Jakarta Sebelum Pagi Quotes
Jakarta Sebelum Pagi
by
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie5,704 ratings, 4.32 average rating, 1,515 reviews
Jakarta Sebelum Pagi Quotes
Showing 1-29 of 29
“Kadang-kadang, orang membaca buku supaya dikira pintar. Lalu mereka membaca buku sastra terkenal, buku yang mendapat penghargaan. Dan, meskipun mereka ngga menyukainya, mereka bilang sebaliknya karena ingin dianggap bisa memahami sastrawan kelas atas. Ini adalah hal bodoh. Jangan pernah membaca karena ingin dianggap pintar; bacalah karena kamu mau membaca, dan dengan sendirinya kamu akan jadi pintar.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Tiap orang, sebagaimanpun kita mengenalnya, selalu jauh lebih dalam dari yang kita pikir.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“You're damaged too. But that's what makes you special. Some things are better damaged.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Tapi, yang lebih menakutkan dari apapun yang pernah kita takutkan adalah kalau kita terus-terusan merasa takut.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Hari ini, di pemakaman, ada orang yang dikubur, dan ada orang yang mengubur. Namun sepertinya, kematian mengambil keduanya —satu orang mati dan satu orang hidup. Bukan sepenuhnya salah kematian, kurasa. Kematian hanya mengambil satu dari mereka. Masalahnya, yang ditinggal masih berusaha mengejarnya, berharap kematian mau mengembalikan apa yang ia ambil.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Tumbuh dewasa rasanya seperti itu. Waktu masih kecil, semua orang perhatian. Tapi, begitu dewasa, sedikit demi sedikit, kamu hilang dari pandangan.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Saya nggak tahu. Kamu juga nggak tahu. Tapi, kita
nggak akan pernah tahu akhirnya kalau kita bahkan nggak memulai, kan? Kita akan selalu berpikir kalau ada sesuatu yang salah dengan kita; dan mungkin saja memang ada. Tapi, terus kenapa?”
― Jakarta Sebelum Pagi
nggak akan pernah tahu akhirnya kalau kita bahkan nggak memulai, kan? Kita akan selalu berpikir kalau ada sesuatu yang salah dengan kita; dan mungkin saja memang ada. Tapi, terus kenapa?”
― Jakarta Sebelum Pagi
“Tumbuh dewasa rasanya seperti itu. Waktu masih kecil, semua orang perhatian. Tapi, begitu dewasa, sedikit demi sedikit, kamu hilang dari pandangan. Makannya, orang dewasa pakai make-up, berdandan rapi, pakai baju bagus ... Karena kalau ngga, ngga akan ada yang melihat mereka. Penampilan, bagi orang dewasa, itu seperti baju untuk manusia transparan —membuat orang sadar kalau mereka ada. Karena biasanya, di dunia orang dewasa, orang-orang ngga punya cukup perhatian untuk menunggu kamu bicara dan bilang kalau kamu ada.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Le premier verre est aussi doux que la vie, le deuxième est aussi fort que l'amour, le troisième est aussi amer que la mort.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Well, mungkin kesedihan nggak usah dijadikan alasan untuk membuat orang nggak nyaman. Kita semua pernah sedih, dan kita boleh merasa sedih; just don’t bum each other out too much over it”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Lain kali, jangan terlalu takut sama orang. Just remember, prinsip kehidupan itu sama seperti ketika berpapasan dengan ular: yang satu sama takutnya dengan yang lain.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Meskipun ada mayat di dalam lubang kubur, tetap sulit menentukan siapa yang baru saja mati.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Everyone's damaged in their own way”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Aku melanjutkan sekolah, masuk kuliah, dan diburu-buru selesai; lalu setelahnya, diburu-buru kerja. Setelah masuk kerja, merasa tersesat karena ini bukan pekerjaan yang kuinginkan. Tapi, kalau aku mau berhenti sebentar untuk memikirkan apa yang kuinginkan, orang-orang akan berlari melewatiku dan bersikap meremehkan. Ngga menyadari bahwa mereka hanya anggota dari kelompok orang-orang yang ngga berpikir.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Tapi, selayaknya pacar tak jadi, gue akan step back kalau lo sudah menemukan yang lebih baik.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Dan kau telah menjadi begitu mirip dengan dunia itu sendiri; karena keberadaanmu begitu baik, sementara ketidakpedulianmu begitu kejam. Namun, saya memilih untuk menerima apa yang diberikan dunia ini kepada saya; yaitu kau, dan kemampuanmu menghancurkan hati saya - sedikit demi sedikit dan setiap waktu.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Dan, jujur saja, hidup sendirian membuatku semakin sinting—bicara pada diri sendiri, membaca buku keras-keras di dalam kamar mandi, dan memutar film tanpa menontonnya hanya agar ruangan nggak terasa terlalu sunyi. Aku sudah sampai pada titik di mana aku bosan mendengar suara sendiri. Kalau ada stalker yang ingin bicara kepadaku, aku siap menerimanya, asal dia mengeluarkan suara yang berbeda dariku.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Jangan pernah membaca karena ingin dianggap pintar; bacalah karena kamu mau membaca, dan dengan sendirinya kamu jadi pintar.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“But as I said, why bum people out? Lagian, rasanya bego kalau terus-terusan sedih, padahal ada banyak yang harus dilakukan dan ada banyak makanan enak.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Kalau kamu terlalu lama tinggal sendiri dan hampir nggak pernah ketemu orang, pola pikir kamu jadi jauh dari pola pikir kebanyakan orang.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“[...] Saya berterima kasih pada dunia ini, karena ia telah begitu baik, meskipun juga begitu kejam kepada saya. Meskipun ia telah membuat saya tidak akan pernah menjadi duniamu, ia membuatmu menjadi dunia saya.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“... just because it's different, doesn't mean it's wrong”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Kadang-kadang orang membaca buku supaya dikira pintar. Lalu mereka membaca buku sastra terkenal, buku yang mendapat penghargaan. Dan, meskipun mereka nggak menyukainya, mereka bilang sebaliknya karena ingin dianggap bisa memahami pemikiran sastrawan kelas atas. Ini adalah hal bodoh. Jangan pernah membaca karena ingin dianggap pintar; bacalah karena kamu mau membaca, dan dengan sendirinya kamu akan jadi pintar.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Menemukan orang yang bersedia menghabiskan waktu untuk mendengarkan kamu itu lebih penting daripada memaksakan diri untuk dilihat orang yang bahkan tidak peduli”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Menentukan orang yang bersedia menghabiskan waktu untuk mendengarkan kamu itu lebih penting daripada memaksakan diri untuk dilihat orang yang bahkan tidak peduli”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“I can’t guarantee it’s gonna be a happy ending. And hell, it didn’t have a happy beginning. But right now, it seems like it’s a happy story anyway. Bottom line, I agree: jangan terlalu memikirkan bagaimana cerita kita akan berakhir. In fact, I don’t hope we will have an end.”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Bukannya menemukan orang yang bersedia menghabiskan waktu untuk mendengarkan kamu itu lebih penting daripada memaksakan diri untuk dilihat orang yang bahkan nggak peduli?”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Nilai yang bagus dan gelar, itu semua gak cukup. Kamu harus punya sesuatu yang membuat orang melirik, dan mengingat kamu”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
“Tapi apa yang lebih menakutkan daripada apapun yang kita takutkan adalah kalau kita terus-terusan merasa takut”
― Jakarta Sebelum Pagi
― Jakarta Sebelum Pagi
