Embrace The Chord Part 14
PS : Mohon maaf lahir batin, selamat menjalankan ibadah puasa :)
Operasi Jason berlangsung cukup lama, lebih lama dari yang diperkirakan. Dokter mengatakan butuh waktu dua sampai dengan tiga jam untuk operasi. Tetapi sekarang sudah empat jam berlalu.
Rachel duduk di sana dengan cemas, di antara keluarga Jason. Ada mama Jason yang tampak keibuan dan papanya. Juga ada adik Jason, Keyna yang ramah padanya, ditemani oleh suaminya, Davin. Seluruh keluarga Jason baik kepada Rachel.... padahal semula Rachel mengira dirinya akan disalahkan karena menyebabkan Jason terluka dan harus menghadapi operasi ini. Mama Rachel ikut menemani Rachel menunggu, beliau sedang bercakap-cakap dengan mama Jason, posisi mama Rachel sebagai guru di akademi tempat Jason dulu pernah berlatih, membuatnya mengenal mama Jason jauh bertahun-tahun sebelumnya, meskipun tidak akrab.
Keyna, adik Jason yang cantik dan ikut menunggui di sana bahkan duduk di sebelahnya dan mengajaknya bercakap-cakap selama menunggu. Sementara itu suami Keyna, Davin, sedang mengurus sesuatu di perusahaannya dan mengatakan akan segera menyusul datang.
"Hai Rachel, akhirnya kita bertemu, aku seudah penasaran sekali ingin bertemu denganmu." Keyna bergumam ramah begitu mereka duduk bersama.
Apakah Keyna penasaran ingin tahu wajah perempuan yang membuat kakaknya terluka? Memikirkan itu, ekspresi Rachel langsung berubah sedih,
"Maafkan aku, aku....maafkan aku semua kejadian ini membuat Jason terluka, dia berusaha melindungiku."
"Hei. Kami semua tidak menyalahkanmu, lagipula kami menduga itu perbuatan salah satu mantan kekasih Jason yang cemburu, wll kakakku memang banyak menyakiti perempuan di masa lalunya... jadi kau adalah korban juga dan itu semua bukan sepenuhnya kesalahanmu." Mata Keyna tampak bercahaya, "Lagipula aku senang sekali akhirnya Jason memiliki kekasih yang normal."
Kata 'kekasih' dan 'normal' membuat Rachel mengerutkan keningnya. Keyna jelas-jelas menyebutnya sebagai kekasih Jason, apakah Keyna tahu tentang sandiwara mereka? atau Jason juga menutupinya dari adiknya?
"Jason mengatakan padaku bahwa kau adalah kekasihnya tadi sebelum dia operasi." Keyna mengedipkan sebelah matanya, "Karena itulah aku tidak sabar bertemu denganmu."
Jasi ternyata Jason serius mengatakan bahwa sandiwara sebagai pasangan kekasih ini hanya boleh diketahui oleh mereka berdua. Lelaki itu bahkan membohongi adiknya sendiri.
"Apa maksudmu dengan kekasih yang normal?" Rachel langsung bertanya penuh dengan ingin tahu. Apakah itu berarti Keyna menganggap bahwa kekasih-kekasih Jason sebelumnya bukan manusia normal?
"Kau berbeda jauh dengan kekasih-kekasih Jason sebelumnya. Amat sangat berbeda." Rachel menoleh ke arah Keyna, sedikit mengerutkan keningnya. Apakah maksud Keyna Rachel tidak secantik kekasih-kekasih Jason sebelumnya? Tetapi ternyata tidak ada ejekan apapaun di wajah Keyna, perempuan itu malahan tampak senang sekali karena Jason sekarang memiliki Rachel sebagai kekasihnya.
"Berbeda maksudku bukan dalam hal penampilannya. Kakakku itu suka main-main dengan wanita yang lebih tua." Keyna mengerucutkan bibirnya dengan ironis, "Kau pasti sudah dengar reputasinya, dia suka mencampakkan mereka semua hingga terpuruk. Herannya, wanita-wanita yang lebih tua itu tidak ada yang kapok, mereka terus berusaha menaklukkan kakakku." Mata Keyna menatap Rachel penuh persahabatan, "Aku senang pada akhirnya Jason membuka matanya dan memilihmu sebagai kekasihnya, kau akan membuatnya berlabuh dan melukapan sikap suka-main-mainnya. Aku berharap nanti kita benar-benar menjadi saudara."
Belum sempat Rachel menanggapi kata-kata Keyna, pintu ruang tunggu terbuka dan Davin, suami Keyna memasuki ruangan, mata lelaki itu langsung menemukan isterinya dan menatapnya dengan sayang. Keyna langsung beranjak dari duduknya ketika melihat suaminya datang,
"Tunggu sebentar ya." Jemari lembutnya menyentuh tangan Rachel sedikit dan meminta maaf, lalu Keyna menghampiri suaminya, yang lamgsung menghelanya ke dalam pelukan dan mengecup dahinya.
Rachel tergugu, bingung tak tahu harus bicara apa. Keyna tampak begitu baik dan mengharapkan yang terbaik untuk Jason, dan dia sekarang membohongi Keyna dengan semua sandiwara ini. Belum lagi, akan ada banyak orang yang mereka bohongi nantinya... mamanya, orang tua Jason.... dan Calvin.
Hati Rachel tiba-tiba merasa cemas ketika memikirkan tentang Calvin. Calvin... kemana dia? Rachle berusaha menghubungi ponselnya tetapi tidak diangkat... dan sejak insiden Calvin memergoki dia dan Jason berciuman, lelaki itu belum muncul lagi di rumah sakit.
Membohongi Calvin adalah yang paling berat untuk Rachel, apalagi karena lelaki itu ada di hatinya. Tetapi Rachel sudah berjanji kepada Jason... lagipula Jason bilang sandiwara mereka sebagai pasangan kekasih itu bisa membuat Calvin membuka matanya dan melihat Rachel sebagai seorang perempuan.
Seandainya saja itu benar.... seandainya saja Calvin bisa memandanganya sebagai seorang perempuan, bukan lagi adik atau sahabat.... mungkinkan Calvin bisa menumbuhkan perasaan kepadanya?
Lamunan Rachel tersentak ketika lift penghubung ruang operasi terbuka. Dokter yang mengoperasi Jason keluar. Mereka semua langsung berdiri dan menunggu penjelasan.
"Operasinya berhasil." Kata dokter itu, "Untuk pemulihannya kita harus melihat lagi nanti. Sekarang pasien sedang berada di ruang pemulihan pasca operasi, nanti setelah sadar baru akan kita pindahkan kembali ke kamarnya." dokter itu segera memberi keterang lebih lanjut kepada orang tua Jason yang menungggu.
Keyna sendiri hanya berdiri di kejauhan, memejamkan matanya lega. Setidaknya operasi Jason berhasil... mereka memang belum tahu apakah kemampuan Jason bermain biola akan terpengaruh oleh kejadian ini, tetapi semoga saja tidak/
Sungguh, Rachel berharap dari dalam hatinya bahwa kemampuan Jason yang bisa memainkan biola dan menghasilkan nada-nada yang ajaib itu tidak hilang....
***
Ketika Jason membuka matanya, dia menemukan adiknya sedang duduk menungguinya.
"Hai kakak." gumam Keyna lembut.
Jason langsung tersenyum, mengerjapkan matanya, berusaha mengembalikan kesadarannya.
"Mama dan papa sedang bertemu dokter di bawah." Keyna menjelaskan lagi, "Aku di sini menungguimu dengan Rachel."
"Rachel?" Jason menggumamkan nama perempuan itu, lalu menelan ludahnya karena tenggorokannya yang kering. Matanya menelusuri sekeliling ruangan dan menemukan Rachel terduduk di kursi seberang, perempuan itu masih dibebat kakinya dan hanya menggunakan satu kruk yang disandarkan di lengan kursi.
Mata Jason terpejam lagi. Dia mengantuk. Dan kemudian kegelapan menelannya kembali.
***
Jason terbangun hampir tengah malam. Dia membuka matanya begitu saja dan menyadari bahwa hari sudah gelap. Lampu tidur yang temaram sudah dinyalakan, dan ketika dia memandang ke sudut ruangan, ada mamanya yang menunggui di sana., tertidur di atas sofa besar.
Jason bergerak pelan, berusaha duduk tetapi tidak bersuara sehingga tidak mengganggu tidur mamanya. Dia kemudian menatap tangannya yang diperban tebal, dan diberi pemberat agar tidak banyak bergerak. Matanya menatap ke arah tangannya itu.
Bahkan sekarang dia tidak bisa merasakan tangannya sendiri... entah karena pengaruh bius atau karena pengaruh syarafnya yang terluka....
Jason menghela napas panjang. Nanti begitu diizinkan, dia harus segera mencoba bermain biola lagi.
***
Tak terasa sudah sepuluh hari setlah operasi Jason. Hari ini dia diperbolehkan pulang ke rumah. Akhirnya, setelah malam-malam membosankan di rumah sakit.
Semula Jason bersikeras kembali ke apartemen yang ditempatinya sendiri. Tetapi sang mama memaksanya untuk pulang ke rumah dulu, karena beliau mencemaskan Jason yang akan tinggal sendirian sementara tangannya belum sembuh benar. Pada akhirnya Jason mengalah kepada mamanya, dan bersedia pulang ke rumah mamanya untuk sementara,
Suara pintu terbuka membuatnya menoleh, senyumnya langsung melebar.
"Joshua." sapanya sambil tersenyum lebar, sahabatnya datang dari australia untuk menjenguknya. Sebenarnya Joshua seharusnya datang berhari-hari yang lalu, tetapi karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkanya, lelaki itu meminta maaf dan menunda kepulangannya hingga hari ini.
"Kulihat kau sehat-sehat saja, tidak seperti orang habis dioperasi" Joshua bersedekap, mengamati Jason dalam senyum, "Sepertinya sayang sekali karena Kiara benar-benar mencemaskanmu setengah mati."
Jason hanya terkekeh mendengar celaan Joshua, sahabatnya itu tidak berubah meskipun lama mereka tidak bertemu, tetap saja sinis dan sarkatis.
"Di mana Kiara?" Jason melirik ke belakang Joshua, dan beberapa detik kemudian, pintu terbuka lagi dan Kiara masuk.
"Jason!" Kiara menatap Jason dengan cemas, "Bagaimana keadaanmu?"
"Dia baik-baik saja, kau tidak lihat?" Joshua mencibir,"Sia-sia saja kau menangisinya kemarin."
"Kau menangisiku?" Jason tersenyum menatap Kiara yang merona pipinya, sementara itu Joshua langsung memeluk pundak Kiara dengan posesif, menatap Jason memperingatkan.
"Hei. Kiara menangisimu karena dia mencemaskanmu sebagai saudaqra. Singkirkan seringaian lebarmu itu." gumamnya serius, sehingga Kiara menyodok pinggangnya dengan siku karena malu,
"Sebenarnya bukan aku yang menangisimu, Joshua yang hampir menangis karena cemas ketika mendengar berita tentang musibah yang menimpamu," Kiara terkikik ketika Joshua melotot kepadanya.
Jason tersenyum, "Terimakasih kalian sudah datang kemari menengokku." Lelaki itu menunjukkan tangannya yang diperban. "Tangan ini sudah agak pulih, aku sudah mencoba menggerakkan jaro-jariku."
Tiba-tiba Joshua menatap Jason dengan tatapan mata prihatin, "Apakah luka itu mempengaruhi kemampuanmu bermain biola?"
Senyum Jason tampak dalam dan tidak terbaca, "Aku belum tahu, aku belum mencobanya..."
Suara Jason terhenti ketika sosok mungil yang sudah ditunggunya muncul dari pintu. Rachel berdiri di sana, perempuan itu sudah tidak memakai kruk lagi meskipun kakinya masih dibebat, tetapi sakitnya sudah mereda dan pergelangan kakinya yang terkilir sudah tidak bengkak lagi. Rachel sudah bisa berjalan tanpa kruk meskipun masih agak terpincang-pincang.
Wajah Rachel tampak salah tingkah ketika melihat ada dua orang asing di dalam kamar Jason,
"Ah... maaf... aku tidak tahu kalau ada tamu."
"Tidak apa-apa. Masuklah Rachel." Jason mengulurkan tangannya dari tengah ruangan, hingga mau tak mau Rachel melangkah masuk dan menyambut tangan itu.
"Joshua, Kiara kalian pasti sudah tahu Rachel, dia murid khususku dan sekarang dia menjadi kekasihku."
Mata Kiara melebar, sedangkan Joshua berhasil menyembunyikan kekagetannya. Tetapi itu hanya berlangsung sejenak, sedetik kemudian, Kiara memecah suasanya dengan menyalami Rachel dengan hangat.
"Senang sekali akhirnya Jason bertobat dan memilih perempuan yang baik." gumamnya dalam senyuman lebar, " Salam kenal Rachel..."
"Kiara dan Joshua ini pasangan suami isteri, mereka sahabtku dan tinggal di Australia." Jason menjelaskan kepada Rachel.
Joshua, lelaki berwajah dingin tapi tampan itu kemudian tersenyum lembut kepada Rachel yang masih tampak bingung,
"Kami datang kemari khusus untuk menengok Jason." Lelaki itu akhirnya melirik ke arah tas-tas Jason yang sudah tertata rapi, "Kau akan pulang hari ini, Jason?
Jason menganggukkan kepalanya. "Sudah bisa pulang kata dokter, untunglah karena aku sudah beradadi batas kebosananku."
Joshua tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Kami akan berada di indonesia selama dua minggu." lelaki itu menyebut nama hotel tempat mereka menginap, "Kami akan mengunjungimu nanti. Kau akan pulang ke rumahmu bukan?"
"Rumah orang tuaku." Jason mengkoreksi, "Mereka memaksaku pulang ke sana karena takut tidak ada yang merawatku kalau aku pulang sendirian ke apartemenku." dia menatap Joshua penuh arti, "Kenapa kalian harus tinggal di hotel? Kenapa kalian tidak tinggal di apartemenku saja? Itu kan apartemen kalian juga."
"Bekas apartemen kami, Jason. Apartemen itu sudah bukan milik kami, bukankah kau sudah membayarnya lunas kepadaku?" Joshua langsung menyela membuat Jason terkekeh,
"Yah bagaimanapun juga aku tidak akan pulang ke sana, kalian bisa menggunakannya. Aku tahi hotel itu memiliki fasilitas yang lengkap, tetapi apartemen itu penuh kenangan bagi kalian kan? Kalian bisa mengenang kembali masa-masa indah kalian yang dulu." Suara Joshua menggoda dan penuh arti
Sementara Rachel mengamati Joshua dan Kiara saling bertukar pandang, ada cinta yang pekat di sana, dan pipi Kiara memerah ketika Joshua menyinggung tentang kenangan di apartemen itu... bahkan... pipi Joshua tampak sedikit merona. Pasangan ini sepertinya memiliki kenangan yang indah di apartemen itu...
Joshua berdehem, lelaki berwajah dingin itu tampak salah tingkah, lengannya merangkul pinggang isterinya dengan erat.
"Kami... eh kami mungkin akan menerima tawaranmu untuk tinggal di apartemenmu sementara, benar kan Kiara?"
Kiara menatap suaminya dengan senyum lembut, dan pipi yang makin merona merah, "Iya." jawabnya pelan.
Jason terkekeh, dan mengeluarkan kartu apartemennya dari sakunya, 'Ini. Kalian bisa tinggal di sana sesukanya." gumamnya menggoda.
***
Kiara dan Joshua kemudian berpamitan untuk beristirahat dan membereskan barang-barang mereka dulu, karena mereka tadi langsung datang ke rumah sakit dari bandara. Setelah itu Jason duduk di tepi ranjang, sementara Rachel berdiri canggung di depannya.
"Bagaimana kondisi... tanganmu?" Rachel menatap ke arah tangan Jason yang sekarang hanya dibalut perban tipis dan elastis. Kecemasan langsung menyergapnya. Jason belum mencoba memegang biola lagi, sementara itu, kata Keyna dokter mengatakan tangan Jason mungkin akan berfungsi kembali 85% dari semula.
Apakah 85% itu cukup untuk membuatnya bisa bermain biola kembali?
Jason sendiri bisa membaca kecemasan di mata Rachel. Dia memegang tangannya yang diperban dengan tangannya yang lain, lalu menampilkan senyuman datar,
"Aku bisa menggerakkan jari-jariku dengan mudah." Jason menunjukkan jarinya yang bergerak-gerak kepada Rachel, "Masih terasa agak kaku, tetapi aku baik-baik saja."
Rachel menelan ludahnya, dia ingin sekali bertanya kapan Jason mau mencoba memegang biola lagi, tetapi dia tidak berani.
"Apakah barang-barangmu hanya itu?" Rachel melirik tas Jason yang sudah terpacking rapi. "Kau... seperti kata Joshua tadi, kau akan pulang ke rumah orang tuamu?"
"Ya." Tiba-tiba tatapan mata Jason menajam, "Dan aku sudah meminta secara khusus kepada mamamu, agar kau diizinkan tinggal di sana juga."
Mata Rachel membelalak terkejut, "Apa?"
Jason bersedekap seolah menantang Rachel untuk melawannya, "Mamamu sudah setuju. Begitupun orang tuaku. Aku melalaikan mengajarimu biola selama aku sakit, dan sekarang aku akan mengejarnya, dengan kau tinggal di rumah itu, pelatihanku kepadamu akan semakin intensif."
"Itukah alasan yang kau gunakan untuk membujuk mamaku?" Kalau Jason beralasan begitu, sudah pasti mamanya setuju. Lagipula mamanya benar-benar senang ketika Jason mengatakan bahwa Rachel adalah kekasihnya, Mamanya benar-benar menganggap Jason sebagai menantu idaman. Padahal hubungan mereka ini hanyalah pura-pura.... Rachel bisa membayangkan betapa kecewanya mama Rachel nanti ketika mengetahui kebenarannya. Belum juga, Rachel harus menjelaskan pada Calvin nanti kalau pada akhirnya kebohongannya ini terkuak. Calvin menerima kabar bahwa Rachel sudah menjadi kekasih Jason dengan baik, dan berbeda dengan apa yang dikatakan Jason, bukannya mendekati Rachel, Calvin malah menjaga jarak, nanti Rachel akan protes kepada Jason mengenai masalah ini. Tetapi itu nanti. Sekarang Jason malahan melemparkan masalah baru kepadanya. Tinggal bersama di rumah orang tua Jason? yang benar saja!
Jason tersenyum lebar, matanya bersinar jahil. 'Ya itu alasanku untuk membujuk mamamu."
Mata Rachel menyipit, "Dan apa alasanmu yang sebenarnya?" gumamnya curiga.
Jason terkekeh, "Kau harus menepati janjimu untuk bersedia melakukan 'apapun' untukku..." mata Jason meredup, dan jemarinya menyentuh dagu Rachel dengan santai, wajahnya mendekat dan suaranya berubah serak menggoda, "Apakah kau sudah siap melakukan apapun untukku, Rachel? aku ingin kau melakukan...."
Rachel panik. Termakan oleh janjinya sendiri, salahnya sendiri berjanji kepada Jason yang licik dan keji, lelaki ini pasti akan memanfaatkannya, dasar lelaki mesum tukang cium sembarangan! Apakah Jason akan memaksanya untuk berbuat mesum? Wajah Rachel memucat ketakutan.
Jason melihat perubahan ekspresi Rachel dan langsung tahu pikiran apa yang ada di benak Rachel. Lelaki itu melepaskan pegangannya kepada Rachel dan tertawa geli,
"Singkirkan pikiran mesum dari otakmu Rachel, aku ingin kau menjadi suster perawatku selama kau tinggal di sana."
"Suster perawat?" begitu Jason melepaskan pegangan di dagu Rachel, dia langsung mundur selangkah untuk menjaga diri dan mengamankan jarak,
"Ya." Sinar jahil semakin kental di mata Jason. "Kau akan melayani segala kebutuhanku, seperti kataku dulu. Kau akan menjadi pelayan sekaligus perawatku."
Dasar pria licik sialan! Rachel menggertakkan gigi karena tidak bisa membatntah perkataan Jason. Pria mesum dan licik ini benar-benar memanfaatkan posisinya yang berada di atas angin. Rachel dengan bodohnya menjanjikan 'apapun' kepada Jason, dan dengan kejam, lelaki itu menjadikan Rachel budaknya!
"Kau tidak boleh membantah Jason. Jadi pulanglah dan kemasi barang-barangmu, aku akan menunggumu di sini, setelah keluargaku datang menjemputku kita akan pulang dari rumah sakit bersama-sama ke rumah orang tuaku." Jason mengangkat alisnya melihat Rachel hendak membantah, "Lagipula ini rencana yang bagus untuk memancing orang yang mencoba melukaimu, dia akan semakin cemburu ketika kabar bahwa kau tinggal bersamaku tersebar.... dengan kecemburuannya, dia akan lengah dan bertindak bodoh."
Rachel terdiam, dan mau tak mau, dia menyetujui perkataan Jason.
***
Satu jam kemudian, Rachel kembali ke rumah sakit sambil membawa tas pakaiannya, lebih cepat dari yang direncanakan. Rachel tadi berpikir dia mungkin bisa kembali ke rumah sakit ini tiga jam lagi karena dia harus membereskan barang-barangnya. Ternyata mamanya yang antusias sudah membereskan semua barang untuknya, seluruh perlengkapan menginapnya untuk tinggal di rumah Jason sudah disiapkan.
Dasar. Rachel cemberut memikirkan mamanya yang melepasnya tadi dengan senyuman lebar. Mamanya benar-benar tidak bisa menyembunyikan kegirangannya karena Rachel menjadi kekasih Jason...
Rachel melalui lorong-lorong rumah sakit menuju kamar Jason, tasnya dia tinggalkan di penitipan tas di area lobby rumah sakit. Ketika langkahnya semakin mendekat ke kamar Jason, Rachel mengerut.
Suara biola terdengar sayup-sayup.
Jason?
Rachel mempercepat langkahnya di atas karpet lorong rumah sakit yang tebal itu. Dan alunan biola yang indah itu semakin pekat terdengar ketika dia semakin mendekat ke kamar Jason.
Pintu kamar Jason sedikit terbuka sehingga Rachel bisa mengintip di sana, tidak berani masuk karena takut akan mengganggu konsentrasi Jason bermain biola...
Dan kemudian, Rachel melihat Jason memainkan biola itu, menjepit biola itu di pundak kirinya dan memainkan nada yang indah...
Senyum Rachel melebar... Jadi Jason bisa bermain biola lagi?
Tetapi senyumnya ternyata tidak bertahan lama. Ketika mengamati ekspresi Jason, Rachel menyadari bahwa Jason mengerutkan keningnya seolah menahan kesakitan, bahkan keringat menetes di dahi Jason... seolah-olah memainkan biola itu sangat menyakitkan untuknya.
Lalu nada yang dimainkan Jason berhenti mendadak. Sepertinya sakit yang dialami Jason tak tertahankan, memaksa tangannya berhenti menggesek senar biolanya. Lelaki itu terengah, ekspresinya kesakitan. Dan kemudian, dengan ekspresi yang luar biasa sedih, Jason meletakkan biola dan penggeseknya di meja.
Tatapan matanya nanar, menatap satu titik yang tak terlihat di meja, ekspresi Jason bercampur antara kekecewaan, kemarahan dan kesedihan.
Rachel langsung menyingkir dan bersandar jauh di dinding luar kamar Jason, air matanya menetes,
Dia telah menyaksikan sang maestro, jenius berbakat dalam permainan biola, tidak mampu memainkan biolanya.... tidak mampu menyelesaikan lagunya sampai akhir.
Bersambung ke part 15

Operasi Jason berlangsung cukup lama, lebih lama dari yang diperkirakan. Dokter mengatakan butuh waktu dua sampai dengan tiga jam untuk operasi. Tetapi sekarang sudah empat jam berlalu.
Rachel duduk di sana dengan cemas, di antara keluarga Jason. Ada mama Jason yang tampak keibuan dan papanya. Juga ada adik Jason, Keyna yang ramah padanya, ditemani oleh suaminya, Davin. Seluruh keluarga Jason baik kepada Rachel.... padahal semula Rachel mengira dirinya akan disalahkan karena menyebabkan Jason terluka dan harus menghadapi operasi ini. Mama Rachel ikut menemani Rachel menunggu, beliau sedang bercakap-cakap dengan mama Jason, posisi mama Rachel sebagai guru di akademi tempat Jason dulu pernah berlatih, membuatnya mengenal mama Jason jauh bertahun-tahun sebelumnya, meskipun tidak akrab.
Keyna, adik Jason yang cantik dan ikut menunggui di sana bahkan duduk di sebelahnya dan mengajaknya bercakap-cakap selama menunggu. Sementara itu suami Keyna, Davin, sedang mengurus sesuatu di perusahaannya dan mengatakan akan segera menyusul datang.
"Hai Rachel, akhirnya kita bertemu, aku seudah penasaran sekali ingin bertemu denganmu." Keyna bergumam ramah begitu mereka duduk bersama.
Apakah Keyna penasaran ingin tahu wajah perempuan yang membuat kakaknya terluka? Memikirkan itu, ekspresi Rachel langsung berubah sedih,
"Maafkan aku, aku....maafkan aku semua kejadian ini membuat Jason terluka, dia berusaha melindungiku."
"Hei. Kami semua tidak menyalahkanmu, lagipula kami menduga itu perbuatan salah satu mantan kekasih Jason yang cemburu, wll kakakku memang banyak menyakiti perempuan di masa lalunya... jadi kau adalah korban juga dan itu semua bukan sepenuhnya kesalahanmu." Mata Keyna tampak bercahaya, "Lagipula aku senang sekali akhirnya Jason memiliki kekasih yang normal."
Kata 'kekasih' dan 'normal' membuat Rachel mengerutkan keningnya. Keyna jelas-jelas menyebutnya sebagai kekasih Jason, apakah Keyna tahu tentang sandiwara mereka? atau Jason juga menutupinya dari adiknya?
"Jason mengatakan padaku bahwa kau adalah kekasihnya tadi sebelum dia operasi." Keyna mengedipkan sebelah matanya, "Karena itulah aku tidak sabar bertemu denganmu."
Jasi ternyata Jason serius mengatakan bahwa sandiwara sebagai pasangan kekasih ini hanya boleh diketahui oleh mereka berdua. Lelaki itu bahkan membohongi adiknya sendiri.
"Apa maksudmu dengan kekasih yang normal?" Rachel langsung bertanya penuh dengan ingin tahu. Apakah itu berarti Keyna menganggap bahwa kekasih-kekasih Jason sebelumnya bukan manusia normal?
"Kau berbeda jauh dengan kekasih-kekasih Jason sebelumnya. Amat sangat berbeda." Rachel menoleh ke arah Keyna, sedikit mengerutkan keningnya. Apakah maksud Keyna Rachel tidak secantik kekasih-kekasih Jason sebelumnya? Tetapi ternyata tidak ada ejekan apapaun di wajah Keyna, perempuan itu malahan tampak senang sekali karena Jason sekarang memiliki Rachel sebagai kekasihnya.
"Berbeda maksudku bukan dalam hal penampilannya. Kakakku itu suka main-main dengan wanita yang lebih tua." Keyna mengerucutkan bibirnya dengan ironis, "Kau pasti sudah dengar reputasinya, dia suka mencampakkan mereka semua hingga terpuruk. Herannya, wanita-wanita yang lebih tua itu tidak ada yang kapok, mereka terus berusaha menaklukkan kakakku." Mata Keyna menatap Rachel penuh persahabatan, "Aku senang pada akhirnya Jason membuka matanya dan memilihmu sebagai kekasihnya, kau akan membuatnya berlabuh dan melukapan sikap suka-main-mainnya. Aku berharap nanti kita benar-benar menjadi saudara."
Belum sempat Rachel menanggapi kata-kata Keyna, pintu ruang tunggu terbuka dan Davin, suami Keyna memasuki ruangan, mata lelaki itu langsung menemukan isterinya dan menatapnya dengan sayang. Keyna langsung beranjak dari duduknya ketika melihat suaminya datang,
"Tunggu sebentar ya." Jemari lembutnya menyentuh tangan Rachel sedikit dan meminta maaf, lalu Keyna menghampiri suaminya, yang lamgsung menghelanya ke dalam pelukan dan mengecup dahinya.
Rachel tergugu, bingung tak tahu harus bicara apa. Keyna tampak begitu baik dan mengharapkan yang terbaik untuk Jason, dan dia sekarang membohongi Keyna dengan semua sandiwara ini. Belum lagi, akan ada banyak orang yang mereka bohongi nantinya... mamanya, orang tua Jason.... dan Calvin.
Hati Rachel tiba-tiba merasa cemas ketika memikirkan tentang Calvin. Calvin... kemana dia? Rachle berusaha menghubungi ponselnya tetapi tidak diangkat... dan sejak insiden Calvin memergoki dia dan Jason berciuman, lelaki itu belum muncul lagi di rumah sakit.
Membohongi Calvin adalah yang paling berat untuk Rachel, apalagi karena lelaki itu ada di hatinya. Tetapi Rachel sudah berjanji kepada Jason... lagipula Jason bilang sandiwara mereka sebagai pasangan kekasih itu bisa membuat Calvin membuka matanya dan melihat Rachel sebagai seorang perempuan.
Seandainya saja itu benar.... seandainya saja Calvin bisa memandanganya sebagai seorang perempuan, bukan lagi adik atau sahabat.... mungkinkan Calvin bisa menumbuhkan perasaan kepadanya?
Lamunan Rachel tersentak ketika lift penghubung ruang operasi terbuka. Dokter yang mengoperasi Jason keluar. Mereka semua langsung berdiri dan menunggu penjelasan.
"Operasinya berhasil." Kata dokter itu, "Untuk pemulihannya kita harus melihat lagi nanti. Sekarang pasien sedang berada di ruang pemulihan pasca operasi, nanti setelah sadar baru akan kita pindahkan kembali ke kamarnya." dokter itu segera memberi keterang lebih lanjut kepada orang tua Jason yang menungggu.
Keyna sendiri hanya berdiri di kejauhan, memejamkan matanya lega. Setidaknya operasi Jason berhasil... mereka memang belum tahu apakah kemampuan Jason bermain biola akan terpengaruh oleh kejadian ini, tetapi semoga saja tidak/
Sungguh, Rachel berharap dari dalam hatinya bahwa kemampuan Jason yang bisa memainkan biola dan menghasilkan nada-nada yang ajaib itu tidak hilang....
***
Ketika Jason membuka matanya, dia menemukan adiknya sedang duduk menungguinya.
"Hai kakak." gumam Keyna lembut.
Jason langsung tersenyum, mengerjapkan matanya, berusaha mengembalikan kesadarannya.
"Mama dan papa sedang bertemu dokter di bawah." Keyna menjelaskan lagi, "Aku di sini menungguimu dengan Rachel."
"Rachel?" Jason menggumamkan nama perempuan itu, lalu menelan ludahnya karena tenggorokannya yang kering. Matanya menelusuri sekeliling ruangan dan menemukan Rachel terduduk di kursi seberang, perempuan itu masih dibebat kakinya dan hanya menggunakan satu kruk yang disandarkan di lengan kursi.
Mata Jason terpejam lagi. Dia mengantuk. Dan kemudian kegelapan menelannya kembali.
***

Jason bergerak pelan, berusaha duduk tetapi tidak bersuara sehingga tidak mengganggu tidur mamanya. Dia kemudian menatap tangannya yang diperban tebal, dan diberi pemberat agar tidak banyak bergerak. Matanya menatap ke arah tangannya itu.
Bahkan sekarang dia tidak bisa merasakan tangannya sendiri... entah karena pengaruh bius atau karena pengaruh syarafnya yang terluka....
Jason menghela napas panjang. Nanti begitu diizinkan, dia harus segera mencoba bermain biola lagi.
***
Tak terasa sudah sepuluh hari setlah operasi Jason. Hari ini dia diperbolehkan pulang ke rumah. Akhirnya, setelah malam-malam membosankan di rumah sakit.
Semula Jason bersikeras kembali ke apartemen yang ditempatinya sendiri. Tetapi sang mama memaksanya untuk pulang ke rumah dulu, karena beliau mencemaskan Jason yang akan tinggal sendirian sementara tangannya belum sembuh benar. Pada akhirnya Jason mengalah kepada mamanya, dan bersedia pulang ke rumah mamanya untuk sementara,
Suara pintu terbuka membuatnya menoleh, senyumnya langsung melebar.
"Joshua." sapanya sambil tersenyum lebar, sahabatnya datang dari australia untuk menjenguknya. Sebenarnya Joshua seharusnya datang berhari-hari yang lalu, tetapi karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkanya, lelaki itu meminta maaf dan menunda kepulangannya hingga hari ini.
"Kulihat kau sehat-sehat saja, tidak seperti orang habis dioperasi" Joshua bersedekap, mengamati Jason dalam senyum, "Sepertinya sayang sekali karena Kiara benar-benar mencemaskanmu setengah mati."
Jason hanya terkekeh mendengar celaan Joshua, sahabatnya itu tidak berubah meskipun lama mereka tidak bertemu, tetap saja sinis dan sarkatis.
"Di mana Kiara?" Jason melirik ke belakang Joshua, dan beberapa detik kemudian, pintu terbuka lagi dan Kiara masuk.
"Jason!" Kiara menatap Jason dengan cemas, "Bagaimana keadaanmu?"
"Dia baik-baik saja, kau tidak lihat?" Joshua mencibir,"Sia-sia saja kau menangisinya kemarin."
"Kau menangisiku?" Jason tersenyum menatap Kiara yang merona pipinya, sementara itu Joshua langsung memeluk pundak Kiara dengan posesif, menatap Jason memperingatkan.
"Hei. Kiara menangisimu karena dia mencemaskanmu sebagai saudaqra. Singkirkan seringaian lebarmu itu." gumamnya serius, sehingga Kiara menyodok pinggangnya dengan siku karena malu,
"Sebenarnya bukan aku yang menangisimu, Joshua yang hampir menangis karena cemas ketika mendengar berita tentang musibah yang menimpamu," Kiara terkikik ketika Joshua melotot kepadanya.
Jason tersenyum, "Terimakasih kalian sudah datang kemari menengokku." Lelaki itu menunjukkan tangannya yang diperban. "Tangan ini sudah agak pulih, aku sudah mencoba menggerakkan jaro-jariku."
Tiba-tiba Joshua menatap Jason dengan tatapan mata prihatin, "Apakah luka itu mempengaruhi kemampuanmu bermain biola?"
Senyum Jason tampak dalam dan tidak terbaca, "Aku belum tahu, aku belum mencobanya..."
Suara Jason terhenti ketika sosok mungil yang sudah ditunggunya muncul dari pintu. Rachel berdiri di sana, perempuan itu sudah tidak memakai kruk lagi meskipun kakinya masih dibebat, tetapi sakitnya sudah mereda dan pergelangan kakinya yang terkilir sudah tidak bengkak lagi. Rachel sudah bisa berjalan tanpa kruk meskipun masih agak terpincang-pincang.
Wajah Rachel tampak salah tingkah ketika melihat ada dua orang asing di dalam kamar Jason,
"Ah... maaf... aku tidak tahu kalau ada tamu."
"Tidak apa-apa. Masuklah Rachel." Jason mengulurkan tangannya dari tengah ruangan, hingga mau tak mau Rachel melangkah masuk dan menyambut tangan itu.
"Joshua, Kiara kalian pasti sudah tahu Rachel, dia murid khususku dan sekarang dia menjadi kekasihku."
Mata Kiara melebar, sedangkan Joshua berhasil menyembunyikan kekagetannya. Tetapi itu hanya berlangsung sejenak, sedetik kemudian, Kiara memecah suasanya dengan menyalami Rachel dengan hangat.
"Senang sekali akhirnya Jason bertobat dan memilih perempuan yang baik." gumamnya dalam senyuman lebar, " Salam kenal Rachel..."
"Kiara dan Joshua ini pasangan suami isteri, mereka sahabtku dan tinggal di Australia." Jason menjelaskan kepada Rachel.
Joshua, lelaki berwajah dingin tapi tampan itu kemudian tersenyum lembut kepada Rachel yang masih tampak bingung,
"Kami datang kemari khusus untuk menengok Jason." Lelaki itu akhirnya melirik ke arah tas-tas Jason yang sudah tertata rapi, "Kau akan pulang hari ini, Jason?
Jason menganggukkan kepalanya. "Sudah bisa pulang kata dokter, untunglah karena aku sudah beradadi batas kebosananku."
Joshua tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Kami akan berada di indonesia selama dua minggu." lelaki itu menyebut nama hotel tempat mereka menginap, "Kami akan mengunjungimu nanti. Kau akan pulang ke rumahmu bukan?"
"Rumah orang tuaku." Jason mengkoreksi, "Mereka memaksaku pulang ke sana karena takut tidak ada yang merawatku kalau aku pulang sendirian ke apartemenku." dia menatap Joshua penuh arti, "Kenapa kalian harus tinggal di hotel? Kenapa kalian tidak tinggal di apartemenku saja? Itu kan apartemen kalian juga."
"Bekas apartemen kami, Jason. Apartemen itu sudah bukan milik kami, bukankah kau sudah membayarnya lunas kepadaku?" Joshua langsung menyela membuat Jason terkekeh,
"Yah bagaimanapun juga aku tidak akan pulang ke sana, kalian bisa menggunakannya. Aku tahi hotel itu memiliki fasilitas yang lengkap, tetapi apartemen itu penuh kenangan bagi kalian kan? Kalian bisa mengenang kembali masa-masa indah kalian yang dulu." Suara Joshua menggoda dan penuh arti
Sementara Rachel mengamati Joshua dan Kiara saling bertukar pandang, ada cinta yang pekat di sana, dan pipi Kiara memerah ketika Joshua menyinggung tentang kenangan di apartemen itu... bahkan... pipi Joshua tampak sedikit merona. Pasangan ini sepertinya memiliki kenangan yang indah di apartemen itu...
Joshua berdehem, lelaki berwajah dingin itu tampak salah tingkah, lengannya merangkul pinggang isterinya dengan erat.
"Kami... eh kami mungkin akan menerima tawaranmu untuk tinggal di apartemenmu sementara, benar kan Kiara?"
Kiara menatap suaminya dengan senyum lembut, dan pipi yang makin merona merah, "Iya." jawabnya pelan.
Jason terkekeh, dan mengeluarkan kartu apartemennya dari sakunya, 'Ini. Kalian bisa tinggal di sana sesukanya." gumamnya menggoda.
***
Kiara dan Joshua kemudian berpamitan untuk beristirahat dan membereskan barang-barang mereka dulu, karena mereka tadi langsung datang ke rumah sakit dari bandara. Setelah itu Jason duduk di tepi ranjang, sementara Rachel berdiri canggung di depannya.
"Bagaimana kondisi... tanganmu?" Rachel menatap ke arah tangan Jason yang sekarang hanya dibalut perban tipis dan elastis. Kecemasan langsung menyergapnya. Jason belum mencoba memegang biola lagi, sementara itu, kata Keyna dokter mengatakan tangan Jason mungkin akan berfungsi kembali 85% dari semula.
Apakah 85% itu cukup untuk membuatnya bisa bermain biola kembali?
Jason sendiri bisa membaca kecemasan di mata Rachel. Dia memegang tangannya yang diperban dengan tangannya yang lain, lalu menampilkan senyuman datar,
"Aku bisa menggerakkan jari-jariku dengan mudah." Jason menunjukkan jarinya yang bergerak-gerak kepada Rachel, "Masih terasa agak kaku, tetapi aku baik-baik saja."
Rachel menelan ludahnya, dia ingin sekali bertanya kapan Jason mau mencoba memegang biola lagi, tetapi dia tidak berani.
"Apakah barang-barangmu hanya itu?" Rachel melirik tas Jason yang sudah terpacking rapi. "Kau... seperti kata Joshua tadi, kau akan pulang ke rumah orang tuamu?"
"Ya." Tiba-tiba tatapan mata Jason menajam, "Dan aku sudah meminta secara khusus kepada mamamu, agar kau diizinkan tinggal di sana juga."
Mata Rachel membelalak terkejut, "Apa?"
Jason bersedekap seolah menantang Rachel untuk melawannya, "Mamamu sudah setuju. Begitupun orang tuaku. Aku melalaikan mengajarimu biola selama aku sakit, dan sekarang aku akan mengejarnya, dengan kau tinggal di rumah itu, pelatihanku kepadamu akan semakin intensif."
"Itukah alasan yang kau gunakan untuk membujuk mamaku?" Kalau Jason beralasan begitu, sudah pasti mamanya setuju. Lagipula mamanya benar-benar senang ketika Jason mengatakan bahwa Rachel adalah kekasihnya, Mamanya benar-benar menganggap Jason sebagai menantu idaman. Padahal hubungan mereka ini hanyalah pura-pura.... Rachel bisa membayangkan betapa kecewanya mama Rachel nanti ketika mengetahui kebenarannya. Belum juga, Rachel harus menjelaskan pada Calvin nanti kalau pada akhirnya kebohongannya ini terkuak. Calvin menerima kabar bahwa Rachel sudah menjadi kekasih Jason dengan baik, dan berbeda dengan apa yang dikatakan Jason, bukannya mendekati Rachel, Calvin malah menjaga jarak, nanti Rachel akan protes kepada Jason mengenai masalah ini. Tetapi itu nanti. Sekarang Jason malahan melemparkan masalah baru kepadanya. Tinggal bersama di rumah orang tua Jason? yang benar saja!
Jason tersenyum lebar, matanya bersinar jahil. 'Ya itu alasanku untuk membujuk mamamu."
Mata Rachel menyipit, "Dan apa alasanmu yang sebenarnya?" gumamnya curiga.
Jason terkekeh, "Kau harus menepati janjimu untuk bersedia melakukan 'apapun' untukku..." mata Jason meredup, dan jemarinya menyentuh dagu Rachel dengan santai, wajahnya mendekat dan suaranya berubah serak menggoda, "Apakah kau sudah siap melakukan apapun untukku, Rachel? aku ingin kau melakukan...."
Rachel panik. Termakan oleh janjinya sendiri, salahnya sendiri berjanji kepada Jason yang licik dan keji, lelaki ini pasti akan memanfaatkannya, dasar lelaki mesum tukang cium sembarangan! Apakah Jason akan memaksanya untuk berbuat mesum? Wajah Rachel memucat ketakutan.
Jason melihat perubahan ekspresi Rachel dan langsung tahu pikiran apa yang ada di benak Rachel. Lelaki itu melepaskan pegangannya kepada Rachel dan tertawa geli,
"Singkirkan pikiran mesum dari otakmu Rachel, aku ingin kau menjadi suster perawatku selama kau tinggal di sana."
"Suster perawat?" begitu Jason melepaskan pegangan di dagu Rachel, dia langsung mundur selangkah untuk menjaga diri dan mengamankan jarak,
"Ya." Sinar jahil semakin kental di mata Jason. "Kau akan melayani segala kebutuhanku, seperti kataku dulu. Kau akan menjadi pelayan sekaligus perawatku."
Dasar pria licik sialan! Rachel menggertakkan gigi karena tidak bisa membatntah perkataan Jason. Pria mesum dan licik ini benar-benar memanfaatkan posisinya yang berada di atas angin. Rachel dengan bodohnya menjanjikan 'apapun' kepada Jason, dan dengan kejam, lelaki itu menjadikan Rachel budaknya!
"Kau tidak boleh membantah Jason. Jadi pulanglah dan kemasi barang-barangmu, aku akan menunggumu di sini, setelah keluargaku datang menjemputku kita akan pulang dari rumah sakit bersama-sama ke rumah orang tuaku." Jason mengangkat alisnya melihat Rachel hendak membantah, "Lagipula ini rencana yang bagus untuk memancing orang yang mencoba melukaimu, dia akan semakin cemburu ketika kabar bahwa kau tinggal bersamaku tersebar.... dengan kecemburuannya, dia akan lengah dan bertindak bodoh."
Rachel terdiam, dan mau tak mau, dia menyetujui perkataan Jason.
***
Satu jam kemudian, Rachel kembali ke rumah sakit sambil membawa tas pakaiannya, lebih cepat dari yang direncanakan. Rachel tadi berpikir dia mungkin bisa kembali ke rumah sakit ini tiga jam lagi karena dia harus membereskan barang-barangnya. Ternyata mamanya yang antusias sudah membereskan semua barang untuknya, seluruh perlengkapan menginapnya untuk tinggal di rumah Jason sudah disiapkan.
Dasar. Rachel cemberut memikirkan mamanya yang melepasnya tadi dengan senyuman lebar. Mamanya benar-benar tidak bisa menyembunyikan kegirangannya karena Rachel menjadi kekasih Jason...
Rachel melalui lorong-lorong rumah sakit menuju kamar Jason, tasnya dia tinggalkan di penitipan tas di area lobby rumah sakit. Ketika langkahnya semakin mendekat ke kamar Jason, Rachel mengerut.
Suara biola terdengar sayup-sayup.
Jason?
Rachel mempercepat langkahnya di atas karpet lorong rumah sakit yang tebal itu. Dan alunan biola yang indah itu semakin pekat terdengar ketika dia semakin mendekat ke kamar Jason.
Pintu kamar Jason sedikit terbuka sehingga Rachel bisa mengintip di sana, tidak berani masuk karena takut akan mengganggu konsentrasi Jason bermain biola...
Dan kemudian, Rachel melihat Jason memainkan biola itu, menjepit biola itu di pundak kirinya dan memainkan nada yang indah...
Senyum Rachel melebar... Jadi Jason bisa bermain biola lagi?

Lalu nada yang dimainkan Jason berhenti mendadak. Sepertinya sakit yang dialami Jason tak tertahankan, memaksa tangannya berhenti menggesek senar biolanya. Lelaki itu terengah, ekspresinya kesakitan. Dan kemudian, dengan ekspresi yang luar biasa sedih, Jason meletakkan biola dan penggeseknya di meja.
Tatapan matanya nanar, menatap satu titik yang tak terlihat di meja, ekspresi Jason bercampur antara kekecewaan, kemarahan dan kesedihan.
Rachel langsung menyingkir dan bersandar jauh di dinding luar kamar Jason, air matanya menetes,
Dia telah menyaksikan sang maestro, jenius berbakat dalam permainan biola, tidak mampu memainkan biolanya.... tidak mampu menyelesaikan lagunya sampai akhir.
Bersambung ke part 15
Published on July 09, 2013 03:16
No comments have been added yet.
Santhy Agatha's Blog
- Santhy Agatha's profile
- 483 followers
Santhy Agatha isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.
