Jalan Panjang yang Berangin Quotes

Rate this book
Clear rating
Jalan Panjang yang Berangin Jalan Panjang yang Berangin by Nailal Fahmi
8 ratings, 4.00 average rating, 3 reviews
Jalan Panjang yang Berangin Quotes Showing 1-14 of 14
“Sebaik atau seburuk apapun, jalan tidak akan pernah menjadi tujuan.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
tags: jalan
“Seseorang bisa saja pergi sejauh mungkin sampai ke ujung dunia, namun itu tidak membuatnya lepas dari pikirannya sendiri.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
“Fatamorgana bagi Abe adalah melakukan banyak kegiatan untuk melupakan seseorang, sementara ia menyadari bahwa di ujung hari ia akan kembali dikepung kerinduan.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
tags: rindu
“Jalan, kenangan dan alunan musik tidak pernah gagal membuat setiap orang menjadi melankolis dan cengeng.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
“Sampai akhirnya ia bertemu seorang guru spiritual, seorang Mursyid yang menyadarkan bahwa orang-orang yang merasa beriman minta petunjuk seharusnya bukan dalam rangka menyesuaikan dengan kehendak Tuhan atau tidak, tapi hanya untuk senantiasa bisa mengingat Tuhan. Meminta petunjuk adalah sebuah sarana untuk selalu mengingat-Nya dalam setiap kesempatan. Sementara apapun kehendak Tuhan pada kita, baik atau buruk, manusia hanya diminta ber-tawakkal.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
“Pada awalnya trauma datang membekap seperti air yang mengisi paru-parumu. Ia menekan dadamu hingga tidak menyisakan ruang untuk udara. Kamu bisa membayangkan kejadian itu seperti kamu terpelosok ke dalam jurang pada malam mendung di dalam hutan. Kakimu patah dan kamu mulai mendengar deru halilintar yang memekakan telinga kemudian hujan mulai turun. Dinding tebing yang sedingin bongkahan es terasa menyentuh kulitmu yang penuh luka gores. Kamu berteriak, menangis sampai kerongkonganmu sakit, sementara di atas tebing kawan-kawanmu bilang untuk bertahan dan kemudian meninggalkanmu untuk mencari bantuan yang kamu tahu tidak akan mereka dapatkan. Air mulai mengisi ceruk di bawah kaki dan perlahan-lahan naik sampai leher sebelum menenggelamkanmu sendirian. Sendirian.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
tags: trauma
“Ia juga mengerti bahwa pengetahuan akan satu hal tidak selalu berbanding lurus dengan kesadaran dan tindakan.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
“Ia lebih mengkhawatirkan pikiran-pikiran dalam kepalanya yang menabrak norma. Semua manusia punya pikiran itu. Ia, Ridwan, Sali dan semua orang punya pikiran itu. Pikiran jahat atau pikiran-pikiran yang jika dilakukan dalam kehidupan nyata, maka sudah pasti akan melanggar norma atau moral yang ada dalam masyarakat. Selama itu hanya ada dalam pikiran, tidak diucapkan atau dilakukan, maka ia akan tetap aman dalam pikiran. Manusia punya kecenderungan memiliki pikiran-pikiran itu. Semua manusia.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
“Orang saling menyayangi bukan karena mereka merasa hebat dan sempurna, tapi karena mereka saling memahami kerapuhan dan kegetasan masing-masing.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
“Mudah saja mencintai atau mengingat seseorang ketika itu dekat atau baru saja terjadi. Namun kamu bisa membayangkan bahwa seiring berjalannya waktu, jarak yang jauh, perbedaan dimensi, kenangan dan cinta perlahan akan memudar. Menjanjikan untuk selalu ada, mengingat, dan mencintai selama-lamanya adalah sesuatu yang tidak realistis. Kecuali kamu ingin dikenang sebagai orang yang tidak berintegritas, atau ingin membuat dirimu nelangsa karena mempertahankan janji, sebaiknya jangan kamu ucapkan.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
tags: janji
“Banyak hal tentang dogmatisme agama yang jika diberi jarak akan terlihat lucu. Abe sering membiarkan dan menikmati kepolosan orang-orang itu, sama seperi ketika ia mengetahui seseorang berbohong. Kamu tahu, sangat menyenangkan untuk membiarkan orang lain terus berbohong di depanmu, dan mereka merasa kebohongannya tidak diketahui. Sementara kamu, bisa terus menikmati kemunafikan mereka.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
“Terkadang manusia terjebak pada pikirannya sendiri dan menganggap pengertian yang ia maksud adalah juga pengertian yang Tuhan maksud, Ra.” Abe melanjutkan. “Akhirnya manusia menjadi Tuhan dan bisa menyeleksi mana yang masuk surga dan mana yang tidak.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
“Maka ketika ia muak dengan kebohongan-kebohongan manusia, ia mulai menuyukai kucing. Ia agak emosional tentang kucing, baginya kucing adalah hewan yang tidak pernah menyembunyikan perasaan mereka. Kucing punya kejujuran emosional yang tidak dipunya kebanyakan manusia.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin
tags: kucing
“Fatamorgana bagi Abe adalah melakukan banyak kegiatan untuk melupakan seseorang, sementara ia menyadari bahwa di ujung hari ia akan kembali dikepung kerinduan. Seseorang bisa saja pergi sejauh mungkin sampai ke ujung dunia, namun itu tidak membuatnya lepas dari pikirannya sendiri. Lebih menyiksa lagi karena ketika sendiri, Abe tidak menemukan dirinya, tapi orang lain. Perempuan yang tidak mau dilupakan.”
Nailal Fahmi, Jalan Panjang yang Berangin