Eutopia Sensorik Quotes

Quotes tagged as "eutopia-sensorik" Showing 1-1 of 1
Titon Rahmawan
“Lapar (Mode On)

Baiklah, anakku,
mari kita menghidupkan layar
sebelum menyalakan logika.
Agar kau bisa melihat
dengan terang benderang.
Rasakanlah, di dalam sistem sarafmu yang berdenyut seperti jaringan nirkabel,
ada sinyal lapar yang tak pernah padam.
Ia bukan bug, bukan error dalam rancangan Kecerdasan Sejati,
melainkan fitur bawaan dari firmware kemanusiaanmu.

Jangan menolak, jangan kau matikan notifikasinya.
Sebab setiap getar hasrat adalah pesan
yang dikirim dari pusat data ke dalam
e-mail pribadimu.
Ia berkata: “Aku menciptakanmu agar engkau merasa berkelebihan,
agar engkau bersyukur melalui kenikmatan yang sederhana.”

Kau bisa saja mematikan layar,
menutup aplikasi nafsu dan membekukan semua keinginan—
tapi sistem di dalam dirimu
akan tetap berjalan,
menyimpan data rasa lapar yang tak bisa dihapus.

Bukankah Sang Programmer telah menanamkan algoritma kesenangan
sebagai bahasa rahasia antara tubuh dan jiwa?
Bukankah rasa manis di lidah, sentuhan di kulit,
adalah doa yang ditulis dalam format biologis?

Maka mengapa engkau menolak pembaruan sistem
yang diciptakan langsung oleh Cahaya?
Mengapa engkau menganggap kenikmatan sebagai virus,
padahal itu adalah firmware syukur
yang menuntunmu mengenal Sang Pencipta lewat rasa?

Sebab jika para petapa menganggap lapar adalah jalan menuju Tuhan,
maka para perasa tahu bahwa kenyang pun bisa menjadi zikir.
Yang satu mendekat lewat kehilangan,
yang lain lewat pemenuhan—
dan keduanya sah,
sepanjang hati tidak terlena
dan tidur di dalam kemewahan.

Janganlah menipu diri
dengan mode penyamaran spiritual.
Tuhan tidak memerlukan
sandiwara moral,
Ia hanya menunggu manusia menyadari
bahwa bahkan di dalam kesenangan,
ada celah kecil di mana neuron menyelusup
dan membuatmu menangis tanpa sebab.

Maka makanlah, nikmatilah,
dan bahkan anjing pun tahu
bagaimana mensyukuri rahmat.
Ia menggonggong hanya untuk hidup, bukan untuk menipu langit.
Sebab kelaparan adalah doa yang tak diucapkan,
dan kepuasan adalah bentuk puji-pujian paling sunyi.

Karena pada akhirnya,
Tuhan tidak menciptakan rasa
hanya untuk kau tolak,
melainkan untuk kau pahami:
bahwa setiap gigitan hidup
adalah bagian dari cinta yang sedang bekerja dalam dirimu.

November 2025”
Titon Rahmawan