Minang Saisuak #176 - Pakaian adat orang Bukittinggi
Apakah sudah ada deskripsi mengenai pakaian adat Minangkabau dengan segala variasinya? Itu mestinya perlu dilakukan, sebab pakaian adalah unsur kebudayaan yang penting; perubahan pakaian suatu kelompok masyarakat sampai batas tertentu merefleksikan perubahan budaya dan mentalitas masyarakat tersebut.
Foto-foto Minang saisuak mengenai pakaian adat Minangkabau pemperlihatkan bahwa ada variasi yang cukup kontras dalam bentuk pakaian adat di Minangkabau. Namun, masih kurang jelas apakah variasi itu ditentukan oleh perbedaan luhak, kelarasan, nagari atau oleh faktor-faktor lainnya. Misalnya, dalam sebuah teks klasik saya menemukan nama destar saluak timbo dan tikuluak tanduak. Mengenai jenis-jenis destar dan tikuluak itu, barangkali perlu diadakan penelitian lebih dalam oleh kalangan akademik seperti dari ISI Padang Panjang, Universitas Andalas, dan Universitas Negeri Padang. Alangkah baiknya jika semua unsur kebudayaan Minangkabau, klasik dan baru, dideskripsikan dalam sebuah kamus lengkap Minangkabau.
Foto klasik yang kami turunkan dalam rubrik Minang saisuak kali ini memperlihatkan sekelompok lelaki dan perempuan yang sedang memakai pakaian adat. Judul foto ini adalah ‘Minangkabause adatkleding, Fort de Kock, Sumatra’ (Pakaian adat Minangkabau, Fort de Kock [Bukittinggi], Sumatra). Perhatikan destar (deta) dan tikuluak wanita yang khas yang terlihat dalam foto ini. Kelihatan kekhasannya, yang berbeda dengan di tempat lain.
Tidak diketahui siapa mat kodak foto ini. Yang jelas, foto yang berukuran 9 x 12 cm. ini dibuat sekitar tahun 1929, zaman ketika modernitas Barat sudah mulai merasuk ke dalam masyarakat Minangkabau.
Yang segera muncul dalam pikiran generasi Minang zaman sekarang seperti saya adalah: dari bahan apakah pakaian ini dibuat? Bagaimana membuat destar dan tikuluak yang bentuknya sangat unik ini? Dan bagaimana cara memasangkannya di kepala?
Pakaian adat adalah salah satu aset wisata daerah. Jika kita melancong ke Belanda, misalnya, para pemandu antara lain mengarahkan kita ke Volendam, sebuah kota nelayan yang kecil di Provinsi Noord-Holland. Di sana pelancong mancanegara bisa memakai pakaian tradisional Belanda (lihat: http://www.fotoinvolendamkostuum.nl/). Untuk itu mereka harus membayar cukup mahal (beberapa puluh euro). Mengapa ya kita tidak bisa memanfaatkan kekayaan budaya kita sendiri untuk meningkatkan ekonomi masyarakat kita sambil kita terus berpijak ada akar budaya kita sendiri.
Suryadi - Leiden, Belanda (Sumber foto: Tropenmuseum, Amsterdam) | Singgalang, Minggu, 25 Mei 2014
Suryadi's Blog
- Suryadi's profile
- 15 followers
