Wanita Itu Adalah Ibu Quotes

Rate this book
Clear rating
Wanita Itu Adalah Ibu Wanita Itu Adalah Ibu by Sori Siregar
24 ratings, 3.67 average rating, 2 reviews
Wanita Itu Adalah Ibu Quotes Showing 1-4 of 4
“Segalanya telah terlambat dan ia tetap bukan milik siapa-siapa. Alat-alat kosmetik yang paling muthakir dan makanan yang paling bergizipun tidak lagi banyak dapat membantunya. Pada waktu itulah Nuning baru menyadari sepenuhnya bahwa segalanya hanyalah sementara, termasuk kecantikan yang dimilikinya. Kesementaraan itulah yang melemparkan manusia ke puncak atau membenamkannya ke dasar yang paling dalam. Kesementaraan itulah yang membuat manusia saling berkejaran dengan waktu. Ketinggalan mungkin akan mempertemukan manusia pada kehancuran, di samping akan menghadapkannya pada berbagai alternatif yang lebih mengerikan.”
Sori Siregar, Wanita Itu Adalah Ibu
“Atas dasar apa kau mengatakan aku terpencil dari kehidupan manusia normal dan mengatakan jiwaku kosong?"

"Karena prinsipmu yang telah usang itu. Manusia normal hidup dalam nilai-nilai. Manusia yang jiwanya tidak kosong masih punya pegangan. Agama adalah pegangan yang paling kokoh. Kau telah mengenyampingkan kedua faktor yang kusebutkan itu."

"Kita semua hidup dalam nilai-nilai dengan konsekuensi bersedia menerima pergeseran. Aku telah bergeser dari nilai yang secara mayoritas telah melembaga, kalau soal kawin yang kau maksudkan. Tapi mengatakan aku tidak punya pegangan, aku tidak dapat menerimanya. Aku masih beragama. Karena itu tadi aku masih berani mengatakan, aku melanjutkan kelangsungan hidupku dengan menumpuk dosa.”
Sori Siregar, Wanita Itu Adalah Ibu
“...tapi apakah kau akan membiarkan jiwamu kosong begitu?"

"Maksudmu?"

"Sendirian dengan kesibukanmu, seorang diri dengan suka dan dukamu dan terpencil dari kehidupan manusia normal?"

"Kau betul Subroto, kalau kau hanya melihatnya dari luar. Tapi apakah kita harus mendasarkan hidup kita pada penilaian orang lain dengan caranya yang dangkal begitu?”
Sori Siregar, Wanita Itu Adalah Ibu
“Laura, istriku. Cintaku hanya kuberikan untukmu dan Prapti. Kalau akhirnya kau menemukan jodohku nanti, penggantimu itu statusnya tidak lain dari mata air yang hanya kubutuhkan ketika aku menginginkan air. Tidak lebih dari itu, karena aku memang tidak ingin mengangkatnya ke tingkat yang lebih tinggi. Bagimu ini mungkin menyakitkan karena aku memperlakukan kaum sejenismu sebagai alat yang hanya kuperlukan sewaktu-waktu. Apa boleh buat. Maafkan aku kalau aku tidak dapat memberikan cintaku kepada orang lain selain padamu dan Prapti. Karena cinta yang tidak dapat kuberikan kepada orang lain itu pulalah, surat ini kutulis di malam yang telah mulai larut ini. Hanya itu yang ingin kukatakan.”
Sori Siregar, Wanita Itu Adalah Ibu