Mulia (Review Novel Digital "Project Noble" oleh Andy Wylan)

Underrated at it best. Kalimat yang akan menjadi kesimpulan dari tulisan yang akan kamu baca. Aku rasa itu kalimat tepat untuk menjelaskan semuanya.

Sebagai komunikator pasif, aku memang jarang berinteraksi dengan orang lain ditambah pembahasan yang aku angkat lebih sering menyimpang dari topik yang sedang dibicarakan. Terlebih lagi, akhir-akhir ini aku muncul dalam grup WhatsApp yang mereka bentuk, sekadar untuk membagikan informasi tentang lomba, kompetisi, atau event menulis yang sedang berlangsung karena aku yakin mereka lebih hebat dan mungkin salah satunya akan menjadi juara.

Seperti Andy Wylan, seorang rekan kepenulisan dalam komunitas yang luar biasa, meski dia mungkin belum menganggapku sama. Seorang penulis fantasi yang debut novel thriller pertamanya. Pemenang Wattys 2022, dia yang menang, kami yang bangga.

Sebagai konteks, kami tergabung dalam komunitas kepenulisan bernama Black Pandora Club. Aku pribadi hanya tergabung di sana, sedangkan kak Andy–aku memanggilnya–juga tergabung dalam Written In Action Indonesia dan Nusantara Pen Circle.

Berkat hal tersebut, aku merasakan Black Pandora Club yang mungkin dipandang sepele kini mulai naik nama. Harapan yang terkubur dalam guci itu, dewa telah menunjukkannya kepada para hamba.

Jujur, aku tidak begitu "dekat" dengan mereka. Sekali lagi, karena kemampuan komunikasiku terlebih dalam bentuk chat WhatsApp tidak begitu bagus sehingga membawa topik yang berbeda untuk dibicarakan. Aku menjadi orang yang menumpang lewat, dan saat ini berperan penuh dalam melakukan hal itu.

Tergabung dalam satu komunitas seperti ini menjadi sebuah keberuntungan. Salah satunya, mengetahui cerita di balik layar tentang apa yang sedang direncanakan. Tentunya itu menjadi sebuah kelebihan, dibanding pembaca setelah semua jadi.

Daripada kejadian di balik layar, ada sebuah pembicaraan yang diangkat. Sebuah topik yang relevan lagi aktual.

Tragedi Kemanusiaan di Palestina. Bagaimana saudara kita tertindas di sana. Akan tetapi, ada sosok yang memoles kejadian itu dengan sedemikian rupa. Membawa dusta untuk disajikan kepada dunia. Hasbara namanya.

“Aku terinspirasi dari sana.” Kurang lebih itu yang aku dapat dari Kak Andy. Story Instagram yang dia bagikan menjelaskan segalanya. Propaganda bahwa semua baik-baik saja, tidak ada genosida yang terjadi di sana. Sedangkan sisi lain memberitahu bahwa itu kebohongan belaka. Betapa banyak warga sipil yang terluka, terutama anak-anak yang harus kehilangan nyawanya.

Topik yang sensitif terutama bagi manusia. Bukan hanya agama yang menjadi dasar untuk mendukung mereka. Doakan selalu, agar warga Palestina mendapat kekuatan dari Yang Maha Kuasa.

Dengan penuh keberanian, kak Andy mengangkatnya menjadi sebuah cerita. Rakata terpilih menjadi platform untuk publikasi, mumpung ada kompetisi novel thriller yang sedang dilaksanakan.

Memberikan resensi tanpa menyelipkan beberan tentang apa yang terjadi di dalam buku rasanya begitu susah. Sinopsis pun diajarkan untuk turut ditulis, padahal ia adalah isi kisah secara garis besar. Maka izinkan aku, sang pembaca dengan cara memindai belaka, untuk memberikan pandangan tentang sebuah cerita.

Sebagai penafian, sekali lagi aku membaca dengan gaya memindai. Jika kamu melihatku membaca buku fisik, mungkin dapat menyaksikan lajunya telunjuk maupun pandangan mata serta balikan kertas saat aku melakukannya. Sehingga, mungkin isi tinjauan ini tidak begitu memberikan kesan lebih.

Bab pertama tentu menarik perhatian, sebagaimana seharusnya. “Begini rasanya membaca novel.” Diksi kompleks namun mudah dicerna sontak membuatku tergabung dan perlahan hanyut dalam alur cerita.

Aku yang pertama kali membaca karya Kak Andy secara penuh, terheran-heran, darimana dia mengumpulkan semua kosakata itu. Aku selaku penulis amatir yang hanya ditemukan oleh mereka, diberikan kesempatan istimewa untuk tergabung bersama mereka, merasa sangat minder dan ingin belajar bagaimana untuk menjadi seperti mereka.

Tulisanku selama ini selalu menggunakan diksi sederhana. Debut dengan teen fiction mistery thriller di Wattpad menjadi pembelaan untuk segalanya. Young Adult yang menjadi sasaran sesungguhnya genre seperti thriller ini, diksi kompleks untuk menjadi novel semacam itu bagiku malah sebuah keharusan.

Bab-bab awal, aku belum merasakan thriller-nya. Wajar. Memang seharusnya para tokoh diperkenankan agar pembaca terikat kepada mereka. Alur pun masih terasa pelan.

Menjadikan asrama yayasan yang berperan layaknya sebuah penjara. Satpam kejam layaknya tentara Israel Defense Force. Sekali lagi, mengingatkan kepada kenyataan di Palestina yang berusaha ditutup serta dibalikkan faktanya oleh Hasbara.

Di tengah mulai terasa. Dengan rencana membalikkan propaganda tersebut dan langkah-langkah yang perlahan terlaksana. Di sini pesan moral tersirat yang diberikan oleh pengarang mulai tercipta.

Selama ini, para pengguna media sosial diajak untuk memboikot barang-barang yang keuntungannya digunakan dalam rangka mendanai para makhluk biadab itu untuk menyembelih manusia lainnya. Namun, ada sebuah hal sederhana yang dapat dilakukan oleh kita, yang aku masih belum dapat melakukannya.

Raising awareness, agar semua tahu apa yang terjadi di sana. Risiko tentu ada dan begitu besar, akun yang akan diblokir bahkan hangus tanpa sisa. Hal ini digambarkan sedemikian rupa dan diadaptasikan dengan ciamik oleh kak Andy dalam novelnya.

Sepuluh bab terakhir. Sudah tiga kali termasuk tulisan ini aku mengagumkannya. Kamu juga harus membaca. Aku sangat suka bagaimana Kak Andy menggambarkan dan membangun ketegangan di sana. Pada bab-bab ini pulalah aku seakan ingin lekas membalik halaman untuk membaca kelanjutannya.

Ada satu hal yang mengganjal bagiku pribadi. Akhir cerita. Aku merasa itu anti klimaks. Kekejaman Yayasan Mulia kepada penghuni asrama begitu dijelaskan dengan detail, tetapi kehancuran mereka hanya dijelaskan oleh satu kalimat serta satu paragraf penyebabnya.

“Rasanya kurang adil.” Pemikiranku ini disengaja. Ditambah dengan akhir terbuka seakan menunggu sekuel untuk muncul ke dunia.

Sebagai seorang penulis fantasy yang baru menulis thriller, karya ini sudah luar biasa. Kak Andy berhasil melakukannya. Terbukti terpilih menjadi satu dari enam kontestan kompetisi menulis novel thriller di Rakata yang sudah pasti mendapatkan juara.

Aku salut, aku bangga. Itu yang aku rasa. Aku penasaran, jika karya digital ini diterbitkan, akankah sensasinya berbeda?
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 24, 2024 04:28
No comments have been added yet.