Saman Quotes

Rate this book
Clear rating
Saman Saman by Ayu Utami
7,592 ratings, 3.69 average rating, 876 reviews
Open Preview
Saman Quotes Showing 1-16 of 16
“Banyak hal dengan mudah terlupakan, seperti kita sama sekali lupa kenapa kita tidak bisa mengingatnya lagi. Sesuatu bisa begitu saja hilang dari ingatan, seperti arwah, seperti mimpi. Kita cuma bisa merasakan jejaknya pada diri kita tanpa bisa mengenalinya lagi. Kita tinggal benci, kita tinggal marah, tinggal takut, tinggal cinta. Kita tak tahu kenapa.”
Ayu Utami, Saman
“Dunia ini penuh dengan orang jahat yang tidak dihukum. Mereka berkeliaran. Sebagian karena tidak tertangkap, sebagian lagi memang dilindungi, tak tersentuh hukum, atau aparat.”
Ayu Utami, Saman
“Tapi mencari suami memang seperti melihat toko perabot untuk setelan meja makan yang pas buat ruangan dan keuangan. Kita datang dengan sejumlah syarat geometri dan bujet. Sedangkan kekasih muncul seperti sebuah lukisan yang tiba-tiba membuat kita jatuh hati. Kita ingin mendapatkannya, dan mengubah seluruh desain kamar agar turut padanya. Laila selalu jatuh cinta pada lukisan, bukan meja makan.”
Ayu Utami, Saman
“Tak pernah ada yang salah dengan cinta. Ia mengisi sesuatu yang tidak kosong. Tapi yang terjadi di sini adalah asmara, yang mengosongkan sesuatu yang semula ceper. Dengan rindu. Belum tentu nafsu.”
Ayu Utami, Saman
“Adakah keindahan perlu dinamai?”
Ayu Utami, Saman
“Dan Timur dan Barat pastilah konsep yang amat ganjil, sebab kita berbicara tentang kesopanan sambil telanjang.”
Ayu Utami, Saman
“Tapi semua itu saya kira hanya bisa kita pakai untuk mengenali cintakasih. Jika kita menggunakannya sebagai pedoman, maka yang terjadi adalah sebuah hukum baru yang datang dari luar tubuh manusia, yang tidak dialami melainkan diterapkan. Kesucian, bahkan kesederhanaan, yang dipaksakan sering kali malah menghasilkan inkuisitor yang menindas dan meninggalkan sejarah hitam. Karena itu saya percaya bahwa Tuhan tidak bekerja dengan memberi kita loh batu berisi ide-ide tentang dirinya dan manusia. Tuhan bekerja dengan memberi kita kapasitas untuk mencintai, dan itu menjadi tenaga yang kreatif dari dalam diri kita.”
Ayu Utami, Saman
“Waktu adalah hal yang aneh sekali. Bagaimana dia bisa memisahkan kita dari kita di masa lalu?”
Ayu Utami, Saman
“Namun, kasih adalah suatu pengalaman yang tidak bisa diringkus dalam kata-kata. Ia tidak tercakup dalam penjelasan apapun. Juga penjelasan saya. Bahkan Paulus hanya berhasil menutur ciri-cirinya. Tapi semua itu saya kira hanya bisa kita pakai untuk mengenal cintakasih. Jika kita menggunakannya sebagai pedoman, maka yang terjadi adalah sebuah hukum baru yang datang dari luar tubuh manusia, yang tidak dialami melainkan diterapkan. Kesucian, bahkan kesederhanaan, yang dipaksakan seringkali malah menghasilkan inkuisitor yang menindas dan meninggalkan sejarah hitam. Karena itu saya percaya bahwa Tuhan tidak bekerja dengan memberi kita loh batu berisi ide-ide tentang dirinya dan manusia. Tuhan bekerja dengan memberi kita kapasitas untuk mencintai, dan itu menjadi tenaga yang kreatif dari dalam diri kita.”
Ayu Utami, Saman
“Banyak orang jahat di dunia ini, tapi juga selalu banyak orang baik yang memperhatikan aku di sekelilingku.”
Ayu Utami, Saman
“Orang-orang berbicara tentang segala yang tumbuh, yang ditanam maupun liar, seolah mengenal mereka lebih daripada pokok-pokok itu sendiri mengenal dingin dan matahari, ataupun hangat bumi. Namun binatang tidak menghafal pohon-pohon karena namanya, seperti seekor induk atau sepasang tidak mengenal tetasannya atau susuannya dengan nama. Mereka mengenal tanpa batas.”
Ayu Utami, Saman
“Gambar dan sajak tak perlu definisi dan tak perlu diterangkan. Mereka Cuma menyimpan perasaan. Barangkali juga keindahan.”
Ayu Utami, Saman
“Setiap kali aku berhubungan dengan tubuh yang masai tanpa daya itu, menyentuh permukaannya yang kesat, kelaminnya yang menyisakan lembab, jemariku, diriku adalah kelunakan dua siput bugil yang tak jantan tak betina, dengan tubuh warna dodol yang berlumur lendir, ketika birahi menggeliatkan jaringan yang semula pipih pada tanah, sebelum berbelitan dalam persetubuhan yang lamban dan menjijikkan dari dua moluska dengan sungut-sungut halus. Lihatlah, kawan, betapa ganjil keintiman antara sepasang makhluk hermafrodit yang memualkan mulut. Pandanglah keindahan yang lahir dari kejijikan. Bukankah hidup adalah kutukan.”
Ayu Utami, Saman
“Kukira negeri kita bukan seperti yang kamu bilang, mesin yang menindas, melainkan sesuatu yang penuh ketidakpastian di mana hukum berayun-ayun seperti bandul jam; di satu sisi ada ketidakefektifan atau mungkin keengganan - terserah kamu mau bilang apa, tapi orang suka menyebutnya "kebijaksanaan", di tengah-tengah ada "penegakan hukum", dan sisi yang lain ada "kelewatan" atau "over acting". Tak ada perlakuan yang sama bagi orang yang tidak sama. Tidak juga bagi orang yang sama di dalam situasi berbeda. Orang-orang yang berkuasa bisa membeli atau memainkannya. Orang-orang seperti kita kadang bisa menawar, kadang menjadi mainan aparat yang terlalu berlagak. Ada juga dalam hidupnya terus-menerus menjadi korban - dan kenapa biasanya orang miskin? Mengingat mereka kerap membuatku ragu apakah Tuhan memang adil, kalau Dia ada.”
Ayu Utami, Saman
“Kesucian, bahkan kesederhanaan, yang dipaksakan seringkali malah menghasilkan inkuisitor yang menindas dan meninggalkan sejarah hitam. Karena itu saya percaya bahwa Tuhan tidak bekerja dengan memberi kita loh batu berisi ide-ide tentang dirinya dan manusia. Tuhan bekerja dengan memberi kita kapasitas untuk mencintai, dan itu menjadi tenaga yang kreatif dari dalam diri kita.”
Ayu Utami, Saman
“Saya kira Yesus sendiri tidak mau memonopoli cintakasih. Penebusan adalah satu hal, tapi kapasitas untuk terlibat dan mencintai ada pada setiap manusia. Bapak, jika kita percaya Tuhan telah meleburkan diri menjadi manusia untuk mengalami manusia, kita juga harus percaya bahwa Ia mau meleburkan dirinya menjadi apapun juga. Bendera Gereja tidak selalu harus dikibarkan. Bendera itu bukan cuma milik Gereja.”
Ayu Utami, Saman