Menulis Cinta dan Keyakinan Quotes

Rate this book
Clear rating
Menulis Cinta dan Keyakinan Menulis Cinta dan Keyakinan by Nailal Fahmi
1 rating, 4.00 average rating, 0 reviews
Menulis Cinta dan Keyakinan Quotes Showing 1-10 of 10
“Kebaikan dan keburukan nggak tergantung terhadap agama, kepercayaan, bukan kepercayaan, suku, bangsa dan lain sebagainya, melainkan kesadaran masing-masing orang akan kebaikan dan keburukan itu sendiri.”
Nailal Fahmi, Menulis Cinta dan Keyakinan
“Sekali lagi, seorang penulis nggak boleh egois, mementingkah dirinya sendiri tanpa mempertimbangkan pembaca. Dan yang lebih penting, nggak ada satu orang pun yang ingin membaca tulisan yang egois.”
Nailal Fahmi, Menulis Cinta dan Keyakinan
“Seketika saya teringat dengan buku diary yang waktu itu hampir tiap hari saya tulis. Bagi saya, mencurahkan perasaan ke dalam buku harian sangat berguna, karena dapat membantu saya melalui masa-masa sulit, pada saat sedih, merasa tidak dicintai, merasa tidak diakui, atau saat saya merasa bodoh, sementara nggak ada seorang pun yang mau mendengarkan.
Saya bisa menuliskan marah, harapan, ketakutan, kecemburuan dan lain-lain. Buku itu juga menjadi tempat yang strategis untuk menuangkan gagasan, cerita pendek, atau puisi, juga menyimpan khayalan tentang kesuksesan, kekayaan, dan cinta. Intinya, menulis diary adalah cara saya berteriak tanpa harus membangunkan orang-orang di sekitar, juga cara untuk membangun ketabahan untuk terus maju dan berkembang.”
Nailal Fahmi, Menulis Cinta dan Keyakinan
“Saya ingin mengingatkan bahwa perbedaan dalam berbagai hal termasuk agama adalah rahmat, adalah sebuah anugrah, bukan malah menjadi bahan perdebatan tanpa henti. Dan yang paling utama, agama ada untuk kemaslahatan sosial, agama nggak berhenti hanya sebatas ritual dan ritus-ritus untuk individu semata tanpa punya dampak untuk lingkungan sosial.”
Nailal Fahmi, Menulis Cinta dan Keyakinan
“Fenomena mengkafirkan sepertinya tidak akan selesai besok pagi. Orang-orang yang memaksakan keyakinan mereka pun tidak akan pernah habis. Mereka bahkan telah melembaga. Namun percayalah, mereka tidak akan pernah menjadi mayoritas.”
Nailal Fahmi, Menulis Cinta dan Keyakinan
“Tapi kemudian saya merasa kerdil, naif. Saya bertanya pada diri sendiri. Seberapa tahu saya tentang agamanya? Pernahkah saya membaca segala sesuatu tentang agamanya secara objektif, secara proporsional? Lucu sekali jika saya mengharapkan dia mengerti agama saya sementara saya nggak mau tahu tentang keyakinannya —kalaupun saya membaca, buku-buku yang saya baca adalah buku tentang kesalahan agamanya. Maksud saya, bagaimana kalau dia juga berpikir seperti apa yang saya pikirkan. Dia mengharapkan saya membaca apa yang dia baca, meyakini apa yang ia yakini, masuk agama dia, dia mengasihani saya karena saya akan masuk neraka.”
Nailal Fahmi, Menulis Cinta dan Keyakinan
“Sehingga saya percaya, seseorang yang berkawan terlalu akrab, seseorang yang lebih banyak dekat secara fisik dengan orang lain, lebih mudah saling suka dibanding ketika ia berkawan dari jarak jauh.


Sayangnya, pola ini masih ada walaupun kita telah menikah. Ada banyak penelitian yang menunjukan bahwa pasangan selingkuh biasanya adalah orang-orang dekat.”
Nailal Fahmi, Menulis Cinta dan Keyakinan
tags: cinta
“Memang saya hidup, beribadah dan belajar ajaran-ajaran mazhab Sunni, namun tidak pernah sedikitpun terbersit di hati untuk menjadikan Sunni sebagai agama. Agama saya tetap Islam. Dan bisakah kita berpegangan pada berpedoman bangsa kita, “Bhineka Tunggal Islam”?”
Nailal Fahmi, Menulis Cinta dan Keyakinan
“Saya sudah siap untuk berhenti. Saya mulai merasa nggak seperti penulis-penulis handal itu. Jika saya menyerah kalah padahal sudah berkali-kali mencoba, mungkin orang-orang akan memakluminya. Tetapi saya juga pernah membaca, entah dimana, bahwa dunia hanya melihat apa yang kamu hasilkan, ia nggak peduli berapa kali kamu mengalami kegagalan. Jika kamu gagal untuk melakukan sesuatu, dan kamu punya sejuta alasan untuk itu, maka kesimpulannya hanya satu; kamu gagal.”
Nailal Fahmi, Menulis Cinta dan Keyakinan
“Jadi, tulislah sesuatu yang mudah, yang dikuasai, dan yang sederhana.”
Nailal Fahmi, Menulis Cinta dan Keyakinan