Status Updates From Things Left Behind: Hal-hal...

Mari menutup bagian tiga dengan kalimat; hal yang paling menyedihkan adalah tidak bisa bersama dengan orang yang mereka kasihi.

Benar sekali pemirsa. Mendekati akhir buku, aku makin tersentuh dengan setiap
lembarnya yang penuh makna tentang kehidupan.

“Aku tidak boleh menyesuaikan diriku pada standar dunia, tetapi aku harus mengubah dunia sesuai standarku.”

The real kita hanya bisa mengendalikan apa yang kita bisa dan berhenti memikirkan komentar negatif dari orang lain.

“Meskipun hangat oleh pemanas ruangan, tetapi seisi rumah dingin tanpa kehangatan hati manusia.”

Duh nusuk sekali pemirsa.

Benar sekali, di hidup ini ada yang namanya kebahagiaan dan penderitaan tetapi manusia cenderung hanya milih satu saja, padahal bahagia dan derita itu tidak selamanya kok, saling bergantian.

Dan harus banget dipelajari cara menanggapi kebahagiaan dan penderitaan.

“Cinta berubah menjadi kebencian dan manusia berbuah menjadi monster. Seberapa baik kita bisa memahami manusia?”

Wah, just wah. Bisa-bisanya, tidak habis pikir. Diriku terbengong-bengong membacanya.

Mari menutup bagian dua dengan kalimat di ujung bagian ini, yaitu:

“Kuharap dunia tempat kita hidup ini menjadi dunia yang baik untuk menjalani hidup bagi siapapun.”

Aku juga berharap seperti itu.

Nenek … sedih sekali. Sudah mempersiapkan segalanya untuk orang lain dengan tekun tanpa ada penyesalan.

Hatiku tersentuh sekali. Hiks, keren sekali astagaaaa omg.

Day 5 baca buku, kalimat kali ini sangat menusuk. “Orang yang bertahan sampai akhir adalah pemenang.”

Intinya, bertahan dan berusaha serta berdoa paling utama. Aku setuju dengan pendapat ini.

Mari menutup bagian pertama dari buku ini dengan kalimat tertulis, “Persahabatn adalah hubungan berbagi beban satu sama lain.”

“Kita sering tidak mau tahu apa penyebabnya, tetapi fokus pada gejala yang kelihatan dari luar, lalu menilai dan menghakimi.”

Kelakuan siapa itu?

Sangat menyayat hati, hanya karena keegoisan sang Ibu sehingga si anak berbuat demikian.

Aku tak sanggup bayangkan, sepertinya belajar parenting harus tetap dilakukan di jaman sekarang, takut salah langkah.

Halaman ini cukup menguras emosi, aku sempat berhenti beberapa menit gegara kalimat si anak. Kek… astagaaa, kenapa sih orang-orang tegaaa 😭🙏🏻

If you don’t like it, just leave it.