Pretty Angelia's Blog, page 7
April 17, 2016
Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki 18
Kembalinya Klan Peri Klan UzumakiNaruto © Masashi KishimotoThe Lord of The Rings © J.R.R TolkienWarning: Sequel from ‘HEART’. Setting Canon. Semi-Crossover with The Lord of The Rings. Romance/Adventure. A bit Fantasy. OOCPAIRING: Naru/Saku, Mina/Kushi, Sasu/Hina, Shika/Ino, Kaka/Kure ..“Terkutuk!” pekik Samui. Ia sampai ingin menangis melihatnya.“Apa ini ulah shinobi Konoha? Aku tidak menyangka mereka ternyata memiliki kekuatan yang mengerikan seperti ini.”“Kita harus melapor ke Raikage!”..Chapter 18Bangkitnya Putri Bintang Utara..Ruangan gelap itu diselimuti cahaya kehijauan di dua sudut. Cahaya kehijauan itu mengitari Shizune dan Ino. Sakura memperhatikan keduanya dari pinggir ruangan. Di sana juga ada Rin yang ikut memperhatikan. Di tengah ruangan, terbaring Shikamaru dan Neji yang sekujur tubuhnya nyaris membiru, sementara itu sepertinya pengobatan ajaib yang dilakukan Shizune dan Ino telah berhasil menyelamatkan mereka secara perlahan. Awalnya Sakura menawarkan diri untuk melakukan ritual pembersihan, namun Ino dan Shizune memintanya untuk istirahat dulu sehabis mengobati Kakashi yang juga sempat terluka parah. Mata hijau Sakura melihat kulit Shikamaru dan Neji yang semakin berubah ke warna normal. Dahinya mengerut. Sebenarnya siapa mereka? Mengapa tiba-tiba menyerang Konoha? Apa ini semua ulah Madara?Sakura jadi ingin tahu banyak. Maka dari itu ia memberi sinyal kepada Rin untuk izin keluar dari ruangan itu. Ia ingin menemui Tsunade...Sakura tidak menyangka jika di ruangan kerja Tsunade ada Naruto dan Kushina. Ia jadi merasa aneh Tsunade tadi mengizinkannya masuk “Maaf, apa saya mengganggu?”“Tidak apa-apa, Sakura. Ini bukan rahasia.”Sakura memandangi Naruto yang ternyata memperhatikannya. Ia langsung membuang muka dengan dagu dinaikkan.Sementara satu urat muncul di dahi Naruto. Kenapa dia jadi suka cari gara-gara sih?! Gerutunya dalam hati.“Aku akan mengadakan pertemuan besok dengan para Kage,” lanjut Tsunade.Sakura terkejut. “Anda serius, Shisou? Masalah Sasuke-kun saja belum selesai.”“Kalau aku diam saja, bakalan terjadi perang antara kelima negara Elemantal. Sekarang mereka saling curiga dan ketakutan karena serangan baru-baru ini.” Tsunade menyodorkan sebuah surat kepada Sakura.Sakura langsung membacanya dengan cepat. Matanya membesar. “Apa ini, Shisou?” Ia tidak menyangka Raikage mengirim surat ancaman seperti ini. “ShinobiKonohagakure tidak ada melakukan kontak apapun dengan mereka kemarin!” ia jadi geram sendiri.“Maka dari itu aku ingin meluruskannya. Tidak hanya shinobi Kumogakure yang diserang, desa lain juga mendapat serangan serupa dengan bekas yang menjijikan.”“Ini sudah sangat berat. Saya juga tidak menyangka ada yang berani membuka segel mereka. Mereka makhluk tidak bertuan, tapi kalau ada yang bisa mengendalikan mereka ini sangat gawat,” komentar Kushina.Sakura melirik Naruto sejenak. Ia tersentak saat menyadari wajah termenung Naruto. Seperti ada beban sangat berat di pundaknya.“Mereka sudah tidur ribuan tahun lamanya. Wajar saja mereka … kelaparan dan mencari makan,” ujar Naruto kemudian.“Sebenarnya mereka itu makhluk apa?” kini Sakura yang bertanya.“Ribuan tahun yang lalu, Rikudou Sennin menyegel mereka dan menjinakkan para budaknya. Itu saja nyaris membuatnya mati,” tukas Kushina“Para budak? Apa maksudnya?” Tsunade jadi tidak mengerti.Naruto menerawang ke jendela yang ada di belakang Tsunade. “Iblis-iblis itu adalah penunggang para bijuu. Kalau para bijuu kembali mereka kendalikan, habislah kita. Maka dari itu aku akan menyegel mereka semuanya ke tempat di mana seharusnya mereka berada.”Suara Naruto jadi terdengar berat di telinga Sakura. Kenapa semua jadi dibebani padamu? Apa yang bisa aku lakukan?“Kami akan turut membantumu, Naruto,” ucap Tsunade.“Ya,” Naruto tersenyum kecut. Sebenarnya dalam hati ia tidak begitu yakin apa bisa melakukan hal ini. Dan keraguan itu bisa terbaca oleh Sakura…. Hanya saja ia tidak punya kesempatan untuk menghibur Naruto. Kenapa aku tidak bisa melakukan apa-apa?“Baiklah. Kalian jadi ke Uzumakigakure?”Sakura mendongak. Ia tidak menyangka Naruto akan pergi dari Konoha saat keadaan sedang genting seperti ini. Bukankah kemampuannya sedang dibutuhkan?Kushina mengangguk. “Kami akan membawa Sasuke. Jika besok ada pertemuan para Kage, sepertinya ia juga tidak bisa berada di sini.”“Aku mengerti. Aku juga sudah mencapai batas kemampuanku.” Tsunade bersandar di kursinya. “Pembantaian Klan Uchiha … sampai sekarang aku tidak mengerti apa itu cara yang tepat untuk menyelamatkan Konoha. Sasuke tidak akan melupakannya seumur hidup, mungkin saja ia masih punya dendam padaku yang keturunan Klan Senju ini.”“Sasuke sudah tidak mengingat dendamnya, Baa-chan. Saat ini ia sedang kebingungan, bertanya-tanya apa yang bisa ia lakukan untuk menebus dosanya,” jelas Naruto.Tsunade tersenyum kecil. “Kau yakin sekali.”Naruto menunjuk ke arah dahinya. “Baa-chan, pasti paham.”“Ya, sudah kalian boleh pergi. Tapi cepatlah kembali.”“Beres! Baa-chan tenang saja seluruh wilayah Konohagakure dilindungi segel api milik Suzaku. Memang tidak bisa dilihat dengan mata biasa sih, tapi aku jamin iblis-iblis jelek itu untuk sementara tidak akan berani masuk ke sini,” Naruto mengangkat jempolnya tinggi-tinggi.“Sampaikan ucapan terima kasihku padanya,” Tsunade tidak begitu yakin apa kata terima kasih saja sudah cukup untuk para dewa. “Ayo, Kaa-sama. Sasuke pasti sudah menunggu.”Kushina pun pamit pada Tsunade. Ia membungkuk hormat dan memaksa Naruto untuk melakukan hal yang sama. “Kau harus sopan pada, Tsunade-sama!” teriaknya sehabis menjitak kepala Naruto yang enggan menurutinya.Naruto mengusap kepalanya dengan wajah kesal. “Aku kan sudah biasa sepert ini pada Baa-chan. Baa-chan juga tidak pernah marah kok.”“Meladenimu dengan omelan itu menguras tenagaku, tahu!” Tsunade jadi geram sendiri.Kushina pun membawa paksa Naruto keluar.Sementara Sakura hanya bisa memperhatikan Naruto menghilang dari balik pintu. “Kalau kau ingin mengantarkan mereka, susul saja, Sakura.”Saran Tsunade itu nyaris membuat Sakura melompat. “E-eh?”“Kau tidak perlu menyembunyikannya. Semua orang di sini sedang merasa bingung karena tidak tahu seperti apa musuh yang akan kita hadapi. Begitu juga dengan Naruto. Tapi yang terpenting kau bisa membuktikan bahwa kau akan tetap berada di sampingnya.”Wajah Sakura memerah. “A-anda terlalu berpikiran j-jauh, Shisou. A-aku tidak memikirkan Naruto s-sampai segitunya kok!”“Gaya bicaranya jadi seperti Hinata, Sakura. Cepat susul mereka. Mumpung mereka masih dalam perjalanan menuju tepi sungai.”Sakura tidak melewatkan saran yang diberikan gurunya itu. “A-aku pamit dulu, Shisou!” ia membungkuk hingga wajahnya nyaris menyentuh lutut.Tsunade tertawa kecil ketika melihat Sakura buru-buru keluar dari ruangannya. “Sepertinya aku terlalu banyak bicara.”..Naruto cukup terhenyak ternyata ada Hinata yang berdiri di samping Sasuke. “Memangnya kau sudah baikan, Hinata?”Hinata mengangguk. “Obat dari Tsunade-sama benar-benar mujarab. Lagi pula Sasuke-kun perlu diantar kemari.”Tentu saja Naruto menyadari penglihatan Sasuke belum pulih seutuhnya, Lalu siapa lagi selain dirinya, Sakura, dan Ino yang memikirkan ketidakmampuan Sasuke ini? Kebanyakan shinobi lain sedang sibuk dengan masalahnya sendiri, dan sebagian yang lain tidak peduli dengan Sasuke. Ia tersenyum lega di luar Tim 7, masih ada yang peduli dengan Sasuke.“Maaf ya si Brengsek ini jadi banyak merepotkanmu, Hinata,” Naruto berujar dengan santainya.Terdengar suara geraman dari bibir Sasuke. “Diam, Super Bodoh! Aku tidak pernah meminta Hinata melakukannya kok.”Naruto berkacak pinggang. “Tapi kalian jadi terlihat akrab ya. Aku curiga ada apa-apa dengan kalian.”“Kau ini—”“Syukurlah kalian belum berangkat!” Sakura mengambil napas banyak-banyak saat tiba di sana. Membuat Naruto mendelik dan kehabisan kata-kata.“Sakura?” Sasuke juga cukup kaget dengan kehadiran Sakura.Wajah Naruto langsung berubah galak. “Apa yang kau lakukan di sini?!”Emosi Sakura tiba-tiba naik ke ubun-ubun. “Aku ingin mengantar Sasuke-kun. Memangnya tidak boleh?”Naruto mendengus kesal. Ia langsung membalikkan badan, berjalan menjauhi Sakura. “Ayo, Kaa-sama, kita pulang!”Ekspresi Sakura seketika berubah sendu. Pulang? Bukankah rumahmu di sini, Naruto?Sasuke berjalan mendekati Naruto dituntun oleh Hinata. Setelah itu ia perlahan menghadapkan badannya ke pewaris Klan Hyuuga itu. “Aku pergi dulu, terima kasih untuk semuanya.” Ia berusaha mengembangkan senyuman untuk Hinata. Namun Sasuke tidak menyadari jika mata Hinata sedang berkaca-kaca. Ia mengangguk. “Sampai ketemu lagi. Oh ya, hampir lupa.” Hinata melepaskan kalung yang melingkar di lehernya. Ia lalu memakaikannya di leher Sasuke.“Hinata, aku—”“Kau yang lebih membutuhkannya, Sasuke-kun.”Sasuke terdiam saja. Ia bingung ingin mengeluarkan kata apa untuk menolaknya. Bagaimana caranya agar aku dan Hinata bisa memakainya berdua? Biar kita tidak saling lempar seperti ini.Sasuke tidak membalasnya lagi. Setelah ini ia tidak tahu apa mereka bisa sempat bertemu. Jalannya dengan Hinata setelah ini akan berbeda. Meski akan berada di medan perang yang sama, tapi tidak pernah ada yang bisa memprediksi apakah mereka semua bisa bertahan hidup atau tidak.Naruto kemudian mengaktifkan segelnya. Sebuah pola lingkaran besar yang dikelilingi dengan tulisan mantra Sindarin muncul tepat di bawahnya. Pola itu kemudian menyala.Hinata kini sudah berdiri di samping Sakura. Di pikirannya sedang penuh dengan pertanyaan apakah semuanya akan berakhir di sini? Baru kali ini ia sudah merasa rindu, padahal orang tersebut masih berada di depannya. Kenapa kau tidak menganggap Konoha sebagai rumahmu, Naruto? Kau lahir di sini, kan? Ayahmu juga berasal dari Konoha, bukan? Sakura meratap di dalam hati. Matanya memandangi Naruto yang entah sedang melihat ke mana. Yang jelas ia tahu, Naruto tidak sudi menatapnya. “Di saat seperti ini pun kau masih bisa menunjukkan wajah menyebalkan seperti itu,” lirihnya.Lalu sebagian tubuh Naruto, Kushina, dan Sasuke sudah menghilang. Sakura tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Tubuhnya lantas bergerak ke depan, kemudian berlari kencang menuju ke arah Naruto. “Rumahmu itu di Konoha, Naruto Bodoh!”“Apa yang kau lakukan, Sakura?!”Sementara itu di sekitar sana angin berembus dengan kencang. Hinata sampai menutup matanya dengan lengan. Saat suasana normal kembali, Hinata langsung menyadari jika Sakura juga sudah menghilang. Hanya ia yang ada di sana. Wajahnya tiba-tiba jadi kecewa. “Kenapa Sakura tidak mengajakku juga?”..Kurenai duduk di samping kasur Kakashi yang tengah terbaring di atasnya. Kakashi mengalami patah tulang di bagian rusuk akibat benturan yang sangat keras. Ia tidak tahu apa yang dihadapi Kakashi kemarin, namun ia bisa merasakan bahwa di Konoha sebentar lagi akan terjadi perang besar. Tapi Kurenai punya hal lain yang belum diselesaikannya. Beberapa hari ini ia menjauhi Kakashi dan baru bertemu sekarang, ketika tersebar kabar Kakashi terluka akibat serangan dari pihak musuh. Jika Kakashi terbangun nanti, ia berjanji akan memberi tahu hal yang sepatutnya diketahui oleh Kakashi.Tangan Kurenai menggenggam satu tangan Kakashi. Ia meremasnya dengan lembut. ..Hinata berjalan pulang kembali rumah sakit. Ia ingin menjenguk Neji. Saat ini mungkin proses penyembuhannya belum selesai, tapi ia ingin memastikan bahwa Neji baik-baik saja. Ia tengah melewati hutan dengan dahan rimbun yang cukup gelap karena cahaya matahari terhalang daun-daunnya yang lebat.Hinata lalu menyadari ada sebuah benda berasap yang dilempar ke arahnya. Ia tidak sempat menjauhi. Asap itu terhirup olehnya. “Asap beracun?” Ia nyaris menutupi hidungnya dengan tangan. Tapi terlambat, tubuhnya yang tak berdaya pun tersungkur ke tanah...Naruto kini berdiri di pinggir hutan Uzumakigakure yang berbatasan langsung dengan pintu masuk Rumah Besar. Wajahnya sedang jengkel setengah mati. Geraman keluar dari mulutnya. Sementara Sakura berlari ke sana-kemari. Melihat pemandangan hutan Uzumakigakure yang memiliki pepohonan lebih tinggi dan lebat dibandingkan Konoha. “Whoaaa, pohon apa ini? Besar sekali!” Kushina tertawa kecil. “Ia tidak sadar sudah membuat masalah ya.”Naruto terang saja jadi tambah kesal. “Apa yang kau lakukan di sini, Sakura?!”“Eh?” Sakura lalu menyadari kehadiran Naruto, Kushina, dan Sasuke. Namun ada pemandangan tidak biasa yang ia dapatkan. Ia memperhatikan Naruto dalam waktu cukup lama sampai Naruto sendiri tidak nyaman.Sialan, aku dan Kaa-sama tidak bisa menyembunyikan rupa asli kami di sini. Sakura telah melihatnya. Rupa asli Naruto. Ia baru sadar mata Naruto jadi lebih biru dibanding sebelumnya. Kenapa Naruto jadi setampan pangeran dari negeri kayangan begini? “Em, itu, kau … kenapa?” Bicaranya jadi ngawur.“Kau tahu, kau sekarang sedang membuat masalah, Sakura?” Naruto terdengar marah. Ia tidak menyangka rasa ingin tahu Sakura jadi sebesar ini. Ia tidak ingin melibatkannya lebih jauh lagi.Tapi Sakura kembali bisa berpikir jernih. Ia juga punya alasan untuk kemari. “Aku tidak mengerti. Kenapa kau menganggap ini rumahmu, Naruto?”Dahi Naruto mengerut. “Dari nama margaku saja kau sudah tahu, kan?”Sakura melangkah dua kali ke depan. “Mengapa sejak bertemu dengan Kushina-san kau jadi tidak mempedulikan orang-orang di Konoha. Kau jadi sibuk memikirkan tugasmu sendiri. Memangnya kau sanggup mengerjakannya semuanya seorang diri?”“Jangan membawa-bawa ibuku!” Naruto tambah emosi. Wajahnya maju ke depan.Kedua alis Kushina terangkat. Ia tersenyum lebar. “Aku akan mengantarmu pulang—”Kushina buru-buru memotong kalimat Naruto dengan tangannya. “Kau di sini saja.” Matanya tidak pernah lepas dari Sakura. “Suzaku-sama, kau boleh membawa Sasuke ke Lembah Api.”Suzaku yang sebenarnya berada di kantong kunai Naruto, langsung keluar dari sana. Ia membentangkan sayapnya lebar-lebar dan terbang di sekitaran Sasuke. Ia lalu menutup tubuh Sasuke dengan sayapnya dan dalam sekejap menghilang dari sana.“Sasuke-kun di bawa ke mana?” Sakura jadi khawatir.“Bukan urusanmu, Gadis Manis.” Kushina lalu meremas tangannya sampai tulangnya pun ikut bernyanyi.Saat itu Naruto langsung bergidik ngeri. “Apa yang akan kau lakukan, Kaa-sama?”“Mengajarkan sopan santun pada seseorang.” Kushina tersenyum lebar.Namun Naruto merasa itu terlalu lebar, sehingga ia hendak memprotesnya. “Aku akan mengantar Sakura pulang, lalu urusan ini akan selesai—”Tiba-tiba Kushina memukul leher Naruto hingga ia melayang dan punggungnya membentur dahan pohon. Naruto terduduk di rumput hingga merasakan nyeri di bagian bokongnya. Namun ia langsung heran karena tidak bisa mengeluarkan suara erangan. Mata Naruto membesar. Aku tidak bergerak sama sekali! Ia hanya bisa memandangi Kushina dan Sakura yang saling berdiri berhadapan. Kaa-sama bisa membunuh Sakura! Dia bukan tandingannya!Sakura mulai pasang badan. Dari bahasa tubuh Kushina ia bisa menebak, wanita itu sedang menantangnya untuk bertarung. Ia pernah melihat Kushina mengeluarkan jurusnya. Apa yang harus kulakukan? Lari? Tapi aku tidak tahu jalan menuju Konoha. Tapi Sakura merasa tadi ia mengatakan hal yang benar. Karena itu ia akan memperjuangkan pendapatnya. Ia lalu merasa tubuhnya tiba-tiba melayang. Ia pun menengok ke bawah, kakinya memang tidak lagi menyentuh tanah. Mata Sakura membesar ketika ia menyadari bahwa lehernya serasa dicekik. Ia memegangi lehernya.Kushina yang ternyata menyebabkannya begitu. Tangannya membentang ke arah Sakura. “Kau ini sangat percaya diri ya. Wajah lugu yang sok tahu itu membuatku kesal!”Sakura ingin berteriak. Namun suaranya tercekat di leher. Ia merasakan sekujur tubuhnya jadi sakit.Gawat! Kaa-sama benar-benar akan membunuh, Sakura! Naruto berusaha menggerakkan tubuhnya. Tapi itu sia-sia saja. Ia bahkan tidak bisa merasakan getaran di sekujur tubuhnya. Hanya jantungnya yang berdegup sangat kencang.Tubuh Sakura melemah. Ia dapat merasakannya. Sebenarnya dia memiliki jurus apa? Bagaimana cara kerjanya? Aku benar-benar terdesak! Ia langsung teringat dengan senjata yang berada di kantong kunainya. Tangan Sakura perlahan bergerak ke kantong kunai yang diletakkan di pinggulnya. Saat mendapatkan apa yang ia cari ia langsung melemparkan kedua benda itu ke arah Kushina.BOOM!Seketika lokasi itu itu dipenuhi dengan asap. Sakura terjun bebas ke tanah dan terbatuk-batuk. “Aku bisa lolos,” ujarnya seraya terengah-engah. Ia menggunakan kesempatan ini untuk bersembunyi di balik pohon. “Kushina-san spesialis bertarung jarak jauh ya? Itu artinya gaya bertarungku bertolak-belakang dengannya.” Sakura melirik ke sekitarnya. “Jurus yang mengerikan. Dia mencekikku tanpa menyentuh leherku sama sekali.” Mata Sakura membesar ketika merasakan ada bahaya di punggungnya. Ia pun melompat ke pohon di sebelahnya, dan benar saja pohon tadi langsung terbelah dua.Sakura melihatnya dengan ekspresi ngeri. “Bisa-bisa tubuhku jadi seperti pohon itu.” Kini ia berdiri di dahan pepohonan yang cukup tinggi.“Kau tidak punya tempat untuk bersembunyi, Gadis Manis. Aku sudah tahu di mana kau berada sekarang.” Kushina memperhatikan pohon di mana Sakura berada.“Ugh, aku dipermainkannya.” Sakura menggigit bibirnya. Ia melirik Naruto yang terduduk jauh di seberang. “Kenapa si Bodoh itu malah duduk asyik di sana? Bantu aku kek!” Ia buru-buru lompat ke dahan pohon sebelahnya saat melihat ada cahaya kilat yang menyilaukan mata. Namun terlambat, Sakura jatuh terduduk di tanah ketika dahan itu roboh. Saat dahan itu akan menimpa dirinya, Sakura berguling untuk menghindar. Ia kini berlutut untuk melihat keadaan sekitar. Matanya langsung membelalak.“Pohon-pohonnya hilang?” Sakura tidak punya tempat untuk bersembunyi lagi. Sekarang ia berdiri di tanah lapang. Pepohonan jauh berada ratusan meter di belakangnya. Ia harus memancing Kushina ke sana untuk melancarkan strategi.“Kau benar-benar murid Tsunade-sama?” Kushina memandangi Sakura dengan tatapan meremehkan.Sakura jadi berang. Ia memang paling tidak senang diremehkan. “Kalau begitu langsung serang saja!” Ia menendang permukaan tanah hingga terbelah sampai ke dalamnya. Kushina dengan santai melompat agar terhindar masuk ke lubang yang diciptakan serangan Sakura. “Wah, ternyata dia punya kekuatan persis Tsunade-sama.” “Rasakan ini! Tsutenkyaku!” Sakura mengarahkan tendangan dahsyatnya pada Kushina.Kushina sengaja tidak menghindarinya. Ia tersenyum lebar. “Jangan meremehkan aku, Gadis Manis.” Tangan kanannya mengeluarkan cahaya kemerahan. Ia mengarahkan tangan itu tepat ke Sakura. Membuat Sakura terpental dengan kecepatan tinggi ke tanah hingga membuat lubang yang cukup besar.Naruto yang melihatnya pun semakin panik. Wajahnya kini dibanjiri peluh. Kaa-samaaaa! Kenapa kau jadi tega begituuu?! Tapi ia masih tidak bisa bergerak.Sakura merasa tulang rusuknya ada yang patah. Ia langsung mengaktifkan jurus penyembuhan di dalam tubuhnya. “Ugh, sebenarnya ini sia-sia saja digunakan saat aku masih bertarung. Apa boleh buat, aku tidak bisa bertarung dengan rusuk patah.” Ia buru-buru bangkit. Wajahnya menengadah ke Kushina. Kini asap yang mengitari mereka perlahan menghilang.“Ternyata masih bisa bertahan ya? Padahal siapa saja yang terkena pukulanku tadi tidak bisa bergerak sampai seharian lho.” Kushina mulai menyombongkan diri.Kedua tangan Sakura mengepal. Ia benar-benar tersudut. Kushina adalah tipe petarung jarak jauh, tapi saat ada kesempatan menyerangnya di jarak dekat hal itu tetap saja sulit dilakukan. “Aku tak mengerti jurus apa yang dia miliki. Tapi sejauh mana ia bisa menyerang?”Sakura langsung menyadari sesuatu. Ia langsung melompat beberapa kali ke belakang sembari mempersiapkan kunainya di tangan. Ia sudah memikirkan rencana yang matang di otaknya. Ini akan ia lakukan dengan cepat karena cukup berisiko. Mungkin saja ia bisa terluka parah atau mati karenanya. “ Lagi pula chakraku tinggal sedikit.”Kushina mendekati Sakura dengan sunshin no jutsu. Matanya kemudian kembali memerah, begitu juga dengan tangan kanannya. Sakura sudah menyadarinya, Kushina akan mengeluarkan jurus andalannya lagi. Tapi kini ia tidak akan menghindar. Sakura melesat cepat ke arah Kushina. Ia ingin menyerang Kushina lebih dulu. Namun Kushina sudah mengarahkan telapak tangannya ke Sakura. Sakura kembali terpental jauh. Tapi dirinya langsung menghilang.Kushina terbelalak. “Kagebunshin?” Ia lalu merasakan kehadiran lain di sebelah kanannya. Ternyata di sana ada Sakura yang siap menghantamnya dengan tinju dahsyatnya. Kushina tersenyum. “Lambat!” Ia menarik tangan Sakura dan membanting tubuh Sakura ke samping. “Rasakan ini!”Kushina menyadari jika Sakura yang baru saja dikalahkannya adalah kagebunshin juga. Sekarang yang asli, sedang menyerangnya dari atas. “Ck, aku benar-benar dibuat terdesak.” Ia melakukan kayang sampai hampir menyentuh tanah. Ia lantas mengarahkan telapak tangannya ke Sakura.Sakura terpental ke langit. “Sial! Kenapa ini harus terjadi lagi?” Dadanya terasa terbakar. Tapi ia tidak punya kesempatan untuk mengobatinya lagi. Ia lalu melempar kunai ke arah Kushina. Kushina tampak kaget ketika kunai itu bedekatan dengannya, langsung berubah menjadi Sakura. “Aku tidak akan kalah!”pekik Sakura mempersiapkan tinjunya.Kushina yang awalnya panik jadi terkekeh-kekeh. “Kau sangat percaya diri di pertarungan jarak dekat ya? Tapi aku sebenarnya aku juga bisa melakukan pertarungan jarak dekat.” Kushina lalu menahan tinju Sakura dengan tangannya. Tangan Sakura dipelintirnya ke kanan hingga Sakura berteriak kesakitan.Namun Sakura tidak menyerah. Tangan kirinya siap melakukan tinju yang sama. Hanya saja tangan kiri Kushina sedang bebas. Ia membawa tanga kiri Sakura meninju wajah Sakura sendiri. Kemudian dengan jurus anehnya itu, ia membawa Sakura kembali terpental ke udara.Sakura merasakan dirinya yang melayang bebas di udara. Ia semakin ngeri saat menyadari Kushina yang tiba-tiba berada di atasnya.“Aku kirim kau ke bawah ya!” Kushina tergelak-gelak. Ia memutar tubuhnya, lalu menendang punggung Sakura dengan kekuatan penuh. Sakura memekik. Ia meluncur bebas ke atas tanah tanpa bisa melawan. Naruto yang mendengar debuman keras sampai ingin pingsan saja. Ia melihat sesuatu yang misterius meluncur dari langit. Sesaat kemudian ia bisa melihat dengan jelas ibunya berada di sana. Pertarungannya sudah selesai? Di mana, Sakura? Dia baik-baik saja, kan?Sakura tengkurap di tanah. Kini ia sudah tidak bisa bergerak. Merasakan tubuhnya saja tidak bisa. Tulang punggungku juga patah! Ia memperhatikan Kushina yang berdiri di depannya. Ia geram sekali karena tidak bisa melukai Kushina sedikit pun. Menggunakan kagebunshin cukup menguras chakranya yang tidak terlalu banyak. Ia juga sudah tidak bisa mengobati tubuhnya sendiri.Kushina mengembuskan napas. “Kau kemari untuk membawa Naruto kembali ke Konoha? Kuberi tahu saja, apa yang kau lakukan itu percuma.”Dahi Sakura mengerut. Ia cukup terkejut melihat wajah serius Kushina.“Kau sudah melihat wajah asliku dan Naruto. Kau tahu apa artinya? Kalian dan kami itu berbeda.”Apa maksudnya?“Karena itu takdir kalian juga berbeda.” Kushina lalu mengarahkan tangannya ke arah Sakura. Matanya yang merah kembali bercahaya.Sakura memperhatikan tangan Kushina membentuk beberapa segel. Tubuhnya tiba-tiba jadi gemetaran. Aura ingin membunuh Kushina begitu terasa.Naruto yang masih tak berdaya di tempatnya melihat adegan itu dengan penuh kengerian, Wajahnya berubah berang. Ia tidak mengerti mengapa ibunya jadi sesangar itu. Sialan! Sialan! Kenapa aku tidak bisa melepaskan mantranya?! Mata Naruto membesar ketika dilihatnya dari tangan Kushina terbentuk panah berwarna merah. Ia tentu saja tahu apa itu. Jurus andalan Kushina yang dijamin langsung menewaskan orang yang dibidiknya. Ia semakin berusaha untuk melepaskan diri dari mantra yang mengikatnya.“Kau tahu? Aku tidak ragu membunuh siapa saja yang berniat mengacaukan rencana besar Klan Uzumaki. Kau tidak mengerti apa yang kami pikul. Jadi, kau tidak berhak mengganggu!” Kushina lantas melepaskan panahnya ke arah Sakura.Sakura menutup matanya rapat-rapat. Saat itu pula melesat dengan cepat sebuah cahaya ke arah Sakura. Seperti berlomba dengan anak panah yang meluncur cepat ke sana juga. Kemudian cahaya itu menjadi benteng Sakura.Naruto yang masih melihat dari kejauhan langsung merinding ketika tabrakan antara cahaya dan anak panah itu membuat sekitarnya begitu silau. Ia jadi ingin tahu apa yang sedang terjadi di sana.Sakura membuka satu matanya. Ia merasa dunianya sedang berputar. “Aku sudah berada di tempat lain?” Matanya membelalak ketika keduanya membuka. “A-aku masih di sini?” Ia lalu memperhatikan seseorang yang ternyata berdiri di depannya. Ia tidak bisa melihat rupa orang itu sehingga ia tidak mengetahui siapa dia.Kushina melihat dia yang melindungi Sakura dengan satu alis terangkat. “Heeh, akhirnya datang juga ya.”“Kau keterlaluan, Kushina. Lepaskan Sakura.”Kushina mengangkat kedua bahunya. Ia tersenyum selebar-lebarnya. “Harusnya kau datang dari tadi.” Dia yang misterius itu mengeluarkan decak kesal di mulutnya. “Haah, aku tidak menerika komentarmu. Cepat berikan anting itu padanya.”Sakura tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.Sementara Naruto hanya melihat sosok itu dengan mata membesar. Ia bisa mengetahui siapa sosok itu dari ciri khasnya yang sering menyerupai seseorang yang akan mengemban kekuatannya. Tentu saja sosok itu berwajah seperti Sakura. Earendell? Tiba-tiba mata Naruto berkaca-kaca. Ia memasang wajah sedih. Kenapa? Kenapa harus dia?Siapa dia? Sakura menyadari jika seseorang di depannya ini sedang melihat ke arahnya tanpa membalikkan badan. Ia langsung terkejut ketika melihat wajahnya. “Eh?”“Cih, kau membuatnya sampai babak-belur seperti ini!”Kushina terbahak-bahak. Tampak puas dengan apa yang telah ia lakukan pada Sakura. “Nanti juga dia bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Kau juga bisa menyembuhkannya, bukan?”Sosok yang mirip dengan Sakura itu menatap Kushina dengan sangar. Ia membalikkan badannya untuk berhadapan dengan Sakura. Ia lantas berjongkok, matanya tidak lepas dari Sakura. Senyuman lantas melebar di bibirnya. “Kau benar-benar mirip dengan Putri Bintang Utara.” Jari telunjuknya menyentuh dahi Sakura. Lantas muncul pola bunga sakura di dahi ninja berambut pink itu. Ia lalu menghilang dalam sekejap. Meninggalkan Sakura yang masih sulit mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi. Tapi ia langsung merasakan energi yang tersebar ke seluruh tubuhnya. Sakit di punggungnya sudah tidak terasa. Maka ia mencoba bangkit perlahan. Kedua tumit kakinya masih menyentuh tanah. Ia menatap Kushina dengan waswas, sangat memungkinkan jika wanita itu akan menyerangnya lagi.Kushina lalu merasakan anting berbentuk mawarnya lepas dari telinganya. Tangannya lalu meraih kedua anting berbentuk mawar yang ternyata telah menghitam itu di kedua telapak tangannya. Ia pun mendekat ke arah Sakura. Ketika tepat berada di depan Sakura, Kushina menunduk. Ia kemudian meraih tangan kanan Sakura.Sakura sendiri hanya diam ketika melihat perubahan sikap Kushina. Ia lalu menyadari Kushina meletakkan sesuatu di tangannya. Ia kaget ketika Kushina mengepalkan tangannya. Saat itu pula ia langsung dikelilingi cahaya kemerahan yang bercampur dengan pink. Matanya membesar saat melihat Kushina yang mengenakan pakaian seorang putri miko serba merah. Kushina menggunakan penutup kepala yang di kiri dan kanannya terdapat perhiasan emas berbentuk mawar. Daripada seorang petarung, menggunakan baju ini membuatnya jadi seorang putri sungguhan. Cantiknya, puji Sakura dalam hatinya.Kushina tersenyum. “Karena ini adalah hal yang spesial, aku wajib menggunakan baju ini. Coba kau buka telapak tanganmu.”Sakura bingung melihat anting berbentuk bunga sakura di tangannya. “I-ini?”“Cocok dengan namamu ya,” senyuman Kushina semakin melebar.“Sebenarnya ini apa?”“Anggap saja sebagai hiburan karena kau tidak bisa menang dariku.” Kushina malah terbahak-bahak.Dahi Sakura mengerut, tapi ia menerima pernyataan Kushina itu dengan setengah rela. “Cukup masuk akal.”“Kau gunakan anting itu ya. Semoga dia bisa menerangimu saat kau berada dalam kegelapan sekalipun.”Kushina lantas berdiri. Bersamaan dengan itu cahaya mengitarinya dengan Sakura sudah menghilang. Ia pun mengenakan pakaian semula. “Aku harus bertemu dengan Ada. Dia pasti sedang menunggu. Kalau kau ingin bermalam di sini boleh saja. Tapi jika kau ingin pulang, Naruto ada di sana,” tunjuk Kushina ke arah Naruto yang ternyata sudah berdiri beberapa meter dari mereka. Tadinya ia ingin meminta anaknya itu mengantar Sakura ke Konoha. “Wah, ternyata kau sudah bisa melepaskan manteranya ya.”Mata Naruto menyipit. Ia menggeram kesal. “Nadiku nyaris putus saat melakukannya tahu.” Kushina hanya tertawa melihat penderitaan Naruto. Ia lalu terdiam saat menyadari Naruto dan Sakura saling tatap dengan ekspresi wajah seseorang yang memiliki banyak beban. Ia pun mengembuskan napas. “Aku akan meninggalkan kalian berdua. Baik-baik ya.” Ia lalu melangkah santai menuju Rumah Besar Uzumakigakure.Naruto menatap punggung ibunya yang semakin jauh meninggalkannya. Ia lalu menatap kakinya sendiri. “Anting itu adalah bintang kesayanganku,” ujar Naruto pada akhirnya.“Bintang?”Naruto melihat langit di atasnya. “Namanya Earendell. Kau cuma bisa melihatnya setahun sekali. Menurut legenda, Klan Uzumaki diciptakan dari bintang itu.”“Oh,” Sakura berusaha untuk paham. Meski hal yang diceritakan Naruto ini tidak mampu ia terka sepenuhnya.“Earendell sangat pintar dalam genjutsu dan pengobatan. Dia akan membantumu di peperangan nanti,” jelas Naruto lagi.“Dan kau mengira, kau akan tewas di peperangan itu?” Sakura langsung memberikan pertanyaan yang mengganggu pikirannya.Naruto menatap Sakura. Ia berusaha mengendalikan diri untuk tidak terkejut. “Kau tahu, Naruto? Bukan hanya kau. Aku, Sasuke, Hinata, dan semua shinobi yang ikut di peperangan itu punya kesempatan hidup yang kecil. Mereka pasti punya pikiran yang sama denganmu. Lebih memilih mati demi terselesainya misi, daripada tetap hidup, tapi membiarkan kejahatan tetap bersarang di Konoha.”Mata Naruto membesar. Apalagi ketika Sakura kini mendekatinya. Ia menatap Sakura yang tersenyum penuh dengan ketulusan kepadanya. “Karena itu aku akan bertarung bersamamu.”Sakura langsung berbalik dan berjalan menjauhi Naruto. Tapi setelah beberapa langkah, ia kembali menghadap ke Naruto. “Kau tak perlu mengantarku ke Konoha, Naruto. Kau tinggal membuka pintunya saja untukku.”Naruto pun segera menuruti permintaan Sakura. Ia membentuk dua segel di tangan. Lalu mengarahkan telapak tangannya ke arah Sakura. Di dekat Sakura pun muncul sebuah portal.“Sampai jumpa, Naruto!” Sakura melambaikan tangan pada Naruto. Meski Naruto tidak membalasnya, ia tidak terganggu dengan hal itu. Ia lalu masuk ke dalam portal. Kemudian menghilang bersamaan dengan menghilangnya portal itu.“Jadi kau ingin mati bersamaku, Sakura? Kau membuat dua pilihan sulit untukku. Kenapa kau bisa sekejam itu?” Naruto hanya bisa melihat lokasi di mana Sakura menghilang dengan pedih di dada...Suzaku membawa Sasuke ke Lembah Api yang letaknya di bagian paling selatan Uzumakigakure. Ia membentangkan sayapnya. Sasuke yang tadinya diselimuti oleh kedua sayap itu kini tengah berdiri dengan mata terpejam. Ia lantas membuka matanya perlahan. Matanya mengedip beberapa kali. Ia bahkan menguceknya. “Aku bisa melihat kembali?”“Begitulah. Sasuke-sama tahu kan aku memiliki jarak pandang mata yang tajam dan luas?”Sasuke cukup terkejut mendengar suara di dekatnya. Ia menoleh pada Suzaku yang ternyata tengah membelakanginya. “Aku sudah membagikan sebagian kekuatanku pada Anda, jadi wajar saja Anda bisa sembuh dalam sekejap.”“Terima kasih,” ujar Sasuke dengan senyuman tipis. Ia lalu melihat pemandangan sekitarnya. Kakinya lantas mendekati bibir tebing. Di bawah jurang sana hanya ada lautan api. Ketika ia menoleh ke kanan, Sasuke dapat melihat dengan jelas sebuah gunung tinggi yang mengeluarkan sebuah asap. Di sekitar Sasuke terdapat bebatuan berwarna merah yang begitu mulus. Beberapa meter di depannya terdapat pintu masuk ke sebuah kuil. “Jadi, di sana nanti aku tinggal?”“Hah?” Suzaku tidak mengerti apa yang Sasuke bicarakan.“Kushina-san bilang aku memiliki tugas menjaga Uzumakigakure setelah perang besar nanti.”Suzaku geleng-geleng kepala. “Wanita satu itu memang terlalu berlebihan, tapi masuk akal juga. Sebenarnya hal itu tidak wajib Anda lakukan Sasuke-sama karena Kushina-sama hanya menawarkan tempat tinggal. Setelah perang usai, Uzumakigakure akan disegel penuh. Tidak ada orang luar yang bisa memasukinya lagi.”Sasuke tampak berpikir. Ia memandangi kakinya sendiri. “Ya, aku memang tidak diterima di Konoha. Meski ada Naruto, Sakura, dan yang lainnya, seluruh Konoha, ah, bahkan seluruh dunia ini tidak mau menerimaku.”“Tapi pilihan tetap ada di tangan Anda. Yang jelas Uzumakigakure hanya akan ditinggali oleh kami dan bijuu. Anda pasti akan kebosanan setiap hari berinteraksi dengan kami.”Sasuke tersenyum tipis. Namun tiba-tiba ia mendapatkan firasat buruk. Ia langsung cemas setengah mati. Ia berputar. Melihat ke sana-kemari. Ia juga tidak mengerti kenapa bisa kepikiran seperti ini. “Suzaku, aku ingin kembali ke Konoha.”Suzaku terang saja keheranan. “Ada apa memangnya?”“Ada yang memintaku untuk datang menolongnya.”..Hiashi meminum teh yang baru saja disuguhkan oleh pelayannya. “Apa Hinata sudah kembali?” tanyanya kemudian. “Setahu saya belum, Tuan.”Hiashi terang saja merasa ada yang tidak beres. “Aneh, harusnya dia sudah pulang sejak satu jam yang lalu.” Mata Hiashi lalu menyadari perilaku pelayannya yang aneh. Bibir pelayannya itu bergetar seperti orang ketakutan. “Ada yang ingin kau sampaikan, Mina?”Mina menggeleng. Ia membungkuk, sebelum angkat kaki dengan cepat dari sana. Tepat di saat kepergian Mina. Para tetua Klan Hyuuga masuk ke dalam ruang pertemuan Klan Hyuuga itu. “Kebetulan kau ada di sini, Hiashi. Ada yang ingin aku bicarakan.”Hiashi melihat ada sekitar 6 tetua di sana. Mereka umurnya lebih tua dari Hiashi, namun sudah mengabdi pada Klan Hyuuga puluhan tahun lamanya sehingga Hiashi menjadikan mereka sebagai penasihat. Para penasihat itu selalu beranggapan mereka paling tahu apa yang terbaik untuk Klan Hyuuga, meskipun pendapat mereka sering juga tidak diikuti oleh Hiashi.“Silakan.”“Ini menyangkut masa depan Klan Hyuuga. Kau sangat peduli dengan klan ini, kan?”Hiashi mengerutkan dahinya saat mendengar pertanyaan itu. “Tentu saja. Aku terlahir sebagai anggota Klan Hyuuga, bagaimana bisa aku tidak peduli dengan leluhurku? Itu sudah menjadi bagian dari darahku.”Tetua yang berbicara pada Hiashi itu kini mondar-mandir di depan Hiashi. “Klan ini sejak awal terbentuk selalu menerima cobaan yang berat. Kau masih ingat dengan nenek moyang kita dulu, yang menikah dengan si iblis gagak? Sejak saat itu kita jadi paham, begitu banyak orang yang ingin memiliki kekuatan Klan Hyuuga. Tapi meski kita sudah paham, kita selalu saja kecolongan. Ini terbukti dengan tragedi yang menimpa Hikari-sama puluhan tahun yang lalu.”Mata Hiashi menikam tajam, seolah sudah tahu arah pertanyaan ini akan ke mana.“Kenapa kau menatapku seperti itu, Hiashi? Apa kau tidak paham betapa seriusnya masalah ini?”Ekspresi Hiashi berubah sangar. Ia berdiri. “Di mana Hinata?”Tetua itu mundur selangkah. “Kau terlalu naif. Membiarkan mereka berdekatan. Kau pikir para tetua tidak mengetahui hal ini?”“Di mana Hinata?!” Suara Hiashi semakin meninggi. “Byakugan!” Hiashi mencari Hinata di seluruh bagian rumah Klan Hyuuga. Akhirnya ia menemukannya. Matanya membesar ketika melihat keadaan Hinata di sana. “Apa yang kau lakukan padanya?!” Hiashi hendak mengeluarkan jurus andalannya, tapi di saat itu pula ia merasakan badannya mati rasa. Ia langsung tersungkur ke tanah. “Ke-keparat.” Teh yang diminumnya tadi ternyata sudah diracun.“Maafkan aku, Hiashi. Tapi inilah yang terbaik untuk Klan Hyuuga. Tidak masalah kita kehilangan satu anggota utama. Berterima kasihlah padaku karena kau kuberikan kesempatan hidup. Racun itu hanya akan melumpuhkanmu seharian.” Para tetua itu langsung meninggalkan ruang pertemuan.Hiashi sekuat tenaga berdiri, tapi hal itu sia-sia saja ia lakukan. “Ha-hanabi.” Suaranya hilang, ia bahkan tidak mampu memanggil putri bungsunya. Klan Hyuuga sejak dulu selalu berserah pada takdir. Tapi apakah seperti ini takdir yang dialami oleh Hinata? Hiashi sangat ingin menggantikan posisi Hinata, tapi takdir memaksanya tak berdaya. Takdir memaksanya menerima peristiwa mengerikan ini.Bersambung….
Published on April 17, 2016 02:27
February 19, 2016
Novel DOUBLE U, Diterbitkan Oleh Sheila (Imprint Penerbit Andi)
Hai, Guys. Alhamdulillah novel ketigaku ada baru terbit di bulan Februari ini. Buat yang kangen dengan tulisanku yang penuh dengan drama dan angsty, yok segera serbu novelnya di toko buku Gramedia, Toga Mas, Gunung Agung terdekat.
Judul: Double UGenre: Romance/DramaHarga: 75.000 (di toko buku), 60.000 (di Toko Buku Online Penerbit Andi http://andipublisher.com/produk-0216005983-double-u-karena-cinta-datang-tibatiba.html)
Sinopsis:Mutiara Lingga Karolina, atau biasa disapa Ute, di umur 19 tahun berani memutuskan keluar dari perkuliahannya di jurusan Kedokteran Gigi untuk menjadi seorang filmmaker karena passion-nya memang ada di bidang pembuatan film.Namun banyak kendala yang ia hadapi, selain ayahnya yang menentang keras keputusannya, Ute pun mengambil langkah nekat keluar dari rumahnya.Belum lagi masalah dengan Upi, pacarnya yang membuat mereka akhirnya putus.
Suatu hari Ute bertemu dengan seorang cowok yang seumuran dengannya, Uzi. Keberadaan cowok itu perlahan-lahan membuat Ute berubah, terlebih visi yang dimiliki Uzi untuk masa depannya sendiri membuatUte kagum padanya. Lama-kelamaan rasa kagum itu menjadi cinta yang baru.
Namun, pada akhirnya Ute mengetahui bahwa ada masa lalu kelam antara Uzi dan Upi, yang tidak pernah Ute sangka, Maka, siapa yang akan Ute percayai? Uzi yang telah menjadi seseorang yang spesial baginya? Atau Upi, mantan pacarnya yang sedang membutuhkan support dari Ute untuk keluar dari jeratan narkoba?
Lalu bagaimana dengan cita-cita Ute yang ingin menjadi filmmaker?

Judul: Double UGenre: Romance/DramaHarga: 75.000 (di toko buku), 60.000 (di Toko Buku Online Penerbit Andi http://andipublisher.com/produk-0216005983-double-u-karena-cinta-datang-tibatiba.html)
Sinopsis:Mutiara Lingga Karolina, atau biasa disapa Ute, di umur 19 tahun berani memutuskan keluar dari perkuliahannya di jurusan Kedokteran Gigi untuk menjadi seorang filmmaker karena passion-nya memang ada di bidang pembuatan film.Namun banyak kendala yang ia hadapi, selain ayahnya yang menentang keras keputusannya, Ute pun mengambil langkah nekat keluar dari rumahnya.Belum lagi masalah dengan Upi, pacarnya yang membuat mereka akhirnya putus.
Suatu hari Ute bertemu dengan seorang cowok yang seumuran dengannya, Uzi. Keberadaan cowok itu perlahan-lahan membuat Ute berubah, terlebih visi yang dimiliki Uzi untuk masa depannya sendiri membuatUte kagum padanya. Lama-kelamaan rasa kagum itu menjadi cinta yang baru.
Namun, pada akhirnya Ute mengetahui bahwa ada masa lalu kelam antara Uzi dan Upi, yang tidak pernah Ute sangka, Maka, siapa yang akan Ute percayai? Uzi yang telah menjadi seseorang yang spesial baginya? Atau Upi, mantan pacarnya yang sedang membutuhkan support dari Ute untuk keluar dari jeratan narkoba?
Lalu bagaimana dengan cita-cita Ute yang ingin menjadi filmmaker?
Published on February 19, 2016 15:56
December 31, 2015
Toyama, Surga Tersembunyi di Pinggir Laut Jepang
Meski tidak sepopuler Tokyo yang berjarak 300 km darinya, Toyama memiliki kecantikan yang membuatnya istimewa. Wilayahnya yang berdekatan dengan Laut Jepang membuat Toyama kaya akan sumber daya alam bahari dan pemandangan menakjubkan tiada tara.









Untuk keterangan lebih lengkap silakan kunjungi link Fanpage H.I.S Travel di sini https://www.facebook.com/HISTravelIndonesia Yuk, liburan ke Jepang!

Published on December 31, 2015 17:13
December 13, 2015
Mau Voucher Buku Gramedia Senilai 150.000? Yuk Review Novel Dae-Ho's Delivery Service #PSA3
Assalammu’alaykum. Kali ini saya hadir kembali buat ngadain kontes review novel kedua saya yang judulnya Dae-Ho’s Delivery Service (Diterbitkan oleh Grasindo, 2015). Novel ini yang mengantarkan saya ke Korea Selatan di bulan Oktober kemarin. Langsung aja ya. Cara ikutan kontes review Dae-Ho’s Delivery Service:1. Tulis review Dae-Ho’s Delivery Service di blog pribadi, notes FB, wordpress2. Sertakan sinopsis yang ada di back cover Dae-Ho’s Delivery Service.3. Sertakan foto novel Dae-Ho’s Delivery Service yang kamu punya. 4. Setelah selesai ditulis, share link review dengan mention ke @prettywuisan dan @grasindo_id. Jangan lupa sertakan hestek #PSA3 #DaeHoDelivery5. Share kontes review ini di sosial media dengan mention @prettywuisan dan @grasindo_id. Sertakan hestek #PSA3 #DaeHoDelivery6. Akan ada voucher buku Gramedia senilai 150.000 untuk satu orang yang beruntung.

7. Review kamu ditunggu sampai tanggal 13 Januari 2016.Belum punya novelnya? Yok dibeli di Gramedia terdekat atau toko buku online langganan kamu :D.
Published on December 13, 2015 04:09
December 11, 2015
Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki 17
Kembalinya Klan Peri Klan UzumakiNaruto © Masashi KishimotoThe Lord of The Rings © J.R.R TolkienWarning: Sequel from ‘HEART’. Setting Canon. Semi-Crossover with The Lord of The Rings. Romance/Adventure. A bit Fantasy. OOCPAIRING: Naru/Saku, Mina/Kushi, Sasu/Hina, Shika/Ino, Kaka/Kure .. Btw happy reading ^^/.. Naruto menggaruk belakang kepalanya. “Sebenarnya aku juga belum tahu apa aku bisa selamat dalam perang itu. Jadi, ya … karena menurut ibuku kau akan selamat, ibuku pun meminta bantuanmu.” Sasuke terang saja kaget dengan pernyataan pesimis Naruto. “Memangnya ibumu bisa meramal masa depan?” Naruto menggeleng. “Masa depan yang kelam itu sendiri yang datang padanya. Terkadang padaku juga.”.. Sasuke tidak lagi memaksa diri untuk tertidur. Ia sudah merasakan cahaya matahari yang masuk dari ventilasi menyentuh wajahnya. Hangat. Tapi hati Sasuke kini sedang resah. Ia masih mempertanyakan apakah pilihannya benar atau tidak. Ia masih tidak mengerti apa yang Kushina katakan padanya kemarin. Sasuke meraba tempat tidurnya. Kali ini penglihatannya sedikit lebih jelas dibandingkan kemarin. Meski penglihatannya masih terasa buram. Kakinya menyentuh lantai; lalu ia berjalan perlahan menuju jendela. Tirai yang menutupi jendela disingkap. “Sasuke-kun.” Sasuke tersentak ketika mendengar suara ketukan di pintu. Ia juga mengenal pemilik suara itu. “Hinata?” “Ohayou gozaimasu.” Sasuke tidak menggubris sapaan itu. “Kau kemari sendirian?” “Ya. Aku juga terkejut ternyata bisa berjalan seperti ini.” “Masuklah,” Sasuke berjalan menuju pintu. Saat pintu terbuka ia dapat melihat sekelebat warna lavender yang berpadu dengan putih. “Ada perlu apa?” “Kau mau jalan-jalan keluar?” Hinata menatap Sasuke malu-malu. Sasuke dapat melihat Hinata yang menunduk. Ia rasa tidak ada salahnya menyetujui ajakan Hinata. Ia juga butuh udara segar. “Baiklah. Tapi maaf … penglihatanku masih belum sempurna.” Hinata menggeleng. “Tidak masalah, aku yang akan menuntunmu. Kau tidak keberatan?” Sasuke menggoyangkan kepalanya. Ia lalu merasakan Hinata yang berdiri di sampingnya dan merengkuh lengannya. Awalnya Sasuke agak terkejut, tapi ia berusaha menyesuaikan diri. Mereka pun keluar dari kamar setelah Hinata menutup pintunya.. Sasuke dan Hinata kini berjalan di sebuah jembatan yang berada di belakang Rumah Sakit Konohagakure. Jembatan itu terbuat dari kayu sehingga saat terinjak menimbulkan suara yang berisik. “Di bawah kita sungai, kan?” Sasuke dapat mendengar gemerisik air yang seketika membuatnya tenang. “Ya.” Hinata lalu membawa Sasuke ke pinggir jembatan. Ia dapat merasakan angin membelai pipinya. Tangannya lalu menahan beberapa helai rambutnya yang beterbangan. “Di sini terlihat damai….,” komentar Hinata. Raut wajahnya tiba-tiba berubah sedih. “Tapi ke depannya pemandangan seperti ini akan berubah total.” “Kau merasa akan ada perang besar?” “Shinobi yang dulu menculik Naruto-kun. Dia masih hidup, bukan?” Sasuke terheran-heran mengapa arah bicara mereka jadi serius begini. “Madara ingin mengumpulkan bijuu. Tinggal Kyuubi saja yang belum ia dapatkan. Jika ia berhasil melakukannya, ia bisa membuat seluruh dunia ini hancur.” Hinata bergidik. “Aku berharap perang itu hanya mimpiku saja. Yang nyata adalah pemandangan di depanku ini.” “Setelah perang usai nanti kau akan bisa menikmatinya lagi.” “Kau juga akan menikmatinya lagi, kan, Sasuke-kun?” Getaran suara Hinata menyambangi telinga Sasuke. Ia tidak mengerti apa yang ditakutkan Hinata. “Konoha memang kampung halamanku. Tapi … masa depanku tidak ada di sini.” “Betul sekali, Sasuke. Masa depanmu ada di alam baka.” Sasuke dan Hinata tercengang mendengar suara yang menyeramkan itu. Terutama Sasuke, ia tidak menyangka orang itu akan berada di hadapannya sekarang. Hinata pun memutuskan berdiri di depan Sasuke. “Hinata, jangan melawannya!” Madara tertawa lantang. “Kau menyedihkan, Sasuke. Sharingan-mu kau rusak sendiri. Sharingan yang menjadi kebanggaan Uchiha kau buang begitu saja. Dan sekarang…” Matanya menatap remeh Hinata. “Kau berlindung di balik seorang perempuan?” Sasuke memajukan posisinya. Ia mengarahkan Hinata agar berdiri di belakangnya. “Apa yang kau mau?” Madara menyeringai. Ia tiba-tiba berada tepat di depan Sasuke dan menendangnya di perut. Membuat Sasuke dan Hinata terpental beberapa meter, tubuh mereka tersungkur ke badan jembatan. Sasuke merasa pening, ia mencoba berdiri. Namun ia menghentikan usahanya karena terlalu terkejut dengan apa yang terjadi di depannya. Di sana ada Hinata yang melesat cepat ke arah Madara . “Ja-jangan, Hinata—” “Mengganggu!” dengan satu tangannya Madara menyerang Hinata hingga dia terhempas menembus pembatas jembatan dan terjun ke sungai di bawah. Mata Sasuke membesar. Ia menatap tajam Madara. “Jika kau memang berniat membunuhku, jangan libatkan orang lain—” “Kau jadi lebih cerewet dari biasanya ya, Sasuke.” Tangan Madara sudah berada di leher Sasuke. Ia menaikkan tangannya tinggi-tinggi hingga kaki Sasuke sudah menjauh dari pijakan jembatan. “Kau jadi peduli sama orang lain. Inilah yang membuatmu lemah.” Ia lalu melempar Sasuke ke sembarang arah dan melesat ke arahnya... “Selamat pagi, Sasuke brengsek!” pekik Naruto sembari masuk ke dalam ruangan rawat inap Sasuke. Ia tercenung saat di sana tidak menemukan orang yang ia cari. “Di mana dia?” Naruto langsung merasa ada yang aneh. Rin yang mengikutinya dari belakang berkomentar. “Mungkin dia ada di toilet.” “Ah, benar juga.” Naruto pun masuk ke dalam toilet. Tapi ia kemudian keluar dari sana dengan raut wajah bingung. “Tidak ada.” “Apa dia keluar?” Naruto kemudian berjalan menuju balkon. Matanya memicing melihat ke sekumpulan pepohonan yang ada di depannya. “Tapi setahuku Sasuke tidak pernah jalan-jalan keluar dari sini.” “Sasuke-kun!” Naruto tersentak saat ada Sakura di daun pintu. Sakura juga demikian. Naruto pun memandang ke sembarang arah dan berdeham. Membuat bibir Sakura miring sebelah. “Cih! Kenapa dia jadi menyebalkan begitu?” “Sasuke tidak ada,” ujar Naruto dengan nada datar. Sakura memandang ke dalam ruangan dengan wajah pias. “Hinata juga tidak ada di dalam kamarnya.” “Eh? Maksudmu Hinata pergi dengan Sasuke?” Naruto berjalan mendekati Sakura. Ia mencoba tidak memikirkan insiden dengan Sakura beberapa hari lalu. “Tidak tahu,” Sakura membuang muka dari Naruto. Ia lalu berlari keluar dari ruangan. Naruto mengembuskan napas cepat-cepat. Kedua tangannya menyentuh lutut. “Untung dia segera pergi.” “Kau kenapa, Naruto?” Rin hanya bisa terheran-heran melihat gelagat Naruto yang terlihat tegang. “Aku tidak apa-apa.” Naruto segera menegakan tubuhnya. “Oh ya, kau bisa mengetahui ke mana Sasuke pergi, kan, Onee-sama?” Rin mengangguk. “Aku bisa melihat apa yang terjadi di ruangan ini beberapa menit yang lalu.” “Tolong lihat ke mana Sasuke pergi.” Rin pun terdiam sejenak. Ia memejamkan mata dan kemudian membukanya. Kornea matanya tak lagi ada. Bola matanya berubah warna persis seperti warna rambutnya. Kakinya lalu melangkah kembali ke depan jendela. “Sasuke berdiri di sini.” Pandangannya lalu berpindah ke arah pintu. Di pikirannya ia melihat seseorang. “Ada Hinata yang berkunjung.”.. Sasuke hanya bisa mengumpat dalam hati karena tidak bisa melakukan apa-apa. Ternyata tanpa sharingan aku jadi lemah begini. “Mati kau, Sasuke!” Madara mengarahkan tangannya ke jantung Sasuke. Pada saat itu ia bisa melihat jelas bandul aquamarineyang melayang di depan wajahnya. Mata Madara membelalak. “Hi-hikari?” Sekelebat wanita berambut biru keungu-unguan muncul di pikiran Madara. Madara…. Wanita itu tersenyum. Tiba-tiba emosi Madara jadi kacau. “Bedebah!” Tangannya mengayun ke arah Sasuke, membuat Sasuke dengan cepat terjun ke dalam sungai. Mata Madara membesar; nyaris keluar dari rongganya. Tangannya menutupi topeng yang biasa ia gunakan. Kenangan-kenangan masa lalu menghantam pikirannya. Wanita itu berambut biru keunguan. Ia memiliki senyuman yang menghangatkan. Matanya berwarna putih dan selalu tahu jika Madara tengah berbohong. Maka dari itu Madara tidak pernah membohonginya… Di hari itu Madara ingin memberikan kejutan untuk hari spesial mereka. Tapi wanita itu ia temukan bersimbah darah…. Mata Madara menyalang. Ia segera pergi dari sana tanpa mempedulikan keinginannya untuk membunuh Sasuke... Sasuke membiarkan tubuhnya di bawa arus sungai yang cukup deras. Beberapa kali ia mengerang kesakitan karena kepalanya membentur batu-batu besar. Tapi ia berusaha agar tetap sadar dan mencoba melihat ke sekitarnya. Tidak ada Hinata di sana. Ia seketika diserang panik. “Di mana dia? DI MANA?” Sasuke lalu melihat kain putih yang berkibar di depannya. Ia kemudian menggoyangkan kedua kaki agar cepat sampai sana. Ia mengambil napas dulu dengan memunculkan wajahnya ke permukaan. Sekuat tenaga Sasuke berenang menuju Hinata yang ternyata tersangkut antara dua batu besar. Meski tubuhnya terasa sakit, ia lekas meraih tubuh Hinata dan membawanya ke tepian. “Hinata, kau baik-baik saja? Hinata!” Sasuke meraba-raba wajah Hinata. Kepanikannya bertambah saat ia tidak merasakan gadis itu bernapas. “Apa yang harus kulakukan?” Ia lalu mengerang kesakitan. Mata Sasuke menangkap bagian perut kanannya yang bersimbah darah. Pecahan kayu tajam dari jembatan tertusuk di sana. “Si-sialan….” Sasuke merasakan kepalanya begitu berat. Ia pun terduduk. Tangannya buru-buru melepaskan kalung di lehernya. “Lagi-lagi kalung ini menyelamatkanku.” Meski pandangannya memburam, ia berusaha melingkarkan kalung itu ke Hinata. “Tapi sekarang kau yang harus memakainya. Aku tidak ingin kau mati.” Sasuke tidak kuat lagi menahan rasa sakitnya. Ia pun tersungkur di sebelah Hinata. Matanya menutup dengan sempurna. .. Naruto dan Rin berlari keluar rumah sakit. Sakura yang berada di depan pintunya keanehan melihat mereka. Namun ia kemudian ikut berlari juga di belakang. Sakura dapat melihat wajah panik Naruto tadi. Rin menghentikan larinya di jalan setapak yang dikelilingi pepohonan. Mata yousei-nya masih diaktifkan. Sakura yang melihatnya sampai tersentak. Mata apa itu? Aku baru melihatnya. Naruto melonjak saat menyadari kehadiran Sakura di sampingnya. “Apa yang kau lakukan di sini?” Sakura terang saja jadi kesal. “Aku juga mau mencari Hinata dan Sasuke. Memangnya salah?” Rin kemudian menemukan petunjuk baru. “Mereka berjalan ke jembatan.” Ia berlari menuju jembatan yang berjarak 200 meter dari sana. Sampai di jembatan ia menemukan pemandangan mengejutkan. Sakura dan Naruto juga mengeluarkan ekspresi yang sama. “Ada apa ini?” Sakura memperhatikan bagian jembatan yang rusak. “Ada yang menyerang mereka,” suara Rin bergetar. “Siapa?!” Naruto mendekati Rin. Sementara mata Rin berkeliling di sekitar jembatan. Ia melihat bayangan hitam di pikirannya. Napasnya pun memburu. “Ma-madara….” “Apa yang terjadi sebenarnya? Sasuke dan Hinata dibawa pergi?” Sakura tidak bisa menyembunyikan kepanikannya. Rin menggeleng. “Mereka jatuh ke sungai.” Ia lalu berjalan ke pinggir jembatan. Matanya terarah pada sungai yang ada di bawahnya. “Tidak mungkin.” “Mudah-mudahan mereka tidak melaju sampai ke hilir. Di sana ada air terjun!” kepanikan Sakura meningkat. “Sialan!” Naruto pun segera bertindak. Ia menggigit jarinya hingga mengeluarkan darah. Dari darah itu ia menuliskan kanji Suzaku di tangannya. “Kuchiyose no jutsu!” Ia pun menghentakan tangannya ke jembatan. Satu meter di depan Naruto muncul kanji Suzaku. Ukiran kanji itu kemudian bercahaya merah dan meluncur ke langit di atasnya. Saat itu pula sesuatu yang cepat terbang ke arah Naruto. “Suzaku—eh? Kok ayam?” Mata Naruto mendelik saat melihat Suzaku dalam bentuk terkecilnya. Warnanya tetap serba merah, tapi kegagahannya tanggal seketika. Sakura juga terkaget-kaget melihatnya. “Kau memiliki kontrak dengan hewan baru?” “Enak saja! Aku ini phoenix!” Suzaku lalu mengomeli Sakura. “Dan aku ini dewa! Bukan hewan!” Sakura jadi kebingungan. Padahal jelas-jelas makhluk serba merah di depannya ini berbentuk seperti hewan. “Kenapa kau tidak muncul dengan bentuk aslimu? Padahal saat Rikudo Sennin memanggilmu kau terlihat keren!” tangan Naruto menunjuk-nunjuk pada Suzaku. Ia jengkel setengah mati. “Jangan harap ya! Kau ini bukan sepenuhnya tuanku, tahu!” Naruto terang saja jadi geram. “Dasar dewa sombong! Ya, sudah bantu aku cari Sasuke!” Mendengar nama Sasuke, mata Suzaku terlihat berbinar, tapi seketika berubah murka. “Ada yang terjadi padanya?” “Madara menyerangnya! Ayo bantu aku mencari!” Naruto berlari duluan. “Ck, harusnya kau bilang dari tadi!.” Tubuh Suzaku pun mengeluarkan cahaya kemerahan. Ia berubah ke bentuk aslinya yang sangat besar. “Nee-sama, aku duluan!” teriak Naruto pada Rin. Ia lalu melompat dan menaiki tubuh Suzaku yang melesat cepat di dekatnya. Sementara Sakura hanya mampu takjub di tempat. “Burung itu cantik sekali.” Namun wajahnya berubah mengkal. “Sampai kapan si bodoh itu mau mendiamkanku?” “Sakura, kita juga harus menyusulnya. Kalau Sasuke dan Hinata terluka kita sangat diperlukan oleh mereka.” Sakura mengangguk. Hatinya kini ditikam kegelisahan. Semoga saja Sasuke-kun dan Hinata baik-baik saja. Tiba-tiba ada cahaya putih yang menyinari sekitar jembatan. Membuat Sakura tercengang. Apalagi dengan kemunculan harimau putih di depannya. “E-eh? Eeeehhh??” “Ayo, naik, Sakura! Kita tidak punya waktu!” Sakura yang tidak mengerti mengapa tiba-tiba muncul harimau itu pun memutuskan menuruti Rin. Ia melenguh kencang sembari menarik baju Rin kuat-kuat saat Byakko berlari secepat kilat... Madara kini berdiri di sebuah gundukan tanah besar yang ada di sebuah bukit. Matanya nyalang memandangi gundukan tanah itu. “Aku sudah melupakanmu, tapi … kalung itu mengingatkanku padamu kembali.” Angin besar berputar di sekitar Madara, namun ia tidak terpengaruh sama sekali. “Misi ini kulakukan untuk membalas dendamku pada Klan Senju. Mereka telah menginjak-injak martabat Klan Uchiha.” Madara lalu meletakan krisan putih di atas gundukan tanah itu. “Hanya saja aku segera menyadari dendamku ini tidak hanya soal harga diri.” Madara mengaktifkan sharingan-nya. “Mereka harus membayar kematianmu dengan harga yang setimpal. Akan kubuat dunia ini jadi neraka….” Ia pun menatap kayu panjang yang memancang di atas gundukan. Di sana bertuliskan Uchiha Hikari…... Suzaku melesat rendah di atas sungai yang membentang di Konohagakure. Jarak pandangnya yang cukup jauh dan teliti membuatnya dapat melihat apapun di depannya secara detail. “Kenapa Madara menyerang Sasuke-sama? Bukannya yang diincarnya itu kau?” tanya Suzaku pada Naruto. “Aku tidak tahu—sama? Kau memanggil si brengsek itu dengan sama?!” Naruto tiba-tiba baik pitam. “Heh! Dia itu akan jadi tuanku ya jadi kau tidak berhak protes!” “Aku yang sudah mengambil kontrak denganmu saja sama sekali tidak kau hormati!” “Kau hanya bisa memanggilku saja, tidak mampu membuatku mengeluarkan kekuatanku seutuhnya.” Naruto mendengus kesal. “Harusnya tadi aku panggil Seiryuu saja ya, bukannya kau!” Suzaku tidak menggubris omelan Naruto lagi. Matanya menangkap sosok Sasuke di bawah sana. “Itu mereka!” Naruto langsung turun dari punggung Suzaku. Ia memeriksa keadaan Sasuke dan Hinata dengan wajah gelisah. Matanya membesar saat melihat keadaan punggung Sasuke. “Sial! Luka tusuknya cukup dalam.” “Biar aku yang tangani!” Sakura langsung melesat cepat ke arah Sasuke. Sementara Rin memeriksa keadaan Hinata. Kedua matanya membesar. “D-dia tidak bernapas!”.. Hiashi menatap Hinata yang sedang tertidur dengan wajah pias. Sudah dua jam lamanya ia terduduk di samping tempat tidur putrinya itu, tapi Hinata masih belum sadar juga, padahal baru saja kemarin ia siuman. Di kamar itu ia tidak sendirian, ada Tsunade yang berdiri bersandar di dekat jendela. “Kenapa Madara menyerang Hinata?” suara Hiashi terdengar parau. “Hinata hanya ingin melindungi Sasuke—” “Anda pikir saya akan percaya begitu saja?” Hiashi memotong kalimat Tsunade. Tsunade menghela napas. “Dari penyelidikan yang dilakukan Rin, tidak ada motif lain.” “Anda pasti tidak ingat apa yang terjadi pada Klan Hyuuga 70 tahun yang lalu!” Tsunade menggelengkan kepalanya. “Sejujurnya aku tidak terlalu mengerti karena saat itu aku juga masih kecil.” “Harusnya aku tidak membiarkan Hinata berdekatan dengan Sasuke. Aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri.” “Kau takut sejarah akan terulang?” Tsunade memberikan pernyataan yang mencengangkan bagi Hiashi. “Kalau itu bersangkutan dengan keselamatan anakku, bagaimana bisa aku tidak takut?” Tsunade lalu mendekat ke kasur Hinata. “Tenang saja, besok Sasuke akan dibawa ke Uzumakigakure. Ia tidak akan berdekatan lagi dengan Hinata.” Hiashi pun terdiam dengan memandangi bandul aquamarine yang melingkar di leher puterinya. Dahinya mengerut. Ia lalu meraih bandul itu. “Kenapa kalung ini bisa dipakai Hinata?” Mata Tsunade memicing. Ia teringat kalung apa itu. “Kalung bola api. Bukankah itu milik Klan Uchiha?” Hiashi mengangguk. “Kalung ini pembawa bencana, harusnya Hinata tidak mengenakannya—” “Tolong biarkan Hinata menggunakannya, Hiashi-sama.” Terdengar suara dari arah pintu, rupanya itu adalah Sasuke. Ia duduk di kursi roda yang dibawa oleh Naruto di belakangnya. “Kalung itu telah menyelamatkan saya.” “Apa maksudmu?” Naruto pun mendorong kursi roda itu masuk ke ruangan. “Madara hanya berniat membunuh saya, tapi hal itu tidak jadi ia lakukan saat melihat kalung itu,” jelas Sasuke. “Saat melihat kalung itu?” Sasuke mengangguk. “Madara tampak kehilangan kendali atas dirinya sendiri.” Ia lalu berpikir sejenak. “Dan saya mendengar dia menyebutkan nama Hikari.” Mata Hiashi membelalak. “Itu berarti Madara sudah mengingatnya….” Ia menatap Tsunade. “Sebenarnya apa yang terjadi? Ada hubungan apa Madara dan Klan Hyuuga?” Sasuke jadi ingin tahu banyak. Pasalnya ia memang tidak terlalu mengenal pemimpin Klan Uchiha itu. Hiashi berdiri dari tempat duduknya. “Kalau Madara mengingat apa yang terjadi pada Hikari-sama dia bisa kemari kapan saja. Anda harus mempersiapkan pasukan Tsunade-sama!” Naruto hanya bisa memperhatikan pembicaraan itu. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bahas. “Sebenarnya Hikari yang Anda sebutkan tadi—ada hubungan apa dia dengan Madara?” sekarang Naruto pun bertanya pada Hiashi. “Hyuuga Hikari dan Uchiha Madara … mereka suami-istri….” Mata Hiashi menatap Sasuke dengan perasaan tak menentu. Sementara Sasuke tidak percaya dengan apa yang ia dengar... “Chouji! Ini jatahmu hari ini ya!” “Terima kasih, Ino!” Chouji yang duduk di bawah pepohonan rindang pun melahap dua bento yang Ino bawakan. Sementara Ino duduk di sebelahnya. “Pelan-pelan makannya. Nanti kau tersedak.” “Aku lapar sekali, tahu! Naruto memberikanku tugas yang berat.” Ino memperhatikan lubang besar yang terletak tidak jauh dari sana. “Naruto menyuruhmu menggali tanah?” Chouji mendengus kesal. “Bukan hanya menggali di sana saja, aku dimintanya menggali di seluruh tanah Konoha sampai membentuk pola seperti ini.” Ia memberikan secarik kertas pada teman setimnya itu. Ino memperhatikan pola yang ada di kertas tersebut. “Apa ini? Matahari dan bulan sabit?” Bahu Chouji terangkat. “Aku juga tidak mengerti. Katanya itu pola segel.” “Kenapa kau tidak mengerjakannya bersama anggota Klan Akamichi lain?” “Mereka semua sedang ada misi di luar Konoha. Lagi pula dengan melakukan pekerjaan ini aku bisa kurus dengan cepat.” “Kau jangan terlalu memaksakan diri. Harusnya Naruto juga membantumu. Nanti akan kumarahi dia!” Chouji terbahak-bahak. “Aku lanjut kerja ya, Ino. Aku memasang target hingga besok.” Ia lalu berdiri. “Oh ya kapan Shikamaru kembali?” Ino membuang muka ke sembarang arah. “Mana aku tahu.” Satu alis Chouji terangkat. “Astaga kau masih belum berbaikan dengannya?” Ino melipat tangan di dada. “Aku tidak mencari masalah dengannya, dia saja yang jadi senewen padaku.” Chouji menarik napas. “Padahal Naruto sudah kembali kupikir Shikamaru akan lebih ramah padamu.” “Sudahlah. Biarkan saja dia begitu.” Ino pun kini berdiri. “Aku harus ke rumah sakit. Dah, Chouji.”.. Neji, Shikamaru, dan Kakashi kini berada di sebuah kedai di perbatasan luar Negara Hi. Dua jam lagi mereka akan sampai di Konoha, tapi mereka berhenti di sana sejenak untuk mengistirahatkan diri. “Kupikir kita akan dihajar oleh para penjaga Raikage. Ternyata tidak semenyeramkan yang kubayangkan.” Shikamaru mengambil bakpao yang tersedia di depannya. “Harusnya cukup satu orang yang menjalankan misi ini.” “Tsunade-sama orang yang perhitungan, wajar saja ia memutuskan begitu.” “Tapi mengirimkan dua jounin dan satu chuunin? Bukankah ini berlebihan, Kakashi-sensei? Apa kita ada misi lain yang aku tidak tahu?” Shikamaru menatap Kakashi dengan wajah penasaran. “Kau memang punya pikiran yang tajam ya. Tapi kita tidak ada misi lain kok. Ini untuk berjaga-jaga.” “Aku merasa aneh saja para shinobi Kumogakure tidak melakukan apa-apa terhadap kita.” Kakashi tersenyum di balik topengnya. “Ini karena mereka sedang bermain aman. Apalagi Raikage sedang terluka parah. Mereka tidak bisa bergerak sembarangan.” SRAK! Neji melihat ke sumber suara. Ia pun mengaktifkan byakugan-nya. “Mereka akhirnya datang juga.” Kakashi membuka penutup mata sharingan-nya. “Sudah pasti mereka akan menyerang di sini, tempat jauh dari Kumogakure.” Shikamaru menyiapkan kunai di tangannya. “Heeh, jadi mereka menyerang di wilayah kita sendiri ya. Curang sekali.” Ia tersenyum sinis. Kemudian terdengar suara baja yang dihentakan. Kawanan burung tampak keluar dari hutan, terbang keluar dengan kecepatan penuh. Angin dingin berputar di sekitar hutan itu. Di depan mereka terlihat seseorang yang menggunakan jubah serba hitam. Wajahnya ditutupi tudung hitam sehingga tidak terlihat sama sekali. “Siapa dia, Kakashi-sensei? Aku tidak pernah melihat shinobi manapun yang berpenampilan seperti itu.” “Jangan lengah. Aku juga tidak mengenalnya.” Mata Kakashi memicing. Ia tiba-tiba merasa mual karena bau bangkai yang tiba-tiba merebak di sekitar sana. “Kenapa ada bau bangkai seperti ini?” “Neji, apa kau bisa melihat apa yang ada di balik jubahnya?” Kakashi memberikan perintah. Neji mengangguk. “Byakugan!” Mata Neji langsung membelalak saat melihat ke dalam jubah. Ia merasa sesak seketika dan berlutut ke tanah. “Neji!” Kakashi langsung berlari ke arah Neji. Keringat dingin bercucuran di dahi Neji. Apa yang tadi dilihatnya bukanlah hal yang wajar. “La-lari … kita harus lari. Jangan melawannya.” Tubuh Shikamaru bergetar. Ia menyadari udara di sekitarnya jadi dingin. Ia tersentak saat menyadari hutan-hutan di sekitarnya perlahan diselimuti es. “Kakashi-sensei, sepertinya kita harus lari. Hutannya!” “Apa yang kau lihat tadi, Neji?” Kakashi mulai panik. Ia sedang menunggu waktu yang tepat untuk membuat keputusan. Neji masih terlihat kesulitan bernapas. “Aku tidak tahu, ya-yang jelas di-dia bukan manusia….” Makhluk berjubah hitam itu mengeluarkan pedangnya yang serba hitam dan menaikkan tinggi-tinggi ke udara. “Kakashi-sensei!” Kemudian makhluk itu mengayunkan pedangnya hingga tanah-tanah di sana menyembur ke angkasa. .. “Kejam sekali…,” ungkap Naruto sehabis mendengar penjelasan Hyugga Hiashi tentang masa lalu Madara dengan klan-nya. “Karena itu para tetua Klan Hyuuga terpaksa menyegel kekuatan Hikari-sama, yang tidak disangka membuatnya tewas.” Tangan Sasuke mengepal. Ia memperhatikan Hinata yang masih tertidur pulas di kasurnya. Jadi aku memang harus pergi dari sini ya? Biar tidak menyusahkan orang-orang Konoha, terutama Hinata. “Maaf! Apa ada Naruto di dalam?” Rin yang berada di daun pintu tampak terengah-engah. “Kenapa Onee-sama?” tanya Naruto/“Apa Suzaku bersamamu? Kita membutuhkannya.” Suzaku pun keluar dari tempat persembunyiannya di kantong kunai Naruto. “Ada apa, Rin-sama?” Naruto yang mendengarnya langsung senewen di dalam hati. Cih, Oba-sama saja dipanggilnya seperti itu. “Apa yang terjadi, Rin?” Tsunade mendekat pada Rin. Ia menangkap wajah Rin yang panik. “Ada laporan dari Kakashi melalui Pakkun. Mereka diserang Jubah Hitam di perbatasan Negara Hi. Mereka dikejar oleh makhluk itu dan sedang menuju kemari!.” “Jubah hitam?” tanya Naruto, kemudian matanya membesar karena mengingat siapa mereka. “Kau serius?!” Rin mengangguk. “Kita harus segera menyusul Kakashi. Mereka dalam bahaya! Hanya Suzaku yang bisa mengalahkannya!” Suzaku tiba-tiba langsung merinding. “Anda jangan mengada-ada, Rin-sama. Mereka tidak mudah dikalahkan, tahu! Naruto! Coba kau panggil Seiryuu dan Genbu untuk melawannya.” “Kau gila? Ini akan jadi perang besar!” Naruto mulai sewot. “Tidak perlu. Pakkun bilang cuma ada seorang Jubah Hitam.” Rin kemudian berlari keluar ruangan, diikuti Naruto dan Tsunade. “Cih, kekuatan apiku memang bisa melawannya. Tapi dia memiliki kekuatan yang sangat mengerikan….” “Heh, ternyata kau bisa ciut juga ya, Suzaku.” Naruto bermaksud mengolok-oloknya. “Jangan menganggapnya enteng. Saat kau berhadapan dengan mereka kau pasti akan tahu yang kubicarakan!” Sementara Sasuke hanya memperhatikan semua itu tanpa bisa ia mengerti. .. Shikamaru melihat ke arah belakang. Ia tidak pernah merasakan kengerian seperti ini seumur hidupnya. Jantungnya berdegup kencang hingga membuat napasnya terasa sesak. Namun ia tetap memaksa kakinya untuk berlari; melompati satu pohon ke pohon lainnya. Pepohonan di belakangnya dengan cepat membeku. “Kakashi-sensei, apa kita melawannya saja? Dia tetap mengejar kita, meski sebenarnya gerakannya tidak terlalu cepat.” Shikamaru menutup hidungnya. “Ugh! Baunya sangat busuk. Makhluk apa dia sebenarnya?” “Jangan gegabah, Shikamaru. Firasatku mengatakan kita harus lari. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan terhadap Neji sampai dia seperti ini.” Kakashi menatap Neji yang ia bawa di punggungnya. “Kita harus membawanya ke ninja medis. Kau masih merasa sesak?” “A-aku tidak mengerti. Aku tidak bisa merasakan tubuhku sendiri,” ungkap Neji. “Tetaplah berusaha untuk terbangun.” “Aku akan mencoba menyerangnya, Kakashi-sensei!” “Apa yang kau—” Shimaru melempar dua kunainya yang ditempel jimat peledak ke arah datangnya makhluk mengerikan itu. Suara ledakan yang nyaring pun terdengar. “Dengan begini hutannya akan terbakar—eh?” Tapi hutan di belakangnya tetap diselimuti es. “Cih, tidak mempan.” Shikamaru kembali menyusul Kakashi. “Kakashi-sensei, kalau kita tidak menghentikannya bisa-bisa Konohagakure juga dibekukan.”Kakashi menyetujui saran dari Shikamaru. “Jika menunggu bala bantuan pun aku tidak yakin mereka bisa mengatasi makluk aneh itu.” Shikamaru pun menggendong Neji di punggungnya. Ia tetap tidak memperlambat kecepatannya melompati satu pohon ke pohon yang lain.Kakashi membentuk beberapa segel tangan. “Katon, goukakyuu no jutsu.” Bola api raksasa keluar dari mulutnya. Pepohonan di depannya pun terbakar. “Sepertinya berhasil.” Namun tiba-tiba makhluk serba hitam itu berdiri di depan Kakashi.“Sialan! Ugh!” Kakashi menyilangkan kedua tangannya di depan, tapi ia tidak bisa menahan dirinya yang terbang terpental sangat jauh.Shikamaru sampai ngeri melihatnya. Ia tidak dapat melihat di mana gurunya Naruto itu terjatuh. “Kakashi-sensei! Eh?” Dunia serasa berbalik saat ia menyadari makluk serba hitam itu muncul dan mencekik lehernya.“Lapar…”Shikamaru merasakan dirinya membeku. Pandangannya buyar seketika. Genggamannya pada Neji lepas. Membuat Neji terjun menuju tanah. Ia tidak mengerti. Tubuhnya sama sekali tidak bisa melakukan perlawanan. Ia merasa ada yang ditarik dari dalam dirinya. Keparat….Sesosok bayangan tiba-tiba meraih Neji sebelum sampai ke tanah. “Sakura! Tolong periksa Neji!” Sakura pun sampai di tempat Neji setelah Naruto menaruhnya di tanah. Saking terkejutnya melihat keadaan Neji, ia tidak ada komplen jika Naruto tidak memanggilnya seperti dulu. Ia lalu memeriksa pergelangan tangan Neji. Detak jantung Neji terasa lemah. “Kau keracunan?” Ia melihat tubuh Neji yang seluruhnya berubah menjadi biru.Bola api kecil melesat menghantam kepala makhluk serba hitam itu. Ia seketika melepaskan tangannya dari leher Shikamaru. Shikamaru yang tidak sadarkan diri diraih oleh Chouji. “Shikamaru!” lenguhnya panik. “Ino! Shikamaru tidak sadarkan diri!”Sementara itu Naruto yang menunggangi Suzaku berhadapan dengan makhluk mengerikan itu. Giginya bergemerutuk. “Sembilan Iblis Berjubah Hitam … kenapa dia bisa ada di sini?”“Itu berarti ada yang menghancurkan segelnya,” jawab Suzaku.Naruto tercengang. “Apa Madara yang melakukannya?”“Bisa jadi.”“Kau bisa mengalahkannya?”“Dia tidak bisa mati. Harus disegel. Aku akan mengusirnya dari sini.”“Cuma ada satu, kan?”Suzaku mengangguk. “Kau tahu jenis segel yang bisa digunakan pada mereka?”“Ya, aku tahu. Tapi segelnya butuh kekuatan besar. Kalau cuma ada satu, aku akan menyia-nyiakan kekuatanku.”“Suzaku….” Suara makluk itu terdengar dingin. Ia menggeram. “Whoaa! Dia mengenalimu!” “Tentu saja! Aku ini kan makhluk yang paling dibencinya.”Kemudian makhluk itu berteriak kencang hingga seluruh shinobi yang ada di sana menutup telinganya. Pepohonan juga bergoyang hingga nyaris tumbang. Naruto lantas menyadari bayang-bayang tengkorak berkeluaran dari tubuh iblis itu. Perasaannya langsung mengetahui sesuatu yang buruk akan terjadi. “Apa itu?”“Dia melepaskan jiwa-jiwa yang tersesat. Mereka akan menyerang manusia dan menjadikannya sebagai mayat hidup. Aku harus membakarnya, Naruto,” ungkap Suzaku.“Kau gila? Apimu tidak akan bisa dipadamkan dengan air di dunia ini!”“Tidak ada pilihan lain. Kalau ini berhasil panggil saja Genbu, cuma dia yang bisa mematikan apiku.” Suzaku lalu menaikkan wajahnya. Mulutnya yang membuka lebar mengeluarkan bola api raksasa berkecepatan tinggi. Bola api itu menyeret pergi sang iblis dan membakar hutan dengan cepat.“Apa serangannya berhasil?” Naruto memicingkan mata. Si iblis mengerikan itu sudah hilang dari pandangannya. “Ck, hutannya bakal gundul.”“Setidaknya iblis jelek itu tidak akan berani mendekat kemari untuk sementara waktu.”Sementara itu Sakura tercengang melihat api yang membumbung tinggi di depannya. Ia lalu menyadari kini Naruto ada di sampingnya, memeriksa Neji. “Sialan, dia terkena kutukan,” lirih Naruto. Ia lalu membawa Neji di pundaknya.“Apa yang kau lakukan, Naruto? Kau tidak lihat aku sedang mengobatinya?” Mata Sakura menatap tajam rekan setimnya itu.Naruto berusaha sekuat tenaga untuk terlihat galak. “Kau tidak akan bisa menyembuhkannya.”“Apa kau bilang?!” Sakura mulai naik pitam.“Aku sedang tidak ingin berdebat!” Naruto ikut marah.“Sudah cukup! Kalian ini bertengkar seperti sepasang suami-istri saja!” “Kami bukan suami-istri!” pekik Sakura dan Naruto berbarengan. Mereka terkejut dan saling tatap, tapi Naruto duluan yang membuang muka.Membuat Sakura geram setengah mati. “Ayo, kita kembali ke Konoha.” Rin tersenyum melihat tingkah Sakura dan Naruto yang tidak henti-hentinya bertengkar sejak pagi tadi. Ia lalu melihat keadaan Neji yang nyaris sama dengan Shikamaru. Desahan keluar dari bibirnya. “Shikamaru dan Neji harus disterilkan. Kau mau membantuku, Sakura?”“Tentu. Tapi apa yang terjadi dengan mereka, Rin-san? Memangnya musuh tadi sangat berbahaya?”Rin mengangguk. “Jiwa mereka hampir dimakan. Kalau tidak segera disterilkan mereka bisa berubah seperti iblis tadi. Tapi mereka beruntung tidak tergores senjata iblis itu.”“Ma-masa?” Sakura menutup mulutnya. “Memangnya apa yang terjadi jika tubuh kita tergores senjata makhluk itu?”Naruto lantas melewati Sakura. “Kau akan jadi tengkorak selamanya.”Bibir Sakura miring sebelah. “Haahhh?!”“Tenang saja, mereka bisa disembuhkan. Pengobatannya jauh berbeda dengan pengobatan konvensional. Nanti kau akan kuajari pola segelnya.” Rin segera menengahi mereka agar tidak lanjut bertengkar.Sakura tampak girang. Dagunya terangkat. Naruto tahu ia tadi terlalu bermulut besar. Matanya melirik Sakura dengan waswas. Ternyata benar dugaannya, Sakura sedang menatapnya dengan berkacak-pinggang.“Siapa bilang aku tidak bisa menyembuhkan mereka?!” Sakura melotot dan berjalan terburu-buru menjauhi Naruto.“Aku benar-benar bisa jadi gila gara-gara gadis satu ini.” Naruto menghela napasnya. Tapi ia cepat menyadari bahwa ia harus membawa Neji ke Konoha. Ia kembali naik ke punggung Suzaku. Sekarang peperangannya dengan Madara sudah masuk ke tahap baru, ia harus mempersiapkan diri. Ia harus segera kembali ke Uzumakigakure untuk berbicara dengan kakeknya...“Ada apa ini?!”“Kenapa hutannya jadi beku begini?”Karui dan Samui melihat ke sekelilingnya dengan mata membesar. Hutan dengan pepohonan rindang itu diselimuti es. Mereka memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan.Karui menutupi hidungnya dengan tangan. Satu tangan yang lain mengibas-ibas agar bau bangkai hilang dari sana. Ia shock saat mendapati mayat teman-temannya bergelimpangan di tanah. Ia berlari ke sana kemari memperhatikan mereka. Tidak ada yang bisa dikenali. Yang tersisa hanya bekas baju, hitae-ate simbol Kumogakure, dan tengkorak yang berserakan di sana.Para shinobi Kumogakure itu ditugaskan untuk menghabisi Kakashi, Shikamaru, dan Neji. Namun mereka malah dihabisi oleh makhluk lain yang tidak pernah mereka temui sebelumnya….“Terkutuk!” pekik Samui. Ia sampai ingin menangis melihatnya.“Apa ini ulah shinobi Konoha? Aku tidak menyangka mereka ternyata memiliki kekuatan yang mengerikan seperti ini.”“Kita harus melapor ke Raikage!”BersambungIklan sebentar ya ^^/
Novel keduaku udah ada toko buku seluruh Indonesia, novel ini yang membawaku ke Korea Selatan kemarin ^^

Judul : Dae-Ho’s Delivery ServiceHarga : 48.000Tebal halaman : 226Terbit tanggal : 14 September 2015
Penerbit : Grasindo
Sinopsis :Han Dae-Ho memutuskan tinggal sendiri di Seoul setelah ia mengetahui bahwa ia bukanlah anak kandung dari kedua orang tua yang ia sayangi.Dua bulan setelah menetap di Seoul, Dae-Ho mendapatkan pekerjaan sebagai pengantar surat. Dae-Ho akhirnya tahu ia bukanlah pengantar surat biasa.Choi Hyun-Ki, bosnya, menyuruhnya menjamin bahwa si penerima surat membaca surat itu.Karena surat-surat itu adalah surat yang tidak pernah disangka akan didapatkan si penerima....Dae-Ho sangat menikmati pekerjaannya. Meski begitu ia tetap sulit melupakan keluarganya. Termasuk Hana, gadis blasteran Korea dan Amerika Serikat yang sangat disukainya. Semakin Dae-Ho lari dari masa lalunya, masa lalu itu ternyata tiba-tiba datang di hadapannya.
Dae-Ho pun bertanya-tanya, mengapa ia memerankan sebuah drama yang tidak pernah ingin dilakoninya ini?
Published on December 11, 2015 04:31
October 21, 2015
Puncak Blogtour Dae-Ho's Delivery Service [DL: 22 Oktober - 28 Oktober 2015]
Hai ^^ Selamat datang di puncak Blogtour Dae-Ho’s Delivery Service \^^/. Kali ini giveaway novelnya sedikit spesial dibandingkan giveaway kemarin. Kira-kira kalian udah dapet bayangan tentang novel ini kan dari sinopsis dan ulasan Mbak Ryana, Mbak Dhani, Mbak Atria?Tapi saya mau ulangi sinopsisnya deh ^^

..Nah, giveaway kali ini hadiahnya nggak hanya satu novel Dae-Ho, tapi ada dua! Jadi bakal ada dua pemenang, hadiah untuk masing-masing pemenang: 1 novel Dae-Ho’s Delivery Service ber-TTD, postcard dari Korea Selatan, notes kecil dari Korea Selatan, dan pin. Ini penampakannya! Gimana bikin mupeng, kan?

Ayo simak rulesnya!1. Follow akun twitter @prettywuisan dan @grasindo_id2. Share info giveaway ini di Twitter, mention @prettywuisan dan @grasindo_id, jangan lupa #hestek #GADaeHoDelivery3. Tulis sebuah surat yang kalian posting di blog/wordpress/notes fb kalian masing-masing. Panjang surat 200-500 kata (jangan kurang atau kelebihan ya). Suratnya ditujukan pada orang yang paling kamu ingin surati saat ini, siapa tahu Dae-Ho bisa membantu kalian mengirimkannya hoho. 4. Jadi bisa surat cinta, surat buat orangtua, surat untuk sahabat, dll :D5. Surat yang paling menyentuh hati Dae-Ho #eh, yang akan terpilih menjadi pemenang.6. Judul dari surat yang diposting di blog tulis ‘Surat Ini Diikutkan di Giveaway Dae-Ho’s Delivery Service PSA3’.7. Kalau udah posting suratnya, share link surat via Twitter dengan mention @prettywuisan dan @grasindo_id, hestek #SuratDaeHoDelivery.8. Giveaway ini berlangsung pada tanggal 22 Oktober 2015 – 28 Oktober 20159. Pengumuman giveaway tanggal 30 Oktober 2015. Pantengin blog ini dan akun twitterku @prettywuisan.Kalau mau ada yang ditanyakan bisa di kolom komentar, bisa juga via Twitter dengan mention @prettywuisan
Semoga beruntung ya ^^/
Published on October 21, 2015 18:41
October 12, 2015
Menulis Membawaku Ke Korea Selatan (1)
Assalammu’alaikum, Guys
Udah lama banget rasanya nggak nulis di blog hehe. Oh ya 5 hari 4 malam kemarin saya ada di negeri ginseng, Korea Selatan ^^/, berangkat Minggu sore dari rumah, nyampe rumah lagi hari Sabtu pagi. Alhamdulillah dikasih kesempatan ke sana dari hadiah kompetisi menulis tema Korea Publisher Searching for Author 3 (PSA3) yang diselenggarakan Penerbit Grasindo, kerja sama dengan Korean Culture Center Indonesia, Korean Tourism Organization, dan Hanin Post.



Nunggu satu jam buat check-in, kita ngobrol2 dan foto2 haha. Saya mulai dagdigdug juga, apalagi pas lihat jam sudah menunjukan pukul 10.30 malam. Wah sejaman lebih lagi….Saya mulai mikir2 lagi, di sana saya bisa nggak ya ketemu Changmin DBSK, Siwon Super Junior, Hyun Bin, hahaha. Tapi mikir2 saya kembali terusik karena kita harus masuk ruang boarding. Sebelum itu harus mampir dulu ke bagian imigrasi buat didata paspornya. Oh ya, akhirnya paspor yang setahun lalu saya ajukan pembuatannya keisi juga haha. Bisa dikatakan Korea Selatan itu negara di luar Indonesia yang pertama kali saya kunjungi. Setelah saya gagal umroh karena ketipu travel agent nggak amanah. Saya sangat bersyukur Allah menggantikan kesedihan saya itu >.<, meski pada awalnya saya ingin negara di luar Indonesia yang pertama kali saya kunjungi itu Arab Saudi.Masuk ke ruang boarding kita ngumpul sama calon penumpang Asiana Airlines yang lain. Banyak juga lho orang Korea Selatan. Ada yang bawa bayi, pake blangkon gitu, ngegemesin mirip sama Daehan, tapi nggak saya foto karena kamera batrenya sudah habis :’D.Nunggu untuk boarding ke pesawat lama juga, saya udah ngantuk, berharap nanti di pesawat bisa tidur dengan nyenyak hehe. Tapi ternyata pas udah di pesawat saya susah tidur, gara deg2an >.<. Meski kelas ekonomi ternyata pesawat Asiana Airlines cukup canggih juga, ada televisi kecil di depan saya. Saya jadi bisa nonton film sama dengerin musik di sana. Pramugarinya juga mirip aktris2 Korea, cantik dan tinggi-tinggi.Selama dalam perjalanan Alhamdulillah lancar, yang namanya turbulensi jarang banget terjadi, pesawatnya takeoff dan landing dengan mulus, nggak kerasa banget ^^. Sampai akhirnya kami tiba dengan selamat di Bandara Incheon. Whoaa bandaranya luas banget, rapi, dan bersih ^^. Ini penampakan bagian dalam Bandara Incheon.


Btw ini lho novel yang membawaku ke Korea Selatan hehe ^^. Sudah tersedia di toko buku seluruh Indonesia ya.

Judul : Dae-Ho’s Delivery ServiceHarga : 48.000Tebal halaman : 226Terbit tanggal : 14 September 2015Sinopsis :Han Dae-Ho memutuskan tinggal sendiri di Seoul setelah ia mengetahui bahwa ia bukanlah anak kandung dari kedua orang tua yang ia sayangi.Dua bulan setelah menetap di Seoul, Dae-Ho mendapatkan pekerjaan sebagai pengantar surat. Dae-Ho akhirnya tahu ia bukanlah pengantar surat biasa.Choi Hyun-Ki, bosnya, menyuruhnya menjamin bahwa si penerima surat membaca surat itu.Karena surat-surat itu adalah surat yang tidak pernah disangka akan didapatkan si penerima.... Dae-Ho sangat menikmati pekerjaannya. Meski begitu ia tetap sulit melupakan keluarganya. Termasuk Hana, gadis blasteran Korea dan Amerika Serikat yang sangat disukainya. Semakin Dae-Ho lari dari masa lalunya, masa lalu itu ternyata tiba-tiba datang di hadapannya.Dae-Ho pun bertanya-tanya, mengapa ia memerankan sebuah drama yang tidak pernah ingin dilakoninya ini?
Published on October 12, 2015 03:49
September 19, 2015
[Review Novel] When We Were Orphans oleh Kazuo Ishiguro
Keterangan lengkap:Judul : When We Were OrphansPenulis : Kazuo IsihiguroAlih bahasa : Linda BoentaramTebal halaman : 414Penerbit : Elex Media Komputindo

Sinopsis Lahir pada awal abad 20 di Shanghai, Christopher Banks menjadi yatim piatu diumurnya yang ke 9 tahun. Lalu 20 tahun kemudian ia menjadi sosok terkenal di London. Ia menjadi seorang detektif. Namun keahlian investigasinya tidak mampu memecahkan misteri penculikan yang dialami orang tuanya. Banks pun kembali ke Sangai dan mencari jejak demi jejak orang tuanya yang tersisa, namun ketika itu Shanghai pun tengah bergolak karena terjadi perang di sana.
Awalnya lagi nih, pas baca bab pertama saya kira ini novel tentang misteri seperti Agatha Christie, tapi ternyata saya salah lagi hoho. Meski ada unsur misteri dan detektifnya, novel ini tetap bertema tentang keluarga dan latar belakang sejarah yang cukup kuat. Ah, saya memang demen sama novel dengan tema seperti ini. Christoper Banks lahir di Shanghai dan ia cukup betah di sana, meski bukan asli keturunan Tiongkok karena ayah dan ibunya pun bukanlah keturunan Tiongkok. Suatu hari ayahnya menghilang, dan dicari ke manapun tidak ketemu, beberapa hari kemudian ibunya yang menghilang. Semenjak ibunya dinyatakan menghilang, Christoper pun dibawa ke London oleh rekan ayah dan ibunya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak, di Shanghai ia tidak punya siapa-siapa lagi. Ia disekolahkan di sana hingga dewasa. Christoper ingin menjadi detektif, dan ia pun berhasil menjadi detektif saat sudah beranjak dewasa. Karena kasus ternama yang berhasil ditanganinya, ia jadi dikenal oleh masyarakat Inggris. Namun hal itu tidak membuatnya puas, bayang-bayang ayah dan ibunya yang menghilang selalu menghantuinya. Maka dari itu suatu hari ia memutuskan kembali ke Shanghai, untuk mencari tahu di mana ayah dan ibunya berada. Karena ia yakin mereka masih hidup. Lalu pencarian pun dimulai, namun Christoper menemukan banyak kendala, dari rekan ayah dan ibunya yang tidak mau bercerita banyak, sampai perang antara Tiongkok dan Jepang yang terjadi di Shanghai. Jadi, apakah Christoper bisa bertemu dengan ayah dan ibunya lagi? Kamu bisa mendapatkan jawabannya di novel ini hehe. Novel ini pakai sudut pandang aku, sehingga feelnya dapet banget. Kalau kamu suka dengan novel keluarga, novel ini wajib dibaca ^^/.
Published on September 19, 2015 00:34
September 17, 2015
[Review Novel] Kota Lama dan Sepotong Cerita Cinta
Keterangan lengkap:
Judul : Kota Lama dan Sepotong Cerita CintaPenulis : Herdiana HakimEditor : Alit Tisna Palupi dan Jia EffendieJumlah halaman : 304Penerbit : Gagas Media

Gimana dengan sinopsisnya? Menarik, bukan? Novel ini akan membawa kita ke kota Jepara yang terkenal dengan seni ukirnya, juga menjadi kota yang dikenang sebagai tempat kelahiran Raden Ajeng Kartini.Tokoh utamanya bernama Jenny, adalah perempuan yang sangat mendedikasikan dirinya terhadap pekerjaan dan punya IQ di atas rata-rata. Ia dibesarkan sendirian oleh ibunya yang merupakan pengusaha toko roti ternama di Bogor. Hal inilah yang menjadikan watak Jenny persis seperti ibunya yang pekerja keras dan mandiri.Namun, segalanya berubah ketika Jenny harus menerima kenyataan karier yang selama ini ia inginkan tidak diberikan padanya. Lalu ibunya jatuh sakit. Jenny ingin lari dari semua masalah itu. Ia lalu bertemu dengan Diana Dianika, teman kantor dari bagian HRD-nya yang baru ia temui hari itu. Ia pun mengambil cuti dan bersama Diana mengadakan tur napak tilas ke kota kelahiran Raden Ajeng Kartini.Di sana Jenny mendapatkan pengalaman yang tidak akan ia lupakan seumur hidupnya. Ia terlempar ke masa lalu dan tinggal di rumah Kartini. Lalu bagaimana kisa Jenny selama ia terlempar ke masa lalu itu? Kamu bisa menemukannya lengkap di novelnya ^^. Saya menikmati novel ini karena saya memang suka novel berbau sejarah. Setting Jeparanya juga di bagian masa kini dan masa lalu cukup lengkap, menandakan penulisnya melakukan risetnya secara mendalam. Saya juga jadi punya gambaran tentang kehidupan Kartini di masa lalu. Wah, ternyata beliau memang pantas mendapatkan predikat pahlawan nasional. Kartini memang dilahirkan dari keturunan bangsawan Jawa, tapi ia sangat merakyat dan peduli sama mereka. Ia mempromosikan hasil ukir masyarakat Jepara ke Belanda sehingga para seniman di sana dibayar dengan layak. Ia ingin perempuan juga mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki, terutama dalam pendidikan, hal ini diwujudkan Kartini dengan membangun sekolah khusus perempuan yang menampung beberapa murid. Pasalnya perempuan anak dari bangsawan saja ketika itu hanya diperbolehkan sekolah hingga lulus Sekolah Dasar.Oh ya, saya juga jadi tahu ternyata Kartini itu perempuan cerdas. Ayahnya membebaskannya membaca buku apa saja. Ia juga mahir berbahasa Belanda karena itu sering surat-suratan dengan teman penanya yang ada di Belanda. Pemikirannya kala itu terbilang langka dan modern, maka dari itu Kartini juga sering dicemooh karena berbeda dari perempuan-perempuan yang ada di masanya.Salah satu quotes yang saya suka di novel ini:Nostalgia is like a grammar lesson. You find the present tense and the past perfect.Kalau kamu menonton film biasanya menemukan cerita time travel berbau romance, thriller, mystery, dan segala macamnya, di novel ini kamu bisa menemukan sejarah yang belum pernah kamu tahu sebelumnya.Di Goodreads saya memberikan rating 4 dari 5, soalnya saya memang terkesan dengan novel ini. Buat kamu yang tertarik baca bisa dapetin novelnya di toko buku terdekat ya!.
Published on September 17, 2015 01:08
September 13, 2015
Mau Novel Dae-Ho's Delivery Service Gratis Plus TTD? Yuk Ikutan Giveawaynya. [DL. 20 September 2015]
Published on September 13, 2015 06:26