Nama Mahmud Junus (ejaan lama: Mahmoed Joenoes) tentu tidak asing lagi bagi orang Minangkabau. Hasril Chaniago dalam bukunya 101 orang Minang di pentas sejarah (Padang: Citra Budaya Indonesia, 2010) menyebut beliau sebagai “ulama dan tokoh pejuang pendidikan agama” (hlm. 364).
Mengutip Chaniago yang menulis riwayat ringkas intelektual Minangkabau ini (ibid., hl. 364-368), Mahmud Junus dilahirkan di Sungayang pada 10 Februari 1899. Sejak kecil ia sudah sangat berminat mempelajari agama Islam. Sejarah kemudian mencatat bahwa hingga akhir hayatnya Mahmud Junus terus bergiat dalam bidang pendidikan agama Islam dan dunia keulamaan. Penulis prolifik ini juga berkecimpung dalam birokrasi pemerintah. Menurut Chaniago (hlm. 367-8), Mahmud Junus sudah menulis tidak kurang dari 49 karya, yang pada umumnya terkait dengan pendidikan dan agama Islam. Ia juga pernah didaulat oleh Pemerintah Indonesia mempelajari pendidikan agama Islam di negara-negara Timur Tengah. Doctor Honoris Causa diperolehnya dari IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang UIN) Jakarta (ibid., hlm. 368).
Lebih jauh tentang riwayat hidup Mahmud Yunus dapat dibaca dalam buku Hasril Chaniago di atas. Yang agak jarang kita lihat adalah foto Mahmud Yunus ketika masih muda. Oleh karena itu, kali ini rubrik Minang Saisuak menurunkan fotonya dalam usia sekitar 30-an tahun. Foto ini tampaknya diambil ketika Mahmud Junus bersekolah di Kairo,Mesir. Teks yang menyertai foto ini mengabarkan bahwa Mahmud Yunus baru lulus dari Sekolah Dar el Oulum Tinggi di Kairo pada bulan Mei 1930. Mengutip teks itu:“Beliaulah poetera Indonesia pertama jang beroleh diploma tammat dari sekolah itoe”.
Chaniago (ibid., hlm. 365) menulis: “Awal tahun 1920-an [Mahmud Yunus] berencana melanjutkan studi ke Mesir, namun gagal karena tidak memperoleh visa dari Konsulat Inggris. Karena kegagalan ini Mahmud Yunus mengintensifkan dirinya menulis buku-buku di samping mengajar. Bulan Maret 1923 ia pergi menunaikan ibadah haji ke Mekah lewat Penang, Malaysia. Setelah menunaikan ibadah haji itu ia menyeberang ke Mesir untuk melanjutkan studi yang selama ini telah menjadi cita-citanya. Ia tinggal di Mesir selama enam tahun, belajar di Universitas al-Azhar dan di Darul Ulum Ulya (Kairo) sampai tahun 1930″. Jadi, keterangan pada teks yang menyertai foto ini bersesuaian dengan deskripsi Chaniago itu.
Mahmud Yunus termasuk orang Minang yang berusia relatif panjang. Penulis Tafsir Quran Karim Bahasa Indonesia (30 juz) itu wafat di Jakarta tanggal 16 Januari 1982 dalam usia 83 tahun. Sekian sedikit tambahan informasi visual tentang Dr HC Mahmud Yunus. Adakah nama beliau diabadikan di Sungayang atau di Sumatera Barat pada umumnya?
Suryadi - Leiden, Belanda (Sumber foto: Pandji Poestaka, No. 63, Thn VIII, 8 Augustus 1930:1008) | Singgalang, Minggu, 30 Agustus 2014
Published on August 31, 2014 22:30