Status Updates From When Things Don't Go Your W...

Rasa syukur dapat mengubah hari biasa menjadi hari raya, mengubah pekerjaan rutin menjadi sukacita, dan mengubah kesempatan biasa menjadi berkat.
—William Arthur Ward

Catatlah setiap berkat yang kita dapatkan.
Tulis semuanya dan, sambil merenung, nikmatilah perasaan berlimpah, syukur, dan berkecukupan.
Biarkan perasaan membahagiakan ini meresap ke dalam setiap sel kehidupan kita dan tinggal di dalamnya sepanjang hani.

Tuhan, berikan aku ketenangan
untuk menerima hal yang tak bisa kuubah, keberanian untuk mengubah hal yang bisa kuubah, dan kebijaksanaan agar aku bisa membedakannya.
—Reinhold Niebuhr

Ketika situasi sulit terjadi, kita tidak akan terkejut atau bahkan kecewa karena kita sudah memahami bahwa situasi sulit ada dan akan selalu ada untuk menjadi bagian penting dari kehidupan kita.

Kita juga bisa memiliki hubungan yang lebih tulus dengan ketidakbahagiaan dengan mengingat bahwa alam semesta ingin kita bertumbuh lewat rasa sakit dari kejadian tak menyenangkan.

Cara lain untuk melawan pikiran yang mudah bergolak adalah dengan menerima dengan tulus kejadian yang tak menyenangkan sekalipun.

Aktivitas yang paling sering digunakan untuk mencegah pikiran kita mengembara adalah berlatih bersyukur. Ketika bersyukur, kita biasanya tidak akan memikirkan hal yang tidak kita miliki atau yang seharusnya kita miliki.

Selama pikiran kita berayun ke sana kemari mengingini sesuatu yang tidak kita miliki atau menolak sesuatu yang telah kita miliki pikiran kita akan senantiasa dalam keadaan bergolak dan sibuk.

Kita bisa menilai siapa kita sebenarnya lewat cara kita menghadapi kesulitan. Ingatlah bahwa kisah terhebat bukanlah kisah yang alurnya mulus seperti yang diharapkan; melainkan kisah yang alurnya tentang menghadapi kesulitan dan bangkit dari kegagalan.
Kita masih belum selesai menuliskan buku kehidupan kita.
Mari menulis kisah penuh arti tanpa penyesalan.

Akhirnya saya paham mengapa saya memiliki rasa takur ditinggalkan. Semua ini berasal dari trauma masa kecil yang terpendam. Selama ini, saya mengabaikan inner child yang sempat terpisah dari sumber kasih sayang, kehangatan, dan keamanan.

Pada akhirnya, setelah melalui masa-masa penuh amarah, kesendirian, dan air mata, saya mampu menemukan akar dari emosi saya: perasaan takut.

Alih-alih memaksakan diri untuk merasa baik-baik saja, saya mengizinkan diri saya untuk merasa tidak baik-baik saja. Saya membiarkan diri saya untuk merasakan apa yang sebenarnya terjadi, bukannya berusaha mengubah atau melarikan diri dari perasaan itu.

Saya mengira jalan spiritual merupakan salah satu kesempurnaan moral yang mengharuskan pelakunya menghilangkan semua emosi negatif, seperti amarah, kebencian, rasa takut, dan keterikatan. Akibatnya, tanpa sadar saya menahan perasaan itu dan berpura-pura tak lagi merasakannya.

Selama ini, emosi tersulit yang saya miliki adalah perasaan takut ditinggalkan. Saya sering sekali memikirkan skenario terburuk, termasuk menyangka orang-orang sengaja pergi meninggalkan saya begitu saja.