Minang Saisuak #209 - Wanita Minang Pertama berijazah Hoofdacte

Ramah Saleh: Wanita Minang Pertama berijazah Hoofdacte


b80de4bfbf17af206a44d952ba75bcf6_minang-saisuak-sgl-minggu-8-februari-2015-ramah-saleh-wanita-minang-pertama-berijazah-hoofdacte



Sudah banyak publikasi mengenai gerakan perempuan Minangkabau untuk meraih kemajuan. Namun, tetap saja ada banyak hal lain di seputar topik ini yang belum terungkapkan. Dalam salah satu rubrik ini (edisi 27 Februari 2011) kami telah menampilkan profil Sjarifah Wawawi, gadis Minang pertama yang mengecap pendidikan sekuler di Sekolah Raja (Kweekschool) Bukittinggi di awal abad 20 (lihat: http://goo.gl/UT2qKd). Di lain kesempatan, kami juga akan menampilkan profil Saadah, seorang gadis asal Seberang Padang yang sezaman dengan Sjarifah yang aktif menggerakkan kemajuan wanita Minang di tahun 1920 dan 30-an.



Kali ini kami turunkan kodak klasik wanita Minangkabau pertama yang berhasil memperoleh ijazah hoofdacte di zaman kolonial. Pemilik ijazah hoofdacte berhak dipromosikan menjadi kepala sekolah H.I.S. (Hollandsch Inlandsche School). Di zaman itu sulit bagi orang pribumi untuk mendapatkan ijazah ini, lebih-lebih lagi bagi kaum perempuan. Maka itu, tokoh yang kita bicarakan kali ini dianggap sangat istimewa.



Entjik Ramah Saleh binti engkoe Saleh gelar Engkoe Machoedoem Sati“, demikian nama lengkap wanita Minang yang gambarnya kami sajikan di sini. Machoedoem Sati adalah pensiunan guru Normaalschool Padang Panjang. Keluarga ini termasuk golongan terpelajar Minangkabau di awal abad 20. Dua kakak Ramah bergelar Doktor, yaitu Dr. Ahmad Saleh dan Dr. Oesman Saleh.



Ramah dilahirkan di Padang (tidak disebutkan tahunnya). Mula-mula dia masuk sekolah Belanda di Fort de Kock, kemudian masuk MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Padang. Bulan juli 1924, atas sokongan Nyonya Mr. Creutzberg, seorang wanita Eropa yang peduli pada pendidikan anak-anak pribumi, Ramah memperoleh kesempatan mengikuti kursus untuk mendapatkan hulpacte (guru Belanda) di Carpentier Alting Weltevreden (Batavia). Pada bulan Mei 1925 dia berhasil menamatkan kursus itu dan langsung ditempatkan di H.I.S. Padang.



Pada tahun 1926 Ramah minta pindah ke H.I.S. di Meester Cornelis (Batavia), karena dia ingin mengambil kursus hoofdacte di ibukota Hindia Belanda itu. Pada 6 Mei 1927 dia lulus ujian akte Melayu, syarat utama untuk dapat mengambil hoofdacte.



Pada 5 Juni 1929 Ramah lulus dalam ujian bagian pertama kursus itu, dan pada 27 Mei 1930 dia lulus ujian bagian kedua, sehingga dia berhak menggondol diploma hoofdacte (diploma guru kepala Belanda) yang sangat bergengsi (pada masa) itu.



Kami belum mendapat data lengkap mengenai karier Ramah setelah mendapat hoofdacte itu. Juga kapan dan di mana beliau meninggal. Satu catatan penting dari kisah hidup Ramah yang dapat kita petik adalah mengenai “kemaoean, kekerasan dan ketetapan hatinja serta oesahanja” dalam mendapatkan “tjita-tjitanja” yang luar biasa di zamannya. Tentu tidak ada salahnya jika kisah hidupnya dijadikan “cermin terus” oleh kaum wanita Minangkabau masa kini.



Suryadi - Leiden, Belanda (Sumber foto: Pandji Poestaka, No. 45/46, Th VIII, 6 Juni 1930, hlm. 718) | Singgalang, Minggu, 8 Februari 2015

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 08, 2015 21:30
No comments have been added yet.


Suryadi's Blog

Suryadi
Suryadi isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Suryadi's blog with rss.