Pretty Angelia's Blog, page 10
June 20, 2015
Love Will Find The Way
Published on June 20, 2015 07:34
June 13, 2015
Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki Chapter 14: Kembali
Kembalinya Klan Peri Klan UzumakiNaruto © Masashi KishimotoThe Lord of The Rings © J.R.R TolkienWarning: Sequel from ‘HEART’. Semi-Canon. Semi-Crossover with The Lord of The Rings. Romance/Adventure. A bit Fantasy. OOCPairing insert: Naru/Saku, Mina/Kushi, Sasu/Hina, Shika/Ino, Kaka/Kure ..Tsunade pun berdiri dari tempat duduknya dengan mata nyalang. “Apa ini? Siapa yang melakukan penyerangan? Aku belum memberikan aba-aba—hah?” Ia pun menyadari bayangan hitam yang melompat dengan cepat dan lari dari arena lapangan itu. Tanpa ragu, Tsunade pun melenguh, “Kakashi!”Seseorang yang tidak dikenal, telah memicu perang saudara di Konohagakure......Chapter 13Kembali.. “Ada apa ini? Siapa yang menyerang pasukanku?!” Daimyou terkejut di tempatnya. Ia kini dikelilingi oleh para ANBU dari Akar yang melingkarinya. Para Kage lain pun mulai dijaga oleh pengawalnya. “Pengawal! Penggal kepala Uchiha busuk itu!” teriak Daimyou. Algojo yang berdiri di dekat Sasuke pun seketika mengeluarkan pedangnya dan hendak menebaskan ke arah leher Sasuke. Namun ia tiba-tiba tidak mampu menggerakan tubuhnya. “T-tubuhku?”Kejengkelan Tsunade naik mendadak saat mendengar teriakan menyebalkan itu. Ia pun berlari cepat ke arah Daimyou dan meninjunya hingga ia terpental dari altar. “Aku tidak akan membiarkan lagi kau bertindak seenaknya!” Napasnya memburu saat melihat Daimyou terkapar dengan wajah bonyok di bawah sana. Dari sudut lain, Shikamaru menghentikan aksi algojo itu dengan kagemane no jutsu miliknya. “Hinata!” serunya. Hinata pun berlari kencang menuju arah Sasuke. “Sasuke-kun!” Ia membantu Sasuke berdiri. “Ikuti aku!” “Eh? Siapa?” Tanpa menjawabnya Hinata menarik tangan Sasuke dengan kuat dan berlari dari altar. Ia menggunakan taijutsu khas Klan Hyuuga untuk menghalau pasukan Kerajaan Negara Hi yang menghalangi jalannya. “Aku akan membawamu ke tempat yang aman, Sasuke-kun!” “Hinata-sama! Aku ada di belakangmu!” Neji muncul menghalau pasukan Negara Hi yang hendak menyergap Sasuke dan Hinata. “Terima kasih, Nii-sama!” Sasuke jadi mengenal suaranya. “Hyuuga Hinata?” Hinata lalu menendang kepala pasukan yang tiba-tiba datang di arah kirinya. Ia melihat ke arena eksekusi itu, yang kini telah ramai dengan para pasukan Negara Hi dan shinobi Konohagakure yang saling gempur. Tangannya kembali menggenggam tangan Sasuke. Sementara itu di altar para Kage berada. “Apa maksudnya ini, Tsunade?” Mei Terumi mendelik pada Hokage Kelima itu. Ia memasang wajah waswas. Ia kira eksekusi mati dari shinobi yang memiliki rekam jejak kriminal sangat berat itu harusnya memiliki pengamanan yang tinggi. “Kau tidak sengaja mengendurkan tingkat keamanannya, kan? Dan mengapa kalian jadi saling serang begini?!” Tsunade berdecak kesal. “Kau lari saja dari sini, Mei. Ini urusan desaku dan Negara Hi.” “Hah? Apa tujuanmu sebenarnya?! Lalu bagaimana hukuman si Uchiha itu?” “Aku yang akan menghukumnya nanti! Kalau kau tidak ingin terlibat dalam hal yang merepotkan desamu, lebih baik kau pergi dari sini!” Tsunade lalu menatap ketiga Kage tersisa. Oonoki, Gaara, dan Raikage. “Kalian juga sebaiknya pergi dari sini!” “Kau akan menyelamatkan Sasuke, Godaime?” Raikage tampak tidak terima dengan keadaan ini. Di kepalan tangannya muncul cahaya kilat. “Aku tidak akan membiarkan Uchiha sialan itu hidup karena ia telah menculik adikku tersayangku! Adikku juga sekarang sudah mati!” Seluruh tubuh Raikage pun diselimuti oleh petir.Membuat Tsunade mundur dua langkah dari pijakannya.“Raikage! Jangan bertindak gegabah!” Oonoki jadi pusing sendiri melihat kedua Kage sedang memasang kuda-kuda untuk melakukan duel.“Aku sebenarnya tidak mau memiliki masalah dengan kalian. Jadi, kalian yang tidak mau memiliki masalah denganku segera pergi dari sini!” “Kazekage!” Kankurou menyentuh bahu adiknya itu. Gaara bolak-balik melihat Raikage dan Hokage dengan perasaan campur-aduk. Ia tampak berpikir apa yang harus ia lakukan saat ini. Tapi ia akhirnya berani memutuskan. “Baiklah kita pergi dari sini.” Ia lalu menatap Tsunade. “Sunagakure tidak mau terlibat dalam kekacauan ini.” Ia dan Kankurou pun meninggalkan arena itu dengan cepat. “Kita pulang saja Tsuchikage,” pengawal Kage dari Iwagakure juga memberikan saran pada tuannya. Oonoki mengembuskan napas sesaat. Ia lalu mengangguk dan segera pergi dari sana bersama dengan anak buahnya. Sementara itu Mizukage masih terdiam di tempatnya. Ia sebenarnya ingin melerai Raikage dan Hokage yang akan bertarung itu, tapi ia paham jika tidak pantas untuknya ikut campur dalam urusan Negara Hi. Bisa jadi akibatnya ia malah menyeret Kirigakure terlibat dalam masalah ini. Gigi atas dan bawahnya pun saling beradu hingga menimbulkan suara. “Kita pergi dari sini, Choujurou!” Tanpa berkomentar, Choujurou pun pergi dari sana mengikuti tuannya. Sementara itu di sudut lain di lapangan itu, Ino tengah berusaha melepaskan tali yang mengikat tubuh Sakura setelah ia berhasil membawa sahabatnya itu ke pinggir lapangan yang agak sepi. Kalau ada yang menyerangnya di sana, Ino akan tetap siap siaga. Ia memotong tali itu dengan kunai. “Aku akan mengobatimu dulu, Sakura.” Pandangan Ino berubah sendu melihat keadaan Sakura yang mengenaskan. Di bagian kaki dan tangannya terdapat banyak goresan luka yang memerah berpadu dengan biru. Namun tidak sampai di situ, mata dan wajah Sakura juga memerah karena ia terlalu banyak menangis. Mata sayu Sakura memandang ke depannya yang ramai dengan para shinobi Konohagakure dan pasukan Negara Hi yang saling serang. Bom-bom kertas meledak membuat telinganya berdengung. Namun hal itu tidak membuatnya gentar. Ia mengedarkan pandangan dengan liar ke seluruh lapangan. “Sasuke-kun di mana, Ino?!” “Sudah ada tim yang akan menyelamatkannya. Kau tenang saja, Sakura. Aku akan membawamu ke Sasuke-kun setelah aku mengobati lukamu.” Sakura menutup matanya dengan kuat, lalu ia membukanya lagi perlahan. “Tidak perlu, Ino. Aliran chakraku sudah normal. Aku akan menyembuhkan diriku sendiri.” Ia pun menyatukan kedua tangannya dan membentuk segel. Tubuh Sakura seketika dialiri cahaya berwarna hijau muda. Ia mengerang kesakitan. Cih, padahal ini luka biasa! Mengapa aku jadi mudah kesakitan begini? Ino pun membiarkan Sakura berbuat demikian. Ia sudah tidak bisa melihat lagi apa yang terjadi di lapangan sana karena asap dan pasir bertebaran menghalangi pandangannya. “Jadi, bagaimana rencananya kalian akan menyelamatkan Sasuke-kun?” tanya Sakura. “Hinata akan membawa Sasuke ke Menara Hokage dari jalur bawah tanah yang ada di sini. Memang jalannya cukup memutar, namun yang harus dipikirkan pertama adalah Hinata dan Sasuke harus bisa tiba di pintu masuknya yang berdekatan dengan ujung utara lapangan ini dalam waktu 10 menit.” Sakura lantas memperkirakan jarak di mana ia berada dengan altar yang menjadi pijakan Sasuke saat ia akan dipenggal. Matanya pun menajam. Amarahnya yang tertahan karena kepedihannya kini memuncak. Ia akan membalas perlakuan orang-orang itu yang telah menyiksa Sasuke dan dirinya. “Ayo, pergi, Ino.”.. “Kaa-sama, kapan kita sampai di Konoha? Jalan dimensi lain ini terasa begitu panjang,” gerutu Naruto yang berada di belakang ibunya. Kushina memalingkan wajahnya pada Naruto sejenak. “Sebentar lagi. Maaf, kita memang tidak punya jalur lain. Kau juga tidak bisa menggunakan jikuukan no jutsu di dimensi ini. Kenapa kau jadi tidak tenang begitu? Apa kau merasakan sesuatu?” Naruto mengangguk perlahan. “Aku merasa Sakura-chan sedang dalam masalah besar.” “Sakura-chan?” Kushina tidak tahu siapa pemiliki nama itu. Mata Naruto yang menajam sejenak berubah sendu. “Dia teman satu timku di Konoha. Dan dia sangat mencintai Sasuke. Karena itu aku tidak akan membiarkan Sasuke dihukum mati.” Kushina memandangi Naruto sampai tidak berkedip dalam beberapa detik. “Kalau begitu kau memang harus menyelamatkannya.” Maka dari itu kau langsung ingin ke Konoha kan Naruto? Satu hal yang Kushina sadari juga. Anaknya itu dulu mencintai Sakura…. Ia jadi berujar dalam hatinya. Wajar saja perasaan cintanya pada gadis itu tidak lagi ada, aku tidak dapat merasakannya, Naruto benar-benar berhasil membuang hawa nafsunya. Kushina mencoba menerawang ke masa lalu. Saat ia mengunjungi Naruto yang pada saat itu masih dirawat di rumah sakit Konohagakure dan mengalami luka bakar parah di kakinya. Ia pun tersenyum kecil. Tapi rasa cinta itu memiliki kesempatan untuk kembali. Semoga saja kembali di waktu yang tepat. “Rin! Kau sudah tahu di mana Sasuke di eksekusi?” Rin terkesiap. “Dari yang aku lihat di sebuah lapangan besar yang cukup dekat dengan pusat Negara Hi.” “Arahkan pintu keluar langsung ke sana, Rin.” Rin mengangguk pasti. “Aku mengerti.”.. “Kau akan membiarkan Uchiha Sasuke tetap hidup, Tsunade? Apa kau menyadari tindakan kejahatan apa saja yang telah ia lakukan? Aku ingin keadilan!” Raikage lalu meninju altar itu hingga luluh-lantak. Tsunade lantas melompat ke udara untuk menghindarinya. Tinju itu sedikit merepotkan karena dialiri listrik dengan kekuatan ribuan volt. Ia tahu ia sendiri bisa mati seketika saat tersengat listrik itu. Ia lalu berpijak pada tanah yang cukup jauh dari altar yang telah hancur lebur itu. Kami sama-sama tipe petarung jarak dekat, namun listrik bertegangan tinggi yang dihasilkan tangannya lebih merepotkan dibandingkan listrik yang bisa kuhasilkan untuk mengacaukan saraf motorik musuh. Aku harus mencari celah. Tsunade pun berlari cepat menuju Raikage dan tiba-tiba berada tepat di atas pemimpin Kumogakure itu. “Tsutenkyakuu!” Raikage melakukan sunshin untuk menghindari tendangan mematikan itu. Seketika ia sudah berada di tempat lain. Namun matanya tiba-tiba membesar saat merasakan hawa bahaya dari belakangnya. “Sudah kubilang kau harusnya pergi dari sini!” Tsunade memberikan pukulan super kuatnya di punggung Raikage sampai membuatnya terpental di tanah berkali-kali. Ia pun tersenyum puas dengan kesuksesan serangannya. Raikage mencoba bangkit, meski tubuhnya tengah kesakitan luar biasa. Ia akhirnya bisa menegakkan tubuhnya, namun ada gerakan aneh yang tidak masuk akal baginya. Ada apa ini? Aku mencoba menggerakan tangan kananku, kenapa malah tangan kiri yang bergerak? Wajah Raikage menatap Tsunade dengan garang. “Sialan kau, Tsunade! Apa yang kau lakukan padaku?!” Tsunade menyeringai. “Kau tidak akan bisa bertarung seperti biasa. Sebaiknya kau pergi dari sini karena aku tidak ingin hubungan kita jadi runyam, Raikage!” “Omong kosong! Salah satu shinobi-mu membuat masalah dengan desaku. Kau memang sudah punya masalah runyam denganku! Berhenti pura-pura tidak tahu!” Raikage lantas melenguh kencang dan kembali tersungkur ke tanah. “Dengarkan kata-kataku! Kita selesaikan masalah kita lain kali! Aku ingin menyelesaikan masalahku dulu!” Mata Tsunade memicing. Ia lantas mengedarkan pandangannya ke sembarang arah, namun percuma saja, lapangan itu sedang diselimuti pasir yang menyebar. “Apa Hinata berhasil membawa Sasuke ke pintu bawah tanah bagian utara?” Ia lalu kembali menatap sosok Raikage yang ia ingat tadi masih tersungkur di atas tanah tak jauh darinya, namun Raikage sudah tidak lagi ada di sana. Mata Tsunade pun membelalak. “Sial! Byaku—!” Saat ia memandangi ke sisi kirinya sebuah kepalan tangan menghajarnya di bagian wajah. Ia melenguh kencang dan terlempar beberapa ratus meter dari tempat ia berpijak tadi. Posisi tubuhnya tengkurap menghadap tanah. Ia memuntahkan darah yang memenuhi tenggorokannya. Mata nyalang Tsunade lalu memperhatikan Raikage yang berada jauh di depan. Namun dalam sekejap Raikage sudah berada satu meter darinya. “Harusnya kau tahu aku tidak kalah semudah itu, Tsunade,” ucap Raikage dengan pandangan meremehkan. Tsunade lantas memanfaatkan celah ini untuk menaikkan tubuhnya dengan satu tangan. Ia memutar tubuhnya dengan cepat; hendak menendang kaki Raikage yang dekat dengannya. “Lambat!” Raikage melakukan salto ke belakang dua kali. “Cih!” Tsunade berdiri dan meludahi darahnya yang tersisa di mulut. Mata Raikage semakin tajam menatap Tsunade. Dahunya terangkat. “Hebat juga kau berhasil berdiri meski sudah terkena pukulan pamungkasku.” Ia lantas memperhatikan wajah Hokage Kelima itu yang terdapat dua garis memanjang yang menyatu dari dahi dan terpisah melewati pipi kiri dan kanan. Kalau ia tidak mengaktifkan jurus itu ia pasti sudah mati. Tapi…. Ia tersenyum kecil. “Aku tidak menyangka kau juga berhasil mematahkan jurus andalanku.” Tsunade agak syok melihat Raikage yang bergerak seperti biasa. “Heh, aku ini adalah Kage, Tsunade! Kau tidak sepatutnya meremehkanku!” Seringai Raikage semakin melebar. Tiba-tiba Tsunade melenguh kencang; tubuhnya sekejap berlutut ke tanah. Ia memeluk tubuhnya sendiri yang terasa ngilu dan mati rasa. Listrik berkekuatan tinggi tengah menyengat tubuhnya. “Kalau kau tidak mau membunuh Sasuke. Biar aku yang melakukannya!” Raikage pun beranjak secepat kilat dari tempat itu dan tidak menghiraukan Tsunade yang terkapar di tanah. “Tsunade-sama!” Sementara Kakashi dan Shikamaru berlari cepat menuju Tsunade. Mereka melihat detik-detik terakhir kejadian naas itu, namun tidak mampu mencegahnya. Kakashi mendekat ke Tsunade dan kemudian memeriksa keadaan tuannya. Ia tersentak. Tsunade sudah tak sadarkan diri dan ia merasakan nyawa tuannya tengah berada di ujung tanduk. “Shikamaru! Tolong panggilkan ninja medis!” Shikamaru pun berlari kembali menuju medan lapangan. Ia tahu siapa yang harus ia cari. Ia harus menemukannya secepat mungkin... “Hyaat!” Hinata memukul perut dua pasukan Negara Hi yang kini terkapar di tanah. Ia melakukan hal itu dengan satu tangannya. Sedangkan satu tangannya lagi tengah menggenggam tangan Sasuke. Hinata lantas kembali fokus ke wilayah sekitarnya. Ia menyadari Neji tertinggal jauh di belakang karena melawan pasukan Negara Hi yang cukup banyak, namun ia juga sudah diperintahkan untuk tidak menunggunya. Meski lapangan ini dipenuhi dengan debu bertebaran, dengan byakugan-nya ia bisa melihat dengan jelas pintu rahasia yang menuju ke jalan di bawah tanah.. Wajahnya seketika bersuka cita ketika melihat sebuah lubang berjeruji yang terdapat di tembok batas arena lapangan. “Pintunya sudah terlihat! Kita ke sana sekarang Sasuke-kun!” “Kau akan membawaku ke mana, Hinata?” Hinata menggenggam tangan Sasuke dengan lebih erat. “Ke tempat yang aman, Sasuke-kun. Kau tidak perlu khawatir—!” BLARRR! Tiba-tiba muncul sebuah ledakan yang membuat tangan Hinata terlepas dari tangan Sasuke. “Sasuke-kun!” teriak Hinata yang terlempar beberapa meter; menjauh dari Sasuke. Sedangkan Sasuke terpental di arah yang sebaliknya. Ia begitu terkejut dengan serangan tiba-tiba itu. Jika ia masih bisa melihat mungkin ia akan menyadarinya. “Aku tidak akan membiarkanmu lari, Uchiha sialan!” “Hah?” Jantung Sasuke berpacu kencang ketika mendengar suara penuh murka itu. Ia tidak tahu siapa pemiliki suara tersebut, namun hawa kematian yang mengambang di sekelilingnya begitu terasa sehingga membuat tubuhnya menggigil. “Kembalikan! Kembalikan adikku yang telah kau bunuh!” Raikage bersiap mengeluarkan jurus pamungkasnya. Tangannya yang mengepal terarah pada dada Sasuke. Dari mulutnya keluar lenguhan yang begitu memekakan telinga. “Sasuke-kun!” Yang Sasuke dapat dengar selanjutnya adalah suara Hinata yang memanggilnya dan teriakan kesakitan yang begitu merobek hatinya. Ia jadi tak berkutik saat merasakan tubuh seseorang menindihnya. Sesaat dunia berhenti ketika kemudian cipratan darah menyembur ke wajahnya; wajahnya pun jadi memerah. Bau anyir darah menusuk-nusuk hidungnya. Membuatnya mual tak terkira. “A-apa yang kau lakukan, Hinata?!” Hinata kembali memuntahkan darah. Napasnya memburu. Ia sudah tidak bisa merasakan lagi tubuhnya karena saking sakitnya. Matanya lantas tanpa sengaja melihat kalung berpendan aquamarine yang diberikannya pada Sasuke dulu di leher keturunan terakhir Uchiha itu. Pendan itu pun lebih terang dari yang biasanya. Karena tubuhnya yang remuk, ia tak mampu menahan posisi kepalanya sendiri; dahinya bersinggungan dengan dahi Sasuke. Ia tersenyum kecil. Dalam keadaan genting begini, ia jadi teringat pertemuan terakhirnya dengan Naruto. “Naruto-kun, ini adalah kalung ibuku. Ini adalah jimat keberuntunganku. Aku percaya dia selalu melindungiku dikala aku sedang dalam keadaan bahaya. Aku ingin kau memakainya.” Batu biru laut aquamarine terlihat berkilauan di tangan Hinata. Naruto memperhatikannya secara saksama. “Ano… Hinata. Sepertinya kalung itu sangat berharga bagimu. Aku tidak ingin mengambilnya. Aku tak bisa memakainya.” “Kumohon, Naruto-kun. Tidak apa-apa. Aku ikhlas memberikannya padamu.” “Bukannya aku tak ingin menerimanya. Rasanya kalung itu tak pantas terkubur bersamaku. Kalau itu memang kalung yang bisa menyelamatkan seseorang, aku berharap kalung itu dapat menyelamatkan Sasuke.” Hinata tertegun. “U-untuk Sasuke-kun? Dengan tersengal-sengal, Hinata berujar. “Aku-aku sudah berjanji pada Naruto-kun, aku tidak akan membiarkanmu mati.” Sasuke bisa merasakan napas Hinata yang berembus tak beraturan di hidungnya. Ia jadi benci keadaannya yang lemah begini. Seharusnya seorang Uchiha tidak perlu dilindugi. Setelah Itachi, kini ia membuat orang lain dalam keadaan sekarat lagi. Gigi atas dan bawah Sasuke saling beradu hingga mengeluarkan suara. “Harusnya kau membiarkan saja aku dibunuh olehnya.” Mata Hinata mengerjap. Pandangannya mengabur. Ia sebenarnya ingin sekali tetap melindungi Sasuke, tapi sepertinya ini adalah akhir dari hidupnya. Ia pun jadi bersedih. Dari kedua matanya keluar buliran air. Ia menggeleng. “Aku tidak menyesal melakukannya.” Sasuke lantas merasakan kepala Hinata yang jatuh ke sisi kanan kepalanya. Tubuh pewaris Klan Hyuuga itu terasa lebih berat. Padahal ia baru mengenal gadis ini beberapa bulan lalu, namun tentu saja hatinya remuk karena Hinata tidak pantas menerima serangan itu. Harusnya yang berada dalam keadaan mengenaskan itu adalah dirinya, bukan Hinata. Tangan Sasuke refleks melingkar di tubuh Hinata. Ia pun merengkuh gadis itu dengan erat di pelukannya. “Heh, kau punya banyak penggemar juga ya, Uchiha sialan!” Raikage mulai geram. Ia pun mulai mengaktifkan ration di kepalan tangannya. Ia tidak peduli. Ia akan membunuh Sasuke dan gadis yang menjadi penghalang itu. “Mati kau, Uchiha!” “Tidak akan kubiarkan!” DUAG! Belum sempat Raikage meninju Sasuke, ia malah diserang mendadak oleh orang lain sehingga membuat tubuhnya terlempar ke tembok yang sangat jauh di depannya dan membuat tembok itu berserakan ke tanah. Sakura lantas dengan cepat menghampiri Sasuke. “Sasuke-kun.” Mata hijaunya membesar saat melihat pemandangan mengerikan yang berada di depannya. “Hi-hinata?!” Ia langsung memindahkan tubuh Hinata ke samping Sasuke dan mengeluarkan shousen no jutsu. “Sakura!” “Ino! Bantu aku mengobati Sasuke-kun. Tolong periksa matanya!” Ino segera duduk di dekat Sasuke. Ia juga mengeluarkan shousen no jutsu. Namun ia tiba-tiba merasakan hawa bengis mengepungnya. Membuat bulu kuduknya berdiri. Matanya membelalak hingga nyaris keluar dari rongganya. Sakura yang merasakannya juga lekas berdiri dan mengaktifkan byakugou. “Jangan ganggu kami!” Ia melayangkan tinju ke arah datangnya Raikage yang mengarahkan tinju juga padanya. Kepalan mereka pun saling beradu sampai menimbulkan suara ibarat ledakan bom. Keduanya terlempar berlawanan arah akibat dahsyatnya kekuatan pukulan masing-masing. Raikage tersungkur ke tanah dan memuntahkan darah segar. Sedangkan Sakura juga terkapar di tempatnya. Mulutnya mengeluarkan teriakan nyaring akibat listrik yang menggerogoti tubuhnya... Madara berdiri di atas pohon tinggi yang tidak jauh dari dinding pembatas lapangan eksekusi Sasuke. Ia tertawa hingga kepalanya terdorong ke belakang. Pemandangan di depannya sangat indah. Padahal tadi ia hanya membunuh satu pasukan saja, namun akibatnya bisa sampai seperti ini. “Saling bunuhlah kalian! Sehingga saat aku menyerang Konoha nanti aku tidak perlu repot-repot berhadapan dengan kalian semua!” Wajahnya kemudian bergerak mengitari arena itu. “Sasuke malah merusak sharingan-nya sendiri. Dia bukanlah Uchiha sejati. Semoga saja di sini dia mati sehingga aku tidak mengeluarkan keringat untuk membunuhnya nanti!” Ia pun segera angkat kaki dari sana sebelum jejaknya diketahui oleh para shinobi di Konoha... “Ugh! Mereka makin banyak saja! Aku ingin sekali menghabisi mereka!” keluh Anko dengan geram, di belakangnya ada Shizune yang memasang mata ke area sekelilingnya. Punggung kedua kunoichi itu saling bersinggungan. Mereka dikepung oleh pasukan Negara Hi yang masing-masing memegang tameng dan pedang runcing. “Kita tidak diperintahkan untuk membunuh mereka, Anko. Jangan gegabah!” omel Shizune. Kemudian matanya menangkap para pasukan Negara Hi yang berlarian ke arah mereka. “Bersiaplah!” Namun Bersambung….
Tinju angin
Tinju angin
Published on June 13, 2015 03:14
June 12, 2015
Ichi Go Ichi E (Full of Friendship): Bab 2 Lucitania Kamel: Sampai Kapan Mau Jadi Bocah?
Kamel memperhatikan kerupuk ikan, camilan kesukaannya yang berserakan di sekitar kakinya. Ia menggigit bibirnya sendiri, menahan tangisannya agar tak membuncah. “Duh, sori ya. Gue nggak sengaja nyenggol lo.” Kata maaf itu menguar di balik cekikikan menyebalkan yang terekam di daun telinga Kamel, namun ia tak peduli. Yang ia pedulikan cuma satu, kerupuk ikannya itu sudah tidak bisa disantapnya lagi. “Lagian punya badan lesu banget. Perasaan tadi gue nggak terlalu kuat nyenggol lo.” Kamel melirik sejenak Linzy si ketua geng Rambut-Bandana, yang merupakan teman sekelasnya. Mereka disebut dengan geng Rambut-Bandana karena semua anggotanya memiliki rambut yang panjangnya hingga ke pinggul yang sehari-hari dihiasi bandana dengan warna mencolok mata. Ia lantas kembali menunduk memandangi lantai. Cekikikan jelek bak kuntilanak itu kembali terdengar. Membuat bulu kuduk Kamel berdiri. “Udah sih, Zy. Cabut ke kelas yuk! Lo nggak sadar dikacangin sama si Unta ini?” ujar Jenna. Unta adalah panggilan kesayangan teman-teman sekelasnya pada Kamel. Diambil dari camel yang artinya unta. Linzy geleng-geleng kepala. “Woles sih lo. Lagian siapa yang peduli dikacangin sama Kamel? Dia memang pendiam, kan?” Ia lalu melirik Kamel dan mendekat ke arahnya. “Mel, lo udah SMA kali. Bentar lagi mau lulus malah. Jangan kayak bocah gitu, sih.” Tangan Linzy merogoh dompetnya, mengambil selembar uang sepuluh ribu, kemudian menyodorkannya pada cewek yang rambutnya dikuncir di kedua sisi kepala itu. “Nih. Cukup kan buat ngeganti snack lo?” Kamel memperhatikan uang yang ditawarkan padanya itu. Ia lalu nyengir lebar, menunjukkan deretan giginya yang dibehel. “Nggak usah, Zy. Makasih banyak,” ucapnya sembari menggoyangkan kedua tangannya di udara. Dahi Linzy mengerut. Ia kembali tertawa geli. “Yaudah kalau gitu.” Uang tersebut ia simpan kembali di dompetnya. “Kamel … Kamel, kalau lo kayak gini terus nanti nggak bakal ada cowok yang deketin lo,” sambungnya yang masih cekikikan. Teman-teman Linzy pun begitu.Kepala Kamel miring ke kanan. “Cowok? Gue udah punya empat kok.”“Oh ya?” Jenna dan Linzy saling lirik. Melempar tatapan mengejek satu sama lain. “Bener! Cowok pertama suka marahin gue karena gue bego, tapi dia pintar banget, sering bantuin gue belajar pelajaran IPA. Cowok kedua emang bawel dan perhitungan, tapi dia tajir, jadi sering ngebeliin gue kerupuk ikan sampai dua kilo. Cowok ketiga orangnya sok ganteng dan nyebelin, tapi dia sering nyanyiin lagu buat gue, suaranya merdu banget! Cowok keempat dari tampangnya kelihatan galak, tapi dia nggak pernah nolak pas gue minta tolong.” “Hm?” satu alis Linzy mengerut. Ia lantas memandangi temannya satu per satu, kemudian tertawa lantang berbarengan. Matanya kembali menatap remeh pada Kamel. “Ada-ada aja lo.” Kamel mengangguk berapi-api. “Kapan-kapan mereka gue bawa ke sekolah terus gue kenalin sama kalian.” Tawa Linzy kembali lepas di udara. “Aduh! Lama-lama sakit perut gue karena ketawa mulu. Gue ke kelas duluan ya. Dadah, Unta.” ia dan geng-nya pun meninggalkan Kamel sembari melambaikan tangan. “Lo baik banget sih sama Kamel, Zy? Kalau gue sih pengen banget toyor tuh kepalanya, nggak tahan gue sama muka sok polos dia,” ucap Jenna. Kedua bahu Linzy terangkat. “Lebay lo bilang gue baik. Gue juga agak jijik sih. Tapi gimana dong? Gue bukan cewek yang suka nge-bully gitu. Lagian dia nggak bikin masalah sama gue.” “Dia bilang punya empat cowok. Lawak banget lah!” Entah sudah berapa kali hari Geng Linzy terpingkal-pingkal karena ulah Kamel. Sementara itu mata Kamel tertuju sosok Linzy yang menjauhinya. Ia memperhatikan lekat-lekat teman sekelasnya yang modis itu. Senyumnya kembali tersungging. “Udah cantik. Ramah lagi. Gue jadi pengen kayak dia.” Sekarang ia menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Kaki Kamel kemudian tidak sengaja menginjak salah satu kerupuk ikan tersebut. “Aduh, harus dibersiin dulu,” ia bersungut-sungut, lekas memunguti satu per satu kerupuk ikan yang berserakan di lantai. Dikumpulkannya dalam satu wadah yang lantas dibuangnya ke tempat sampah. Kamel tidak menyadari banyak mata yang sedang memperhatikan tingkah childish-nya itu. Tapi ia yang memang terlampau polos memang selalu asyik dengan dirinya sendiri. Ia lalu mengeluarkan sebuah notes dan pulpen mini dari saku rok sekolahnya dan mulai menulis di sana. Nanti mau bercosplay kayak Linzy. Harus beli kaos kaki pink-putih yang panjangnya sebetis. Kontak lens warna pink. Terus wig warna marun yang panjangnya sepinggang. Bikin baju seifuku
Baju seragam Jepang yang desainnya unik
Baju seragam Jepang yang desainnya unik
Published on June 12, 2015 18:09
Quotes of The Day
Menurutku sesorang tidak berhak mendapatkan kembali sesuatu yang telah ia buang dari hidupnya. Memangnya kau tidak jijik mengambil kembali sampah dari tempatnya? - Dae-Ho's Delivery Service #NaskahBaru
Published on June 12, 2015 05:13
June 10, 2015
[PREVIEW] Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki Chapter 14: Kembalinya Naruto Ke Konohagakure
Kembalinya Klan Peri Klan UzumakiNaruto © Masashi KishimotoThe Lord of The Rings © J.R.R TolkienWarning: Sequel from ‘HEART’. Semi-Canon. Semi-Crossover with The Lord of The Rings. Romance/Adventure. A bit Fantasy. OOCPairing insert: Naru/Saku, Mina/Kushi, Sasu/Hina, Shika/Ino, Kaka/Kure..Tsunade pun berdiri dari tempat duduknya dengan mata nyalang. “Apa ini? Siapa yang melakukan penyerangan? Aku belum memberikan aba-aba—hah?” Ia pun menyadari bayangan hitam yang melompat dengan cepat dan lari dari arena lapangan itu. Tanpa ragu, Tsunade pun melenguh, “Kakashi!”Seseorang yang tidak dikenal, telah memicu perang saudara di Konohagakure......Chapter 13Kembalinya Naruto ke Konohagakure.. “Ada apa ini? Siapa yang menyerang pasukanku?!” Daimyou terkejut di tempatnya. Ia kini dikelilingi oleh para ANBU dari Akar yang kini mengitarinya. Para Kage lain pun mulai dijaga oleh pengawalnya. “Pengawal! Penggal kepala Uchiha busuk itu!” teriak Daimyou. Algojo yang berdiri di dekat Sasuke pun seketika mengeluarkan pedangnya dan hendak menebaskan ke arah leher Sasuke. Namun ia tiba-tiba tidak mampu menggerakan tubuhnya. “T-tubuhku?”
Kejengkelan Tsunade naik mendadak saat mendengar teriakan menyebalkan itu. Ia pun berlari cepat ke arah Daimyou dan meninjunya hingga ia terpental dari altar. “Aku tidak akan membiarkan lagi kau bertindak seenaknya!” Napasnya pun memburu saat melihat Daimyou terkapar dengan wajah bonyok di bawah sana.
Kejengkelan Tsunade naik mendadak saat mendengar teriakan menyebalkan itu. Ia pun berlari cepat ke arah Daimyou dan meninjunya hingga ia terpental dari altar. “Aku tidak akan membiarkan lagi kau bertindak seenaknya!” Napasnya pun memburu saat melihat Daimyou terkapar dengan wajah bonyok di bawah sana.
Published on June 10, 2015 07:24
June 9, 2015
Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki Chapter 13: Pertarungan Sengit di Uzumakigakure
Kembalinya Klan Peri Klan UzumakiNaruto © Masashi KishimotoThe Lord of The Rings © J.R.R TolkienWarning: Sequel from ‘HEART’. Semi-Canon. Semi-Crossover with The Lord of The Rings. Romance/Adventure. A bit Fantasy. OOCPairing insert: Naru/Saku, Mina/Kushi, Sasu/Hina, Shika/Ino, Kaka/Kure.. “Aku tidak terlalu suka dengan rupaku ini. Tidak buas sama sekali.” Byakko memperhatikan kedua tangannya dengan ekspresi datar. Memang biasanya terdapat kuku-kuku indah nan tajamnya di sana. “Tapi yang jelas kini dia telah bangkit. Menurut kalian apakah dia pantas mendapatkan kepercayaan kita?”“Tentu,” tukas Seiryuu dengan menyeringai. “Dia akan mengobrak-abrik tempat kita. Lihat saja.” ..
Chapter 12Pertarungan Sengit di Uzumakigakure.. “Yosh! Mari kita bersenang-senang! Siapkan diri kalian ya wahai, Dewa-dewa Sombong!” Naruto menyeringai. Ia lantas menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. Ia mengumpulkan banyak chakra dari alam sekitarnya. Alam pun bereaksi. Tanah di bawahnya bergetar, angin berembus kencang sehingga memiringkan pohon-pohon raksasa yang kokoh itu, lalu gelombang air di sekitar Uzumakigakure semakin meninggi. Namun, sepertinya ia terlalu banyak mengumpulkan chakra sehingga baru menyadari ada jurus api, angin, pasir, dan air yang datang menuju ke arahnya. “Oi, oi, yang benar saja! Kaze no tate
Perisai angin
Chapter 12Pertarungan Sengit di Uzumakigakure.. “Yosh! Mari kita bersenang-senang! Siapkan diri kalian ya wahai, Dewa-dewa Sombong!” Naruto menyeringai. Ia lantas menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. Ia mengumpulkan banyak chakra dari alam sekitarnya. Alam pun bereaksi. Tanah di bawahnya bergetar, angin berembus kencang sehingga memiringkan pohon-pohon raksasa yang kokoh itu, lalu gelombang air di sekitar Uzumakigakure semakin meninggi. Namun, sepertinya ia terlalu banyak mengumpulkan chakra sehingga baru menyadari ada jurus api, angin, pasir, dan air yang datang menuju ke arahnya. “Oi, oi, yang benar saja! Kaze no tate
Perisai angin
Published on June 09, 2015 03:07
June 8, 2015
[PREVIEW] Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki Chapter 13
“Yosh! Mari kita bersenang-senang! Siapkan diri kalian ya! Wahai, Dewa-dewa Sombong!” Naruto menyeringai. Ia lantas menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. Ia mengumpulkan banyak chakra dari alam sekitarnya. Alam pun bereaksi. Tanah di bawahnya bergetar, angin berembus kencang sehingga memiringkan pohon-pohon raksasa yang kokoh itu, lalu gelombang air di sekitar Uzumakigakure semakin meninggi. Namun, sepertinya ia terlalu banyak mengumpulkan chakra sehingga baru menyadari ada jurus api, angin, pasir, dan air yang datang menuju ke arahnya. “Oi, oi, yang benar saja! Kaze no tate Perisai angin
Published on June 08, 2015 05:54
June 7, 2015
[Review Film] Langit Ke 7
“Ketika cinta bertemu di dunia yang berbeda” Assalammu’alaykum, Guys Sekarang saya hadir lagi mau review film Indonesia Langit Ke 7. Kayaknya ini film Indonesia pertama yang saya review di sini. Oh ya film ini saya tonton di televisi, dan saya menyesal kenapa dulu nggak nonton di bioskop. Saya nggak nonton dari awal lagi, malah dari pertengahan film huhu. Pas cek stok DVD, ternyata film ini juga kagak ada DVD-nya. Jadi, kalian kalau mau nonton harus nunggu ada stasiun televisi yang mau nayangin hoho.
Courtesy Reload Pictures
Keterangan Film: Judul : Langit Ke 7 Sutradara : Rudi Soedjarwo Pemain : Taskya Namya, Sandra Dewi, Pong Hardjatmo Jadi, film ini menceritakan tentang Dania, seorang model dan bintang terkenal yang lagi naik daun. Ia punya empat orang sahabat yang sangat ia sayangi. Punya andil besar dalam meredam stresnya saat dia dikejar-kejar sama wartawan. Suatu hari, ayahnya ingin menjodohkannya sama anak teman ayahnya, bernama Denan. Dania nggak bisa menolaknya karena ini adalah permintaan ayahnya yang mulai sakit-sakitan. Karena itu Dania dan Denan pun bertemu. Pertemuan mereka juga nggak sebaik yang ia kira. Dania kesal sama Denan yang nggak ngerti bagaimana perasaan dia menjadi artis yang selalu dicari-cari informasi pribadinya. Jadi, mereka sering berantem. Lalu sampai Dania mengalami kecelakaan dan koma. Komanya Dania membuat teman-temannya, ayahnya khawatir. Termasuk Denan. Roh Dania keluar dari tubuhnya, ia berkeliling rumah sakit untuk mencari siapa yang bisa menolongnya, ia syok saat melihat seseorang yang ingin membunuhnya di rumah sakit, untungnya gagal karena kehabisan waktu. Dania pun mencari pertolongan keluar rumah sakit, mendatangi keempat sahabatnya dan ayahnya satu per satu. Tapi nggak ada yang bisa lihat dia. Akhirnya Dania memutuskan datang ke Denan. Lebih tepatnya ke kantornya. Dan benar saja, saat Dania datang, Denan langsung lari ketakutan karena yang ia tahu Dania masih koma di rumah sakit. Akhirnya cuma Denan yang bisa menyelamatkan Dania karena hanya ia yang bisa melihat dan berinteraksi dengan Dania. Mungkin ini karena Denan memang punya kemampuan melihat makhluk halus. Denan yang awalnya takut sama Dania akhirnya bisa mengobrol biasa sama Dania. Dania pun menceritakan kalau kecelakaan yang ia alami itu bukan kecelakaan yang tidak disengaja, ada yang memang ingin membunuhnya dan rumah sakit itu udah nggak aman buat Dania. Denan pun akhirnya mendatangi satu per satu sahabat, ayah, bahkan dokter yang menangani Dania untuk meminta pertolongan. Namun nggak ada yang percaya sama yang Denan katakan. Dania mau menyerah dan meminta Denan tidak perlu membantuna lagi, tapi Denan nggak mau dan ia menyemangati Dania buat nggak nyerah. Lalu bagaimana cara Denan menyelamatkan Dania? Sisanya kalian nonton sendiri ya :D. Mudah-mudahan film ini nanti ada DVD-nya dan ditayangi lagi di stasiun televisi. Buat penggemar film cinta-cintaan, menurut saya kalian nggak akan menyesal nonton film ini. Saya sangat suka film romantis ini >.<. Temanya termasuk unik. Belum lagi tempat syutingnya juga ada di tempat-tempat indah di Indonesia. Saya ingin nonton film ini lagi. Kemarin hanya nonton setengahnya aja saya merasa puas banget sama filmnya, apalagi kalau saya nontonnya full >.<.

Keterangan Film: Judul : Langit Ke 7 Sutradara : Rudi Soedjarwo Pemain : Taskya Namya, Sandra Dewi, Pong Hardjatmo Jadi, film ini menceritakan tentang Dania, seorang model dan bintang terkenal yang lagi naik daun. Ia punya empat orang sahabat yang sangat ia sayangi. Punya andil besar dalam meredam stresnya saat dia dikejar-kejar sama wartawan. Suatu hari, ayahnya ingin menjodohkannya sama anak teman ayahnya, bernama Denan. Dania nggak bisa menolaknya karena ini adalah permintaan ayahnya yang mulai sakit-sakitan. Karena itu Dania dan Denan pun bertemu. Pertemuan mereka juga nggak sebaik yang ia kira. Dania kesal sama Denan yang nggak ngerti bagaimana perasaan dia menjadi artis yang selalu dicari-cari informasi pribadinya. Jadi, mereka sering berantem. Lalu sampai Dania mengalami kecelakaan dan koma. Komanya Dania membuat teman-temannya, ayahnya khawatir. Termasuk Denan. Roh Dania keluar dari tubuhnya, ia berkeliling rumah sakit untuk mencari siapa yang bisa menolongnya, ia syok saat melihat seseorang yang ingin membunuhnya di rumah sakit, untungnya gagal karena kehabisan waktu. Dania pun mencari pertolongan keluar rumah sakit, mendatangi keempat sahabatnya dan ayahnya satu per satu. Tapi nggak ada yang bisa lihat dia. Akhirnya Dania memutuskan datang ke Denan. Lebih tepatnya ke kantornya. Dan benar saja, saat Dania datang, Denan langsung lari ketakutan karena yang ia tahu Dania masih koma di rumah sakit. Akhirnya cuma Denan yang bisa menyelamatkan Dania karena hanya ia yang bisa melihat dan berinteraksi dengan Dania. Mungkin ini karena Denan memang punya kemampuan melihat makhluk halus. Denan yang awalnya takut sama Dania akhirnya bisa mengobrol biasa sama Dania. Dania pun menceritakan kalau kecelakaan yang ia alami itu bukan kecelakaan yang tidak disengaja, ada yang memang ingin membunuhnya dan rumah sakit itu udah nggak aman buat Dania. Denan pun akhirnya mendatangi satu per satu sahabat, ayah, bahkan dokter yang menangani Dania untuk meminta pertolongan. Namun nggak ada yang percaya sama yang Denan katakan. Dania mau menyerah dan meminta Denan tidak perlu membantuna lagi, tapi Denan nggak mau dan ia menyemangati Dania buat nggak nyerah. Lalu bagaimana cara Denan menyelamatkan Dania? Sisanya kalian nonton sendiri ya :D. Mudah-mudahan film ini nanti ada DVD-nya dan ditayangi lagi di stasiun televisi. Buat penggemar film cinta-cintaan, menurut saya kalian nggak akan menyesal nonton film ini. Saya sangat suka film romantis ini >.<. Temanya termasuk unik. Belum lagi tempat syutingnya juga ada di tempat-tempat indah di Indonesia. Saya ingin nonton film ini lagi. Kemarin hanya nonton setengahnya aja saya merasa puas banget sama filmnya, apalagi kalau saya nontonnya full >.<.
Published on June 07, 2015 07:21
June 6, 2015
Speechless
Kamu pernah ngerasain nggak? Ceritanya kamu nanyain kepastian perasaan kamu ke seorang cowok, tapi cowok itu malah bilang ‘Gue nggak suka dikejar cewek, meski sebenarnya cewek itu gue suka’?
- Dinyatakan atau tidak dinyatakan tetap aja nggak jadi juga -
- Dinyatakan atau tidak dinyatakan tetap aja nggak jadi juga -
Published on June 06, 2015 05:34
[Review Film] Confessions (Japan Movie)
Assalammu’alaykum, Guys! Saya lagi keranjingan review film nih hehe. Saya memang lagi targetin tahun ini bisa posting di blog seratus artikel. Oh ya, kamu suka nonton film Thriller? Saya sebenarnya udah lama nonton film ini, tapi saya baru kepikiran buat bikin reviewnya.

Keterangan Film Judul – Confession Pemain - Takako Matsu Sutradara – Tetsuya Nakashima Rating IMDB – 7,9 Film thriller ini simple, tapi tetep bikin deg2an >.<. Menceritakan seorang ibu yang ingin balas dendam sama pembunuh anak perempuannya. Pembunuhnya ternyata adalah muridnya sendiri. Ia sudah tahu dan muridnya itu masih anak SMP. Di Jepang sendiri nggak ada undang-undang yang setimpal untuk pelaku kejahatan anak-anak. Anak-anak yang melakukan tindakan kriminal akan dikembalikan lagi sama orangtuanya. Nah, karena si ibu ini tidak bisa membawa si pembunuhnya ke pengadilan, ia pun akhirnya melakukan kekerasan mental sama muridnya itu. Kekerasan mental yang dilakukan si ibu nggak ada sangkut pautnya sama kekerasan fisik sama sekali. Dia pintar memainkan kata buat menyudutkan pembunuh anaknya itu. Ia sudah tahu gimana masa lalu pembunuh anaknya yang tak lain adalah muridnya sendiri. Jadi, muridnya itu memang agak psycho, dia terbilang jenius sampai pintar membuat bom. Muridnya itu punya trauma ditinggalkan ibu yang diceraikan ayahnya. Si ayah menceraikan ibunya karena ibunya membesarkan dia dengan kasar. Ibunya mantan ilmuwan yang terpaksa menjadi ibu rumah tangga. Karena ia gagal jadi ilmuwan, ia pun lampiaskan itu sama anaknya. Kalau anaknya belajarnya tidak benar, ia nggak segan-segan memukul anaknya. Tapi si murid ini memang sayang ibunya meski ibunya membesarkannya dengan kekerasan, jadi sepeninggalan ibunya dia berubah nggak kekontrol dan berani membunuh orang lain.Selanjutnya nonton sendiri ya karena part2 seru itu nggak akan saya ceritakan di sini hehe. Nah, sekarang pertanyaannya, apakah si ibu itu berhasil membuat muridnya mendapatkan ganjaran setimpal karena sudah membunuh anaknya? Endingnya twist banget, pokoknya nggak kepikiran sama kita. Film thriller ini memang sederhana, karakternya nggak banyak, tambahannya paling cuma ada murid-murid yang suka lewat aja. Tapi caranya pengemasannya itu lho … saya suka! >.<. Cantik-cantik, menyeramkan gimana gitu hahaha. Kelebihan film ini dia banyak banget dialog, tapi nggak bikin kamu bosan! Kamu bakal dibuat penasaran sama dialog-dialog itu. Pokoknya kalau kamu suka nonton Thriller kamu wajib nonton film ini.
Published on June 06, 2015 02:36