Goodreads Indonesia discussion
note: This topic has been closed to new comments.
Klub Buku GRI
>
Baca Buku Puisi Bareng Februari--Perasaan-Perasaan yang Menyusun Sendiri Petualangannya


malu apa jijay jadinya, ana? lol. gak kenal juga gabung saja. pada malu2in kok biasanya. next time join ya.

DImanapun, hajar aja blehhh,... malu2in itu urusan belakangan, yang penting setor muka dolo.


perempuan itu membakar ingatanmu
tentang sebuah kota tanpa bunga
---kalimat kalimat dalam sebuah mesin tik
huruf hurufnya seperti luka
lalu menyalakan sebentar kerinduanmu
pada kampung kampung yang jauh di dasar laut
---kembang sepatu merah muda
kisah cinta kecil di mushola
kehadirannya memang tak mengguncang
tapi tak mudah melepaskan diri
dari permainannya
Jogjakarta, 2008

Request: acaranya jangan malem,, soale ga bisa ikutan.

btw kalo ana punya puisi kok ga pake titik dua spt roos punya yak?

Btw, puisi2 kali ini perasaan jauh lebih membumi. Gak terlalu bikin pusing kata2nya
oke mungkin ini ada kesalahan dari kita2 yang di meja penerima tamu nih *jadi merasa bersalah* hihi
waktu mba nurul dan maya datang, kita tanyain darimana dan mba nurul langsung bilang dia anak goodreads jadi langsung tau *sotoy sebenarnya* kalo itu mba nurul yang sering lalu lalang hehe jadi tinggal dikenalin ke yang lain. mungkin kita gak seagresif itu ke ana jadi ananya ikut minder .. next time ya ana :D
waktu mba nurul dan maya datang, kita tanyain darimana dan mba nurul langsung bilang dia anak goodreads jadi langsung tau *sotoy sebenarnya* kalo itu mba nurul yang sering lalu lalang hehe jadi tinggal dikenalin ke yang lain. mungkin kita gak seagresif itu ke ana jadi ananya ikut minder .. next time ya ana :D

:aranku sunya
bocah bajang yang putus asa membalik impian jadi kenyataan
kini sudah tak ada
ia keburu dewasa-ia telah larung seluruh belatinya
: samudra tetap luas, angin tetap tak punya sarang
tapi bocah bajang yang lain telah datang
tanpa sekeranjang kalanjana di punggungnya
ia pakai dasi kupu-kupu di lehernya, manis sekali,
dengan baluran kembang telon dari ibunya
tak ada batok kelapa atau cemeti lagi
ia berjalan dengan ringan
menuju samudra dan angin yang sama
Jogjakarta, 2008

Bayangkan penyair dikasih puisi sama penyair lainnya.
Apa mereka suami istri ya? Dan tgl 26 Agustus itu apa tanggal pernikahannya ya?
Ah nggak bakal ada yg tahu juga ya hehe

http://www.titikoma.com/wawancara/gun...
Dina Oktaviani memang istrinya. Aranku Sunya itu nama anaknya.
Case closed. :-)

: inez dikara
ia mengacungkan kuas itu persis ke mukaku
mungkin bertanya atau hanya menggerutu:
apa aku berusaha menghapus jejak di dinding
sebagaimana dulu kerap kumatikan lampu
untuk mengakhiri pertunjukannya
tapi nyatanya justru ia bertanya:
"dimana kusimpan album kita
yang dulu ada di meja itu?"
aku hanya memegang dadaku
tak menunjuk sesuatu, selain rasa sakitku
lalu ia menempelkan telinga
ke televisi. entah merekam apa
"kaudengar detak jantungku?"
kubenamkan wajahku ke dalam bantal
dalam-dalam. jadi bulan-bulanan ingatan
ceritaku, anakku, tak pernah berakhir dalam sebuah botol.
layaknya hujan, ia menjelma selokan yang melintas di bawah
jendela kamarmu, menyaru kabut di kaca rumahmu. meski
kadang berhenti menjadi kursi bagi tidurmu yang tak nyenyak
ia tertawa, keras dan menggelikan. juga mengerikan
luar biasa, ia bisa dengan cepat menggulung ingatan
aku mesti berlama-lama menunggu
memilih waktu dengan jitu
kita sudah sedemikian terlatih menahan pedih
sedemikian hingga tak siap dengan segala kejutan
: ini bukan sekadar mencuci kenangan
atau memasaknya dengan cara lain
sudahlah,
kami lantas membelah sepi;
kendaraan meluncur kesetanan
tak perlu mengerling di tiap tikungan
atau menguras senyuman
mereka toh telah menutup daun pintunya
begitu sepi yang kauhayati itu
: menjadi dan susah dimengerti
Jogjakarta, 2008
oh dina oktaviani yg itu... betapa bodohnya aku! aku baca puisi2nya di koran dan suka penyair asal lampung itu

maap banget. *mencoba memperbaiki diri*
Pinangan Kedua (hal. 33)
cinta telah kukabarkan
seperti ayam bakar di hadapan kita
nikmati saja, katamu
lalu lagu dangdut keras sekali
tak mau berhenti
membuatku tak berhenti
mencari masa depan di manik matamu
: sendiri. mati
aku pulang dan meremang sepanjang jalan
bau tubuhmu mengikutiku seperti hantu
Jogjakarta, 2006

kepiting yang luka---bagaimana aku harus memanggilmu---
yuyu rumpung dari kampung yang jauh, sebuah pulau yang
tak mengenal arah dan cermin. tubuhmu yang melepuh
melepuh kesepian sampai punah seluruh sejarah leluhurmu.
Aku memanggilmu lagi untuk menghidupkan malamku yang
biasa-biasa saja. di sini. di tobong yang kehilangan isi.
Jogjakarta, 2008

kenakan kacamata hitammu. biar gelap lebih gelap dari
biasanya. ini saatnya melepas lelahmu, menutup dirimu
dari keramaian. kepadamu akan datang seorang lelaki yang
berpendar dalam cahaya lampu senter. menari bersamamu
hingga kau pecah berserakan seperti vas bunga yang jatuh
dari meja makan. dan pagi akan merapikanmu kembali
seperti perawan yang bangun sedikit kesiangan
Jogjakarta,2008

di malam pengantin
dua lelaki berkejaran
sepanjang tubuhku sepanjang malam
berlarian di kancing baju, cincin,
giwang, liontin,
dan jam tangan
tapi cuma satu yang berdiam dalam anganku:
lelaki dengan benih matahari di kedua matanya,
dengan deras sungai gangga dalam jantungnya,
yang menyimpan kesedihanku diam-diam
maka diamlah seluruh mandaraka
biarkan malam menyembunyikan cintaku
menggelapkan kekasihku
dari anjing jaga dan peronda
Jogjakarta,2008

@Gieb: aku tahu lho Gieb...*memulai ke-sotoy-an*
Banowati (Hal.37)
bahkan tuhan pun lupa:
kenapa aku mencintaimu
aku lupa:
ini cinta atau alpa
ini cinta atau apa
tapi kau telah menggodaku
semenjak kali pertama melintas
diruang rias
melintas, sebenarnya mengeras
lalu tinggal lagu-lagu senja
mengekalkan pagi-pagi hastina
kita pernah melewatinya, bukan
hanya lupa; kapan
cinta, atau suka, berkembang
layaknya ilalang
membelukar hingga luar pagar
pagar rumahmu
lali jalan kecil yang memanggil-manggil
kecil, seperti cinta, hanya pas buat berdua
ya, kita bukan tukang kebun
yang awas dengan warna daun-daun
tahu-tahu:sudah bertahun-tahun
perang besar telah lewat
menghancurkan rumahmu
--seluruh kesepianmu
--seluruh yang pernah kaumiliki
wajah dan suaramu segera menua
layaknya logam berkarat
memberat
--kau belum setua itu, kau tahu
kau hanya terlalu lama mencinta
orang yang tak kaucinta
aku ingin mengajakmu duduk disebuah malam
bercakap banyak hal sambil menikmati angin
memain-mainkan rambut ikalmu yang tak tebal
tapi batok kepalamu tak berisi apa-apa
hanya prasangka
perasaan-perasaan berlebihan
bagaimana aku bisa membuatmu bahagia
aku bahkan tak bisa membuatmu ketawa
--satu-satunya yang mungkin kulakukan
--satu-satunya hal yang kuinginkan kaulakukan
aku benar-benar tak tahu
bagaimana harus mengakhiri ini
selain dengan meninggalkanmu
sendiri malam ini
tapi jelas aku tak bisa bertahan
dengan seluruh ledakan-ledakan
kemarahan dan keputusasaan
--aku tak ingin tubuhku kering dan berkeping-keping
setelah seluruh penyamaran dan pertempuran
yang melelahkan dan menghabiskan
seluruh tanya-jawab kita berhenti sebagai upaya
membangun hubungan yang banal dan mokal
tanya-jawab kita sekadar menunggu senja
dengan lintasan-lintasan burung yang tak pernah kekal
surem-surem dewangkara kingkin---suramnya matahari yang berduka
lirmanuswa kang layon---seperti manusia mati
ilang sirna denya memanisme--hilang sudah keindahannya
ooo---ooo
tapi kau terlanjur menggodaku
bau tubuhmu telah melekat di paru-paruku
menjelma radang di malam-malam panjang
bagaimana bisa aku meninggalkanmu
--dalam keadaan seperti itu
bagaimana aku bisa meninggalkanmu
--dalam kesedihan serupa itu
bahkan tuhan pun lupa:
kenapa aku mencintaimu
Jogjakarta,2008

Pada saat berakhirnya Bharatayudha sepertinya jalan terbuka untuk bersatu dengan Arjuna eh malah dia dibunuh Aswatama yang dengan pengecutnya membunuhi orang2 yang lagi tidur demi membalas kematian sang Ayah.
Apa ada pernah sedikit kebahagiaan ya yang dia rasakan?
makanya aku setuju si Anissa Tri Banowati ganti nama jadi Tri Larasati ... kaya'nya sekarang lovelife nya jadi baik-baik saja kan (setelah dengan Ari Sigit dan Adji Pangestu) hehehe....
Tapi soal ganti nama itu ... aku agak kurang percaya sih. Lha yg namanya Soeharto itu kan komplet dari yang jadi presiden sampai yang jadi tukang sampah. Apa berarti nama itu membawa keberuntungan atau ketidakberuntungan?
Nama itu kan cuma doa orangtua buat sang anak. Dan sayangnya, kadang doa tidak dikabulkan. :-)

: sq
Langit oranye di matamu
Bunga-bunga rumput di sweatermu
-tapi tak ada lagu
Harus kunamakan apa,
cinta yang berjatuhan di kaki candi
Kataku kepadamu dengan tangan terentang
laiknya burung terbang
Serakan andesit sakit dan ilalang
Seribu kehilangan demi kehilangan
Mengingat beberapa hal
Melupakan banyak hal
Mencatat rambut ikal
Membuang asal muasal
Tidak. Tidak. Ini hanya film asal
Tentang sedikit hal yang ingin kekal
Jogjakarta, 2006

: sg
1
gong ataukah perempuan yang berdiam di dalamnya
memintaku berjanji kesekian kali untuk kembali
basah dan gigil memanggil-manggil nama kecilmu
: sebentuk talu. atau hanya sekilas rindu
ambil daun itu, kadek, usap gong itu sebagaimana payudaramu
matang menantang malam menerbitkan kunang-kunang di mataku
ambil daun itu, kadek, jangan lari jangan sembunyi dari tubuhmu
ana kembang banyu larut kentir kegawa nasib
kalamun digoleti malah ilang
sebab kau telanjang maka pergilah
sebab kau merangsang maka enyahlah
---- bukan angin bukan bulan bukan aku tapi kau
duh gusti, urip isun iki tangi apa turu
delapan janin tumbuh dalam perutku
delapan janji yang harus kutepati
---- suamiku, maaf, kubunuh delapan cita-citamu
---- demi delapan cita-citaku yang tak bisa kautahu
sungai kering sekering wajah asingmu, vira
ribuan cangkang keong membentuk bekas tapak gangga
mengajak kita tamasya ke kubur dewa-dewa
---- hallo, hallo, ada siapa di sana
---- hanya tubuh, melulu tubuh, minus makna
siapa kamu, sekali lagi, apa wasu apa ragu
kenapa menyanyi tentang pot-pot bungamu
tentang jamban yang kauperam sampai bau
---- apa benar tak ada air bagimu-bagi negerimu?
kelak sepasang keong muncul dari sepasang telapak kakimu
suami istri yang menyusuri cinta dengan sangat pelan
jauh lebih lambat dari khianat bahkan ketuaan
pipimu ana upane -------- sebutir nasi di pipimu
pipimu ana upane -------- sebutir nasi di pipimu
atimu piye rasane ------------ ada apa di hatimu
2
aku tak tahu harus memutar lagu apa malam ini
dalam kurungan ayam hanya kegelapan dan sendiri
di luar mungkin ada seorang lelaki menari
: jaka wulung, dari desa sebelah yang sepi
sebentar simbah akan membuka sangkar
sebentar aku harus bersiap terbakar
menghunus belati, mengarahkannya ke dada lelaki
-- : sentring lading wong lanang, sentring lading wong lanang
---- gubug dhuwur alun-alun rejuna, selurudan rejuna,
---- selurudan rejuna
kukejar kau yang terbakar dan membakar cintaku
kukejar kau yang mokal terkejar
---- kau yang membawa sangkar ayam dalam kepalamu
---- mungkin kau bukan jodohku,
-------- tapi tak ada yang sepenuhnya keliru
3
namamu tertulis dalam jitapsara asal
di permukaan daun tal berbantal-bantal
dulu mungkin seseorang pernah jatuh cinta kepadamu
sedemikian hingga namamu tertinggal di sana
: tanpa tanggal, berdebu
moh jarak moh munggur -------- bukan jarak bukan pula munggur
takpilih sing gedhe duwur ------ kupilih yang besar dan semampai
najan ora pati ayu ------------------------- meski tak terlalu aduhai
nanging migunani --------------------------- tapi sangatlah berguna
hari ini kubuka lagi namamu
kurapal bersama nama-nama lain tak kukenal
kubaca lagi kesepianmu-beratus tahun kesepianmu
yang tak pernah pergi, sedetik pun, dari padamu
duduklah di sampingku, menemaniku malam ini
kau demikian nyata,
---- secangkir kopi inilah yang fiksi
4
---- jika bukan kau lalu siapa lagi
---- yang memberi api pada pertunjukan ini
---- : lagumu dan jeritanmu yang sepi
kita tak bisa berharap banyak pada gerak
pada tubuh-tubuh tanpa suluh
mereka lenyap dalam sekejap
seperti kerling mata perempuan,
menawan tapi tak bertahan
---- jika bukan kau lalu siapa lagi
---- yang membangkitkan gangga dari mimpi
---- : kerinduannya kepada bayi-bayi di kali
bisa jadi merekalah bayi-bayi itu
tubuh-tubuh tanpa rangka-cuma angka-angka
bermain di selokan sehabis penghujan
bisa jadi akulah salah satu bayi itu
tertinggal sendirian di tepi waktu
berguru pada batu-batu
5
sering kita berpapasan di jalan
bertemu di kedai kopi atau lapo tuak
menenggak rindu yang ubanan
menyusun cerita yang retak-retak
aku sering mendapatimu menangis sendirian
kau sering memergokiku menangis kesepian
tapi apa yang membuatku tak juga mengenalmu
demikian pula sebaliknya, kamu
di hari-hari tertentu kita duduk sama-sama
di pinggir telaga memegang joran tanpa umpan
dengan capung bertengger di salah satu jari tangan kita
seperti mata cincin kawin yang tak pernah kita kenakan
---- mungkin kita adalah pengantin dari masa lalu
---- yang kehilangan ingatan karena cinta yang terlalu
6
uler kambang
cahaya yang mengambang di permukaan telaga
sisik-sisik naga yang berganti-ganti warna
dingin memaksaku merapatkan pakaian
memeluk erat ingatan agar tak jatuh sakit
: ingatan tentangmu
Jogjakarta, 2006

1
kurawat pintumu yang setengah terbuka
jangan terbuka atau tertutup sepenuhnya
: biar angin biar mungkin selalu ada
2
kenapa aku mencintaimu
baiklah, jika kau butuh jawaban
karena aku mencintaimu
3
kupungut saja namamu dari udara terbuka
seperti asal-asalan tapi kuyakin bukan
namamu satu-satunya yang bertahan di sana
4
pancaroba menimbulkan bisul di kakiku
segala tak menentu dikacau rindu
segala adalah pengedepanan masa lalu
5
kita sama-sama jatuh cinta
telah kusampaikan salammu kepadanya
-apa harus kubilang bahwa ia telah melupakanmu
6
kita sama-sama patah, akuilah
duduk diam berseberangan, menyembunyikan wajah
kaulepas cincin dan mengetuk-ngetukkannya di kursi kayu
7
pertunjukanku batal :(
ada yang gagal menjadi ihwal
ada yang gagal menjadi kanal
Jogjakarta, 2006

Pagi-pagi nengok GR...ketikan yang panjang-panjang dah dipajang euy....Keren-keren...hehehehehe.

*Promosi*
Ohya buat teman-teman yang mau beli buku ini, bisa dipesan disini yah: Omah Sore
Selamat Pesan!

(hal. 50-54)
1
baikah. akan kujalani saja kutukan ini
akan kutulis seribu perasaan tentangmu
mulai pagi ini hingga kelak
ketika burung-burung itu tak lagi bersarang di rambutmu
saat itulah semua berakhir
1.1
juga diriku: mencair;
menjelma sungai, tak sanggup kusebrangi
menjadi kesedihan, kukenang sepanjang jalan
1.2
juga dirimu: mencair;
datang tiap musim penghujan
dengan curah yang tetap, tak berubah
1.1.1
perasaan, aku tak ingin berlebihan
tapi pernahkan kita kosong. benar-benar kosong
datar tanpa tekanan. tetap. tak berlebihan. tanpa emosi
tak ada sama sekali, bahkan untuk sebaris puisi
1.1.2
apa yang layak kaukenang dariku
selain kesedihan yang sudah tentu
secangkir teh dingin dan gula batu
dan beberapa lagu di saku baju
1.2.1
sebagaimana dirimu yang tetap
gampang jatuh gampang tersentuh
cuma tegar dari luar---dari kejauhan
dalam kamar, kau simpan rawa-rawa
1.2.2
gampang menggenang, gampang hilang
meluap-luap dalam sekejap
dalam repertoar hujan yang singkat
tapi tak kunjung tamat
1.1.1.1
puisi sesekali mati, kau tahu
berhenti berdetak dalam tubuhku
dan kadang kita harus berkabung
sementara peristiwa terus berlangsung
puisi, apalagi puisiku
tak pernah berhasil
membuatmu berhenti
dan sedikit abadi
1.1.1.2
sekali lagi, pernahkan kita sepi
seperti tong yang tak berisi
cuma gaung, sisa keramaian tahun lalu
saat ada seseorang yang bangun disisiku
bangun dan membangunkanku
dengan kecupan kecil
dan nama kecil
1.1.2.1
bagaimana kau harus memanggilku
lelaki yang selalu nampak hendak pergi
dengan tas kecil
yang tak pernah benar-benar terisi
aku tak lagi bisa mendengar apa-apa
ledakan keras sekalipun
1.1.2.2
bagaimana kau mesti mengingatkanku
mengekalkannya di sesela rambutmu
yang ikal
yang tak pernah benar-benar kering
kepalamu yang sudah penuh
terlalu penuh dengan dirimu
1.2.1.1
sebagaimana rawa, katamu
kau tak mau diselami
tak kunjung mau dipahami
ada yang takut menjadi batu
kau, katamu, adalah kekeliruan
dan kebijakan yang selalu datang dari kejauhan
1.2.1.2
kau juga menyimpan jembatan
dari kayu sumatera yang selalu berderak
jika seseorang memaksa melintas
yang kerap membuatmu terbangun
dan kurang tidur
1.2.2.1
ada yang ingin terus berlanjut
seperti luka dikepalamu
yang selalu hadir
dengan garukan tanganmu
seperti jalan setapak
yang membelah kepalamu
dengan putus asa
1.2.2.2
seperti air mata yang kautampung
dalam tempurung
milik anak bajang
yang batal mengurus lautan
sementara anak bajang lain
dengan cemeti kalanjana
berkeras mengiringi angin
berkeras menjadi sia-sia
Jogjakarta, 2007

Lanjuuuuuuuuuuut yah temans...

ada yang meneteskan airmataku
mungkin angin, atau sesuatu yang lain
mungkin kamu dan tak kehadiranmu
rumahku rubuh beberapa saat yang lalu
menjelang pagi, tepat di batas mimpi
anjing! aku memanggilmu pagi itu
--kau tenggelam dalam tidurmu
bertahun-tahun aku menunggumu
--kau sibuk menanam bunga dalam tubuhmu
30 tahun ini tak ada perasaan yang tumbuh
hanya uban dan tubuh yang makin rapuh
malam ini, sebuah pertunjukan dan kebun kosong
keduanya sama saja. keduanya tak ada
Jogjakarta,2006

aku mabuk lagi, melupakan punggung yang buruk
menghindar sebentar dari lapar--dan perasaan bersalah
yang berlebihan
dunia, begitu ia keluar dari kepala, begitu berbeda
dan sungguh, aku harus berkeras mengenalnya
tak ada apa-apa di kantung bajuku
tak ada susu dan mainan untuk anakku
tak ada kamu
mungkin aku harus sedikit berdamai dengan keramaian
mengijinkan mereka masuk dan bermain dalam tubuhku
mungkin aku harus sedikit berdamai denganmu
mengijinkanmu masuk dan mengacak-acak kamarku
panggung kosong, para aktor kembali tidur
aku tahu, mereka hanya bangun sesekali, dan tidur lagi
sedikit sekali menghirup kenyataan
atau demikianlah kenyataan yang mereka hayati
dalam terjaga yang begitu sebentar, mereka cepat besar
atau sekedar merasa besar
lama-lama mereka tak perlu benar-benar terjaga
(dalam perjalanan yang sepenuhnya malam
tipis sekali beda mata yang terbuka dan terpejam)
aku mabuk, tapi tak sedang mengutuk, hanya melayang
mengambil jarak dari jalan setapak yang mulai hilang
tidak. aku tidak takut tersesat, meski juga tak menginginkan
hanya takut kehilangan. sekali lagi
Jogjakarta,2007

26 Agustus (Hal.4)
:dina oktaviani
andri : hmmm.. tadinya gw mau tafsirkan puisi yang pertama. tapi begitu lihat puisi yang berjudul tanggal cantik ini, plus ada komentar dari ronny.. gw pindah ke sini...
>> kita masing-masing melukai kalendar itu dengan pinsil
tak dalam tapi jelas menandai
dengan ganjil
andri : ini tentang sebuah janji. tentang kesepakatan antara 2 pihak. janji yang tidak terlalu terang. tapi yg jelas, ada janji.
>> di mana kita mesti bertemu dan saling melukai
lalu kita akan bertukar cincin (dengan angin)
andri : ini tentang aksi. tentang tindakan. entah apa maksud "luka" di sini, tapi menurut saya, ini masih lanjutan yang memperjelas bait-bait awal puisi berjudul tanggal cantik ini.
>> kini kita bertanya kabar dengan datar--seperti tak bertanya
dan memastikan bahwa segalanya baik-baik saja
andri : lompat. ke beberapa waktu setelah tanggal itu. dengan kedua belah pihak yang menjadi asing. jadi tak saling kenal. tanya hanya sekedar basa basi. dan benar-benar bahasa yang basi.
>> tak ada lagi sapu tangan di rumah ini
karena tak ada lagi tangis yang akan pecah
percayalah
andri : ini tentang duka. tentang air mata yang pernah tumpah dan nyata. tapi waktu, mengatasi semua. tak akan ada lagi tangis itu.
>> kita sudah sedemikian terlatih menahan pedih
sedemikian hingga tak siap dengan segala kejutan
dan selalu canggung dengan perayaan-perayaan
andri : duka yang mengendap. duka yang membuat sang penyair dan tokoh yang dituju (ia gunakan kata kita, andri) menjadi seakan seperti sosok yang baru. sosok yang tak siap dan canggung satu sama lain, meski terhadap satu peristiwa yang mestinya menjadi momen bersama. setidaknya, kenangan bersama.
>> tapi kita akan selalu bertemu
setidaknya beberapa kali lagi
sebelum kalender itu habis terbakar
andri : ini tentang akhir. tentang keyakinan bahwa hidup adalah sebuah perjalanan, yang membuat pelakunya harus melalui, dan mungkin singgah, ke halte-halte pemberhentian. sebelum tiba diujung. akhir yang abadi.
>> Jogjakarta,2008
andri : sudirman, 2009
-andri-
PS. Cari buku yang ada puisi berjudul tanggal cantik ini di mana Tom ?

Info gimana dapetin buku ini ada di Message 90: by Roos.
*nuang lebih banyak bir ke gelas gieb*
ayo gieb cerita ke kita saja soal banowati-mu,
roos duduk sebelah sini :D
ayo gieb cerita ke kita saja soal banowati-mu,
roos duduk sebelah sini :D
This topic has been frozen by the moderator. No new comments can be posted.
Books mentioned in this topic
Bon Suwung: kumpulan cerpen (other topics)Galigi: Kumpulan Cerita Pendek (other topics)
waktu batu: naskah drama (other topics)
Jantung Lebah Ratu: Himpunan Puisi (other topics)
@bang Jii: dilarang mengamuk yah...