Liris Quotes

Quotes tagged as "liris" Showing 1-4 of 4
Rabindranath Tagore
“Aku lari bagai musang lari dalam bayang-bayang rimba, gila dengan wanginya sendiri. Malamnya malam pertengahan Mei dan anginnya angin selatan. Aku kehilangan jala dan aku pun mengelana. Aku mencari apa yang tak bisa kudapat, aku mendapat apa yang tak kucari.”
Tagore, Rabindranath

Titon Rahmawan
“Sketsa Cinta Tanpa Nama
(An Experimental Abstract)

Tidak ada kata untuk ini.
Hanya getar kecil
yang menolak memilih bentuk.

Seseorang menabuh
garis tipis di udara,
membuat celah
yang memanjang seperti suara
tanpa telinga.

Di celah itu,
aku melihat sesuatu
yang belum lahir:
sebuah gerak
yang mencari alasan
untuk menjadi arah.

Kita tidak berbicara.
Bahasa di antara kita
masih berupa butiran kasar,
seperti pasir yang belum memutuskan
apakah ia ingin menjadi gurun
atau hanya remah dari dunia yang gugur.

Aku mengulurkan tangan—
jangkauan itu tidak sampai,
karena jarak menolak ide
tentang pertemuan.

Cinta yang kau tawarkan
bukan api asmara;
lebih seperti lipatan
yang muncul ketika kertas
kehilangan tubuh,
atau sudut
yang tiba-tiba menyadari
bahwa ia hanya tikungan dari sesuatu
yang tidak pernah tergambar.

Ketika kau bertanya
“Apa yang kita cari?”
aku tidak menjawab.
Kalimat terhenti di tenggorokan
karena huruf-hurufnya
belum menemukan gravitasi.

Pada akhirnya kau pergi,
tidak dengan langkah
tetapi dengan perubahan wujud:
kau menjadi sebuah jeda
yang menolak selesai.

Aku tinggal sendirian
bersama sebuah ketidaksengajaan
kecil yang bergetar
di telapak tanganku.

Mungkin itu cinta, atau alpa
Mungkin itu hanya salah perhitungan.

Di dunia seperti ini,
tidak ada alasan
untuk memastikan.

November 2025”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Adakah Kau Temukan Separuh Ilusi
dalam 7 Bait Sajakku Ini?
: Alejandra Pizarnik

/1/  Ada riwan kekuningan dan kawanan angsa liar di jela-jela bunga bakung. Jerit tangis yang terperangkap dalam seringai bibir si mati yang tenggelam
ke dalam rawa itu tadi pagi, sebelum
ia sempat menafsirkan sajak ini.

/2/  Tetapi, jangan silap oleh senyap yang hinggap di pokok dadap di belakang kuburan yang dijaga oleh seekor burung hantu buta. Dalam kalap mata si nara gila yang berhasil kabur dari lembaran ungu penjara otakmu.

/3/  Sebab kuyakin, ada seekor rusa totol indigo dan sejumput rumput kelabu bening dalam gelak tawa kanak-kanak yang berlarian bersicepat mengejar angin mendaki bukit Lillahi ta’ala.

/4/  Karena sajakmulah maka kutemukan titik-titik hujan yang urung terperangkap dalam cangkir porselen di jejak kaki para sufi dan dalam putih sorban para pencari tuhan.

/5/  Sementara di pelupuk matamu ada kudapati sesayat pisau luka. Lagu cemar yang tercabar dari derai kepingan heran. Dan entah mengapa, telanjur terpatri jadi senyum pilu di sudut bibir para penjaja cinta.

/6/  Namun, kukira itu bukanlah gelembung busa biasa, melainkan selaput tipis rasa takjub yang mungkin tak tersentuh oleh jari-jemari tangan Nizhami saat ia berkisah tentang Laila dan Majnun.

/7/  Barangkali langit keruh kelabu sudah telanjur jenuh oleh tangisanku. Tangis yang diam-diam terpendam dalam curam jeram jantung kita. Serupa fatamorgana, ilusi dari cekaman rasa dahaga yang sungguh tiada terperi.

(Januari 2014)”
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan
“Kay Dalam Bayangan Absurditas (Bayang Psikis Gelap, Titik Nol)

Kay tidak pernah berbicara.
Bahkan tidak pernah menoleh.
Ia berjalan di dalam kepalaku
seperti angin yang lupa bahwa ia adalah angin.

Ia tidak tahu aku ada.
Ia tidak pernah tahu.
Dan mungkin itu cara alam
melindungiku dari keruntuhan
yang lebih dalam.

Aku minum dari dirinya
seperti haus yang mencari sumur
di tengah gurun yang bahkan tidak tahu
bahwa ia adalah gurun.

Ia menjadi mata airku
tanpa pernah mengalir dengan sengaja,
menjadi cahaya yang jatuh
tanpa pernah berniat menerangi.

Ironinya:
aku hidup dari sesuatu
yang tidak pernah hidup untukku.

Dan mungkin di situlah
aku menemukan makna
yang bahkan Tuhan pun
enggan untuk menjelaskan.

2023”
Titon Rahmawan