Rahvayana 2 Quotes
Rahvayana 2: Ada yang Tiada
by
Sujiwo Tejo281 ratings, 4.06 average rating, 33 reviews
Rahvayana 2 Quotes
Showing 1-9 of 9
“jangka waktu antara sanjungan dan umpatan demikian tipisnya. manusia bisa pagi memuja, lalu sorenya mendamprat dengan berbagai hujatan”
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
“Hidup di alam fana adalah hidup di alam sandiwara. Lebih baik sekalian merias yang sungguh-sungguh sandiwara ketimbang merias yang tampak bukan sandiwara padahal sandiwara juga ...”
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
“Rama, sebetulnya kau mencintaiku atau mencintai dirimu sendiri sehingga kau begitu hirau dengan gosip rakyatmu bahwa aku sudah tak suci lagi setelah hidup bersama Rahwana?”
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
“Ah, kau, rama, titisan dewa, Dewa bisa sempurna. Tapi, kau tak sempurna. Kau cuma manusia. Mengapa kau tak berbahagia menjadi manusia dengan segala ketidaksempurnaanmu seperti juga ketidaksempurnaanku..?”
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
“Kesenian yang baik biasanya merupakan biografi senimannya, biografi yang disamar-samarkan di sana sini.”
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
“... toh jagat di luar dan jagat di dalam sama saja. Siapa yang mengenal Tuhan akan mengenal dirinya. Siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhan.”
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
“Jalan menuju Tuhan sama dengan jalan menuju Roma, Rahwana. Pada akhirnya semua jalan akan menuju Roma. Demikian pula jalan menuju Tuhan. Ada yang melalui jalur filosofis, ada yang melalui jalur cinta. Ada yang reflektif, ada yang afektif. Ada yang religius, ada yang altruis...”
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
“Jangan tanya besarnya seseorang dari anaknya sendiri. Di mata keluarganya seorang ayah pasti biasa-biasa saja. Mungkin malah kerdil...”
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
“Banyak umat beragama, menurut perempuan bermonolog itu, yang tak menyembah Tuhan, tapi terjebak menyembah nama Tuhan, bahkan tak enggan berperang lantaran saling berebut nama Tuhan. Mereka seperti para pandita di Hutan Dandaka yang memuja sosok pemuda tampan karena terpesona dan memuja namanya: Rama.”
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
― Rahvayana 2: Ada yang Tiada
