diekroyok peserta pelatihan maka diaturlah sessi pemotretan bersama. saya kebagian duduk bederet sama Mbak ratih. Senyum... :)

Ratu Es Krim Karena Ngeblog
Pemateri pertama adalah Indah Julianti yang sudah beken di lungkungan blogger. Prestasinya setumpuk di dunia perblog-an. bahkan dia sempat diminta mereview satu produk es krim dan dikirim produk es krim sampai kulkasnya penuh.

Setelah diberi motivasi negblog, peserta diajarkan Indah mulai membuat blog. Seru kan? Soalnya benar-benar diajarin dari awal lho. saya pun ikutan ngebantu deh karena banyak yang benar-benar masih baru bikin blog.
Yang namanya praktik waktu nggak kerasa, akhirnya harus berakhir karena harus ishoma. Sessi pertama pun berakhir. Semua peserta makan siang ala buffet yang menunya mewah banget. Saya aja sampai bingung milihnya. Milih yang mana aman untuk darah tinggi saya.

Pada ujung acara, tiga pemenang lomba ngeblog diumumkan. yang menakjubkan, para blogger pemula mendapat nomor. Menurut saya mereka memang harus disupport dan diapresiasi. Selamat ya untuk para peserta. Juga para pemenang. Sampai ketemu dipelatihan ngeblog berikutnya.
(foto2: Khikmatul Azizah)
Published on May 12, 2013 22:07
May 1, 2013
[TIPS] Menulis Cerpen Anak untuk Media Cetak

Cerita pendek memang senantiasa menarik untuk dikonsumsi anak-anak. karena isinya yang variatif, terkadang jalan cerita merupakan refleksi aktualisasi dari anak-anak penikmatnya. Sehingga mereka seolah membaca cerita dunia mereka. Kadang, cerpen juga memberikan solusi atas problema anak-anak yang belum terpecahkan. Karena beragamnya bentuk cerpen di majalah yang ada di Indonesia, berikut saya bagi dalam beberapa jenis (mungkin bisa berkembang):
1. Cerpen Realis
Ini cerpen yang paling banyak ditulis dan menjadi induk bagi ganre jenis cerpen anak berikutnya. Bercerita soal kehidupan anak-anak sehari-hari. Baik di lingkungan keluarga, tetangga, pertemanan, sekolah, atau tepat les, tempat liburan, dlll. Cerpen ini mudah dibuat untuk pemula karena formulanya juga bisa dibuat sederhana, yakni : pembukaan, konflik, penyelesaian konflik (biasanya dengan melibatkan tokoh teladan ; guru, ortu, dll).
Misalnya saja Seorang anak yang suka iseng menukar isi tas teman-temannya di kala istirahat, ia kemudian dimusuhi (konflik), tapi ia tetap melakukannya. Sampai kemudian anak-anak mencari tahu binatang yang ditakutinya. Lalu ketika si bandel ini menukar isi tas temannya, tiba-tiba di dalamnya ada kodok. Ia menjerit ketakutan, pucat! Bahkan pingsan. Penyelesaian konflik? Belum. Si guru bisa terlibat menengahi, bahwa menjahili teman ada batasnya, baik bagi si takut kodok maupun teman-temannya. (ssst, cerpen ini belum saya tulis. Jangan dijiplak, ya!)
2. Cerpen misteri/ Detektif-detektifan
Cerpen ini juga digemari, karena mengundang rasa penasaran. Namun demikian kasus yang dipecahkan bukan sesuatu yang besar, ambil saja misalnya: hilangnya serutan di kelas, pencuri di rumah sebelah, bayangan di malam hari, dll. Karena keterbatasan halaman, pengarang harus memiliki trik untuk mengatur cerpen agar tetap menarik. Umumnya cerpen ini langsung dibuka oleh konflik (kasusnya), kemudian penyidikan, pengungkapan, dan penangkapan si pelaku.
3. Cerpen misteri/horor
Cerpen ini juga menarik minat dan punya kavling khusus di beberapa media anak-anak. Ceritanya kadang agak tidak logis dan berbau mistis. Namun saya tetap beranggapan bahwa cerita misteri jenis ini sebisa mungkin menghindari hal yang berbau klenik dari anak-anak. Pembaca dapat kita giring melalui sudut pandang metafisika yang memiliki penguraian lebih masuk akal, misalnya anak indigo.
4. Cerpen Komedi.
Ini cerpen yang dibumbui cerita-cerita berbau komedi. Kadang terselip unsur fantasi. Jujur saja, saya sendiri agak kesulitan menulis cerpen untuk anak jenis ini. Salah satu yang pernah saya tulis adalah Princess Kribo. Tentang anak perempuan berambut kribo yang ingin ikut lomba princess-princess-an.
5. Cerpen Futuristik
Cerpen futuristik dari namanya kita bisa tahu bahwa cerpen ini mengambil setting waktu masa depan. Untuk pengenalan teknologi, cerpen-cerpen ini baik sekali untuk dikembangkan. Kendala dalam menggarap cerpen ini adalah cara menuangkan ide-ide teknologi ke dalam bahasa yang mudah dimengerti anak-anak.
6. Cerpen momentum
ini cerita berhubungan dengan momen tertentu, misalnya cerpen tentang puasa, cerpen lebaran, cerpen agustusan, dll. Untuk jenis ini sebaiknya kita membuat tanda khusus do sudut kanan atas halaman muka cerpen yang dibuat, misalnya “Cerpen Hari Kartini”. Sehingga sang Redaksi bisa segera mengetahui bahwa cerpen kita, cerpen momentum hari Kartini. Jangan mengirim cerpen momentum terlalu mepet. Usahakan paling tidak 6 bulan sebelumnya.
Ada beberapa tips dari saya kalau mau membuat cerpen anak-anak dan mengirimkannya ke media cetak:
1. Pelajari dulu cerpen-cerpen yang dimuat di majalah yang akan kita kirim. Dengan demikian kita bisa tahu selera pembacanya dan selera redaksinya. Termasuk jumlah halaman yang harus kita buat.
2. Kirimkanlah beberapa cerpen sekaligus dalam satu amplop jika melalui ekpedisi atau diantar langsung, dengan cerita yang bervariasi, baik seting maupun jenis ceritanya. Tapi bila emlalui e-mail sebaiknya satu kiriman satu cerpen saja.
3. Jangan pernah menunggu cerpen dimuat, baru mengirim lagi. Antrean cukup panjang. Dan banyak penulis cerpen anak yang bermutu. Jadi, teruslah menulis dan mengirim. Agar redaksi pun tahu bahwa kita benar-benar disiplin dalam menulis cerita anak.
4. Yakinkan kita punya copy cerpen, karena beberapa kali saya menemukan naskah yang hilang. Sebaiknya kita tuliskan dalam surat pengantar, bila dalam setahun cerpen kita tak ada kabar, maka kita akan mencabut cerpen tersebut. Selanjutnya bisa kita lempar ke media cetak lainnya. Tapi belakangan antrean dimuat di media cetak pun bisa setahun lebih.
5. Ikutilah lomba-lomba penulisan yang diselenggarakan media cetak tersebut tersebut, karena membuka peluang nama kita dikenal oleh Redaksi.
6. Tetap semangaaaaat!
(Penulis beberapa kali memenangkan lomba cerpen di majalah Bobo. Karyanya sudah dimuat di media cetak anak seperti majalah Bobo, Kawanku, Tomtom, Ananda, siaga, Kompas Anak, Suara pembaruan minggu. dll)
Published on May 01, 2013 22:36
[TIPS] Menulis Dongeng Untuk Anak

Di awal saya menulis, mengarang dongeng bukanlah pekerjaan gampang. Beberapa kali naskah dongeng yang saya buat, batal saya kirimkan ke majalah. Saya pikir, kok karya saya tidak sefantastis dongeng-dongeng karya penulis lain. Kemudian, saya memilah-milah sendiri bentuk-bentuk dongeng yang dipublikasikan, yakni:
Dongeng Asal-usul
Ini bentuk dongeng yang sejak kecil saya suka. Di Indonesia, dongeng seperti ini banyak sekali. Mulai dari Sangkuriang, Dana Toba, Malin Kundang, rasanya hampir semua dongeng di Indonesia berlatar asal-usul, entah itu suatu benda, tempat atau suatu nama. Oh, iya saya juga pernah membuat sendiri dongeng asal-usul ini. Judulnya Nyi Koneng, tentang asal-usul tanaman kunyit yang banyak manfaat itu, dengan setting tanah pasundan.
Fairy Tale
Ini dongeng dengan kisah peri di dalamnya. Bagi yang pernah bisa membaca Cinderella, pasti bisa memilah mana dongeng yang bergenre seperti ini. Saya menyebutnya sebagai dongeng keajaiban. Soalnya di sini segala keajaiban bisa saja terjadi. Kadang negeri yang dilukiskan bisa dibuat sendiri oleh pengarangnya. Ya, di dongeng memang segala hal bisa dibuat tanpa memikirkan logika. Maklum, kata Khahlil Gibran: fantasi anak-anak tidak memiliki batas. Mereka bisa berimajinasi kemana saja dia suka. Nah, bangga kan kalo sebagai pengarang justru bisa menggiring imajinasi anak-anak yang liar itu. Nama-nama pengarang jenis dongeng ini adalah HC Andersen dan Grim Bersaudara.
Fabel
Yang ini dongeng dengan tokoh-tokoh binatang. Dongeng jenis ini memang jauh lebih menarik kalau dalam bentuk cergam. Banyak gambarnya. Maklum, misi tersembunyi dalam fabel sebenarnya adalah mendekatkan anak-anak pada dunia satwa.Saya hanya beberapa kali membuat cerita Fabel ini. Satu dongeng yang pernah dipublikasikan berjudul Kodi dan Komal, tentang dua ekor katak bersaudara yang punya sifat bertentangan. Untuk jenis cerita ini .Walt Disney nggak ada saingannya dan tentu saja AESOP.
Dongeng Kontemporer
Dongeng jenis ini merupakan perpaduan cerpen ( baca: cerita realita) dengan keajaiban. Salah satu karya yang spektakuler pernah saya baca adalah Pipi si Kaus kaki panjang. Banyak menginspirasi saya menulis. Salah satu tulisan yang pernah saya buat berjudul : Prita dan pohon kenari. Cerita tentang persahabatan Prita dengan pohon kenari yang akan ditebang dari sebuah taman.
Tentu saja ada jenis dongeng lainnya …
Di Indonesia ada Babad, kisah-kisah Panji. Beberapa juga menyebut mythos-mythos Yunani/Roma itu berupa dongeng.
Tips ringan membuat dongeng:Tentukan dulu jenis dongeng yang ingin dibuat.
Pikirkan setting waktu dan tempat. Untuk meramaikan dunia dongeng Indonesia, saya sarankan untuk mengambil setting di Indonesia. Dengan latar budaya di Indonesia yang jumlahnya banyak ini..
Baru buat jalan cerita. Keajaiban yang ingin ditonjolkan (tapi gak selalu harus ada keajaiabn). O, iya buat beberapa penulis baru perhatikan EYD. Tanda Baca apalagi. Di toko buku, buku pedoman EYD ada yang murah kok.
(Penulis pernah menjuarai lomba menulis dongeng majalah BOBO dan menerbitkan beberapa buku dongeng untuk anak))
Published on May 01, 2013 22:23
April 22, 2013
Neilson Hays Library: Perpustakaan Tanda Cinta

Jika di India ada Taj Mahal sebagai tanda cinta Shah Jahan atas wafatnya sang isteri tercinta Mumtaz Mahal, lain lagi dengan di Bangkok, Thailand. Pria berkulit putih Heywood Hays membangun sebuah perpustakaan atas kepergian isterinya karena Kolera.
Bangunan itu sangat mudah dicapai karena berdekatan dengan stasiun MRT Silom atau stasiun BTS Saladang. Cukup berjalan kaki melewati gedung-gedung bertingkat sampailah di salah satu tempat yang teduh di Sarawong Road. Jika melihat sebuah bangunan bergaya Neo-klasik, itulah Neilson Hays Library.
Berawal ketika pada 1869 sekumpulan wanita kulit putih yang senang membaca buku membentuk The Bangkok Ladies Library Association. Kemudian. Bergabunglah seorang missionari bernama Jennie Neilson pada 1881. Dia senang dengan klab buku tersebut karena bisa saling menukar buku dan diakusi buku.

Jennie menikah dengan Dr Thomas Heywood Hays yang begitu mendukung kegiatannya membuat perpustakaan. Sayangnya Jennie meninggal tiba-tiba pada tahun 1920 – diduga akibat kolera. Dr Hays pun membangun sebuah gadung perpustakaan baru sebagai tanda cinta untuk isterinya.
Perpustakaan baru dibuka pada 26 Juni 1922. Dirancang oleh arsitek Italia Mario Tamagno, bangunan baru menampilkan kekayaan fitur klasik seperti plesteran bermotif dan lantai kayu jati. Fokus arsitekturnya adalah kubah Italianate yang indah. Bangunan ini digambarkan oleh Bangkok Times, pada saat pembukaan sebagai “… sebuah istana besar dalam skala kecil”. Perpustakaan Nielsen Hays diberi status “Historic Landmark” pada tahun 1986 oleh Asosiasi Arsitek Siam.
Kini, Neilson Hays Library menjadi perpustakaan umum dengan sistem keanggotaan. Meskipun demikian, perpusatakaan ini lebih dikenal sebagai perpustakaan untuk anak. Apalagi diediakan sudut koleksi untuk anak-anak. Sementara, setelah pintu masuk bagian ini, dijadikan galeri untuk ruang pameran lukisan dan karya seni lainnya.

Jika merasa lapar, pengunjung tidak perlu khawatir. Disini, disediakan pula kafe untuk menyantap hidangan bersama keluarga. Kafe yang terang ini mengombinasikan konsep dalam dan luar ruangan. Kafe yang didominasi dengan warna hijau, menjadikannya sebagai lokasi sempurna untuk beristirahat sejenak. Bahkan, kadang kala di sini diadakan kegiatan-kegiatan khusus, misalnya acara untuk anak-anak, pertemuan pengarang buku atau para seniman.
Secara pribadi saya senang berkunjung ke perpustakaan. Apalagi yang menyimpan koleksi buku-buku kuno seperti Neilson Hays Library. Saya membayangkan suatu hari buku saya berada di perpustakaan tersebut dan dibaca banyak orang.
(br)
Published on April 22, 2013 21:31
Kunjungan ke Bangkok, Ibukota Buku Dunia 2013

Penetapan UNESCO kepada Bangkok sebagai Ibukota Buku Dunia untuk tahun 2013 di Paris, 27 Juni 2011, membuat saya penasaran ingin mengunjungi ibukota Thailand tersebut. Seberapa hebatnya dunia perbukuan di sana.
Keinginan saya terwujud, ketika Mizan Publishing mengutus saya mengunjungi Bangkok International Book Fair yang digelar 29 Maret-8 April 2013. Acara yang diselenggarakan Asosiasi Penerbit dan Penjual Buku Thailand (Pubat) ini menampilkan 950 stand dengan melibatkan 400 penerbit lokal dan puluhan penerbit dari Taiwan, Singapura dan Korea Selatan.
Dari tempat saya menginap di kawasan Lumphini, saya cukup naik MRT selama 10 menit menuju lokasi pameran di Queen Sirikit National Conventional Centre. Dari stasiun MRT Queen Sirikit, akses menuju tempat pameran hanya 50 meter. Sehingga calon pengunjung yang menggunakan kendaraan umum amat nyaman. Sangat berbeda dengan pameran buku di Jakarta. Dari halte busway harus naik ojek atau berjalan kaki lebih dari seratus meter.
Masuk ke selasar arena pameran yang telah memasuki tahun ke-45 untuk skala nasional, dan ke-11 untuk skala internasional, saya langsung disambut dengan jajaran komik-komik Asia yang mencolok warna sampulnya. Namun karena saya datang awal, stand-stand di luar itu belum dibuka. Saya pun masuk ke dalam hall tanpa tiket, yang di depannya merupakan food court. Setelah melewati lorong, sampailah ke dalam hall luas yang sangat ramai.

Ruangan pameran yang sejuk membuat saya lupa suhu di Bangkok saat itu mencapai 40 derajat Celsius. Saya pun mulai memerhatikan sudut-sudut ruang pameran buku yang tahun ini bertema “Read for Life”. Meskipun ukuran stan mirip dengan pameran di Jakarta, namun tampilannya lebih aktratif. Buku tidak berjejal begitu banyak sehingga pengunjung masih leluasa memilih-milih buku.

Hal yang sangat saya kagumi di arena pameran, pengunjung malah didominasi kalangan pelajar dan mahasiswa. Mereka antusias berebut buku-buku yang dijual, mulai dan novel, komik sampai buku-buku non fiksi, buku asing, buku akademik dan buku-buku tua berkelas. Acara-acara yang melibatkan kaum muda pun berlimpah, mulai dari workshop penulisan, festival komik, dan sebaginya.
Selain pameran buku, juga digelar pameran foto HM Raja dan karya terjemahan HRH Princess Maha Chakri Sirindhorn, serta sejumlah stand e-book oleh penerbit online.
Layak
Mengutip situs BBC Travel, General Director UNESCO Irina Bokova mengatakan, Bangkok dicanangkan sebagai World Book Capital 2013 karena fokus kepada komunitas dan pro terhadap perkembangan kultur membaca.
Saya yang berangkat bersama enam penulis DAR! Mizan saat menyusuri Kota Bangkok mendapati banyak toko dengan rak-rak penuh buku. Toko-toko ini menjual aneka novel, majalah, sampai komik manga. Beberapa mal besar seperti Siam Paragon sudah dilengkapi jaringan toko buku asal Jepang yakni Kinokuniya, dan perusahaan buku berbahasa Inggris terbesar di Thailand yakni Asia Books.
Ada pula jaringan toko buku Barnes & Noble asal AS, dan Waterstones asal Britania Raya. Toko-toko buku ini punya atmosfer yang nyaman untuk pengunjung bersantai sambil membaca. Ada sofa, pendingin udara, lantai kayu, dan komputer yang bisa digunakan untuk selancar dunia maya.
Para penggemar buku bekas bisa menemukan ‘harta karun’ di Dasa Books, Jalan Sukhumvit. Ada lebih dari 16.000 buku bekas dalam berbagai bahasa untuk dijual maupun dibaca di tempat. Di sini, wisatawan bisa membaca buku di kafe sambil menyeruput kopi dan mengunyah brownies cokelat.
Untuk sekadar membaca, sempatkanlah mengunjungi Library Cafe yang masih berlokasi di Jalan Sukhumvit. Toko buku mungil ini punya atmosfer yang sangat nyaman, dengan interior ala tahun 1950-an. Kita bisa membaca buku sepuasnya sambil memesan kopi panas.
(br)
Published on April 22, 2013 21:16
April 15, 2013
[KPCI] Karya Penulis Cilik Indonesia Terbit April 2013
Published on April 15, 2013 19:51
Benny Rhamdani's Blog
- Benny Rhamdani's profile
- 7 followers
Benny Rhamdani isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.
