Minang Saisuak #218 - M. Rasjid Manggis Dt. Radjo Panghulu

4f500343924f7e7f7f6bb2875db550fd_vfdxg



Penulis prolifik Hasril Chaniago mengirimi saya kisah hidup tokoh yang kita apungkan dalam rubrik Minang saisuak kali ini: M. Rasjid Manggis Dt. Radjo Panghulu. Hasril mengatakan bahwa Rasjid adalah salah seorang jasawan pejuang Bukittinggi yang pantas diberi penghargaan. Kiranya hal itu sudah pada tempatnya, jika kita melihat kiprah Rasjid Manggis semasa hidupnya.


Muhammad Rasjid Manggis dilahirkan di Kampung Manggis, Kurai, Bukittinggi tahun 1901. Di masa kanak-kanak, ia adalah teman sepermainan Mohammad Hatta. (Hatta lahir di Aur Tajungkang tahun 1902). Mula-mula Rasjid masuk HIS, kemudian lanjut ke Kweekschool Fort de Kock. Sementara Hatta masuk MULO di Padang.


“Seperti halnya Hatta”, demikian Hasril, “Rasjid Manggis juga mengisi usia mudanya dengan belajar, menimba ilmu pengetahuan sampai ke mancanegara dan sudah menjadi aktivis politik pergerakan sejak usia belasan tahun, saat keduanya terdaftar sebagai anggota Jong Sumatranen Bond (JIB)” yang didirikan di Batavia tahun 1917.


Karier Rasjid dimulai tahun 1920-an sebagai guru di Sekolah Adabiah Padang, Budi Setia, Kweekschool, MULO IVOORSA, dan Direktur SMA Pemuda - semuanya sekolah swasta. Bakat sebagai ‘organisator’ yang dimiliknya membawanya menjadi pengetua sejumlah organisasi, misalnya sebagai Komisaris PGHB Kweekschoolbon (organisasi alumni Sekolah Raja Bukittinggi) se-Tanah Air (1928). Rasjid juga punya bakat di dunia seni pertujukan drama dan film. Sepanjang hidupnya, ia sudah menulis beberapa naskah sandiwara, menyutradarai beberapa pementasan drama, dan bermain dalam beberapa film. Drama-drama yang pernah dipentaskannya antara lain “Cindua Mato” (Bukittingi, 1924), “Sabai Nan Aluih” (Padang, 1928), dan “Bebasari” (Selat Panjang, 1930)


Rasjid Manggis ke Belanda tahun 1932. Saat itu Hatta sudah siap-siap untuk pulang ke tanah air. Semasa belajar di Belanda Rasjid menjadi Ketua Perkumpulan Islam Nederland di Den Haag (1932-1936).


Di sela-sela masa belajar di Belanda itu ia tiba pula di Kairo, Mesir, di mana ia menjadi penasehat Djami’ah Chairiyah Indonesia-Semenanjung, suatu organisasi pelajar Indonesia-Melayu di Mesir (1934). Di Mesir, ia mementaskan sandiwara “Boven Digoel”, suatu cara untuk membangkitkan semangat nasionalisme pemuda Indonesia di Mesir.


Setelah setahun di Mesir, Rasjid balik ke Belanda. Di sana ia menyalurkan bakatnya menjadi bintang film lara lebar. Ia bergabung dengan perusahaan film “Majestic Film Company” di Amsterdam, dan membintangi beberapa film produksi perusahaan itu, seperti Suikerfreude dan Rubber yang menceritakan kehidupan buruh industri gula dan perkebunan di Hindia-Belanda.


Rasjid kemudian pindah ke Berlin, Jerman. Di sana ia dipercaya menjadi pengurus ‘Die Moschee (Dewan Mesjid) Jerman (1937-1939), di samping bekerja sebagai Lektor Bahasa Melayu di Ausland-Hochschule am der Universitat Berlin. Ketika PD II pecah di Eropa (1939), Rasjid Manggis menyingkir ke New York. Di sana ia menjadi anggota luar biasa INCODEM (Indonesian Committee for Democarcy). Pada awal 1940 ia menyelenggarakan pertunjukkan kesenian Indonesia dalam Festival Devi Jass Dance World Tour di 23 kota besar di Amerika Serikat.


Tahun 1940 Rasjid kembali ke tanah air, tetapi memilih tinggal di Penang dan Singapura dan sekali-sekali ke Batavia (Jakarta). Ia tetap aktif di lapangan kesenian, khususnya teater dan film. Tahun 1946 ia kembali ke Bukittinggi. Ia terus aktif di bidang politik dan kebudayaan dan banyak menulis buku dan artikel seputar sejarah dan adat Minangkabau.


Demikian ringkasan dari catatan Hasril Chaniago tentang tokoh kita i ni. Rasjid Manggis menghabiskan masa tuanya di Bukittinggi. Menurut Hasril Chaniago, beliau wafat sekitar 1991. Kita berharap Pemerintah Kota Bukittinggi akan memberi penghagaan selayaknya kepada salah seorang putranya yang menonjol ini.



Suryadi - Leiden, Belanda | Singgalang, Minggu, 12 April 2015


(Sumber foto: buku Rasjid Manggis: Minangkabau: Sejarah ringkas dan adatnya, 1971).

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 12, 2015 23:00
No comments have been added yet.


Suryadi's Blog

Suryadi
Suryadi isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Suryadi's blog with rss.