The Pearl That Broke Its Shell in Our Shared Shelf

Jul 30, 2015 Cynthia Paschen rated it liked it

Stories of Rahima and her great-great grandmother Shekiba in Afghanistan. A bit repetitious, awkward/stilted dialogue, some confusion with first and third person.

2 likes · Like · see review

Feb 04, 2018 Shinta_read rated it really liked it · review of another edition

Shelves: fiction

Rahima gadis cilik yang suka bermain dan belajar, namun kondisi negerinya saat itu (kayaknya tahun 90an) tidak memungkinkan bagi perempuan untuk bebas bersekolah. Nah, karena kakak dan adiknya semua perempuan, dan dia yang paling tomboi, dijadikanlah Rahima seorang bacha posh alias anak laki-laki. Nama laki-lakinya adalah Rahim dan dia pun bisa bebas bermain dan bersekolah. Namun, dia hanya bisa menjadi bacha posh sampai akil baliq. Setelah itu, Rahim harus kembali menjadi Rahima dan menghadapi Rahima gadis cilik yang suka bermain dan belajar, namun kondisi negerinya saat itu (kayaknya tahun 90an) tidak memungkinkan bagi perempuan untuk bebas bersekolah. Nah, karena kakak dan adiknya semua perempuan, dan dia yang paling tomboi, dijadikanlah Rahima seorang bacha posh alias anak laki-laki. Nama laki-lakinya adalah Rahim dan dia pun bisa bebas bermain dan bersekolah. Namun, dia hanya bisa menjadi bacha posh sampai akil baliq. Setelah itu, Rahim harus kembali menjadi Rahima dan menghadapi takdirnya.

Nah, sementara itu puluhan tahun sebelumnya (kemungkinan pada 1910an), terjalinlah kisah nenek buyut Rahima--Shekiba, yang kurang lebih serupa dengan Rahima. Shekiba mengalami peristiwa buruk saat kecilnya sehingga wajahnya cacat separuh. Di Afghanistan saat itu, orang cacat seringkali diperlakukan buruk dan dipanggil dengan sebutan yang menyakitkan. Shekiba dan keluarganya pun hidup menyendiri. Sampai seluruh keluarga Shekiba meninggal, dia hanya sendirian dan melakukan segala pekerjaan, termasuk pekerjaan laki-laki. Banyak hal yang terjadi sehingga Shekiba akhirnya harus berubah menjadi Shekib demi bertahan hidup. Namun, hal itu juga tak berlangsung selamanya. Shekib pun kembali menjadi Shekiba dan harus menghadapi takdirnya.

Kisah Rahima dan Shekiba berganti-ganti diceritakan, menyusun suatu plot menarik dari dua masa yang terpaut jauh namun tak benar-benar berbeda keadaannya. Endingnya bagus dan membawa harapan, karena bagaimana pun juga perubahan tak datang tiba-tiba. Semua harus berawal dari diharapkan, kemudian diperjuangkan.

Jika suka dengan buku-buku Khaled Hosseini, mungkin akan menyukai karya Nadia Hashimi ini. Meskipun memang tidak seharu-biru The Kite Runner dan A Thousand Splendid Suns, namun buku ini penting dan indah, bercerita tentang perempuan dari suara perempuan. Meski fiksi, tampaknya semua kejadian berasal dari fakta yang tersebar. Miris, namun tidak sinis.

Btw, utk terjemahannya menurutku oke, typo sedikit, sayang sampulnya biasa banget gitu yaa kurang indah.
...more

Like · see review

Jun 30, 2017 Katherine rated it really liked it

Incredible read - I loved a different type of storytelling format with interweaving chapters of two generations of women in one family.

Really uplifts the struggles of being a woman in Afghanistan across time in a way that is digestible and compelling.

Highly recommend it!

1 like · Like · see review

Mar 27, 2021 Nicole rated it liked it

3.5. Received a free kindle version from a goodreads giveaway.

Wish I’d read this straight through rather than in the piecemeal way I ended up reading it!

Enjoyed the alternating, intertwined stories. And the insight into a culture and country I don’t know much about. I was proud Rahima took the risk she did at the end and understand how brave it was.

Like · see review