Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu Quotes

Rate this book
Clear rating
Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu by Alfin Rizal
13 ratings, 3.77 average rating, 0 reviews
Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu Quotes Showing 1-13 of 13
“selama daun pagi itu masih mengembun,
aku mengemban tetimbunan rindu
di paru-paru dan seluruh pori-pori kulit,
kurakit doa-doa selamatmu dari sakit
dan sebab rindu-rindu ini sulit kuredam,
padamu, doaku tak pernah padam.”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
“untukmu semata;
sengaja kulupa cara menutup pintu di dada
kubuka lebar dan sesuka hati bisa kau lewati
tak sukar kau keluar, tak kikuk kau masuk.”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
“kau air,
dan akulah basahnya
kau api,
dan akulah suhunya
kau aku,
dan cintalah puncaknya”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
tags: air, api, hujan, kau
“segalanya jadi museum pertanyaan,
sejak kau menolak jadi segala jawaban”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
“aku air mata yang bergenang kesepian,
memantulkan warna malam usai hujan.
dan kau, kenangan paling keras kepala
sukar ditukar dan ditakar kadarnya.”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
“kau boleh jarang datang, asal pasti datang.”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
“yang menjauh dari ceruk hati
saat kita jatuh dan saling jauh
bukanlah rindu.
meski pemalu, ia betah dan
tak butuh lagi ruang lain
dari orang lain.”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
“cara terbaik merindukanmu:
ialah berusaha memilikimu,
lalu ziarah ke segala arah
selain ke tempat kau berumah”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
“selamat pagi,
apakah pagimu selamat?”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
“ketika kita tua nanti, kataku,
aku ingin kita berbagi pagi,
berebut kabut hingga ribut.
kita bangunkan masa kanak
yang terlalu lama tidur dan
mendengkur: di kasarnya kasur”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
“kesedihan selalu hinggap sebelum hujan turun.
setiap kutatap langit utara dan udara berayun,
kau sudah menetap, di masa laluku yang pikun,
runtuh hatiku yang bertahun-tahun kubangun.”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
“aku tak akan berhenti—
merajut benang-benang hujan,
meremas gemas gerigi gerimis
yang kelak menderas di jalanan,
ketika kau lupa menghangatkan tubuh
yang pernah hangat di pelukanku.”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu
“seperti sungai-sungai merawat tenang
dan mengalirkan air kesedihan purba,
aku mata hujan yang mencari dirimu
sepanjang alirmu, sepanjang kemaraumu.”
Alfin Rizal, Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu